Anda di halaman 1dari 53
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PG. MADUKISMO YOGYAKARTA LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajuken untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna ‘memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian Oleh: ALBERT AGUNG WAHYU WIBOWO, 09.70.0123 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2013 NO. INV : asa Jp /7P /cd 19 Februari 203 PARAF : PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PG. MADUKISMO YOGYAKARTA Oleh: ALBERT AGUNG WAHYU WIBOWO NIM : 09.70.0123 Program Studi : Teknologi Pangan Laporan ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan sidang penguji pada tanggal : Januari 2013 ‘Semarang, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Pembimbing Lapangan é 4 Ws ws ra ‘gq pualioanas, S.TP, MSe. s ane PG MADUKISMO ees Pembimbing Akademik a Dr. Ir, Bernadeta Soedarini, MP. KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kerja Prakek di PG Madukismo, Kerja Praktek Pangan Unika Soegijapranata Semarang. Penulisan laporan Kerja Praktek ini bertujuan untuk laksanakan oleh setiap mahasiswa program studi Teknologi memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh Sarjana Teknologi Pangan. Kerja praktek ini diharapkan dapat memperluas wawasan penulis mengenai proses-proses pembuatan gula, serta memberikan gambaran nyata tentang dunia kerja yang sesungguhnya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan kerja praktek ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dan bimbingan dari beberapa pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yong setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Tuhan Yang Maha Esa. Terima kasih atas berkat, perlindungan dan limpahan kasih karuniaMu selama ini Ibu Ita Sulistyawati, S.Tp, MSc, selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian. Ibu Dr. Bernadeta Soedarini, MP, selaku dosen pembimbing Kerja Praktek. Bapak Agus Winardi, selaku pembimbing lapangan selama di PG Madukismo. Bapak Dibyo, Bapak Kandar, Bapak Suradi, Bapak Purwanto, Bapak Suryoko, Bapak ‘Topo, Bapak Agus, Mas Eko, Mas Rudi, Mas Budoyo, Mas Beckham, dan seluruh staf dan karyawan PG Madukismo, khususnya bagian pabrikasi_ yang telah membantu dalam mendapatkan informasi, data, dan pengetahuan dalam pabrik. vee 6. Kedua orang tua penulis yang penulis sayangi, karena telah mendukung penulis selama Kerja Praktek di PG Madukismo dan saat penulisan laporan. 7. Kakak penulis, Leo Agung, Adrian Hendro, dan Angelina Cynthia yang telah mendukung selama kerja praktek dan penulisan laporan. 8. Rekan seperjuangan Destama Nanda, Rendy Arya, dan Candra Wisnu. Terima kasih atas kebersamaannya selama di Yogyakarta. 9. Bapak dan Ibu kost yang telah memberikan suasana dan tempat tinggal yang nyaman selama di Yogyakarta. 10. Teman-teman penulis (Vincent, Bram, Lily, Lia, Chika, Sheny) yang selalu membantu dan mendukung penulis dalam penyelesaian laporan Kerja Praktek. 11, Teman-teman lain (Bagus, Atma) yang meluangkan waktu untuk menjenguk dan memberi bantuan selama Kerja Praktek. 12. Pacar Tercinta Dewi Ayu Kusuma yang selalu mendoakan selama Kerja Praktek dan memberi motivasi selama penulis menyusun Laporan Kerja Praktek. 13. Semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak bisa disebutkan satu per satu. Karena keterbatasan kemampuan, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Japoran ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan ‘saran dai Kritik yang bersifat membangun untuk kesempumaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, Semarang, Januari 2013 Penulis, iv DAFTAR ISL HALAMAN JUDUL. 00.000 HALAMAN PENGESAHAN. KATA PENGANTAR. DAFTAR IS DAFTAR TABEI DAFTAR GAMBAR.. BAB |. PENDAHULUAN. 1.3. Lokasi Perusahaan. 1.4, Struktur Organisasi.. 1.5. Ketenagakerjaan. 1.6. Kesejahteraan dan Keselamatan Ker) BAB 2. SPESIFIKASI BAHAN DAN PRODUK. pesifikasi Bahan. 1, Bahan Baku Utama. 2.1.23. Phosphat.. 21.214. Flokulan 2.1.2.5, Mikrobiosida.. 2.4. Strategi Pemasaran. BAB 3. PROSES PRODUKS! 13 13 13 3.1.1. Alur Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Baku Pembantu, 14 3.2. Proses Pembuatan Gula... 4 Stasiun Gilingan. 15 Stasiun Pemurnian. 16 Stasiun Penguapan. 16 Stasiun Kristalisasi 7 Stasiun Puteran.. 7 Stasiun Penyelesaian. 7 BAB 4. LIMBAH INDUSTRI. 18 4.1. Jenis Limbah Industri. 18 4.1.1, Limbah Padat, 18 1.1.1. Pasir atau Lumpur. 18 4.1.1.2. Abu Ketel Uap. 18 18 19 19 19 BAB 5. PEMBAHASAN.. 23 5.1, Penanganan Limbah Cair. 24 5.2. Tahap Tahap Proses Pengolahan Limbah Cai 24 5.2.1. Limbah Berpolutan.. . 24 5.2.2. Limbah Tidak Berpolut 7 29 5.3. Perbandingan Karakteristik Fisika Awal dan Akhir Limbah.. - 30 5.3.1. Bau, - 30 5.3.2. Wama dan Kekeruhan - 30 5.3.3. Suhu. 31 5.3.4, Analisa Padatan 32 5.4, Perbandingan Karakteristik Kimia Awal dan Akhir Limbah. 54.1. pH. 5.4.2. Chemical Oxygen Demand (COD) 5.4.3. Biochemical Oxygen Demand (BOD) . BAB 6, KESIMPULAN DAN SARAN.-.-.....0-+5 L137 6.1. Kesimpulan. 6.2. Saran... BAB 7. DAFTAR PUSTAKA. . 38 BAB 8. LAMPIRAN.. . 40 8.1, Lampiran I. Presensi Kerja Praktek.. 40 8.2. Lampiran 2. Denah PG. Madukismo. 4. 42 8.3. Lampiran 3. Struktur Organisasi PG. Madukismo.. vi DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah Karyawan PG. Madukismo... Tabel 2. Komposisi Kimia Tebu... 8 Tabel 3. Macam dan Sifat Air Buangan Pabrik Gula.. 20 ‘Tabel 4. Laporan Hasil Uji Limbah Cair PG. Madukismo... 35 vil DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Diagram Alir Proses Produksi PG. Madukismo... “4 Gambar 2. Gilingan Tebu... Gambar 3. Diagram Alir Proses Produksi dan Keluaran Pada Setiap Satuan Operasi...... 22 Gambar 4, Bak Penampungan (aqualizer tank) ..........000000 28 Gambar 5. Bak Pengendapan Awal 26 Gambar 6. Bak aerasi (aeration tank) . 20 Gambar 7. Bak Pembibitan Katalisator [NOLA 221 2 28 Gambar 8, Bak Pengendapan Aki % Gambar 9. a. Kolam Ikan danb, Air Limbah dari IPAL dialirkan ke selokan............... 28 Gambar 10, Saluran Air (Selokan) .. 1, ROFIL PERUSAHAAN 1.1, Sejarah Perusahaan Selama pemerintahan Hindia-Belanda, di Yogyakarta banyak jumlahnya kurang lebih 17 buah diantaranya seperti PG Padokan, PG Cebongan, PG Melati dan lain-lain. Tahu 1947, pemerintah Jepang menduduki wilayah Indonesia dengan 12 pabrik gula, yang pabrik yang terdapat di daerah Yogyakarta. Hal ini berlangsung sampai diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sejak saat itu pemerintah Indonesia menguasai pabrik — pabrik gula-tersebut. Pada tahun.1950, pabrik-pabrik yang ada dibumihanguskan oleh Jepang pada saat masa pendudukan Jepang dan tinggal puing-puing. Setelah pemerintahan Indonesia kembali berjalan stabil dan situasi keamanan kembali pulih, sekitar tahun 1955 dan tepainya pada tanggal 14 Juni 1955, Sri Sultan Hamengkubuwono IX memprakarsai pembangunan pabrik gula, yang diberi nama PG Madukismo. Pada saat itu, Madukismo didirikan berdasarkan beberapa tujuan yang ingin dicapai, sepe © Memenuhi kebutuhan masyarakat akan gula © Menampung para buruh gula yang telah kehilangan pekerjaan. © Membantu pemeritah dalam penyediaan lapangan pekerjaan. * Memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat sekitarnya. © Menambah pendapatan pemerintah daerah dan pemerintah pusat. © Mendapatkan keuntungan maksimal yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas gula. Sebelum menjadi PG. Madukismo, Salah satu nama perusahan gula di Yogyakarta ini bemama PG. Padokan. PG. Padokan merupakan pabrik gula (PG) yang terakhir yang dibumihanguskan oleh pemerintah Belanda pada saat jaman pendudukan Belanda. Ketika Belanda mundur, pabrik dijarah oleh rakyat dan muncul fenomena gula hitam. Gula yang belum jadi diambil dan dijarah oleh rakyat. Dalam waktu yang relative singkat, PG. Padokan dibumihanguskan. Namun, nasib yang berbeda dialami oleh perusahaan ini, dimana ditempat yang sama dibangun perusahan gula yang nantinya akan diberi nama PG. Madukismo. Proses pembangunan dimulai pada tahun 1955 oleh seorang kontraktor berkebangsaan Jerman Timur, Machien Fabriek Sangerhause dengan menggunkan tenaga — tenaga teknisi dari Jerman Timur sebanyak 250 orang yang datang bergantian. Pabrik gula ini mulai beroperasi 3 tahun berikutnya, yaitu tahun 1958 dan diresmikan oleh presiden pertama RI Ir. Soekara pada tanggal 29 Mei 1958, sedangkan untuk pabrik spirtus beroperasi tahun 1959, Pada awal produksi, ada banyak hambatan, baik hambatan internal maupun hambatan eksternal. Pada tahun 1961), proses berjalannya pabrik mulai lancar dan kepemimpinan diambil alih oleh Republik