Gerakan perempuan di Indonesia tidak dapat dipungkiri, karena pengaruh dari gerakan
perempuan Internasional. Puncak dari gerakan emansipasi ini adalah dengan diratifikanya Convention
of the Elimination of All Forms of Discrimination Againt Women (CDAW) atau Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan menjadi Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1984. Perjuangan untuk memperbaiki nasib perempuan sudah muncul sejak jaman penjajahan
Belanda yang dipelopori oleh R.A Kartini yang gerakannya dikenal dengan sebutan ”emansipasi”.
Gerakan ini pada prinsipnya juga merupakan gerakan untuk memperjuangkan nasib kaum perempuan
Indonesia yang pada saat itu eksistensinya sangat terpasung oleh budaya patriarki sehingga perempuan
tidak memperoleh akses terhadap pendidikan, pekerjaan dan lain-lain. Hak-hak politik juga merupakan
bagian dari perjuangan perempuan Indonesia. Figur kepemimpinan wanita di Indonesia merupakan hal
yang patut diapresiai. Wanita sebagai pengelola tidak hanya mampu berkarya di ranah dosmetik, tetapi
juga lingkup masyarakat dan negara.Kesetaraan gender diartikan persamaan kondisi bagi laki-laki dan
perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia. Sebagaimana yang
tercantum dalam sila kelima pancasila yakni keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bahwa
hak-hak perempuan itu sebetulnya setara dengan laki-laki. Namun pada kenyataanya, dibidang politik
keterwakilan perempuan secara Nasional maupun lokal (Kabupaten/Kota) sangat rendah. Dalam hal
ini, partisipasi politik perempuan telah diberi kuota tersendiri baik dalam kepengurusan partai politik
maupun pencalonan legislatif yaitu sebesar 30%. Permasalahan dalam penelitian ini, yaitu bagaimana
upaya perwujudan kesetaraan gender di tengah-tengah masyarakat. Ada pandangan dalam masyarakat
bahwa apabila dalam masyarakat dibutuhkan perbaikan situasi dan kondisi, maka yang menjadi
sasaran perubahannya adalah aspek hukumnya. Dan hukum tersebut merupakan alat untuk mengubah
masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk upaya meningkatkan peran perempuan di bidang politik
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Mengubah citra politik melalui pendidikan politik yang benar dan
sehat.Metode penelitian yang digunakan adalah metode yuridis normatif, yaitu penelitian yang
mengkonsepkan hukum sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (laws in book)
atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku manusia
yang dianggap pantas dengan pendekatan perundang-undangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pembuatan peraturan yang berkaitan dengan perempuan, haruslah terlebih dahulu diketahui hubungan
relasi antara laki-laki dan perempuan yang terjadi di masyarakat dan perkembangannya, karena
memang emansipasi belum tentu peka gender. Pendidikan politik yang memadai juga mutlak
diperlukan dalam rangka terwujudnya cita-cita emansipasi bagi perempuan. Dalam hal ini partai
politik dengan fungsi sosialisasi politik menjadi garda terdepan dalam memberikan pendidikan politik
terutama kepada perempuan,
Kata Kunci: Prespektif Pancasila, Ketetaraan Gender, Politik
86
Abstract
memiliki peluang atau kesempatan untuk dengan kesenjangan gender yang pada
menggunakan sumber daya dan memiliki gilirannya menimbulkan berbagaipermasalahan
wewenang untuk mengambil keputusan gender. Kesenjangan gender di berbagai
terhadap cara penggunaan dan hasil sumber bidang pembangunan dapat diperlihatkan oleh
daya tersebut. Memiliki kontrol berarti masih rendahnya peluang yang dimiliki
memiliki kewenangan penuh untuk mengambil perempuan untuk bekerja dan berusaha serta
keputusan atas penggunaan dan hasil sumber rendahnya akses mereka terhadap sumber daya
daya. ekonomi, impormasi, teknologi, pasar kredit
Dalam relasi sosial yang setara, laki- dan modal kerja terlebih-lebih dalam
laki dan perempuan merupakan faktor yang pengambilan keputusan kebijakan publik yang
sama pentingnya dalam menentukan berbagai ditetapkan dilembaga-lembaga legislatif,
hal yang menyangkut kehidupan, baik di eksekutif, dan yudikatif termasuk TNI dan
lingkungan keluarga, rmasyarakat, maupun Polri. Hal itu ditandai oleh sedikitnya wakil
bangsa dan negara .1 Sebagai upaya konkrit perempuan dalam lembaga legislatif.
untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan Kondisi itu yang mendorong perlunya
gender dalam kehidupan keluarga, pengkajian lebih lanjut hal itu dilakukan untuk
masyarakat, bangsa dan hakikat negara. dapat mencari upaya peningkatan posisi
Peningkatan peranan perempuan dalam perempuan di bidang politik maupun dalam
pembangunan ini selaras dengan dasawarsa kebijakan terutama dalam pengambilan
PBB untuk perempuan dan pembangunan keputusan. Sebelum membahas tentang faktor-
(1975-1985) dengan tujuan intregrasi faktor yang menyebabkan rendahnya
perempuan ke dalam pembangunan sebagai partisipasi perempuan di bidang politik terlebih
mitra sejajar laki-laki. Konsep intregrasi dahulu diungkap pengertian politik dan
perempuan dalam pembangunan ini dengan bagaimana pandangan UUD 1945 tentang
asumsi bahwa ada kelompok tertentu yaitu kedudukan perempuan di dalam bidang politik.
kelompok perempuan yang belum tercakup Jaminan bagi hak berpartisifasi dalam jaringan
dalam pembangunan sehingga hal tersebut pemerintah dan politik di Negara Republik
akan diintegrasikan ke dalam pembangunan. Indonesia, pertama-tama ditetapkan pada pasal
Data menunjukkan bahwa ada hal-hal sebagai 1 ayat 2. Pasal itu menyatakan bahwa
berikut: “Kedaulatan adalah di tangan rakyat dan
(a) Wanita dirugikan oleh pembangunan dilakukan sepenuhnya oleh MPR”. Selanjutnya
(b) Dua pertiga pekerjaan dilakukan oleh dalam pasal 2 ayat 1 ditentukan :“MPR terdiri
perempuan, tetapi perempuan hanya atas angota-anggota DPR ditambah dengan
memperoleh 10% pendapatan dunia. utusan-utusan dari daerah-daerah dan
(c) Hanya 1% faktor produksi yang dimiliki golongan, menurut aturan yang ditetapkan
oleh perempuan. dengan undang-undang.” Salah satu tugas yang
Berdasarkan kenyataan tersebut dapat dipercayakan oleh rakyat sesuai dengan pasal 3
disimpulkan bahwa perlu mengintegrasi UUD adalah “Menetapkan UUD dan GBHN.”
perempuan dalam pembangunan selama ini Undang-Undang Dasar adalah ketentuan-
pendekatan pembangunan lebih menekankan ketentuan fundamental tentang organisasi dan
pada pembangunan ekonomi dan belum secara kebijaksanaan Pemerintah, sedangkan GBHN
khusus mempertimbangkan manfaat merupakan Garis Besar Kebijaksanaan
pembangunan secara adil bagi perempuan dan Pemerintah dan Pembangunan dalam
laki-laki, sehingga hal tersebut telah menjalankan ketatalaksanaan pemerintah
menimbulkan konsekwensi ketidak setaraan pembangunan untuk mencapai tujuan tersebut
dan ketidak adilan gender yang dikenal pula dalam UUD. Jaminan lainnya tercantum dalam
pasal 27 ayat 1 UUD 1945 yang menetapkan :
1
Departemen Kehutanan,(2005),hal 12. Segala warga negara bersamaan kedudukannya
89
di dalam wilayah hukum dan pemerintahan itu berasal dari ciri-ciri fisik biologis. Gagasan ini
dengan tidak ada kecualinya. dapat dilihat sebagai bagian dari rangkaian
Perempuan sebagai warga negara tentu gagasan yang diperkenalkan oleh Simone de
mempunyai hak seperti diatur dalam pasal- Beauvoir di tahun 1949 dalam bukunya Le
