Anda di halaman 1dari 17

PRE PLANNING MUSYAWARAH WARGA II (MW 2)

DESA MOJOSONGO RT.01 / RW.01 KECAMATAN JEBRES KOTA


SURAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Komunitas dan


Keluarga Program Program Profesi Ners 12

Disusun oleh :
Kelompok 27

1. Nindy Rosa Filia Adi Novitasari (SN201181)


2. Eka Nur Rani (SN201118)
3. Siska Bela Damayanti (SN201208)
4. Dwi Krisma Dayanti (SN201115)
5. Candra Kusumasari (SN201103)
6. Emila Yudianti (SN201120)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2021
PRE PLANNING MUSYAWARAH WARGA II (MW 2)
DESA MOJOSONGO RT. 01/RW. 01 BANJARSARI SURAKARTA

Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas dan Keluarga


Pokok Bahasan : Musyawarah Warga II
Sub Pokok Bahasan : Pemaparan masalah dan penyusunan intervensi
Sasaran : Masyarakat Desa Mojosongo RT 01/RW 01, Banjarsari,
Surakarta
Waktu : 1 x 90 menit

A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil pengkajian community as patner dan survey didapatkan
beberapa masalah kesehatan di Desa Mojosongo Rt.01 / Rw.01 Kecamatan
Jebres Kota Surakarta. Untuk mendapatkan data yang lebih valid diperlukan
format pengkajian komunitas yang disusun dalam bentuk kuesioner, format
wawancara, dan observasi yang merupakan alat bantu dalam mengkaji
ancaman kesehatan masyarakat Desa Mojosongo Rt.01 / Rw.01 Kecamatan
Jebres Kota Surakarta. Sebagai tindak lanjut dari format pengkajian
keperawatan komunitas tersebut telah dilakukan pengumpulan data di
masyarakat kemudian dianalisa.
Dari hasil analisa tersebut akan di presentasikan hasil pengkajian data-data
yang bermasalah pada masyarakat untuk memperoleh solusi. Adapun tujuan
dari pemaparan data-data ini adalah untuk menentukan perencanaan bersama
masyarakat untuk tindakan yang akan dilaksanankan oleh masyarakat dan
mahasiswa untuk mengatasi permasalahan yang ada sesuai dengan sumber
daya dan kemampuan masyarakat Desa Mojosongo Rt.01 / Rw.01 Kecamatan
Jebres Kota Surakarta
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan Musyawarah warga II di Desa Mojosongo
Rt.01 / Rw.01 Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Diharapakan masyarakat
dan mahasiswa mengetahui masalah kesehatan yang ada di lingkungan
masyarakat sekitar dan menentukan tindak lanjut untuk mengatasi masalah
kesehatan tersebut.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan MW II selama 1 x 90 menit masyarakat di
Desa Mojosongo Rt.01 / Rw.01 Kecamatan Jebres Kota Surakarta dapat :
a. Mengungkapkan masalah kesehatan yang ada di Desa Mojosongo
Rt.01 / Rw.01 Kecamatan Jebres Kota Surakarta
b. Menetapkan masalah kesehatan di Desa Mojosongo Rt.01 / Rw.01
Kecamatan Jebres Kota Surakarta
c. Menyusun prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di Desa
Mojosongo Rt.01 / Rw.01 Kecamatan Jebres Kota Surakarta
d. Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah kesehatan di Desa Mojosongo Rt.01 / Rw.01 Kecamatan
Jebres Kota Surakarta

C. Sasaran dan Target


1. Sasaran
Masyarakat Desa Mojosongo Rt.01 / Rw.01 Kecamatan Jebres Kota
Surakarta
2. Target
Ketua RW, Ketua RT, Kader, Karang Taruna, Tokoh Masyarakat, Tokoh
Agama dan penanggungjawab posyandu atau yang mewakili

D. Waktu dan Tempat


Kegiatan musyawarah warga dilaksanakan pada :
Hari dan tanggal : Jum’at, 4 Juni 2021
Waktu : 08.30 WIB – Selesai.
Tempat : Di ruang balai desa dan via zoom (jika
E. Media
1. Laptop
2. Room via zoom meeting (Link)
3. Power point (Materi presentasi)
4. Materi presentasi
5. Daftar hadir peserta dan anggota (google form)
6. Alat Tulis