Indonesia, Sejak saat itulah, Perusahaan Pembuatan Gula (P2G) Madu Baru menjadi, PT dan membawahi PG & PS. yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Presiden Komisaris. Pada tahun 1966 BPU -PPN ( Badan Pimpinan Umiim-Perusahaan Negara ) dibubarkan, namun, pabrik gula di Indonesia boleh memilih tetap sebagai perusahaan negara atau keluar menjadi perusahaan swasta (PT). Saat itu, PT. Madu Baru memilih menjadi perusahaan swasta. Pada tahun 1978, saat P2G Madu Baru dikelola oleh Departemen Pertanian dan Departemen Keuangan, kepemilikan saham berubah menjadi 25% milik swasta dan 75% milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Pada tanggal 14 Maret 1981, direktur utama PT. Rajawali Nusantara Indonesia, Muhamad Yusuf dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, menunjuk P. Rajawali Nusantara Indonesia sebagai pimpinan P2G Madu baru, Perubahan ini menyebabkan perubahan kepemilikan saham menjadi 65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono X dan 35% milik pemerintah (dikuasakan kepada PT. Rajawali Nusantara Indonesia yang merupakan sebuah BUMN). Pada tanggal 4 Maret 1984 hingga 24 Februari 2004, diadakan kontrak~Kerja manajemen dengan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNE) yaitw salah satu BUMN milik Departemen Keuangan RI. Tanggal 24 Februari 2004 hingga sekarang PT. Madu Baru menjadi perusahaan mandiri yang dikelola secara profesional dan mandiri 1.2. isi dan Misi Perusahaan a. Visi PT. Madu Baru menjadi perusahaan Agro Industri yang unggul di Indonesia dengan petani sebagai mitra sejati. b. Misi ‘© Menghasitkan gula dan ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan masyarakat dan industri di Indonesia © Menghasilkan produk dengan.memanfaatkan teknologi.maju yang ramah lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif, memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani ¢ Mengembangkan produk atau bisnis baru yang mendukung bisnis inti © Menempatkan karyawan dan stake holders lainnya sebagai bagian terpenting dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian share holders values. 13. Lokasi Perusahaan Letak PG. Madukismo ini S km selatan kota Yogyakarta. Lebih tepatnya berada di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (55181), Koordinat : S7°49'45.7" E110°20'42.8"._Luas lahanya sebesar 276.000 m* dengan status kepemilikan-Hak Guna Bangunan (HGB) dan status peruntukan industri. Batas wilayah PG. Madukismo di, sebelah utara berbatasan dengan ringroad selatan Yogyakarta. Sebelah selatan PG. Madukismo dibatasi oleh wilayah Kasongan dan berbatasan langsung dengan sawah milik warga-Kasongan. Sebelah barat dibatasi dengan jelur wilayal’ Gunung Sempu. Bagian timur dibaiasi dengan Jalan Raya Bantul. 1.4, Struktur Organisasi Fungsional PT. Madu Baru Susunan kepengurusan PT. Madu Baru saat adalah sebagai berikut: rbagi menjadi empat bagian, di antaranya 1. Komisaris Utama 2. Komisaris 3. Direktur 4, General Manager Sedangkan struktur organisasi fungsional dari PT Madu Baru dapat dilihat dalam lampiran. ‘Susunan kepengurusan pada saat ini adalah: 1. Komisaris utama_: GKR Pembayun 2. Komi : Drs. H. Sumargono Kusumohadiningrat dan Ir. Agus Purnomo, Msi. 3. Direktur Ir, Rachmad Edi Cahyono, Msi 4, General Manager + Ir. Rachmad Edi Cahyono, Msi. 1.5. Ketenagakerjaan 1.5.1. Penggolongan Karyawan Pada tahun 2000 PT. Madu Baru membentuk serikat pekerja PT dan baru disahkan pada tahun 2001. Serikat pekerja ini mengatur hak dan kewajiban karyawan dan perusahaan, Pabrik gula Madukismo memiliki dua jenis karyawan yang berbeda yaitu karyawan tetap dan tidak tetap, Karyawan tetap yaitu karyawan yang dipekerjakan untuk waktu yang tidak tertentu dan pada saat dimulai hubungan kerja didahului dengan masa percobaan selama kurang lebih 3 bulan. Tenaga kerja ini dibedakan menjadi dua, yaitu: — Karyawan Pimpinan ~ Karyawan Pelaksana Sistem pengupahan karyawan Pimpinan dan Pelaksana diatur tersendiri dalam PKB antara Serikat Pekerja dengan Direksi. Karyawan tidak tetap adalah karyawan yang bekerja untuk jangka waktu tertentu, yaitu pada masa giling. Pada saat musim giling, karyawan tidak tetap mengadakan kontrak kerja dengan perusahaan. Karyawan tidak tetap dikelompokkan menjadi tiga yaitu karyawan kampanye, karyawan musiman, dan karyawan harian lepas (karyawan borongan). Karyawan Kampanye Karyawan kampanye adalah karyawan yang pekerjaannya berhubungan dengan produksi, misalnya unit penggilingan, unit pemurnian, dan unit kristalisasi. Jangka waktu kerja karyawan kampanye adalah satu kali masa giling. Karyawan Musiman Karyawan Kerja Waktu Tertentu atau KKWT atau musiman (hanya bekerja pada masa produksi), KKWT merupakan karyawan yang bekerja di luar proses produksi. Jangka waktu kerja karyawan musiman adalah satu kali masa giling, misalnya pekerja, pada lintasan rel, pekerja pada deret tebu, dan juru tulis gudang. Jangka waktu hubungan kerja adalah sembilan kali musim giling. Karyawan Harian Lepas (Karyawan Borongan) Karyawan harian lepas adalah karyawan. yang bekerja secara insidential sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Karyawan harian lepas digaji secara gajian dan biasanya bekerja dalam lingkup perbaikan gedung dan kantor Jumlah Karyawan PG. Madukismo dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Karyawan PG. Madukismo Bulan Juli ~ Desember 2011 No URAIAN JUMLAH ORANG Juli Agustus September Oktober November Desember 1 T i T 1 1 2 Karyawan 59 59) 9 38 38 38 Pimpinan 3. Karyawan 368 | 365 385 379 316 ~—«376 Pelaksana 4. Karyawan 958 950 O34 ST 5 = KKWT Total 1376 1375 1379 489 435 435 ‘Sumber : PG. Madukismo Keterangan : KKWT (Karyawan Kerja Waktu Tertentu) 1.5.2. Jam Kerja Hari kerja karyawan pada musim_giling berbeda-beda, tergantung dari bagian tempat bekerja. |. Bagian Pabrik : Bekerja tiap hari dengan adanya pergantian shift kerja setiap 3 hari sekali. ‘Adapun shift kerja bagian pabrik adalah sebagai berikut : ~ Shift +: 06.00-14.00 = Shift: 14,00-22.00 =Shift 1: 22.00-06,00. 2. Bagian Administrasi Hari dan jam kerja dari karyawan bagian administrasi adalah Senin- Kamis pukul 06.30- 15.00 WIB, dan Jumat- Sabtu pada pukul 06.30-11.30 WIB. 1.6. Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja Dalam sistem ketenagakerjaan, PT. Madu Baru juga menjamin kesejahteraan dan keselamatan kerja bagi karyawan. Jaminan yang diperoleh karyawan PT. Madu Baru diantaranya berasal dari : 1. Semua karyawan diikutkan program Jamsostek. 2. Jaminan hari tua Program Taskhat (Tabungan Asuransi Kesejahteraan Haari Tua) untuk karyawan kampanye. Koperasi karyawan dan pensiunan P2G PT: Madu Baru, Perumahan dinas. Poliklinik dan klinik KB perusahaan, ‘Taman Kanak-kanak. Sarana olahraga. yr aaa se ). Pakaian dinas. 10. Biaya pengobatan dan rekreasi karyawan dan keluarga. 2. SPESIFIKASI BAHAN DAN PRODUK 2.1, Spesifikasi Bahan 2.1.1. Bahan Baku Utama Pembuatan gula di PG. Madukismo menggunakan tebu sebagai bahan bakunya. Tebu yang digiling di PG. Madukismo ini merupakan hasil pertanian dari Provinsi DIY dan Jawa ‘Tengah, (Kabupaten Purworejo, Kebumen, dan Magelang). Pengiriman tebu dari dari areal penanaman ke pabrik menggunakan truk, Setibanya di pabrik, tebu yang diangkut truk harus ditimbang dulu dengan cara-menimbang truk yang, bermuatan tebu setelah, itu tebu dipindahkan ke lori dan meniimbang lagi truk tanpa muatan tebu. Maka akan diperoleh berat tebu yang diangkut. Bahan baku utama yang digunakan adalah batang tanaman tebu (Saccharum officinarum) yang termastik dalam family Graminiceae atau rumpu — rumputan. Tanaman =tanaman tebu yang digunakan terditi dari beberapa varictas, diantaranya adalah BZ132 (Breiterlanze Zeadrietscarten), PS 30, PS 56, dan 54. Kualitas bahan baku tebu diupayakan memenuhi kriteria. Kriteria tebu yang baik adalah manis, bersih, dan segar. © Tebu dikatakan manis bila tebu memiliki kandungan sukrosa pada titik maksimalnya, © Tebu yang baik harus bersih, jumlah kotoran (trask) yang ikut masuk ke dalam proses pengolahan harus diminimalisir. Kotoran-yang terikut ke dalam proses pengolahan akan mengikai gula, schingga akan sémakin tingkat kehilangan gula juga akan semakin besar. Selain itu, Kotoran dapat mengganggu proses pengolahan gula selanjutnya. ‘* Tebu juga harus dalam keadaan segar. Tebu setelah ditebang sebaiknya segera diproses (digiling) untuk menghindari kehilangan gula inversi, kchilangan gula akibat reaksi enzimatis, dan kehilangan akibat mikrobilogis (Supriyono, 2006). Kandungan nutrisi yang terkandung dalam tebu dapat dilihat pada Tabel 2 berikut : Tabel 2. Komposisi Kimia Tebu Kompos ~~ Persentase (%) Air 10% Gula 14% Serat 13% Kandungan Non - Gula 3% ~ Sumber : hitp://somdiaa.com/en/me' ie 2.1.2, Bahan Pembantu 2.1.2.1. Kapur Batu kapur adalah hasil pembakaran kapur mentah (Calsium carbonate CaCO;) yang dalam proses pembakaran pada temperatur lebih dari 900°C akan terjadi proses calsinasi dengan pelepasan-gas CO» hingga tersisa Ca yang dikenal sebagai batu kapur (kapur.tohor). Schingga terjadi reaksi : CaCOs CaO + CO? Banah baku kapur diperolch dari daerah sekitar DIY (Wates, Bantul, atau. Wonosari) dengan dosis 240 ke/1000 kg tebu. Dalam setiap tahun / musim giling nya rata ~ rata pemakain batu kapur sebanyak 50 ton. Dalam proses pembuatan gula di PG. Madukismo kapur yang digunakan dalam bentuk susu kapur (Ca(OH). Pembuatan susu kapur diawali dengan memasukan kapur tohor dan air ke tromol yang berputar. Alat dengan sekat untuk memisahkan kerikil — kerikil yang ikut terbawa. Reaksi adalah sebagai berikut : CaO + Hz0 ———* (Ca(OH),) Pemberian susu kapur bertujuan untuk mengikat Kotoran pada nira. Viskositas susu kapur yang digunakan oleh PG. Maduksimo adalah 7°Be atau sekitar 75 gr CaO/L larutan. 