pasal diatas. Ketentuan yang tercantum dalam Deuxieme Sexe. Beauvoir mengemukakan
UUD 1945 tersebut merupakan asas umum bahwa dalam masyarakat (pada waktu itu)
yang dipergunakan sebagai dasar pelaksanaan perempuan sama dengan warga negara kelas
peraturan perundang-undangan yang ada di dua dalam masyarakat, seperti seorang Yahudi
Indonesia dalam menjabarkan asas persamaan atau Negro. Dibanding laki-laki, maka
kedudukan laki-laki dan perempuan dalam pere/pmpuan adalah warga kelas dua yang
bidang kehidupan. Khusus terkait dengan sayangnya lebih sering tidak nampak (not
bidang kehidupan politik, gambarannya dapat exist).2
dilihat dalam GBHN seperti diuraikan di muka Perbedaan biologis merupakan
dan lebih kongkrit dalam Undang-undang perbedaan jenis kelamin (sex) adalah kodrat
bidang politik, terakhir Undang-Undang No. 2 Tuhan yang secara permanen berbeda dengan
Tahun 1999 tentang partai Politik, Undang- pengertian gender. Gender merupakan
Undang No.3 Tahun 1999 tentang susunan behavioral differences (perbedaan perilaku)
dan kedudukan MPR, DPR dan DPRD, dimana antara laki-laki dan perempuan yang
Undang-undang ini memberikan kesempatan dikonstruksi secara sosial, yakni perbedaan
yang sama kepada semua warga negara untuk yang bukan ketentuan Tuhan melainkan
memilih dan dipilih. Hal ini berarti bahwa dari diciptakan oleh manusia (bukan kodrat)
perspektif konstitusi dan hukum secara melalui proses sosial dan kultural yang
universal peran perempuan mendapatkan panjang. Jadi, perbedaan perilaku antara laki-
tempat yang proporsional. Namun, jika diukur laki dan perempuan bukanlah sekedar biologis,
kualitas maupun kwantitasnya, peran dan namun melalui proses kultural dan sosial.
kemitra sejajaran itu belum memuaskan bukan Dengan demikian, gender dapat berubah-ubah
hanya di Indonesia, tetapi di seluruh negara dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu,
dunia. bahkan dari kelas ke kelas, sedangkan jenis
1. Rumusan Masalah kelamin biologis akan tetap tidak berubah.
Bagaimana upaya meningkatkan Menurut Instruksi Presiden RI No. 9 tahun
peranan perempuan di bidang politik sesuai 2000, gender adalah konsep yang mengacu
dengan nilai-nilai Pancasila pada peran dan tanggung jawab laki-laki dan
2. Tujuan Penelitian perempuan yang terjadi akibat dari dan dapat
Menganalisis faktor-faktor yang berubah oleh keadaan sosial dan budaya
menjadi penghambat perempuan dalam keikut masyarakat.
sertaan peranan di bidang politik sesuai dengan Kantor Menteri Negara Pemberdayaan
Pancasila. Dan mengetahui upaya yang Perempuan Republik Indonesia, mengartikan
dilakukan guna mewu-judkan kesetaraan gender adalah peran-peran sosial yang
gender. dikonstruksikan oleh masyarakat, serta
3. Tinjauan Pustaka tanggung jawab dan kesempatan laki-laki dan
GENDER perempuan yang diharapkan masyarakat agar
a. Pengertian Gender peran-peran sosial tersebut dapat dilakukan
Istilah gender dengan pemaknaan oleh keduanya (laki-laki dan perempuan).