F. Setting Tempat
1. Via zoom
Keterangan:
1. : Host
1 2 2 2
2. : Audien

2 2 2

2. Di ruang balai desa

1 2 3 4
Keterangan:
5 6 1 : Ketua
2 : Moderator
7 7 3 : Presentator
4 : Notulen
8 7 8
5 : Pembimbing akademik
6 : Pembimbing lahan
7 : Fasilitator
8 : Warga
G. Pengorganisasian
1. Ketua pelaksana (leader) : Nindy Rosa Filia Adi Novitasari
2. Presentator : Emila Yudianti
3. Moderator : Candra Kusumasari
4. Notulen : Dwi Krisma Dayanti
5. Fasilitator : Eka Nur Rani
6. Sie Dokumentasi : Siska Bela Damayanti

H. Data-data hasil pengkajian


Terlampir

I. Pembagian Kegiatan
Tahap Kegiatan Kegiatan
No Media Waktu
Kegiatan Mahasiswa Masyarakat
1 Persiapan - Pembuatan pre - Membantu Undangan 1 hari
planning MW II mahasiswa (surat
- Pembuatan dalam maupun
undangan pelaksanaan via
- Pendekatan dan MW II whatsapp)
pembagian , Alat tulis
undangan ke
semua warga
masyarakat Desa
Mojosongo Rt.01
/ Rw.01
Kecamatan
Jebres Kota
Surakarta .
- Menyiapkan
media dan tempat
2 Pembukaan - Pembukaan Membuka acara Microfon 5 Menit
- Penjelasan dan LCD
Tujuan MW II Mendengarkan 30 Menit
- Sambutan ketua
kelompok
- Sambutan
pembimbing
akademik
- Sambutan
pembimbing
lahan
- Sambutan Ketua
RW

3 Inti - Pemaparan Mendengarkan, Microfon, 45 Menit


masalah yang Berpartisipasi LCD, dan
terjadi pada Desa dan ikut Alat tulis
Mojosongo merencanakan
Rt.01 / Rw.01 program yang
Kecamatan telah disepakati
Jebres Kota dan dibentuk
Surakarta . untuk
- Membentuk mengatasi
rencana atau masalah yang
program yang muncul
telah disepakati
untuk mengatasi
masalah yang Menjawab
terjadi. pertanyaan dan
- Diskusi dengan berdiskusi
pembimbing
akademik,
pembimbing
klinik.
mahasiswa dan
seluruh warga
masyarakat yang Ikut
hadir. merencanakan
- Merencanakan MW III
MW III
- Tanya jawab Bertanya dan
menjawab

4 Penutup - Kesimpulan oleh Mendengarkan Microfon 10 Menit


notulen dan memahami

- Pembacaan Doa Mengikuti Doa


dengan khidmat

J. Uraian Tugas
a. Ketua
Bertanggung jawab mengkoordinasi terlaksananya dan berhasilnya
Musyawarah Warga II (MW II) di Desa Mojosongo Rt.01 / Rw.01
Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
b. Moderator
Memimpin jalannya Musyawarah Warga II mulai awal pembukaan sampai
akhir acara.
c. Presentator
Menyampaikan data hasil pengkajian, mengidentifikasi masalah,
membantu warga mencari solusi untuk permasalahan yang ada.
d. Notulen
Bertanggung jawab mengagendakan seluruh proses dan hasil MW II dan
menyampaikan kesimpulan.
e. Fasilitator
Bertanggung jawab sebagai pendamping masyarakat saat musyawarah
berlangsung.

K. Kriteria Evaluasi
a. Struktur
- 75% dari undangan bisa menghadiri pertemuan
- Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
- Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan
b. Proses
- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
- Para undangan yang hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
- Peserta berperan aktif selama jalannya acara.
- Peserta serius mengikuti jalannya pertemuan, tidak ada yang keluar
masuk.
c. Hasil
- Masyarakat Desa Mojosongo Rt.01 / Rw.01 Kecamatan Jebres Kota
Surakarta mengetahui permasalahan yang ada di lingkungan.
- Masyarakat dan mahasiswa mampu memprioritaskan masalah di Desa
Mojosongo Rt.01 / Rw.01 Kecamatan Jebres Kota Surakarta
- Masyarakat dan mahasiswa mampu menemukan solusi yang tepat
untuk mengatasi permasalahan yang ada di Desa Mojosongo Rt.01 /
Rw.01 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Mojosongo Banjarsari, Kota
Surakarta.
Lampiran : MATERI KEGIATAN