2.1.2.2. Belerang Belerang digunakan dalam pemurnian dengan metode sulfitasi yaitu untuk bahan baku pembuatan gas SOz. Belerang dimasukan dalam tobong belerang yang tertutup, mula — mula belerang dicairkan dengan steam dalam bejana tertutup serta dialiri oksigen secara terus menerus. Oksigen yang digunakan berasal dari udara kering. Udara kering tersebut kemudian dialirkan ke dalam tobong belerang dan akan terjadi reaksi sebagai berikut : Si +O. ———® SOx) Gas SO> dalam unit pemurnian nira mentah dipakai untuk membentuk endapan CaSO3 yang dapat mengikat kotoran yang terbawa dalam nira mentah. Selain itu juga dipakai sebagai zat pemucat (bleaching) untuk nira yang keluar dari unit evaporasi karena gas tersebut mampu mengurangi zat-zat berwama. Kadar SO» yang dipakai sebesar 10-12% dari jumlah nira, 2.1.2.3. Phospat ‘Asam phospat merupakan bahan_pembantu yang ditambahkan dalam pemurnian nira dengan membentuk endapan Kalsium fosfat dan bersifat mengadsorbsi kotoran dalam nira. Asam fosfat ditambahkan sampai P20s dalam nira mencapai 300 ppm. 2.1.2.4, Flokukan Flokulan merupakan senyawa yang ditambahkan dalam proses pemurnian nira yang dapat mempereepat penggumpalan (koagulasi) kotoran terlarut sehingga ikut membantu mempercepat proses pengendapan, Flokulan yang digunakan adalah Super Floc A-100 konsentrasi 3 ppm. 2.1.2.5. Mikrobiosida Bahan ini digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang mengakibatkan kehilangan sukrosa. Contoh bakteri tersebut adalah Leuconosioc mesenteroides & bacillus stearothermophilus. Mikrobiosida yang digunakan’ adalah Buckom NT-881 berupa cairan yang larut air dengan pH 9-10 kerapatan 1,22 g/ml, Bahan ini ditambahkan pada proses penggilingan, namun Karena alasan harga yang mahal maka pada saat ini mikrobis tidak dipakai. Sebagai gant dilakukan penyemprotan uap panas ke gilingan. 10 2.1.2.6. Bahan Pelunak Kerak Bahan — bahan pelunak kerak yang dipakai di PG. Madukismo antara lain : . ‘NaOH Bahan ini untuk melunakkan kerak pada dinding boiler dan pipa-pipa pemanas evaporator sehingga mudah dibersibkan. © Voltable Excellent Bahan ini digunakan secara bergantian atau dikombinasikan dengan NaOH. © Triphos (Tri sodium phosphat) Bahan ini (NasPO;) dipakai untuk. membersihkan. Kerak pada evaporator-cvaporator yang dimiliki PG. Madukismo, Penggunaan bahan ini juga dikombinasikan dengan NaOH. . Voltable 696-Boiler water treatment Bahan ini berupa cairan kuning yang berfungsi untuk menjaga alkalinitas boiler sehingga dapat mencegah kordsi dan menjaga agar endapan tetap dalam bentuk suspensi. Air imbibisi merupakan air yang ditambahkan pada saat proses penggilingan. Air imbibisi berfungsi untuk membantu mengeluarkan nira mentah yang dikandung tebu secara maksimal pada saat proses penggilingan. Air imbibisi digunakan dalam jumlah 20-30% dari jumlah tebu yang digiling. 2.2, Produk PG. Madukismo memi Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Mutu produksi dipantau oleh P3GI Pasuruan (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) dan juga BULOG. Kualitas gula yang dihasilkan produk utama gula pasir dengan kualitas SHS A (Superior Head oleh PG Madukismo telah disesuaikan dengan standar BULOG yang dapat dilihat seperti pada tabel berikut ini. Gula dari PG. Madukismo dikemas dalam 2 ukuran yaitu dengan berat bersih | kg dan 50 kg, Selain menghasilkan produk gula pasir SHS, PG. Madukismo ampingan. Hasil sampingan tersebut berasal dari proses juga menghasilkan beberapa hasi pemasakan nira dan proses pemurnian. Pada proses pemasakan nira, produk sampingan yang dihasilkan berupa tetes gula yang dapat diolah menjadi alkohol muri C3HsOH (kadar 95%) dan spiritus bakar CHsOH (kadar 94%) di Pabrik Spiritus Madukismo, Sedangkan, pada proses pemumian diasilkan limbah berupa blotong yang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik. 2.3. Kapasitas Produksi Berdasarkan kapasitas tebu yang diperoleh yaitu sebanyak 400.000- 500.000 ton per tahun PG, Madukismo dapat menghasilkan gula SHS + 35,000 ton dengan rendemen 7,0 % - 8,5 % Sedangkan produksi samping dari PS Madukismo yaitu alkohol murni dengan kadar 95% dan spiritus bakar dengan kadar 94%: Mutu dari: produk sampingan ini dipantau oleh Balai penelitian Kimia Departemen Perindustrian dan PT Sucofindo Indonesia. Hasil produksi rata-rata per tahun dari pabrik spriritus ini dengan menggunakan bahan baku tetes dari PG. Madukismo dengan jumlah + 25.000 ton per tahun dapat menghasilkan alkohol sebanyak 7,5-8 juta liter per tahun dan dapat dipasarkan sebagai alkohol murni dan spiritus bakar, ‘Masa produksi dari PG. Madukismo yaitu sekitar 5 sampai 6 bulan per tahun dengan waktu produksi 24 jam per hari. Pabrik ini beroperasi dengan sistem kontinyu atau terus menerus antara bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Pada bulan-bulan lain pabrik mengadakan pemeliharaan mesin pabrik seperti servis, revisi, perbaikan, penggantian, dan perawatan alat. 2.4, Strategi Pemasaran Dist Madukismo dijual sendiri oleh PG Madukismo, Pemasaran hasil produksi PG Madukismo dahulu ditangani oleh pemerintah, akan tetapi Karena situasi krisis ekonomi yang gula PG Madukismo-untuk tahun 1998 s.d. sekarang dijual bebas, gula milik berkepanjangan, ketentuan tersebut dibetulkan melalui keputusan MEMPERINDAG No. 248/MPR/Kep/1998 mengenai pandangan dan distribusi miyak goreng dan gula pasir. Mengingat akan adanya mayoritas saham yang dimiliki oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, oleh sebab itulah PG Madukismo bebas menjual gulanya ke pasar sehingga dalam 12 pemasaran produk, PG Madukismo dapat langsung menjual ke konsumen tanpa perantara melalui pusat. Gudang gula yang dimiliki oleh PG. Madukismo ada dua buah yaitu gudang gula A dengan kapasitas 150.000 kuintal dan gudang gula B dengan kapasitas 50.000 kuintal. 3. PROSES PRODUKSI 3.1 Alur Materi 3.1.1, Alur Penerimaan Dan Penyimpanan Bahan Baku Utama Penerimaan bahan baku dimulai pada stasiun persiapan. Bahan baku utama berupa tebu yang diangkut menggunakan truk harus melewati pemeriksaan SPA (Surat Perintah ‘Angkut), nama pemilik kebun dari tebu yang diangkut, nomor SPA, asal kebun, berat bruto, nama sinder, dan luas kebun, Tebu yang digunakan dalam pembuatan gula berasal dari Pasuruan, Solo, dan Yogyakarta:Mentrut’ Soerjadi-(2003), untuk mempertahankan kehidupan tebu diperlukan energi dari gula sehingga kandungan gula tebu_menurun. Semakin lama tebu yang telah ditebang dibiarkan (tidak segera dibuat menjadi gula) maka kandungan gula tebu akan menurun. Hal ini juga yang diterapkan di PG. Madukismo, pada proses pengangkutan tebu ke dalam pabrik, tebu tidak boleh dibiarkan terlalu lama karena produksi gula dalam tebu yang telah ditebang akan berhenti namun sel tanaman tebu tetap hidup sehingga cadangan gula yang ada pada tanaman tebu akan’ berkurang untuk pertumbuhan tunas baru. Tebu yang belum diolah selain dapat tumbuh menjadi tanaman baru, tebu tersebut juga dapat ditumbuhi oleh mikroorganisme seperti Leuconostoc mesentroides dan Bacillus stearothermophillus yang menggunakan gula sebagai nutrisi pertumbuhan (Soerjadi, 2003). Untuk menghindari hal tersebut maka pengaturan pemasukan tebu di PG. Madukismo dilakukan dengan sistem FIFO (First Jn First Out) sehingga tebu yang pertama masuk daftar antrian akan digiling terlebih dahulu, Selama menunggu antrian, tebu yang diletakkan pada emplasement tidak bolch lebih dari 48 jam karena bila lebih dari itu maka akan terjadi penurunan rendemen (kandungan guladalam batang tebu) yang besar sehingga dapat mempengaruhi kualitas dari hasil pengolahan. Menurut Indriani dan Sumiarsih (1992), sel-sel tebu dapat mati karena terlalu lama terkena Oleh karena itu, untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan tersebut maka ditakukan penanaman pohon-pohon rindang di sekitar emplasement atau sepanjang lori tebu berada ar matahari secara langsung. sehingga tidak terkena sinar matahari secara langsung. B 4 3.1.2. Alur Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Baku Pembantu Bahan baku pembantu yang digunakan dalam pembuatan gula dipasok dari beberapa perusahaan yang berbeda, seperti batu gamping atau kapur tohor dibeli dari PB Kurnia Jaya Gunung Kidul Belerang dipasok dari PT. Global Bara Deogas, Solo. Asam fosfat dipasok dari PT. Panca Kusuma Raya, Jakarta Utara, Bahan baku yang akan digunakan masuk melalui gerbang depan (gerbang utama) untuk diperiksa surat-surat, setelah itu langsung dibawa dan disimpan ke gudang belakang. 