seperti yang digunakan pada saat ini pertama Disimpulkan bahwa gender adalah
kali diperkenalkan oleh Robert Stoller untuk suatu konstruksi atau bentuk sosial yang
memisahkan pencirian manusia yang
didasarkan pada pendefinisian yang bersifat 2
Riant Nugroho,Gender dan Administrasi Publik ,
sosial budaya dengan pendefinisian yang Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, halaman 31
90
sebenarnya bukan bawaan lahir sehingga dapat undang ini memberikan kesempatan yang sama
dibentuk atau diubah tergantung dari tempat, kepada semua warga negara untuk memilih
waktu atau zaman, suku, ras, atau bangsa, dan dipilih. Hal ini berarti bahwa dari
budaya, status sosial, pemahaman agama, perspektif konstitusi dan hukum secara
ideologi negara, politik, hukum, dan universal peran perempuan mendapatkan
ekonomi. Oleh karenanya, gender bukanlah tempat yang proporsional. Namun, jika diukur
kodrat Tuhan melainkan buatan manusia kualitas maupun kwantitasnya, peran dan
yang dapat dipertukarkan dan memiliki kemitra sejajaran itu belum memuaskan bukan
sifat relatif. hanya di Indonesia, tetapi di seluruh negara
b. Konsep Pancasila dunia. Dilihat dari partai politik, Manurut
Dalam UUD 1945 Pasal 27 dinyatakan pengertian dalam pasal 1 angka 1 Undang-
bahwa adanya jaminan kesamaan hak bagi Undang Nomor 2 tahun 2011, Partai
seluruh warga negara, baik laki-laki maupun Politik adalah organisasi yang bersifat
perempuan termasuk anak-anak di depan
nasional dan dibentuk oleh sekelompok
hukum.3 sedangkan Pasal 28 menjamin
warga negara Indonesia secara sukarela atas
“Kebebasan berkumpul dan berserikat, dan
dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
kebebasan menyatakan pendapat baik secara
memperjuangkan dan membela kepentingan
lisan maupun tertulis.” Sekalipun demikian,
politik anggota, masyarakat, bangsa dan
dalam kondisi yang patriakhal perempuan
negara, serta memelihara keutuhan Negara
menghadapi beberapa kendala untuk
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
mensejajarkan diri dengan laki-laki dalam
Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara
berbagai bidang. Upaya peningkatan peranan
Republik Indonesia Tahun 1945. 4
perempuan dalam pembangunan telah tersirat
Secara umum dapat dikatakan bahwa
dalam lima falsafah dasar bangsa Indonesia
partai politik adalah suatu kelompok
yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,
terorganisir yang anggota-anggotanya
dan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
mempunayi orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita
Pancasila sebagai cara dan falsafah hidup
yang sama. Tujuan kelompok ini adalah
bangsa Indonesia, tidak membuat perbedaan
memperoleh kekuasaan politik dan merebut
antara laki-laki dan perempuan, yang
kedudukan politik (biasanya) dengan cara
dinyatakan bahwa setiap warga negara
konstitusional untuk melaksanakan
mempunyai status, hak, dan kewajiban, serta
programnya. Prof. Carl J. Friedrich dalam
kesempatan yang sama di dalam keluarga dan
bukunya Constitutional Goverments and
masyarakat. Dalam sistem politik demokrasi
Democracy merumuskan bahwa “partai politik
perwakilan (sila ke-4) atau kehidupan
adalah sekelompok manusia yang terorganisir
berketuhanan maupun beragama (sila ke-1), isu
secara mapan dengan tujuan untuk menjamin
kesetaraan gender menjiwai kedua sila
dan mempertahankan pemimpin-pemimpinnya,
tersebut.
tetap mengendalikan pemerintahan dan lebih
c. Konsep Politik jauh lagi memberikan keuntungan-keuntungan
Khusus terkait dengan bidang kehidupan
terhadap anggota partai baik materiil maupun
politik, gambarannya dapat dilihat dalam
spiritual.5
GBHN seperti diuraikan di muka dan lebih
d. Pemilihan Umum (Pemilu)
kongkrit dalam Undang-undang bidang politik,
Menurut ketentuan pasal 1 angka 1
terakhir Undang-Undang No. 2 Tahun 1999
Undang-Undang nomor 8 tahun 2012 tentang
tentang partai Politik, UndangUndang No.3
Tahun 1999 tentang susunan dan kedudukan
4
MPR, DPR dan DPRD, dimana Undang- Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2011
tentang Partai Politik.
5
Sukarna, Sistem Politik, Alumni, Bandung, 1981,
3
Pasal 27 dan 28 UUD 1945. halaman 89
91
Pemilihan Umum Anggora Dewan Perwakilan Dalam sistem ini untuk mencalonkan agar
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan dipilih untuk sebuah daerah pemilihan seorang
Dewan Perwakilan rakyat Daerah, Pemilihan calon harus memenangkan jumlah tertinggi
Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah dari suara sah atau dalam beberapa varian
sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang mayoritas suara sah di daerah pemilihan.
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, Sistem ini menunjukkan daerah-daerah
rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan pemilihan daerah-daerah pemilihan dari mana
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan seorang wakil terpilih (Distrik wakil tunggal).
