Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) diganti dengan Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia (PUEBI) pada 2016 atas keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang
menjabat kala itu, Anies Baswedan.
Sebagian besar aturan dalam PUEBI kurang lebih sama seperti EYD, tetapi terdapat sejumlah
perubahan dan tambahan. Salah satu perubahan dari EYD dan PUEBI adalah penggunaan huruf
kapital. Melansir Kantor Bahasa Kemdikbud, dalam EYD penulisan huruf kapital harus digunakan
pada huruf awal nama orang, nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan.
- Nama julukan:
a. Jenderal Kancil
b. Bapak Koperasi
c. Ayam Jantan dari Timur
Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan kata yang bermakna keturunan atau 'anak
dari', seperti bin, binti, boru, atau van. Berikut contoh penulisannya:
a. Siti Kuswandari binti Hakim
b. Ludwig van Beethoven
c. Jalaludin boru Sitanggang
6. Huruf kapital dalam sapaan gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, dan
nama jabatan
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, profesi, jabatan, maupun kepangkatan yang digunakan sebagai sapaan. Berikut
contoh kalimatnya:
a. Selamat malam, Dokter.
b. Mohon bantuannya, Prof.
c. Terima kasih, Kiai.
d. Izin melapor, Jenderal.
e. Selamat datang, Yang Mulia.
a. keinggris-inggrisan
b. pengindonesiaaan kata asing
c. kejawa-jawaan
Namun, huruf kapital tidak digunakan nama geografi yang bukan nama diri. Berikut
contohnya:
a. berenang di sungai
b. mendaki gunung
c. memasuki gang
d. terdapat di dalam danau
Huruf kapital juga tidak digunakan dalam nama geografi yang dipakai sebagai nama jenis.
Nama jenis adalah nama yang dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis
lain dalam kelompoknya. Berikut contohnya:
a. gula jawa
b. jeruk bali (Citrus maxima)
c. kunci inggris
d. petai cina (Leucaena glauca)