3.2. Proses Pembuatan Gula Proses pengolahan tebu menjadi gula dibagi didalam beberapa stasiun, dapat di diagram berikut ini : Proses Produksi PG, Maduskimo dalam beberapa stasiun dapat dilihat pada Gambar |. at pada Tebu Stasiun Gilingan Stasiun Penguapan Stasiun Puteran Gambar |. Diagram alir proses produksi PG. Madukismo. Keterangan : = Bahan Baku a = Produk 15 3.2.1. Stasiun Gilingan Tebu sebelum diolah dipabrik harus diketahui beratnya terlebih dahulu, maka dari itu tebu perlu ditimbang. Dalam hal ini PG. Madukismo mempunyai dua jenis timbangan yaitu timbangan lori tebu dan truk. Berat tebu penting untuk diketahui karena merupakan basis segala perhitungan mulai dari kapasitas giling, perhitungan masing - masing pemilik tebu, ongkos tebang dan lain — lain. PG. Madukismo memiliki lima buah gilingan dimana tiap gilingan terdiri dari 3 rol yang tersusun dari rol atas, rol depan, dan rol belakang. Disetiap ail ketika melewati rol atas dan rol belakang.-Pada setiap rol gilingan permukaannya terdapat ingan terjadi dua kali pemerasan yaitu pada saat melewati rol atas dan rol depan dan alur — alur (agar gilingan tidak slip) selain itu juga agar penekanan dan pemerasan juga dapat berjalan dengan baik. Pemerasan dilakukan dengan tekanan\+ 300 kg/cm’. Pemeberian air imbibisi diberikan pada 2 tempat yaitu pada ampas yang baru keluar dari gilingan IV memiliki sifat menyerap air yang besar. Banyak air imbibisi yang ditambahkan sebesar 20 —30 % dari tebu. Semakin banyak air imbibisi ditambahkan semakin. sedikit kehilangan gula yang terbawa ampas, tetapi kebutuhan uap pemanas akan bertambah banyak. Karena itu-air imbibisi yang ditambahkan diusahakan seoptimal mungkin. Keberhasilan imbibisi dipengaruhi oleh faktor — faktor sebagai berikut: 1, Jumlah sel yang terbuka Kesegaran tebu Jumlah dan suhu air yang diberikan ae Waktu kontak dan cara pemberian air imbibisi o Gambar 2. Gilingan Tebu Sumber : Dokumentasi Pribs 3.2.2. Stasiun pemurnian Nira mentah yang berasal dari unti gilingan yaitu hasit pemerahan gilingan I dan gilingan II masih mengandung suspensi halus, seperti sabut dan kotoran. Kotoran yang terbawa tebu juga mengandung koloid seperti albumin, protein, zat wama, dan berbagai senyawa organik maupun anorganik yang larut. Unit pemumian dan penjernihan nira untuk memisahkan zat — zat tersebut sehingga diperoleh nira yang relatif muri dan jemnih dengan cara pengendapan dan filtrasi. Cara pemurnian nira PG. Madukismo menggunakan metode sulfitasi alkalis rendah y: pH 9,5. Penambahan disini dilakukan dua tahap, pertama ditambahkan susu kapur hingga suasana netral (pH 7,2) kemudian dilanjutkan hingga pH + 9,5 lalu dilanjutkan dengan pengaliran SO2 sehingga pH kembali menjadi 7,2. itu nira mentah dipanaskan lalu ditambahkan susu kapur hingga 3.23. Stasiun Penguapan Nira encer yang keluar dari clarifier mempunyai kandungan gula 15 ~ 17 % Brix, Sebelum masuk ke unit penguapan, terlebih dahulu dipanaskan pada pemanas 111. Tujuan untuk menikan temperatur nira, sehingga meringankan proses penguapan. Nira masuk kebadan I dengan temperatur 105 - 115 °C, P 1 atm. Uap masuk ke shell sedangkan nira berada di tube. Uap nira digunakan untuk pemanasan badan Il, sedangkan nira dialirkan kebadan 11 mealalui aliran yang ada dibawah. Kondisi operasi pada badan II berebeda dengan bandan 1, dimana temperatur nira dan uap pemanas lebih keceil dari badan 1. Usp yang terkondensasi (kondensat) dari badan |, Il, dan {II ditampung dalam tangki kondesat untuk digunakan kembali sebagai pengisi ketel. Pada badan IV, tekanan dalam evaporator dibuat vakum + 65 cm Hg. Tujuannya adalah untuk menurunkan titik didih nira supaya nira tidak Tusak oleh pemanasan yang tinggi. Setelah_ melewati proses penguapan maka nira yang keluar dari badan IV dengan kandungan gula yang lebih besar yaitu 62 — 66 % Brix. Disulfitasi atau penguapan bertujuan untuk pemucatan, memperbaiki kualitas kristal gula produk, mengatur pH sampai sekitar 5,4—5,6. 3.2.4, Stasiun Kristalisasi Tujuan dari proses kristalisas adalah untuk mendapatkan bahan murni dalam bentuk padat. Sedangkan hal yang ingin dicapai pada proses ini adalah agar gula dapat mudah dipisahkan dari kotorannya dalam stasiun pemutar sehingga dihasilkan gula dengan kemurnian yang tinggi. Disamping itu, untuk mengubah sakarosa dalam larutannya menjadi kristal, agar gula dapat diambil sebanyak — banyaknya dan sisa gula dalam larutan akhir / tetes, serendah mungkin. 3.2.5, Stasiun Putaran Bertujuan untuk memisahkan antara kristal dan larutan (stroop). Hasil dari kristalisasi adalah masakan yang terditi dari kristal dan farutan. Hasil masakannya dipompa ke centrifuge dan diberi air pencuci sehingga gula yang dihasilkan lebih putih. Faktor— faktor yang mempengaruhi putaran adalah : + Lautan induk © Keadaan pasir © Waktu perputaran © Kekuatan mesin putar ‘© Tebal tipisnya lapisan gula Lama putaran © Jumlah perputaran 3.2.6. Stasiun Penyelesaian Proses pada stasiun penyelesaian secara umum adalah proses packaging atau pengemasan produk, dalam hal ini adalah gula pasir: Setelah dari stasiun putaran, gula hasil putaran SHS diturunkan ke dalam talang getar. Selama perjalanan dalam talang getar, kristal SHS akan megalami kontak dengan udara sehingga kristal SHS tersebut mengering. Pada talang getar dipasang saringan, Saringan I yang berukuran 8x8 mesh, alat ini berguna untuk memisahkan gula kasar dengan partikel-partikel yang lebih halus. Selanjutnya gula kasar tertinggal dan gula yang masuk melewati saringan berupa gula produk. 4. LIMBAH INDUSTRI Proses produl PG. Madukismo menghasilkan 3 jenis limbah yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas. Apabila ketiga buangan tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, karena mengandung BOD (Biochemical Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen demand) yang tinggi. Penanganan yang dilakukan adalah pengecekan tingkat cemaran secara berkala oleh instansi yang ditunjuk perusahaan, Pengecekan kualitas limbah oleh staff pengolahan limbah dan lingkungan (PLL) yang-bekerja° sama dengan-laboratorium Hiperke dan Besar Teknik Kesehatan, Lingkungan (BBTKL) Keselamatan Kerja serta Kantor Bal Yogyakarta. 4.1, Jenis Limbah Industri 4.1.1. Limba Padat 4.1.1.1, Pasir atau Lumpur ‘ Merupakan kotoran yang terbawa oleh Nira Mentah, dipisahkan dengan Dorr clone berupa pasir atau lumpur. Pasir atau lumpur ini ditampung di bak penampungan yang nantinya akan dikuras oleh pekerja dan dimanfaatkan untuk urug Iahan atas permintaan masyarakat setempat. 4.1.1.2. Abu Ketel Uap Limbah Stasiun Ketel Uap berupa abu yang merupakan hasil dari ampas sisa pengepresan tebu dan kayu bakar yang digunakan sebagai bahan bakar mesin. Abu ini ditampung dengan lori dan dimanfaatkan juga untuk urug lahan yang memerlukan, Selain itu abu tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk “Mix Madros”. 4.1.1.3. Debu (Langes) dari Ketel Uap Debu dari Ketel Uap yang terbawa keluar lewat cerobong asap, kemudian ditangkap dengan alat penangkap debu (Dust Collector) dan kemudian ditampung pada. Karena sifat 18 abu yang sangat ringan dan mudah terbawa angin, abu ini perlu dicampur dengan tanah supaya tidak beterbangan. 