Undang-Undang Dasar Negara Republik (b) Sistem Representasi (Sistem Perwakilan
Indonesia Tahun 1945.6 Berimbang)
Jika sorotan diarahkan pada bidang Terdapat variasi sistem yang sangat luas, dasar
politik dan pemerintahan maka sebuah semua sistem adalah bahwa menggunakan
perbandingan kwantitatif akan memperlihatkan daerah pemilihan wakil majemuk, jumlah
Ketidak seimbangan proporsi antara pria dan wakil-wakil terpilih untuk sebuah daerah
wanita dalam arti jumlah wanita yang terlihat pemilihan ditentukan sesuai dengan masing-
dalam bidang politik jauh lebih kecil dari pada masing partai peserta yang memiliki
jumlah kaum pria. Naisbitt menyebutkan kwalifikasi atau bagian suara sah milik calon
bahwa jumlah wanita yang dapat menjadi yang diperoleh di daerah itu. Sistem ini
anggota parlemen di Indonesia hanya 10% dan meliputi sistem Representasi Proporsional
Menteri UPW menginginkan agar jumlah Daftar (bisa tertutup, bisa terbuka), Sistem
anggota Legislatif setelah Pemilu 1997 dapat Proporsional Wakil Campuran, Sistem Single
ditambah menjadi 18%.7 Transferable Vote).
Boklet yang dikeluarkan oleh Yayasan (c) Sistem Semi Proporsional
Internasional untuk sistem Pemilu Tahun 2001 Sistem ini membolehkan beberapa perwakilan
mengemukakan bahwa adas tiga faktor utama potensial untuk partai atau calon yang bukan
yang memiliki pengaruh pemenang suara terbanyak dalam suatu daerah
paling signifikan pada tingkat keterwakilan pemilihan, tetapi tidak secara sengaja
perempuan dalam lembaga-lembaga yang memberikan perwakilan bagian untuk suara
anggotanya dipilih melalui sah yang diperoleh oleh masing-masing partai
(1) Sistem Pemilu ; atau calon.
(2) Peran dan Organisasi politik Berdasarkan data yang dikutif oleh Pippa
(3)Penerimaan kultural termasuk aksi Norris dalam catatannya
mendukung yang bersifat wajib atau sukarela. “Keterwakilan Perempuan dan Sistem Pemilu
Sistem Pemilu dalam Ensiklopedia Pemilu (ed.Ridharrose),
Sistem Pemilu merupakan faktor yang secara menunjkkan tingkat rata-rata keterwakilan
langsung paling berpengaruh dalam hal perempuan dalam Majelis Rendah Perempuan
keterwakilan perempuan. Sistem pemilu adalah dalam Parlemen pada tahun 1999 :
perangkat yang mengkonversi suara atau Pluralitas/Mayoritas : 10,8%
aspirasi rakyat menjadi perwakilan rakyat yang Campuran dan Semi proporsional : 15,1%
duduk dalam badan pembuat keputusan- Representasi Proporsional : 19,8%Sistem
keputusan. pluralis/mayoritas menjadikan keterwakilan
Sistem Pemilu ada tiga macam ; yaitu sebagai perempuan agak sulit sedangkan sistem
berikut representasi proporsional menyebabkan tingkat
(a) Sistem Pluralis/mayoritas keterwakilan perempuan lebih tinggi. Ilmuan
politik saat ini berpendapat bahwa model
Representasi Proporsional Daftar memberikan
6
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang nomor 8 tahun 2012 kesempatan terbaik bagi perempuan agar
tentang Pemilihan Umum
7
Moh. Mahfud,MD,ED. Dr. Hj. Bainar, (1998), hal 73. terwakili dalam badan legislatif.
92
9
UUD No 23 tahun 2003 Susunan dan Kedudukan MPR,
DPR, DPD, dan DPRD
8 10
Ni’matul Huda, Lembaga Negara Dalam Masa Transisi Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Normatif,
Demokrasi, UII Press, Yogyakarta, 2007, halaman 108 Kencana, Jakarta, 2010, halaman 93
93
dengan mempelajari sejarah. Mengingat tata yang diteliti kemudian diidentifikasi dan
hukum yang berlaku sekarang mengandung dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh.
anasir-anasir dari tata hukum yang silam dan C. HASIL PENELITIAN DAN
membentuk tunas-tunas tentang tata hukum PEMBAHASAN
pada masa yang akan datang. 1. Hasil Penelitian KonvensiPenghapusan
3. Spesifikasi Penelitian Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif, Perempuan
yaitu penelitian yang selain melukiskan Dalam upaya melindungi hak perempuan,
keadaan, obyek, atau peristiwa juga keyakinan secara historis, perjuangan penegakan hak
tertentu akan diambil kesimpulan-kesimpulan perempuan baik secara internasional maupun
dari obyek persoalan yang dikaitkan dengan lokal Indonesia, mengalami perjalanan panjang
teori-teori hukum dan praktek hukum positif hingga melahirkan Konvensi Perempuan.
yang menyangkut permasalahannya. Sebelumnya, Indonesia pun telah meratifikasi
4. Sumber Bahan Hukum Perjanjian mengenai Hak Politik Perempuan
a. Bahan Hukum Primer (Convention of the Political Right of Women).
