Anda di halaman 1dari 13

SUMBER DAYA IKAN

PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN

AHMAD YAUMUL MAZID

180501106

EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara maritime, wilayah perairan lebih luas daripada
wilayah daratan tentu sangat kaya dengan sumber daya ikan. Sumber daya ikan di
Indonesia sangat melimpah akan tetapi masih belum bisa dimaksimalkan
pemanfaatannya. Hal ini dikarenakan kualitas nelayan dan peralatannya sebagian besar
masih konvensional, sehingga hasil tangkapannya sedikit.
Sumber daya ikan yang dimiliki negara kita ini jika tidak dijaga dan dikelola
dengan baik maka masih tetap tidak bisa dimaksimalkan dan kelestariannya lama
kelamaan tidak terjaga. Berbagai macam permasalahan yang mengakibatkan
kelestarian atau ketersediaan sumber daya ikan menurun atau bahkan hilang, yaitu
banyak nelayan menangkap ikan dengan peralatan yang dilarang, pencemaran air,
penangkapan ikan yang berlebihan, perusakan terumbu karang dan illegal fishing.
Supaya kelestarian sumber daya ikan terjaga banyak kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah, diantaranya adalah dengan membentuk 11 Wilayah
Pengelolaan Perikanan (WPP) yang bertugas mengawasi kegiatan penangkapan
nelayan dan mengelola pelestarian sumber daya laut dan ikan. Kebijakan lainnya adalah
melarang penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan peralatan lainnya yang
dapat menyebabkan kerusakan ekosistem laut. Dan dalam menangani pencemaran laut,
pemerintah membuat peraturan N0. 19 tahun 1999 tentang pengendalian Pencemaran
dan/atau Perusakan Laut.
Dengan segala kekayaan sumber daya ikan yang demikili bangsa ini jika
dimanfaatkan dan dikelola dengan baik maka akan sangat berdampak besar terhadap
kemajuan perekonomian Indonesia.
Untuk lebih jelasnya mengenai pengelolaan sumber daya ikan, kebijakan
pemerintah dalam melindungi sumber daya ikan, dan analisis pengelolaan sumber daya
ikan dalam bidang ekonomi akan dibahas di bab selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Sumber Daya Ikan


1. Pengertian
Pengelolaan Sumber Daya Ikan adalah aspek yang sangat penting di sector
perikanan. Jika pengelolaan tidak baik maka hasil yang didapat dari sector ini tidak
baik juga.
Pengertian pengelolaan kita pakai adalah terjemahan dari kata “management”
yang dalam ilmu administrasi dijelaskan bahwa unsur pokok dari managemen
adalah meliputi P.O.A.C (Planning. Organizing, Actuating, Controlling). Dalam
Guideline no.4 CCRF pengelolaan perikanan didefinisikan sebagai berikut:
Pengelolaan Perikanan adalah suatu proses yang terintegrasi mulai dari
pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan,
alokasi sumber dan implementasinya (dengan enforcement bila diperlukan), dalam
upaya menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan.
Dalam pengelolaan SDI diperlukan adanya beberapa batasan yang perlu
mendapat perhatian antara lain: (1) besaran daerah pengelolaan, (2) siapa
pengelolanya dan (3) bagaimana cara pengelolaannya.
2. Tujuan
Tujuan dari pengelolaan SDI di Indonesia sesuai dengan tujuan pengelolaan
perikanan yang tertuang dalam Undang-Undang nomor 31 Tahun 2004 tentang
perikanan bahwa pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan azas manfaat,
keadilan, kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan
kelestarian yang berkelanjutan. Pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan tujuan:
a. Meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan skala kecil,
b. Meningkatkan penerimaan dan devisa negara,
c. Mendorong perluasan dan kesempatan kerja.
d. Meningkat ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan.
e. Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan.
f. Meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing,
g. Meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan.
h. Mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan
lingkungan sumberdaya ikan secara optimal
i. Menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata
ruang.