1. Definisi
Lansia merupakan seorang dewasa yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas yang mengalami proses perubahan menjadi seorang yang lemah dan
rentan yang diakibatkan karena berkurangnya sebagian besar cadangan
sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit
dan kematian (Siti Nur, 2016).
Berdasarkan hasil Riskesdas pada tahun 2013 diketahui bahwa
prevalensi penyakit yang sering diderita lansia adalah hipertensi, penyakit
radang sendi, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), kanker, dan
diabetes melitus. Hipertensi sendiri menduduki peringkat kedua terbanyak
setelah penyakit radang sendi. Hampir semua consensus/ pedoman utama
baik dari dalam walaupun luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan
dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang
berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang
menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi (Arieska Ann Soenarta, dkk
2015).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus
lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi.
Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan
tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja
jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat dan arteri yang bila berlanjut
dapat menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah. Hipertensi
juga didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik > 90 mmHg (Udjianti, 2013).
Adapun klasifikasi hipertensi menurut JNC VII dan ISH, yaitu:
JNC VII ISH (2013)
Klasifikasi
Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik
Normal < 120 < 80 Optimal < 120 < 80
Pre-Hipertensi 130-139 80-89 Normal 120-129 80-84
Tahap 1 140-159 90-99 Normal Tinggi 130-139 85-89
Tahap 2 > 160 > 100 Tingkat 1 140-159 90-99
Tingkat 2 160-179 100-109
Tingkat 3 > 180 > 110
Hipertensi > 140 < 90
Sistolik
Hipertensi di klasifikasikan menjadi hipertensi primer dan
hipertensi sekunder. Hipertensi primer/essensial adalah hipertensi yang
belum diketahui penyebabnya. Sedangkan hipertensi sekunder adalah
hipertensi akibat suatu penyakit atau karena ada kelainan yang mendasari
seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal,
hiperaldosteronisme dan sebagainya (Hustrini, 2014).

2. Etiologi
Dari seluruh kasus hipertensi 90% adalah hipertensi primer. Beberapa
faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer
seperti berikut ini. (Udjianti, 2013).
a. Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause tinggi untuk
mengalami hipertensi
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan berkembangnya hipertensi.
d. Berat badan (obesitas).
e. Berat badan > 25% diatas ideal dikaitkan dengan berkembang nya
hipertensi.
f. Gaya hidup
Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.

Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui, berikut ini


beberapakondisi yang menjadi penyebab hipertensi sekunder (Udjianti,
2013)
a. Penggunaan kontrasepsi hormonal
Obat kontrasepsi yang berisi esterogen dapat menyebabkan hipertensi
melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated volume expansion.
Dengan penghentian obat kontrasepsi, tekanan darah normal kembali
secara beberapa bulan.
b. Penyakit parenkim dan vaskuler ginjal
Ini merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan atu atau lebih arteri
renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklorosis atau
fibrous displasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrus). Penyakit
parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi dan perubahan struktur
serta fungsi ginjal.
c. Gangguan endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal-medited hypertention di sebabkan
kelebihan primer aldosteron, koristol dan katekolamin. Pada
aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi
dan hipokaemia.
d. Coaretation aorta (penyempitan pembuluh darah aorta)
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi beberapa
tingkat pada aorta torasik atau abdominal. Penyempitan penghambat aliran
darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan peningkatan darah diatas
area kontriksi.
e. Kehamilan
Naiknya tekanan darah saat hamil ternyata dipengaruhi oleh hormon
estrogen pada tubuh. Saat hamil kadar hormon estrogen di dalam tubuh
memang akan menurun dengan signifikan. Hal ini ternyata biasa
menyebabkan sel-sel endotel rusak dan akhirnya menyebabkan munculnya
plak pada pembuluh darah. Adanya plak ini akan menghambat sirkulasi
darah dan pada akhirnya memicu tekanan darah tinggi.
f. Merokok
Merokok dapat menyebakan kenaikan tekanan darah karena membuat
tekanan darah langsung meningkat setelah isapan pertama, meningkatkan
kadar tekanan darah sistolik 4 milimeter air raksa (mmHg). Kandungan
nikotin pada rokok memicu syaraf untuk melepaskan zat kimia yang dapat
menyempitkan pembuluh darah sekaligus meningkatkan tekanan darah.