Yaitu bahan-bahan hukum yang Kemudian pada tahun 1993, Indonesia telah
mengikat : menerima Deklarasi Wina yang sangat
1. Peraturan Dasar, yaitu UUD 1945; mendukung kedudukan perempuan. Deklarasi
2. Peraturan perundang-undangan. Wina sangat mendukung pemberdayaan
b. Bahan Hukum Sekunder perempuan. Pasal 1, menyatakan bahwa “Hak
Yang memberikan penjelasan asasi perempuan serta anak adalah bagian dari
mengenai bahan hukum primer, seperti hak asasi yang tidak dapat dicabut
misalnya, rancangan undang-undang, hasil- (inalienable), integral dan tidak dapat
hasil penelitian, hasil karya dari kalangan dipisahkan (indivisible)”. Kemudian untuk
hukum, dan seterusnya.11 mamantapkan perjuangan hak-hak perempuan,
c. Bahan Hukum Tersier Indonesia kemudian meratifikasi Convention of
Yakni bahan yang memberikan the Elimination of All Forms of Discrimination
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan Againts Women (CEDAW) atau Konvensi
hukum primer dan sekunder; contohnya adalah Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
kamus, enslikopedia, indeks kumulatif, dan terhadap Perempuan menjadi Undang-Undang
seterusnya. Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi
5. Metode Pengumpulan Bahan Hukum Konvensi Penghapusan diskriminasi terhadap
Bahan hukum yang diperoleh dengan perempuan. Pasal 1 undang-undang ini
cara melakukan inventarisasi peraturan memberikan jaminan bagi perempuan agar
undang-undang yakni, Dalam penelitian ini perempuan tidak memperoleh diskriminasi
peneliti hanya menggunakan data sekunder atau dengan kata lain pasal ini menghendaki
belaka, dan metode yang digunakan untuk penghapusan diskriminasi terhadap perempuan
proses pengumpulan data ialah dengan studi “Untuk tujuan Konvensi ini, istilah:
kepustakaan, internet browsing, telaah artikel “diskriminasi terhadap perempuan” berarti
ilmiah, telaah karya ilmiah sarjana dan studi segala pembedaan, pengucilan atau
dokumen, termasuk di dalamnya karya tulis pembatasan yang dibuat atas dasar jenis
ilmiah maupun jurnal surat kabar dan dokumen kelamin yang mempunyai dampak atau tujuan
resmi lainya yang relevan dengan masalah untuk mengurangi atau meniadakan
pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak
11
Soeryono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum asasi manusia dan kebebasan-kebebasan pokok
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Press, di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya,
Jakarta, 1986, halaman 15
sipil atau bidang lainnya oleh perempuan,
94
dan membangun karakterbangsa dalam rangka dan Beradab disimbolkan oleh gambar rantai,
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. terdiri dari gelang persegi (lambang laki-laki)
(2) Pendidikan politik sebagaimana dimaksud yang berhubungan dengan gelang bundar
pada ayat (1) dilaksanakan untuk membangun
(lambang perempuan). Hubungan kedua jenis
etika dan budaya politik sesuai dengan
Pancasila.” rantai tersebut selain menyiratkan kesetaraan
Jelas dan nyata bahwa Partai Politik memiliki laki-laki dan perempuan, juga mengingatkan
fungsi untuk memberikan pendidikan politik bahwa keberlangsungan Bangsa tergantung
kepada masyarakat agar dapat meningkatkan pada kerjasama warga masyarakat laki-laki dan
partisipasi politik dalam kehidupan perempuan. Simbol laki-laki dan perempuan
perpolitikan Indonesia dengan keadilan gender sesunggungnya juga dicerminkan oleh warna
sesuai dengan pancasila. Karena apabila fungsi
bendera merah putih kita. Menurut Soekarno,
pendidikan politik telah terlaksana dengan
baik, seharusnya Partai Politik tidak merah – berani, dan putih – suci yakni bulan