4.1.1.4, Blotong Blotong merupakan limbah padat yang memiliki banyak unsur yang baik untuk meningkatkan kualitas tanah. Blotong berasal dari endapan nira kotor yang terjadi di Stasiun Pemurnian yang dipisahkan dengan alat Rotary Vacuum Filter. Apabila tidak terkendali akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Blotong ini dimanfaatkan untuk Pupuk tanaman selain itu dapat juga digunakan sebagai bahan bakar. Jumlah blotong pada PG. Madukismo cukup banyak, sekitar 100 ton/hari dan sekarang ini blotong digunakan sebagai bahan baku pupuk dan digunakan sebagai bahan campuran pembuatan batu bata. 4.1.2, Limbah Gas Limbah gas_yang.dihasilkan, oleh PG, Madukismo adalah sisa gas” SO2dari-proses pemumia nira dan gas sisa pembakaran yang mengandung Karbon dioksida, karbon monoksida, dan debu-yang berasal dari boiler. Asap dari cerobong juga mengandung partikel — pertikel abu dan arang, 4.1.3. Limbah Cair Ditinjau dari jumlah dan sifat pencemarannya limbah cair pabrik gula dapat digolongkan menjadi dua, yaitu limbah cair yang sedikit tercemar dan timbah cair yang tercemar. Limbah yang sedikit tercemar berasal dari air pendingin kondensor ~ kondensor pada pan masakan serta pendingin mesin ~ mesin pabrik. Sedangkan limbah tercemar berasal dari ait Pencucian peralatan (termasuk dari laboratorium), tumpahan nira, cucian tapisan, bocoran seperti tetesan minyak dari peralatan yang Psa, air penicucian evaporator dan air kurasan ketel. Jumlah air buangan dalam kategori kedua ini relatif sedikir tetapi daya pencemarannya cukup tinggi. 20 Berikut adalah macam — macam dan sifat air buangan PG. Maduksimo dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Macam dan sifat air buangan pabrik gula Macam air buangan | Debit M¥jj/100ttebu | pH | BOD mg/l | COD mei Air kondensor 374-614 66-7,6 | 13-90 | 60-224 Air buangan lain 5-10 6,5-7,4 | 200-2000 | 358-6574 Air buangan campuran 600-1000 66-75 | 42-751 | 86-1000 Air blotong 24. jas 43054 ‘Sumber : PG. Madukismo Limbah cair yang dihasilkan PG Madukismo yaitu bocoran minyak pelumas, vinasse (slop), limbah soda, dan limbah uap evaporasi a. Bocoran Minyak Pelumas Berasal dari pelumas mesin-mesin di Stasiun Gilingan dan pelumas yang terbawa pada air cucian kendaraah garasi pabrik. Bocoran minyak pelumas ini dipisahkan dari air limbah di dalam bak penangkap minyak, selanjutnya ditampung di dalam drum-drum untuk dimanfaatkan lagi. b. Vinasse (Slop) Berasal dari sistem penyulingan. Alkohol di Stasiun Sulingan PS’ Madukismo, jumlahnya cukup besar, yaitu sekitar 20 m°/jam, suhu 90°C pH-4-5, limbah ini berwarna coklat hitam., Sebelum dibuang ke sungai, diolah dahulu di Unit Pengolahan Limbah Cair (UPLC) yang ada dengan sistem atau cara biologis. Operasionalnya masih perlu disempumakan lagi secara bertahap, agar hasilnya memenuhi baku mutu limbah cair yang ditentukan. ‘Campuran limbah cair dari Pabrik Gula (kecuali cucian alat-alat produksi dan pendingin mesin) dan limbah Pabrik Spiritus banyak dimanfaatkan untuk irigasi oleh petani di sekitar Pabrik, karena limbah ini masih mengadung unsur N, P, dan K. yang diperlukan tanaman untuk pupuk. 21 ¢. Limbah Soda Berasal dari cucian pan-pan penguapan, air sekrapan Evaporator dan Juice Heater di PG. kandungan COD dan BOD yang cukup tinggi. Jumlahnya relatif sedikit, Oleh karena itu pengolahannya diikutkan pada UPLC Madukismo yang mengandung soda dan memi yang ada. 4. Limbah Uap Evaporasi Limbah ini berasal dari Stasiun penguapan, uap panas yang dikeluarkan kemudian ditangkap pada pompa vakum, kemudian dari pompa vakum tersebut jeksikan air dingi sehingga uap tersebut mengembun-dan-mengalir.. Kemudian.hasilnya ditampung pada sebuah bak dan digunakan sebagai pembangkit tenaga uap. Proses produksi dan keluaran limbah PG. Maduksimo dapat dilihat pada Gambar 3. Air Imbibisi_ Tebu | $02 Limbah Air Pendinginan ee Silman Ampas | Nira Mentah Boller Ca(OH) SO; | Asap = + c02/CO Pemurnian Nira {+> Blotong Abuketel | Kebsingan, getaran, B3 ] Partikel Nira jemih | “yf Uap: Air Cucian Air Pendingin l Penguapan Nira Ai Jatuhan Nira Kenta! Air Pendingin Pendicistalan ‘Air Jatuhan Dan Sentrifugasi |—________» Tetes Tebu Gula Pasir Gambar 3. 2 jagram alir proses produksi dan keluaran limbah pada tiap satuan operasi. 5. PEMBAHASAN Pabrik gula merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah, baik limbah padat, gas, maupun limbah cair. Limbah yang dihasilkan oleh pabrik gula ini menjadi salah satu permasalahan karena dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Limbah merupakan buangan hasil produksi yang kehadirannya pada waktu dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena akan memberikan pengaruh yang merugikan (Saeni, 1998 dalam Adityanto, 2007). Dibandingkan dengan limbah padat dan gas, limbah lebih menjadi sorotan karena limbahcait ini akan dibuang ke sungai yang aimya sering dimanfaatkan oleh masyarakat. Menurut keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No, 51/MENLH/10/1995, limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasitkan oleh kegiatan industri dan dibuang ke lingkungan: Pada limbah cair terdapat bahan organik yang dapat bersifat toksik di perairan. Terdapat dua jenis limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik gula, yaitu limbah cair pabrik dan limbah kondensor atau air pendingin. Air pendingin atau limbah kondensor ini dihasitkan oleh Kondensasi uap dalam kondensor barometrik. Air pendingin ini memil kandungan senyawa organik yang berkisar antara 0 ~ 1.000 mg/L. Air limbah pabrik jika dibandingkan dengan air limbah kondensor Karena air limbah pabrik ini gabungan dari beberapa limbah, yaitu air memiliki kandungan senyawa organik yang lebih tinggi limbah proses, ait dari bak penampungan abu boiler,.dan air dari proses pencucian peralatan pabrik serta proses pembuatan susu kapur (Vawda, 2008). Bahan organik yang terakumtulasi ini akan menimbulkan terbentuknya senyawa metabolit yang toksik terhadap organisme di perairan, seperti amonia, nitrit, nitrat, dan hidrogen disulfida ( Widiyanto, 2002 dalam Adityanto, 2007). Hal ini akan menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan sehingga dibutuhkan pengolahan limbah cair untuk ‘mengurangi dampak yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan tersebut, 23 24 5.1, Penanganan Limbah Cair Limbah cair yang dihasilkan oleh PG. Maduksimo diolah dalam Unit Pengolahan Limbah Cair Waste Water Treatment atau Sewage Treatment Plant (STP Pabrik Madukismo). Jumlah Limbah Cair dari pabrik gula sebanyak 10 liter / detik. Jenis limbah cair yang diolah PG, Madukismo adalah limbah industri gula yang berasal dari pendingin kondensor — kondensor pada pan masakan serta pendingin mesin ~ mesin pabrik dan air pencucian peralatan (termasuk dari laboratorium), tumpahan nira, cucian tapisan, bocoran seperti tetesan minyak dari peralatan yang rusak, air pencucian evaporator dan air kurasan ketel Menurut Sugiharto (1987), limbah. merupakan buangan./ bekas yang berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman — kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera, dan sebagainya. Air limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan keschatan lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran. Menurut Koeniezny ef al. (2005), parameter limbah cair yang biasanya diukur berdasarkan Polish Standart antara lain, COD, BODs, lemakt total fosfat, totaln nitrogen, konsentrasi total padatan dan nilai pH. Karakteristik yang sama juga diukur pada limbah cair setelah mengalami proses koagulasi. Namun demikian PG, Madukismo hanya mengukur karakteristik kimiawi yaitu nilai pH, COD, dan BOD. 5.2. Tahap ~Tahap Proses Pengolahan Limbah Cair 5.2.1. Limbah Berpolutan Pada pengamatan limbah di PG: Madukismo, limbah yang di treatment untuk mengurangi kadar senyawa organik dalam limbah tersebut kususnya silkan dilakukan berbagai limbah berpolutan . Limbah berpolutan berasal dari berbagai sumber diantaranya adalah air sekrapan evaporator dan juice heater (mengandung soda), air pendingin mesin — mesin yang tercemar ceceran — ceceran nira. Adapun freatment yang dilakukan dalam pengolahan air limbah ini adalah dengan menyaring dan mengendapkannya pada sebuah bak equalizer (pre treatment) sebelum masuk ke IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Fungsi bak 25 equalizer itu senditi adalah sebagai pengatur debit dan menstabilkan semua parameter ~ parameter air limbah yang berasal dari air sekrapan dan air pendingin. Menurut Gintings (1992), dalam air limbah banyak padatan yang terapung atau melayang yang ikut bersama air. Padatan ini bisa berupa lumpur, sisa kain, potongan kayu, pasir, sisa pembersihan daging dan lainnya. Pada umumnya bahan tersebut mudah diidentifikasi dengan mata karena mudah terlihat pada air kotor. Pada pengolahan pre treatment biasanya digunakan saringan agak kasar tapi dipilih yang tidak mudah berkarat. Saringan ini harus setiap hari diperiksa untuk mengambil bahan yang terjaring sehingga tidak sampai_membuat kemacetan aliran air. tro moe Gambar 4. Bak penampungan (equalizer tank) Sumber : Dokumentasi Pribadi Tahap selanjutnya adalah air timbah di alirkan menuju bak pengendapan awal, untuk mengendapkan partikel flokulen dalam suspensi encer dimana selama pengendapan terjadi interaksi antar partikel, Selama operasi pengendapan, diharapkan partikel’ flokulen bertambah besar schingga menjadi cepat mengendap. Menurut’Gintings (1992) primery treatment dilakukan’ dengan dua metode, yaitu pengolahan secara fisik dan pengolahan secara kimia. Pengolahan secara fisik adalah pengendapan yang terjadi secara gravitasi ia_yaitu. dengan mengendapkan bahan padatan dengan Sedangkan pengolahan penambahan bahan kimia. Dari teori tersebut diketahui bahwa primery treatment yang dilakukan PG, Madukismo merupakan metode pengolahan secara fisik. 26 Gambar 5. Bak pengendapan awal Sumber : Dokumentasi pribadi ‘Tahap selanjutnnya air limbah dialirkan lagi ke Aeration tank yang berfungsi untuk berfungsi untuk proses pengolahan_biologis yaitu.pengolahan air limbah oleh mikroorganisme Acrobik dengan suplai Oksigen. Didalam~ Aeration tank dipasang Spiroturb Aerator untuk proses pemeberian Oksigen (O2) dengan cara penighembusan udara guna memberikan kehidupan bagi bakteri Aerobik pengurai. Unit ini dilengkapi dengan Blower berfungsi_untuk menghasilkan udara guna pengadukan dan suplai Oksigen, Perlakuan aerasi pada limbah berpolutan PG. Madukismo ini sesuai dengan pendapat Kusnaedi (1998) bahwa secondary treatment umumnya dilakukan dengan acrasi; Acrasi ‘merupakan suatu sistem oksigenasi melalui penangkapan O> dari udara pada air olahan yang akan diproses. Penambahan oksigen bertujuan agar Op di udara dapat bereaksi dengan kation yang ada di dalam air olahan, Reaksi kation dan oksigen menghasilkan oksidasi Jogam yang sukar larut dalam air sehingga dapat mengendap. Proses aerasi terutama untuk menurunkan kadar besi (Fe) dan magnesium (Mg). Kation Fe” atau Mg” bila disemburkan ke udara akan membentuk oksida Fe:O; dan MgO. Proses aerasi harus diikuti proses filtrasi atau pengendapan. Proses. aerasi terutama™untukmenurunkan kadar’ besi (Fe) dan magnesium (Mg). Kation Fe** atau Mg” bila disemburkan ke udara akan membentuk oksida FeO; dan MgO. Proses aerasi harus diikuti proses filirasi atau pengendapan. Proses ini dapat menurunkan kandungan COD dan BOD. Menurut Janie & Rahayu (193) kandungan bahan organik dari suatu limbah biasanya dinyatakan dengan parameter BOD atau Biological Oxygen Demand. BOD dapat didefinisikan sebagai jumlah oksigen terlarut yang dikonsumsi atau digunakan oleh kegiatan kimia atau mikrobiologik. Oleh karena 27 oksigen dibutuhkan untuk oksidasi bahan organik, maka BOD menunjukkan indikasi kasar banyaknya kandungan bahan organik dalam contoh tersebut. Gambar 6. Bak aerasi (aeration tank) Sumber : Dokumentasi Pribadi Karakteristik limbah cair PG Madukismo yang berpotutan merupakan limbah organik, maka cara penanganannya menggunakan sistem biologis dengan menggunakan bakteri sebagai katalisator yang memiliki nama dagang INOLA 221. Pada bak pembibitan dipakai juga sistem diffuser aerator supaya katalisator INOLA 221 dapat berkembang biak dan stabil. Katalisator INOLA 221 akan ditambahkan ke aeration tank apabi polutan dalam aeration tank melebihi standart. Menurut Widiyanto (2002) bahan organik yang terakumulasi ini akan menimbulkan terbentuknya senyawa metabolit yang toksik kandungan terhadap organisme di perairan, seperti amonia, nitrit, nitrat, dan hidrogen disulfida, Hal ini akan menyebabkan dampak negatif terhadap:tingkungan sehingga dibutuhkan pengolahan limbah cair untuk mengurangi dampak yang akan ditimbulkan terhadap lingkungan tersebut. Gambar 7. Bak pembibitan katalisator INOLA 221 ‘Sumber : Dokumentasi Pribadi Metode pengolahan limbah secara biologi atau dikenal dengan bioremediasi adalah salah satu cara pengolahan air limbah dengan bantuan agen biologis untuk menguraikan polutan organik yang biodegradable yang terdapat dalam air limbah. Senyawa organik yang kurang biodegradable dapat diolah akan tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama, 28 Mikroorganisme menjadi salah satu agen yang digunakan dalam teknolo, Mikroorganisme tersebut mendegradasi bahan organik menjadi senyawa lain yang kurang beracun atau tidak beracun, seperti CO:, CH, air, garam organik, biomassa, dan hasil samping lainnya (Gumbira dan Fauzi, 1996 dalam Flowerenti, 2001). Tahap terakhir adalah pengendapan akhir (final clarifier), untuk mengendapkan partikel lumpur hasil proses biologis atau disebut juga lumpur biomassa dimana lumpur aktif is sulit untuk mengendap karena sebagian besar tersusun oleh bahan ~ bahan organik volatil. Gambar 8. Bak pengendapan akhir Sumber ; Dokumentasi Pribadi Untuk controling efisiensi dari IPAL, sebagian air limbah yang berasal dari PAL dialirkan secara continue untuk mengisi bak kolam ikan sebagai analisa air limbah, apabila ikan didalam kolam tersebut hidup berarti Jimbah dikatakan aman begitu pula sebaliknya. Air limbah yang berasal dari IPAL akan dialirkan ke saluran air (selokan) bercampur dengan air jatuhan condensor dan menuju ke bak spray pond. iy a, Gambar 9. a. Kolam Ikan ; b. Air limbah dari IPAL dialirkan ke selokan ‘Sumber : Dokumentasi Pribadi Di PG. Madukismo untuk menekan debit dan beban limbah berpolutan telah dilakukan tindakan pencegahan (Jn House Keeping). In House Keeping sangat menunjang efisiensi 29 proses dan juga mengefektifkan sarana pengolahan limbah cair karena dapat menekan debit limbah sekecil mungkin, dan menekan konsentrasi polutan serendah mungkin, Cara — cara yang dilakukan adalah dengan menempatkan kowen — kowen (tembokan / dilokalisir) pada ‘tempat ~ tepat yang rawan terjadi tumpahan — tumpahan berpolutan, memisahkan saluran ‘yang berpolutan dengan saluran yang tidak berpolutan misalnya air jatuhan condensor. §.2.2. Limbah Tidak Berpolutan Di PG. Madukismo air jatuhan condensor debitnya + 2.400 m3/jam, suhu air jatuhan + 40 C, merupakan air limbah yang tidak berpolutan tetapi_bisa tercemar polutan. Untuk mencegah hal ini dimasing — masing alat dipasang penangkap ira (sapvanger), baik evaporator maupun kristaliser. Khusus evaporator selain dipasang sapvanger juga dipasang separator (penangkap nira di Dum Leiding). Karena air jatuhan ‘condensor suhunya masih + 40 C, bila langsung dibuang, maka. akan menggangu lingkungan, oleh karena itu air jatuhan condensor dialirkan ke saluran air (selokan) dan akan ditampung ke dalam bak spray’ bond. Bak spray hond berfungsi untuk menyemprotkan butiran air ke udara melalui lubang atau nozzle baik yang bergerak maupun diam, sehingga melarutkan oksigen kedalam air untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut dalam air, dalam campuran tersuspensi lumpur aktif dalam bioreaktor dan melepaskan kandungan gas ~ gas yang terlarut dalam air, serta membantu pengadukan air. Proses ini juga akan menurunkan suhu air yang sebelumnya tinggi dan selanjutnya air di recycle (digunakan kembali) edie Gambar 10. Saluran air (selokan) ‘Sumber : Dokumentasi Pribadi 30 5.3. Perbandingan Karakteristik Fisika Awal dan Akhir Limbah $3.1. Bau Menurut Mahida (1992), bau dapat menunjukkan apakah suatu limbah masih baru atau sudah busuk, bau — bauan yang busuk, menyerupai bau hidrogen sulfida, Dan menurut, Suhardi (1991), dari bau tersebut kita dapat mengetahui kualitas limbah tersebut. Bila terlalu menyengat atau tidak enak, maka imbah tersebut banyak mengandung kandungan organik. Bau pada limbah disebabkan oleh arena proses pembusukan atau degradasi bahan organik oleh mikroorganisme. Cara pengukuran bau limba yang di PG. Madukismo dilakukan’ dengan menggunakan indera pembau. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiharto (1987) bahwa cara pengukuran karakteristik fisikawi bau yaitu dengan kepekaan tethadap bau dari manusia terhadap tingkatan dari bau, Hal tersebut didukung pula oleh pendapat Suhardi (1991), bahwa pengukuran, batt dapat dilakukan dengan evaluasi sensori melalui indera pembaut dan Gas Chromatography (GC) yang berfungsi untuk menganalisa senyawa-senyawa penyebab bau. Limbah Menurut Mahida (1992), banyak dari bau yang tidak sedap itu disebabkan karena adanya ‘campuran dari nitrogen, sulfur dan fosfor dan juga berasal dari pembusukan protein dan PG. Madukismo khusus nya limbah ceceran nira tercium bau yang busuk.. lain-lain bahan organik yang terdapat dalam air limbah, bau yang paling menyerang berasal dari hidrogen sulfida. Namun demikian setelah dilakukan trearment pada limbah tersebut diketahui adanya perubahan bau pada samipel-limbab tersebut. Hasil akhir limbah menjadi berbau netral karena adanya proses biologis pada kolam aerasi. 