B. Kebijakan Pemerintah Dalam Melindungi Sumber Daya Ikan


Dalam melindungi sumber daya ikan pemerintah membuat peraturan atau
kebijakan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Dalam
undang-undang tersebut berisi mengenai:
1. Wilayah Pengelolaan Perikanan
Saat ini Indonesia memiliki 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) yang
tertuang dalam peraturan Menteri KP No.001 Tahun 2009, yaitu:
a. WPP RI 571 meliputi perairan Selat Malaka dan Laut Andaman.
b. WPP RI 572 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan
Selat Sunda.
c. WPP RI 573 meliputi perairan Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga
sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat.
d. WPP RI 711 meliputi perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China
Selatan.
e. WPP RI 712 meliputi perairan Laut Jawa.
f. WPP RI 713 meliputi perairan Selat Makassar, Teluk Bone,Laut Flores, dan
Laut Bali.
g. WPP RI 714 meliputi perairan Teluk Tolo dan Laut Banda.
h. WPP RI 715 meliputi perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera,
Laut Seram dan Teluk Berau.
i. WPP RI 716 meliputi perairan Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau
Halmahera
j. WPP RI 717 meliputi perairan Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik.
k. WPP RI 718 meliputi perairan Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian
Timur.

Fungsi Wilayah Pengelolaan Perikanan ini adalah memanfaatkan potensi


sumber daya ikan berdasarkan ketersediaan sumber daya ikan di seluruh WPP
yang sesuai dengan daya dukung lingkungannya untuk kepentingan usaha
penangkapan dan pembudidayaan ikan. Melestarikan sumber daya ikan dan
lingkungannya.
Dalam WPP ada yang Namanya Lembaga Pengelola Perikanan yang
bertugas mengelola WPP ini. WPP juga menjadi pengawas perikanan dan kelautan
dan bisa mengatur penangkapan ikan di wilayah WPP sehingga tidak melebihi
kapasitas atau mengambil dalam jumlah tangkapan yang diperbolehlan (JTB).

2. Pengelolaan Perikanan
Dalam Bab IV Pasal 7 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 dalam pengelolaan
perikanan disebutkan bahwa:
a. Rencana pengelolaan perikanan.
b. Potensi dan alokasi sumber daya ikan di wilayah pengelolaan perikanan
republik indonesia.
c. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan di wilayah pengelolaan perikanan
republik indonesia.
d. Potensi dan alokasi lahan pembudidayaan ikan di wilayah pengelolaan
perikanan republik indonesia.
e. Potensi dan alokasi induk serta benih ikan tertentu di wilayah pengelolaan
perikanan republik indonesia.
f. Jenis, jumlah, dan ukuran alat penangkapan ikan.
g. Jenis, jumlah, ukuran, dan penempatan alat bantu penangkapan ikan.
h. Daerah, jalur, dan waktu atau musim penangkapan ikan.
i. Persyaratan atau standar prosedur operasional penangkapan ikan.
j. Sistem pemantauan kapal perikanan.
k. Jenis ikan baru yang akan dibudidayakan.
l. Jenis ikan dan wilayah penebaran kembali serta penangkapan ikan berbasis
budi daya.
m. Pembudidayaan ikan dan perlindungannya.
n. Pencegahan pencemaran dan kerusakan sumber daya ikan serta
lingkungannya.
o. Rehabilitasi dan peningkatan sumber daya ikan serta lingkungannya.

Dalam pasal selanjutnya dijelaskan bahwa jumlah tangkapan dan jenisnya


ditentukan pemerintah. Pemerintah juga menetapkan jenis ikan dan kawasan
perairan yang masing-masing dilindungi, termasuk taman nasional laut, untuk
kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, dan/atau kelestarian
sumber daya ikan dan/atau lingkungannya.

Dalam proses penangkapan ikan, setiap orang dilarang melakukan


penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan
kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau cara, dan/atau bangunan yang
dapat merugikan dan/atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan/atau
lingkungannya di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia. Semua itu
bertujuan untuk menjaga kelestarian ikan dan lingkungannya.

3. Usaha Perikanan
a. Setiap kapal perikanan harus memiliki izin.
b. Setiap usaha perikanan harus memiliki izin.
c. Kapal asing tidak diperbolehkan menangkap ikan jika tidak ada izin.
d. Setiap kapal perikanan yang akan melakukan kegiatan perikanan wajib
memiliki surat laik operasi kapal perikanan dari pengawas perikanan.

Semua itu dilakukan untuk memudahkan dalam pengawasan dan penindakan


di lapangan.