mengalami kesulitan dalam merekrut kader- sebagai cerminan kesadaran masyarakat
kader perempuan yang berkualitas. agragris terhadap kekuatan alam/gaib, tetapi
warna merah dan putih pada bendera kita yakni
2. PEMBAHASAN lambang untuk perempuan dan laki-laki.
Pancasila merupakan sebuah ideologi Soekarno menjelaskan, warna bendera merah
bangsa Indonesia dalam konteks kehidupan putih sebenarnya melambangkan terjadinya
berbangsa dan bernegara, seluruh masyarakat manusia. Beliau menyebutkan bahwa
berpedoman kepada Pancasila sebagai cita-cita perempuan adalah pusat dari perkembangan
bangsa. Salah satu tujuan yang terkandung di bangsa-bangsa. Perempuan dikatakan sebagai
dalam yakni terwujud keadilan bagi seluruh penemu ilmu (terutama pertanian dan pakaian)
warga masyarakat, sama-sama mendapatkan tetapi juga dikatakan sebagai pencipta hukum
keadilan dan hak-haknya sebagai manusia. (matriarchal) yang bermula dari ketentuan
Salah satu tantangan untuk membuktikan garis keturunan yang kemudian berkembang
kesaktian Pancasila di tengah kondisi hingga kedimensi ekonomi.
masyarakat Indonesia saat ini, adalah ideologi Soekarno menjelaskan kemanusiaan
yang responsif terhadap tuntutan atas adalah alam manusia (de mensheid). Peri
kesetaraan gender. Soekarno, sang penggagas kemanusiaan adalah jiwa merasakan, bahwa
Pancasila, secara eksplisit mengintegrasikan antara manusia dengan manusia lain ada
prespektif kesetaraan gender ke dalam uraian hubungnnya. Jiwa yang hendak mengangkat
tentang Pancasila. Pada saat memberikan sekaligus membedakan jiwa manusia itu lebih
tinggi dari binatang (menselijkheid).
kuliah umum tentang Pancasila pada tanggal
Singkatnya, peri kemanusiaan adalah evolusi
22 Juli 1958 di Istana Negara, Soekarno kalbu, batin maupun rasa yang akan
menjelaskan bahwa isu perempuan dan laki- menghalangi kita untuk berbuat rendah dan
laki dapat digali disila ke-2 peri kemanusiaan mencelakakan manusia lain. Sehingga
yang adil dan beradab dari Pancasila. Meski diskriminasi dengan berasis apapun misalnya,
demikian, setiap saat Soekarno mengingatkan adalah tindakan melukai prinsip kesetaraan
bahwa sila-sila dalam Pancasila saling manusia yang dijunjung oleh sila peri
kemanusiaan dalam Pancasila. Makna peri
menjiwai, sehingga isu perempuan ada di
kemanusiaan oleh Soekarno tidak sebatas
setiap sila. Dalam sistem politik demokrasi menguras hubungan manusia, tetapi juga
perwakilan (sila ke-4) atau kehidupan digunakan sebagai prinsip untuk mengatur
berketuhanan maupun beragama (sila ke-1), isu relasi kita sebagai bangsa dengan bangsa lain.
kesetaraan gender menjiwai kedua sila Persoalan ketidaksetaraan gender
tersebut. bukanlah persoalan sederhana dan berdimensi
Penjelasan Soekarno tentang kedudukan lokal, namun persoalan ini ditemui diseluruh
perempuan dimulai dari lambang negara belahan Dunia, serta berkaitan erat dengan
Garuda Pancasila. Sila Kemanusiaan yang Adil segala sendi kehidupan manusia. Komitmen
98
dalam konfrensi dapat terwujud. Oleh karena pelosok tanah air mengenai kesetaraan dan
itu, Deklarasi MDGs ini merupakan tantangan keadilan gender, memperluas cuti melahirkan
bagi Indonesia untuk bisa mewujudkan untuk bapak (laki-laki), keterlibatannya dalam
kesetaraan dan keadilan gender pada tahun program kesehatan reproduksi. Selain itu perlu
2015. Menindaklanjuti komitmen MDGs ini, juga pemikiran oleh para peneliti/pemerhati
pemerintah Indonesia telah mengambil satu masalah gender mengenai redefinisi konsep
kebijakan dan strategi untuk mempercepat bekerja.
terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender 2. SARAN
(KKG) yakni melalui strategi Dari hasil penelitian dan pembahasan
Pengarusutamaan Gender (PUG) atau Gender di atas, penulis menyarankan agar dalam
Mainstreaming (GM). Strategi ini dilaksanakan pembuatan kebijakan yang menyangkut
dengan landasan hukum berupa Instruksi perempuan, hendaklah pemerintah lebih
Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2000 tentang peka gender dan lebih memahami kondisi
Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam
perempuan Indonesia. Peka gender disini
Pembangunan Nasional. Melalui strategi
berarti dalam pembuatan peraturan yang
ini diharapkan semua kebijakan, program dan
berkaitan dengan perempuan, haruslah terlebih
kegiatan pembangunan diIndonesia
dahulu diketahui hubungan relasi antara laki-
berpersfektif gender sehingga hasil
laki dan perempuan yang terjadi di masyarakat
pembangunan dapat memberikan manfaat bagi
dan perkembangannya, karena memang
laki-laki maupun perempuan.
emansipasi belum tentu peka gender.
Pendidikan politik yang memadai juga mutlak
D. SIMPULAN DAN SARAN
diperlukan dalam rangka terwujudnya cita-cita
1. KESIMPULAN emansipasi bagi perempuan. Dalam hal ini
Kesetaraan dan keadilan gender yang
partai politik dengan fungsi sosialisasi politik
telah diperjuangkan berpuluh-puluh tahun
menjadi garda terdepan dalam memberikan
belumlah memperoleh hasil seperti yang
pendidikan politik terutama kepada
diharapkan, meskipun berbagai instrumen
perempuan, dimana pendidikan politik ini akan
yuridis telah dilakukan oleh pemerintah untuk
ditindak lanjuti dalam proses rekrutmen
mencapainya. Banyak faktor yang memberi
sendiri. Walaupun memang perlu diinsyafi
kontribusi terhadap masih tingginya
bahwa stereotipe yang disandang perempuan
ketimpangan gender di masyarakat.
Indonesia justru menjadikan kesadaran
Ketimpangan gender ini masih ditemui di
perempuan menjadi minim terhadap dunia
bidang pendidikan, ketenagakerjaan, sosial,
politik, namun hal ini bukan berarti tanpa
politik, maupun dalam jabatan di birokrasi
penyelesaian. Institusi keluarga yang menjadi
publik. Ketidaksetaraan gender ini dapat
akar dari masyarakat perlu mengalami
dikatakan direproduksi oleh keluarga,
perubahan dalam pandangannya mengenai
masyarakat, maupun negara. Jika dilihat
kedudukan anggota keluarga. Adalah sudah
perkembangan studi perempuan di Indoensia
tidak relevan lagi terjadi ketergantungan
khususnya maupun di dunia secara umum telah
seorang istri kepada suaminya karena hal ini
melewati 4 paradigma/pendekatan, dimana
adalah akar dari permasalahan perempuan.
kelahiran paradigma ini tidak terlepas dari
Perempuan seringkali disubordinasikan dalam
pelaksanaan konferensi perempuan sedunia
keluarga yang lagi-lagi menjadikan perempuan
yang telah dilaksanakan sebanyak 4 kali yaitu
semakin tidak berminat dalam dunia politik.
pada tahun 1975, 1980, 1985, dan 1995.
Oleh karena itu perempuan juga harus sadar
Konferensi berikutnya rencananya akan
mengenai hak-haknya terutama hak-hak
dilaksanakan pada tahun 2010. Keempat
politiknya. Bahkan dalam pancasila kesetaraan
paradigma dalam studi perempuan/gender
antara perempuan dan laki-laki itu setara.
meliputi konsep WID, GAD, pemberdayaan
perempuan, dan pengarusutamaan gender
(PUG). Untuk studi gender ke depan perlu
diperhatikan beberapa cara pandang atau
perspektif seperti berkaitan dengan
heterogenitas perempuan di Indonesia,
pelibatan responden laki-laki dalam studi
gender, diseminasi informasi ke seluruh
100
DAFTAR PUSTAKA