5.3.2. Warna dan Kekeruban Menurut Sastrawijaya (1991), warna air memberi petunjuk akan jumlah benda yang tersuspensi dan terlarut. Penentuan limbah cair dapat menggunakan komparator warna dan skala standar. Wara memberikan informasi pada kita tentang kualitas dari kekotoran limbah itu sendiri (Mahida, 1992). Wama limbah sebelum pengolahan adalah coklat kehitaman, Hal ini sesuai dengan pendapat Mahida (1992) bahwa secara umum wama air 31 limbah ini bersifat mencolok. Namun demikian setelah dilakukan pengolahan atau treatment tethadap limbah tersebut, warna limbah menjadi putih kekuningan. Mahida (1992) mengungkapkan kembali bahwa makin pekat wama maka limbah yang kita ambil makin kotor, Jadi dapat dikatakan bahwa limbah yang telah mengalami treatment menjadi in bersih (tidak kotor lagi seperti sebelumnya). Sama halnya dengan warna, kekeruhan juga merupakan salah satu parameter fisik dari suatu limbah. Menurut Sugiharto (1987), kekeruhan adalah ukuran yang menggunakan efek cahaya sebagai dasar untuk mengukur keadaan air sungai, kekeruhan ini disebabkan oleh adanya benda tercampur atau benda koloid di dalam air. Limbah cair PG. Madukismo memiliki tingkat kekeruhan yang tidak terlalu keruh. Kemudian setelah. limbah tersebut mengalami ‘reatment, limbah menjadi-bening. Menurut Jenie & Rahayu (1993), dengan rmelihat tingkat kekeruhan limba cair akan dapat mengetahui banyak atau tidaknya padatan organik atau anorganik yang berada dalam limbah cair tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa sebelum limbah mengalami ‘reatment, limbah tersebut memiliki kandungan, padatan organik dan anorganik yang tinggi. Namun setelah limbah mengalami treatment kandungan ‘organik dan anorganik pada limbah menjadi kecil. Hal ini dibuktikan dengan hasil limbah yang menjadi bening. 53.3. Suhu Pada limbah cair. PG. Madukismo dilakukan-pengontrolan suhu karena suhu dapat ‘mempengaruhi tingkat difusi, tegangan permukaan, dan kekentalan air sehingga diharapkan temperatur limbah cair + 28 ~ 30°C dan temperatur limbah cair PG. Madukismo pada bak ‘equalizer sebesar 27,8° C, dan menjadi 26,8° C setelah dilakukan freatment. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahida (1992), bahwa-suhu berguna untuk melihat kecenderungan aktivitas-aktivitas kimiawi dan biologi, pengentalan, tekanan uap, tegangan permukaan, dan nilai-nilai_penjenuhan dari benda padat, dan gas. Temperatur air limbah akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimiawi biologis pada benda padat dan gas dalam air. 32 5.3.4, Analisa Padatan Parameter fisik lainnya yang juga diukur adalah kandungan padatan dalam limbah cair. Pada limbah cair PG. Madukismo kandungan padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid/TSS), dan padatan terlarut total (Total Dissolved Solid/TDS) sebelum treatment sebesar 47 mg/l dan 190 mg/l akan tetapi kandungan tersebut menurun setelah limbah cair melalui proses pengolahan menjadi 5 mg/l (TSS) dan 168 mg/l (TDS). Menurut Sastrawijaya (1991), dalam pengolahan limbah, pengujian kandungan padatan ini berhubungan dengan tingkat kejenihan dan wama yang semuanya menunjukkan tinggi rendahnya kualitas air. Padatan_terlarut”didalam larutan dapat dipergunakan untuk Penentuan padatan terlarut total dapat dengan cepat menenfukan kualitas air limbah. Padatan terlarut dan tersuspensi menentukan jumlah kepekatan suatu contoh aii mempengaruhi ketransparanan dan wamna air. Cahaya tidak dapat tembus banyak jika konsentrasi bahan tersuspensi tinggi. Wama air juga ada hubungan dengan, kualitas air. Kandungan.padatan ini dibedakan menjadi tiga yaitu padatan total (Total Soluble/TS), padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid/TSS), dan padatan terlarut total (Total Dissolved Solid!1DS).. 5.4, Perbandingan Karakteristik Kimia Awal dan Akhir Limbah Menurut Utomo (1998), tujuan analisa kimiawi limbah cair adalah untuk menentukan konsentrasi zat ~ zat kimia, mengetahui ada atau tidaknya bahan ~ bahan beracun di dalam limbah, serta untuk menentukan tingkat kebusukan yang telah dicapai limbah. Penentuan analisa kimiawi limbah’‘cair didasarkan atas unsur = unsur yang mempunyai nilai peubah tethadap keschatan seperti bahaya yang ditimbulkan oleh zat beracun yang mungkin ada di dalam limbah, serta upaya pembenahan fimbah. Untuk analisa kimia pada percobaan kali ini, parameter yang diukur adalah pH, COD dan’ BOD. Hal ini sesuai dengan pendapat Ryadi (1984) bahwa sifat kimia limbah cair meliputi pH, COD, dan BOD. 5.4.1. pH Menurut Suhardi (1991) bahwa kadar ion H yang terdapat dalam larutan dapat ditera atau diukur dengan beberapa cara antara lain memakai alat pH meter yang terdiri atas alat 33 penera (potensiometer) dan dua buah elektroda. Sebuah pH meter dihubungkan dengan sumber tenaga maka terdapat rantai tertutup. Oleh karena itu, ada aliran listrik yang dapat diketahui dari goyangan jarum yang terdapat pada alat penera dimana menggambarkan besamya kadar ion H. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahida (1992), bahwa pH ‘menyatakan keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan mewakili konsentrasi hidrogen ionnya. Untuk mengukur pH limbah digunakan pHmeter. Setelah dilakukan penelitian pH akhir limbah,cair PG. Madukismo adalah 7,5. Hal ini sesuai dengan pendapat Mahida (1992) bahwa pada’ umumnya pH limbah diatur sekitar kenetralan, biasanya antara 6 dan’8. Kolam aerasi pun ditumbubi alga hijau sedalam 1 meter dari permukaan’ kolam dan digunakan untuk pembiakan ikan mas. Hal ini menunjukan pH yang sudah netral karena menurut Sugiharto (1987), pH yang baik bagi limbah cair adalah pH netral. Kadar pH yang baik yaity kadar dimana masih memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan baik. 5.4.2. Chemical Oxygen Demand (COD) Menurut Suhardi (1991), penentuan total zat organik secara tidak langsung yaitu dengan menentukan COD karena yang ditentukan adalah kebutuhan O; untuk menambah zat onganik secara kimiawi. Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan, oksigen kimiawi (KOK) adalah banyaknya oksigen dalam-ppm atau mg/l yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan benda organik secara kimiawi, COD juga digunakan secara luas sebagai ukuran kekuatan pencemaran air limbah domestik maupun air limbah industri Dari wawancara terhadap pengurus limbah PG. Madukismo diketahui bahwa treatment pada limbah menyebabkan nilai COD limbah menjadi turun dari 160 mg/t menjadi 28 mg/l. Hal ini sesuai dengan pendapat Jenie & Rahayu (1993) bahwa perubahan nilai BOD dan COD suatu limbah akan terjadi selama penanganan. Dengan rendahnya nilai COD pada limbah yang telah mengalami treatment, maka diketahui bahwa banyaknya O2 yang 34 diperlukan untuk menguraikan senyawa organik juga berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan organik dalam sampel limbah yang telah ditreatment sudah berkurang. 5.4.3. Biochemical Oxygen Demand (BOD) Menurut Ryadi (1984) BOD atau Biological Oxygen Demand merupakan sejumlah oksigen dalam sistem air yang dibutuhkan oleh bakteri aerobik untuk menstabilkan atau menetralisir bahan-bahan organik dalam air melalui proses oksidasi biologis secara dekomposisi aerobik. Menurut Louis (1993) kadar BOD dapat mempengaruhi kualitas air ketika dilepas kke suatu badan air, karena BOD dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam badan air tersebut sehingga dapat membahayakan atau bahkan mematikan aktivitas organisme yang terdapat dalam badan air tersebut. Menurut Jenie & Rahayu (1993) 0; dibutuhkan untuk oksidasi bahan organik maka BOD menunjukkan-indikasi kasar banyaknya kandungan bahan organik dalam sampel tersebut, Selain itu BOD juga menunjukkan banyaknya mikroba yang terdapat dalam limbah cair tersebut. Karena oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi mikroorganisme aerob dan organisme aerob Iainnya. Sehingga semakin tinggi BOD maka jumlah mikroorganisme dalam limbeh tersebut semakin tinggi, dan jumlah oksigen yang terdapat dalam limbah cair semakin sedikit, Hal yang sama dikemukakan oleh Hammer & Hammer (1996) bahwa pengujian BOD ini pada prinsipnya didefinisikan. sebagai pengukuran banyaknya oksigen yang dapat digunakan oleh metabolisme mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa organik yang terdapat di dalam limbah cair: Sehingga secara tidak langsung, pengujian BOD juga mengukur kandungan bahan organik yang ada dalam limbah ci Dari data hasil pengujian oleh Balai Besar “Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pemberantasan Penyakit Menular Yogyakarta (BBTKL.PPM) dapat dilihat bahwa nilai BOD sesudah ditreatment sangat kecil yaitu 12,6 mg/l. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Jenie dan Rahayu (1993) bahwa limbah cair pengolahan pangan umunya memiliki nilai BOD dan padatan tersuspensi tertinggi dan berlangsung dengan proses dekomposisi cepat, Sutarti & Rachmawati (1994) juga mengungkapkan bahwa limbah yang telah diberikan 35 beberapa perlakuan seperti penyaringan dengan batu kerikil atau karbon aktif akan mengalami penurunan kadar BOD. Apabila senyawa organik semakin berkurang, maka semakin kecil pula jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme pengurai untuk menguraikan senyawa organik yang kec jumlahnya. Laporan hasil uji limbah cair PG. Madukismo dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4. Laporan hasil uji limbah cair PG. Madukismo Tahun 2011. No Parameter Satuan Hasil Uji ***) Kadar Max **) — Beban Penc. 8583K 8584K (mbit) Max (Kg/Ton) 1. pH* ~ 7S 76 60-90 2 Suhu* - 278 268 +£3°C terhadap suhu udara 3. BOD* | Mg 62,6 12,6 60 03 4. COD* Mg 160 28 100 05 5. TSS Mell 47 5 50 0,25 6 tog Mgl 190 168 1000 5 Keterangan : 8583 K : Contoh uji limbah cair PG. Madukismo diambil di bak equalisasi PAL 8584 K : Contoh uj limbah eair PG. Madi fi outlet IPAL, +: Parameter terakreditasi **) — : Baku Mutu Limbah Cair Untuk Industri Gula Sk.Gub.DLY No.7 Th.2010 ***) — : Hasil yji imbah cair PG. Madukismo ismo diambil bil dari bak equalizer dan bak outlet Sumber : Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular Yogyakarta (BBTKL — PPM YK). Tahun 2011. 36 Analisis BOD dan COD dari suatu limbeh akan menghasilkan nilai-nilai yang berbeda karena kedua uji mengukur bahan yang berbeda. Nilai COD selalu lebih tinggi dari nilai BOD. Perbedaan diantara kedua nilai disebabkan oleh banyak faktor seperti bahan kimia yang tahan terhadap oksidasi biokimia tetapi tidak tahan terhadap oksidasi kimia, seperti lignin, bahan kimia yang dapat dioksidasi secara kimia dan peka terhadap oksidasi biokimia tetapi dalam ji BOD 5 hari seperti selulosa, lemak berantai panjang, atau sel-sel mikroba, dan adanya bahan toksik dalam limbah yang mengganggu uji BOD tetapi tidak dengan COD (Laksmi, 1993). 6. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1, Kesimpulan Hasil pengamatan di lokasi Kerja Praktek PG. Madukismo menunjukan bahwa : ‘Tahapan - tahapan utama pengolahan limbah cair di PG. Madukismo adalah penampungan, pengendapan awal, aerasi, dan pengendapan akhir. Limbah cair PG. Madukismo yang berpolutan merupakan limbah organik ditangani dengan menggunakan sistem biologis’ dengan menggunakan katalisator INOLA 221 sistem treatment yang digunakan PG. Madukismo menerapkan sistem recycle ‘apparoach maka dari semua proses pengolahan dapat dimanfaatkan kembali. Limbah cair PG. Maduskimo berdasarkan kandungan BOD, COD, TSS dan pH dapat dinyatakan memenuhi standar Baku Mutu Limbah (BML) Cair Industri Gula Sk.Gub.DIY No.7 Th.2010. Limbah cair PG. Madukismo berdasarkan hasil uji Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit\Menular Yogyakarata yang meliputi BOD, COD, TSS dan pH aman untuk dibuang ke lingkungan. 62, Saran Sebaiknya devisi waste water treatment memperhatikan kondisi peralatan — peralatan yang sudah tua yang’ada di laboratorium, khususnya untuk pemeriksaan beberapa parameter. pada proses pengolahan air limbah. Seperti alat untuk ‘mengukur total padatan tersuspensi (TSS) dan total padatan terlarut (TDS). Kapasitas Instalasi Pengolahan” Air Limbah (IPAL) sudah mencukupi volume limbah cair yang dihasilkan, Akan tetapi perlu diperhatikan soal kebersihan karena dapat mempengaruhi kandungan BOD dan COD dalam air limbah. 37 7. DAFTAR PUSTAKA Adityanto, Batara Nur. 2007. Aktivitas Isolat Bakteri Aerob dari Lumpur Aktif Pengolahan Limbah Cair dala Mendegradasi Limbah Organik. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Flowerenti, Herti Trian. 2001. Analisis Residu Metidation dengan Metode KCKT untuk Menentukan Tingkat Bioremediasi Pestisida Organofosfat Metidation oleh Mikrob Indigenous. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Gintings, P. (1992). Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran’ Industri. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Hammer, M.J and M.J. Hammer. (1996). Water and Wastewater Technology 3" Edition. Prentice Hall, Inc. New Jersey. Indriani, TH & E, Sumiarsih, (1992). Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah Tegalan. Penebar Swadaya. Jakarta Jenie, B. S. L. dan W. P. Rahayu. (1993). Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius. Yogyakarta. Konieczny, P. ; Ewa, E.; Waldemar, U.; and Bozena, K. (2005). Effevtive use of Ferric Sulfate in Treatment of Diferent Food Industry Wastewater. Acta Sui. Pol., Technol. Aliment, 4 (1) : 123-132. Kusnaedi. (1998). Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Air Minum. Penebar Swadaya, Jakarta. 38 39 Laksmi, BS., 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan, Jakarta: Penerbit Kani Anggota IKAPI. Mahida, U. N. (1992). Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. CV. Rajawali, Jakarta. Ryadi, S. (1984). Pencemaran Air, Dasar-dasar dan Pokok-pokok Penanggulangannya. Penerbit Karya Anda, Surabaya. Sastrawijaya, A. T. (1991). Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta. Soejardi. (2003). Kursus Pabrikasi Gula Menyiapkan Chemiker. PG PTP Nusantara (Persero). Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta. Sugiharto. (1987), Dasar ~ Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia. Jakarta. Suhardi, (1991). Petunjuk Laboratorium Analisa Air dan Penanganan Limbah, PAU Pangan izi UGM. Yogyakarta. dan Sutarti, M dan M. Rachmawati, (1994). Zeolit, Pusat Dokumentasi dan Informasi Limbah Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia. Jakarta, Utomo, A.R. (1998). Kemungkinan Pemanfaatan Limbah cair Industri Pengolahan Pangan untuk Irigasi, Jurnal lImiah Widya Mandala, Vawda, Ahmed. 2008. Sebuah Tinjauan Pengolahan Air Limbah Konvensional Proses dalam Industri Gula. 8. LAMPIRAN Lampiran 1. Presensi Kerja Praktek dan Surat Keterangan Kerja Praktek PG/PS MADUKISMO SURAT KETERANGAN No. : 4S33 /DIR/MB/VII/2012 ‘Yang bertanda tangan dibawah ini menerangkan bahwa, Nama; “Albert Agung Wahyu, NIM _; 09.70.0123 Adalah maltasiswa Program Studi Tenologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Socgijapranoto Semarang yang telah sclesai mclakeanakan Kerja Praktek di Bagian Pabrikasi Pabrik Gula Madukismo Yogyakarta mulai tanggal 16 Juli 2012 fd 11 Agustus 2012 ‘Demikian Surat Keerangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan scbagaimana mestinya. Yogyakarta, Agustus 2012 Pacokan-Tinimol - Kasia - Ban, Tomo! Pos 49, Yogyakara $5001 “ebp. (0274) 377089 (Hunting), Fs. (274) 373071 Fakultas Teknologi Pertanian Program Studi Teknologi Pangan Jt, Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur Semarang 5023-4 ‘ UMAveER a . 1-8441555 (hunting) Fax. 024-8445265. 841542: SOEGIJAPRANATA. Stars thncounitnseia tite umonncneree ta PRESENSI KERJA PRAKTEK Nama Aye Wakewe,, NIM Judul im Waktu Kegan Paraf Pembimbing Lap. Mha/el 07.00 [wo | Praprlen Peng Pacha Gol, seow wr Palel eaa> | 2° [aynlon cdvn tntanen & élligan y (Fal*| waco | wie | Bayadon soln pervian & tian Pafe| Bee | 02.20 | pumudan gun, Kable! £/ Puan Pale] ete | ceo [Redes dan rgnton lah renting | “fal*| Bo | Woo Rengadon (ab. tebilcse Vv Pla] eB | uso | 0x & Usa L Phal’| oe | uw | wid Giect q [lal] eco | uso | uy dh Uenet iy be Bo | wz | ty di bboy - fa} oBe> | u-20 | Uo abay a Hf U Patel eBoo | u3 | yy ck ldnet Pale] ebe | We Ryealan Layer yagi wih cae dr tnd Tel 08 |e Halen pros sotlsi [PAL Piel ed [us | Vi tab tbls cor Fakultas Teknologi Pertanian Program Studi Tekriologi Pangan J. Pawiyatan Luhur 1V/1 Rendan Duwur Semesang 50234 Telp. 024-£441555 (hunting) Fax. 024-8445265. 8415429 ‘e-mail :-unika@unika.ac.id http : /wwwcunika.ac.id PRE! -RAKTE] Nana fis.een cae 4 PRARTEK NIM Foe OAF;, 083, Judul te. Nisa tig ‘Kegiatan ‘Paraf Pembimbing Lap. | Phs/al etc | uso | UK lee Uber ha Mr/e| ode [aio | Wb ln car Nh Hlale| bo Vue Ts ae whe aor ff im - lal | ess [tc | dy vei dele i = Yel "| oko | 0 | vamtesi cd W Ha | 80 | wee ~ 4 Lampiran 2. Denah Lokasi PG. Madukismo i Nera

Anda mungkin juga menyukai