4. Sistem Informasi Dan Data Statistik Perikanan


System informasi yang baik dan cepat. Data valid, akurat dan actual sangat
penting dalam pengambilan keputusan.
5. Pungutan Perikanan
Setiap orang yang memperoleh manfaat langsung dari sumber daya ikan dan
lingkungannya di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia dikenakan
pungutan perikanan. Kecuali nelayan kecil dan pembudi-daya ikan kecil.
6. Penelitian Dan Pengembangan Perikanan
Pemerintah mengatur, mendorong, dan/atau menyelenggarakan penelitian
dan pengembangan perikanan untuk menghasilkan pengetahuan dan teknologi
yang dibutuhkan dalam pengembangan usaha perikanan agar lebih efektif, efisien,
ekonomis, berdaya saing tinggi, dan ramah lingkungan, serta menghargai kearifan
tradisi/ budaya lokal.
7. Pendidikan, Pelatihan, Dan Penyuluhan Perikanan
Pemerintah menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan
perikanan untuk meningkatkan pengembangan sumber daya manusia di bidang
perikanan.
8. Pemberdayaan Nelayan Kecil Dan Pembudi Daya Ikan Kecil
Pemerintah memberdayakan nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil
melalui:
a. penyediaan skim kredit bagi nelayan kecil dan pembudi daya-ikan kecil, baik
untuk modal usaha maupun biaya operasional dengan cara yang mudah, bunga
pinjaman yang rendah, dan sesuai dengan kemampuan nelayan kecil dan
pembudi daya-ikan kecil.
b. penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan bagi nelayan kecil
serta pembudi daya-ikan kecil untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan di bidang penangkapan, pembudidayaan, pengolahan, dan
pemasaran ikan.
c. menumbuhkembangan kelompok nelayan kecil, kelompok pembudi daya-ikan
kecil, dan koperasi perikanan.
9. Penyerahan Urusan Dan Tugas Pembantuan.
Penyerahan sebagian urusan perikanan dari Pemerintah kepada Pemerintah
Daerah dan penarikannya kembali ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
10. Pengawasan Perikanan
Pengawasan perikanan dilakukan oleh pengawas perikanan. Pengawas
perikanan bertugas untuk mengawasi tertib pelaksanaan peraturan perundang-
undangan di bidang perikanan. Pemerintah dapat menugaskan kepada Pemerintah
Daerah untuk melaksanakan urusan tugas pembantuan di bidang perikanan
11. Pengadilan Perikanan
Dengan Undang-Undang ini dibentuk pengadilan perikanan yang berwenang
memeriksa, mengadili, dan memutus tindak pidana di bidang perikanan
12. Penyidikan, Penuntutan, Dan Pemeriksaan Di Sidang Pengadilan Perikanan.
Penyidikan dalam perkara tindak pidana di bidang perikanan, dilakukan
berdasarkan hukum acara yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-
Undang ini. Penyidikan tindak pidana di bidang perikanan dilakukan oleh Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Perikanan, Perwira TNI AL, dan Pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia.
Penuntutan dalam perkara tindak pidana di bidang perikanan dilakukan
berdasarkan hukum acara yang berlaku, kecuali ditentukan lain dalam Undang-
Undang ini. Penuntutan terhadap tindak pidana di bidang perikanan dilakukan oleh
penuntut umum yang ditetapkan oleh Jaksa Agung dan/atau pejabat yang ditunjuk.
Pemeriksaan di sidang pengadilan dalam perkara tindak pidana di bidang
perikanan dilakukan berdasarkan hukum acara yang berlaku, kecuali ditentukan
lain dalam Undang-Undang ini.
13. Ketentuan Pidana
Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan
Republik Indonesia melakukan penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan ikan
dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan/atau
cara, dan/atau bangunan yang dapat merugikan dan/atau membahayakan
kelestarian sumber daya ikan dan/atau lingkungannya, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp1.200.000.000,00
(satu miliar dua ratus juta rupiah).
Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan
Republik Indonesia memiliki, menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat
penangkapan ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang berada di kapal
penangkap ikan yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan, alat
penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan persyaratan, atau standar yang
ditetapkan untuk tipe alat tertentu dan/atau alat penangkapan ikan yang dilarang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
Untuk lebih jelasnya terkait ketentuan pidana bagi yang melanggar UU ini
bisa dilihat di Bab 15 pasal 84-105 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004.

C. Analisis Di Bidang Ekonomi Dalam Pengelolaan Sumber Daya Ikan


Indonesia dengan kekayaan laut dan perikanan yang luar biasa, kita bisa
bayangkan bagaimana manfaatnya terhadap perekonomian jika bisa dikelola dengan
baik. Akan tetapi berbagai permasalahan dalam bidang ekonomi terus menjadi
pekerjaan rumah bagi pemerintah. Sebagai contoh untuk perikanan tangkap, banyak
perairan laut di kawasan barat dan tengah Indonesia sudah menunjukkan gejala padat
tangkap (overfishing), seperti Selat Malaka, perairan timur Sumatera, Laut Jawa, dan
Selat Bali. Sementara, di perairan laut kawasan timur Indonesia, tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikannya belum optimal atau masih underfishing. Akibatnya, pada daerah-
daerah penangkapan ikan tertentu yang mengalami over-exploitation, nelayan-
nelayannya umumnya menjadi miskin, karena sulit mendapatkan ikan hasil tangkapan.
Selain itu pula, sangat rawan terjadinya konflik antar nelayan di perairan tersebut. Disisi
lain, pada daerah-daerah penangkapan ikan yang tingkat pemanfaatannya belum
optimal atau underfishing, sumber daya ikan yang bernilai tersebut terkesan dibuang
begitu saja, bahkan di beberapa perairan, yang memanfaatkannya adalah kapal-kapal
perikanan illegal dari negara lain. Untuk contoh perikanan budidaya, salah satunya
adalah memenuhi kebutuhan nasional akan benih dan pakan seringkali tidak
mencukupi, sehingga aktivitas perikanan budidaya, sebagian masih tergantung dengan
negara lain yang tentunya akan mengancam keberlanjutan usaha para pembudidaya
ikan nasional.
Kenyataan seperti tersebut di atas sebagai cerminan bahwa betapa belum kuatnya
pengelolaan perikanan nasional, sehingga pemerintah perlu segera menata dan
memperbaiki kelemahan yang ada sekarang dengan melakukan penguatan
kebijakannya.
Kondisi penegakan hukum untuk sektor perikanan di Indonesia juga relatif masih
lemah, baik secara kuantitas dan kualitas. Belum kuatnya penegakan hukum di bidang
perikanan ini, selain mengakibatkan kerugian negara, baik secara ekonomi dan
lingkungan, juga berdampak pada penegakan kedaulatan wilayah negara, sehingga
dapat mengakibatkan rakyat Indonesia menjadi tidak berdaulat di negaranya sendiri.
Contoh utama akibat belum tegaknya hukum di bidang perikanan tangkap adalah
maraknya kegiatan IUU fishing yang jelas-jelas menjadi kendala utama untuk
mewujudkan pembangunan perikanan berkelanjutan. Sementara dibidang perikanan
budidaya adalah masalah peraturan tata ruang yang sering kali dilanggar atau tidak
dipatuhi tanpa ada tindakan yang tegas dari pemerintah atau aparat penegak hukum.
Bahkan tidak sedikit aturan tata ruang diganti atau disesuaikan dengan kepentingan
pribadi atau kelompok penguasa
Permasalahan lainnya adalah pelaku usaha perikanan yang sebagian besar belum
memiliki pengetahuan yang cukup tentang usaha perikanan yang berkelanjutan dan
juga belum memiliki skala usaha yang layak (economy of scale). Akibatnya, tidak
sedikit pelaku usaha perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya,
yang melakukan praktik-praktik usaha perikanan yang tidak berkelanjutan, bahkan
beberapa masih ada yang menggunakan alat tangkap atau bahan-bahan yang berbahaya
bagi sumber daya ikan, lingkungan, dan manusianya. Terlebih lagi ditambah dengan
skala usaha ekonomi mereka yang belum layak, sehingga para pelaku usaha perikanan
tersebut lebih cenderung untuk mengejar kuantitas produksi semata, tanpa
memperhatikan daya dukung ekosistemnya.
1. Daya saing produk yang masih rendah
Produk-produk perikanan mengalami kalah saing jika dibandingkan dengan
produk pangan lain, seperti daging sapi dan ayam. Permasalahan yang terjadi
adalah usaha perikanan yang belum efisien maupun kontinuitas produksi yang
tidak stabil. Penyebabnya antara lain adalah kurangnya sarana prasarana maupun
pengetahuan untuk meningkatkan atau memberikan nilai tambah pada produk
perikanan.
Dampak dari rendahnya daya saing produk perikanan tangkap adalah
berkurangnya lapangan pekerjaan, yang diiringi menurunnya pendapatan
masyarakat. Secara global maka negara juga akan mengalami kerugian akibat
menurunnya devisa.
2. Pasar domestik perikanan tangkap yang kurang berkembang dan pengamanan
kualitas ikan
Permasalahan logistik perikanan yang belum tertata dengan baik dan efisien.
Saat ini permasalahan logistik perikanan sudah menjadi fokus bagi pemerintah.
Logistik produk perikanan memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk lain
seperti penanganan yang berbeda dengan produk pertanian, peternakan maupun
produk lain. Selain itu permasalahan lokasi Indonesia yang terdiri dari banyak
pulau juga menjadi kendala tersendiri yaitu untuk daerah-daerah terpencil yang
terdapat di bagian timur Indonesia yang memiliki sumberdaya besar namun
memiliki kesulitan untuk mendistribusikan.
Permasalahan lain yang timbul adalah kurangnya daya beli masyarakat
terhadap produk perikanan. Keinginan makan ikan masyarakat Indonesia termasuk
rendah jika dibandingkan dengan negara lain, hal ini terlihat dari konsumsi ikan
per kapita Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan negara Asia lain.
Penyebab kurangnya konsumsi ikan per kapita adalah kondisi ekonomi
masyarakat, dan masih sulitnya mendapat ikan di daerah pelosok. Karena arus
distribusi lambat, ikan segar tidak lagi murah sampai ke tangan konsumen.
Kurang berkembangnya pasar domestik perikanan tangkap di Indonesia
menyebabkan usaha perikanan sangat tergantung dengan negara-negara
pengimpor, sedangkan pada pemasaran ekspor sendiri para pengusaha juga
mengalami banyak kendala seperti keterlambatan pembayaran, hingga ditolaknya
produk perikanan yang kadang terjadi bukan dengan alasan yang jelas. Selain itu
kurangnya konsumsi ikan per kapita juga dapat menurunkan kualitas masyarakat
Indonesia, hal ini karena ikan merupakan sumber protein yang tersusun atas asam
amino esensial yang lengkap dan mudah dicerna dibanding protein dari sumber
hewani lainnya. Selain itu lemak pada ikan mengandung lemak tak jenuh yang
biasa disebut omega 3. Dimana salah satu dari keunggulan omega 3 pada ikan
adalah dapat meminimalisir penyekit degeneratif seperti jantung koroner.
Selanjutnya, saat ini juga sedang santer diberitakan mengenai keamanan
pangan di negara ini, termasuk salah satunya pengamanan kualitas ikan.
Permasalahannya adalah rendahnya tingkat pemahaman nelayan ataupun
pengusaha ikan dalam pengamanan kualitas ikan.
Permasalahan tersebut akan berdampak terjadinya penggunaan bahanbahan
berbahaya untuk mengawetkan atau mengolah ikan. Hal ini diperparah dengan
rendahnya pengawasan terhadap penjualan bahan-bahan tidak layak tersebut di
pasaran bebas.
3. Akses permodalan usaha perikanan tangkap masih terbatas
Permasalahan yang terjadi saat ini adalah sulitnya prosedur perbankan bagi
masyarakat nelayan yang sebagian besar merupakan nelayan skala kecil. Selain itu
suku bunga kredit yang relatif tinggi juga menjadi salah satu penghambat
berkembangnya usaha perikanan nelayan di Indonesia. Dampak dari terbatasnya
akses permodalan usaha bagi nelayan adalah sulitnya perkembangan usaha
perikanan tangkap atau cenderung stagnan. Di sisi lain terbatasnya akses
permodalan bagi nelayan juga menyebabkan pemanfaatan sumberdaya ikan yang
tidak berimbang terutama di daerah pesisir.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengelolaan Perikanan adalah suatu proses yang terintegrasi mulai dari
pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan,
alokasi sumber dan implementasinya (dengan enforcement bila diperlukan), dalam
upaya menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan.
Pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan tujuan:
1. Meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan skala kecil,
2. Meningkatkan penerimaan dan devisa negara,
3. Mendorong perluasan dan kesempatan kerja.
4. Meningkat ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan.
5. Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan.
6. Meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing,
7. Meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan.
8. Mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan
lingkungan sumberdaya ikan secara optimal
9. Menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata
ruang.
Dalam melindungi sumber daya ikan pemerintah membuat peraturan atau
kebijakan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan.
Permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan sumber daya ikan dalam bidang
ekonomi adalah daya saing produk yang masih rendah, pasar domestik perikanan
tangkap yang kurang berkembang dan pengamanan kualitas ikan dan akses
permodalan usaha perikanan tangkap masih terbatas
Referensi

Mallawa, Achmar, “Pengelolaan Sumberdaya Ikan Berkelanjutan Dan Berbasis Masyarakat”


dalam https://docplayer.info/

http://www.dpr.go.id/

http://pusrikel.litbang.kkp.go.id/

https://www.cnbcindonesia.com/news/20200701184938-4-169544/kualitas-sdm-ri-belum-
optimal-nih-mas-nadiem

https://www.bappenas.go.id/

Anda mungkin juga menyukai