3. Manifestasi Klinik
Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga,
kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan
darah intrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat
hipertensi. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan
saraf pusat. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan
tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita
hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari
hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Udjianti, 2010).
4. Komplikasi
Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya membran
glomelurus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik
koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah
yang diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
e. Kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan ateroklorosis dan
arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).

5. Upaya Pencegahan
1. Cek Kesehatan secara berkala
2. Hindari Kegemukan
3. Hindari rokok dan alkohol.
4. Hindari stress
5. Olah raga teratur / Aktifitas fisik
6. Batasi pemakaian garam
7. Istirahat cukup
6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
Penatalaksanaan hipertensi menurut Arieska, dkk (2015) terabagi
menjadi 2, yaitu:
a. Non farmakologi
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat
menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan
dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien
yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular
lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal,
yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka
waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang
diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain,
maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi. Beberapa
pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :
1) Penurunan berat badan.
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan
sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih
selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan
dislipidemia.
2) Mengurangi asupan garam.
Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak merupakan
makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula
pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji,
makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet
rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat
antihipertensi pada pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk
asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari
3) Olah raga.
Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 –60 menit/
hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan
darah. Salah satu olahraga yang dianjurkan yaitu senam hipertensi.
Manfaat senam hipertensi yaitu untuk meningkatkan daya tahan
jantung dan paru-paru serta membakar lemak yang berlebihan di
tubuh karena aktifitas gerak untuk menguatkan dan membentuk
otot dan beberapa bagian tubuh lainnya seperti : pinggang, paha,
pinggul, perut, dan lain-lain. Meningkatkan kelentukan,
keseimbangan koordinasi, kelincahan, daya tahan dan sanggup
melakukan kegiatan;kegiatan atau olah raga lainnya.
Terhadap pasien yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga
secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk berjalan
kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin
mereka di tempat kerjanya.
4) Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi allohol belum
menjadi pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi
alkohol semakin hari semakin meningkat seiring dengan
perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar.
Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas
per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan
demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol sangat
membantu dalam penurunan tekanan darah.
5) Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti
berefek langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok
merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular,
dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
b. Farmakologi
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada
pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan
darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien
dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi
farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan
meminimalisasi efek samping, yaitu :
1) Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
2) Berikan obat generik (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi
biaya
3) Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti
pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
4) Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
5) Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi
6) Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
Algoritme tatalaksana hipertensi yang direkomendasikan berbagai
guidelines memiliki persamaan prinsip, dan dibawah ini adalah
algoritme tatalaksana hipertensi secara umum, yang disadur dari A
Statement by the American Society of Hypertension and the
International Society of Hypertension 2013.
Sedangkan menurut JNC 7 dalam penelitian Felicya (2014), jenis-
jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi adalah:
1) Diuretika, terutama jenis thiazide atau agonis aldosteron
2) Beta Blocker (BB)
3) Calcium Chanel Blocker
4) Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
5) Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)
NC VII merekomendasikan untuk pasien yang mengalami
gagal jantung menggunakan obat golongan diuretik, beta blocker,
ACEI. Untuk pasien dengan infark miokard direkomendasikan
penggunaan beta blocker, ACEI dan antagonis aldosteron. Pada Pasien
hipertensi disertai diabetes mellitus direkomendasikan semua golongan
obat kecuali ARB. Pasien dengan gagal ginjal kronis dianjurkan
penggunaan golongan ACEI dan ARB dan untuk pasien dengan stroke
direkomendasikan penggunaan diuretik dan ACEI (Felicya, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Dalyoko, D. A. P. (2010). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Upaya


Pengendalian Hipertensi Pada Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Mojosongo
Boyolali.
Khalifah, Siti Nur. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan “Keperawatan
Gerontik”. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Riskesdas. 2013. Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian RI
Rosari, Felicya. 2014. Diagnosis And Management Of Hypertension In The
Elderly Patient. Artikel Review
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Cetakan III. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Cetakan II. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI
Udjianti, Wajan Juni.2013. Keperawatan Kardiovaskular. Cetakan Ketiga.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai