Anda di halaman 1dari 127
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 477 /KMK.09/2021 TENTANG PEDOMAN PEMANTAUAN PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN Menimbang DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa untuk memperkuat pengendalian intern tingkat unit kerja di lingkungan Kementerian Keuangan, telah ditetapkan —_ketentuan mengenai kerangka kerja. penerapan. pengendalian intern dan pedoman pemantauan pengendalian intern melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 940/KMK.09/2017 tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Pemantauan Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan; b. bahwa dengan telah ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 322/KMK.09/2021 tentang Kerangka Kerja Penerapan Sistem Pengendalian Intern di_—_Lingkungan Kementerian Keuangan yang mencabut Keputusan Menteri Keuangan — Nomor 940/KMK.09/2017 tentang Kerangka Kerja Penerapan Pengendalian Intern dan Pedoman Pemantauan Pengendalian Inte — di Lingkungan Kementerian Keuangan, dan untuk melaksanakan ketentuan Diktum KEEMPATBELAS Keputusan Menteri Keuangan Nomor 322/KMK.09/2021 tentang Kerangka Kerja Penerapan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan, periu dilakukan penyesuaian dan penetapan kembali terhadap ketentuan . mengenai pedoman pemantauan pengendalian intern sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c, bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Pedoman Pemantauan Penerapan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -2- Kementerian Keuangan; Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); 2. Keputusan Presiden Nomor 113/P Tahun 2019; 3. Peraturan Menteri © Keuangan —_ Nomor 190/PMK.01/2018 tentang Kode Etik dan Kode Perilaku Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1835); 4. Peraturan Menteri + Keuangan — Nomor 118/PMK.01/2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1031); 5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 322/KMK.09/2021 tentang Kerangka Kerja Penerapan Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Keuangan; 6. Keputusan Menteri Keuangan —_ Nomor 323/KMK.09/2021 tentang Kerangka Kerja Integritas di Lingkungan —_-Kementerian Keuangan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PEDOMAN PEMANTAUAN PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI. LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN. PERTAMA : Menetapkan pedoman pemantauan penerapan sistem pengendalian intern di _lingkungan Kementerian Keuangan yang digunakan sebagai panduan dalam mendukung pelaksanaan fungsi kepatuhan internal untuk menilai kualitas penerapan sistem pengendalian intern pada unit kerja di lingkungan Kementerian Keuangan, KEDUA : Pedoman pemantauan _penerapan _ sistem pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA terdiri atas: MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA a. pihak-pihak yang terlibat; dan b. Pemantauan Penerapan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan Kementerian Keuangan, yang selanjutnya disebut Pemantauan Pengendalian Intern. KETIGA : Pihak-pihak yang terlibat sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA huruf a terdiri atas: a. Pimpinan unit organisasi Eselon I dan pimpinan unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab secara langsung kepada Menteri Keuangan; b. Manajemen Operasional, merupakan unit di lingkungan Kementerian Keuangan yang tidak menjalankan fungsi kepatuhan internal pada: 1. kantor pusat unit organisasi Eselon I; 2. unit organisasi non-Eselon —_yang bertanggung jawab secara langsung kepada Menteri Keuangan; 3. unit organisasi non-Eselon selain angka 2, termasuk yang menerapkan pengelolaan keuangan badan layanan umum; 4. instansi vertikal; dan 5. unit pelaksana teknis; dan ¢. Unit Kepatuhan Internal yang selanjutnya disingkat UKI, merupakan unit di lingkungan Kementerian Keuangan yang menjalankan fungsi kepatuhan internal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang dalam pelaksanaan tugasnya dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan sesuai dengan level organisasi, yaitu: 1. UKI Tingkat I, yang selanjutnya disebut UKI-; 2. UKI Tingkat Il, yang selanjutnya disebut UKL-H; dan 3. UKI Tingkat Il, yang selanjutnya disebut UKLIL, ENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA dengan penjelasan sebagaimana_tercantum dalam Lampiran 1 huruf A angka 1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. KEEMPAT : Tugas pihak-pihak yang terlibat sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA meliputi: a. Pimpinan unit organisasi Eselon I dan pimpinan unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab secara langsung kepada Menteri Keuangan: 1, memberikan arahan kepada pejabat/pegawai pada unit kerja masing- masing untuk memberikan dulcungan terhadap —pelaksanaan —_—-Pemantauan Pengendalian Intern yang dilakukan oleh UKI, termasuk memberikan dokumen dan akses data yang dibutuhkan; dan 2. menandatangani pernyataan manajemen mengenai cfektivitas sistem pengendalian intern tingkat unit organisasinya. b. Manajemen Operasional: 1. mengidentifikasi risiko dan pengendalian utama; 2. memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Pemantauan _ Pengendalian Intern yang dilakukan oleh UKI, termasuk memberikan dokumen dan akses data yang dibutuhkan; 3. menindaklanjuti rekomendasi__hasil Pemantauan Pengendalian Intern; dan 4, menyusun dan menandatangani pernyataan manajemen mengenai efektivitas sistem pengendalian intern berdasarkan _hasil Pemantauan Pengendalian Intern yang dilakukan oleh UKI. c. UKI: 1. mengevaluasi kecukupan —_rancangan pengendalian utama dalam memitigasi risiko; 2. mengembangkan perangkat Pemantauan Pengendalian Intern; MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA iG 3. melaksanakan pemantauan dan evaluasi atas sistem pengendalian intern; dan 4, mengusulkan perbaikan: a) rancangan _—pengendalian — intern berdasarkan hasil evaluasi kecukupan rancangan; dan b) penerapan —pengendalian — intern berdasarkan ihasil_ += Pemantauan Pengendalian Intern, dengan rincian tugas untuk setiap tingkatan UKI sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf A angka 2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. KELIMA : Pejabat dan pegawai UKI sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGA huruf c paling sedikit harus memiliki kualifikasi sebagai berikut: a. memiliki kompetensi teknis, _kompetensi manajerial, dan kompetensi sosial kultural yang memadai; dan b. memperoleh pembelajaran minimal terkait dengan: 1. konsep dasar pengendalian intern; 2. perancangan dan pengembangan perangkat Pemantauan Pengendalian Intern; 3. mekanisme _pelaksanaan — Pemantauan Pengendalian Intern; 4. simulasi pelaksanaan _—- Pemantauan Pengendalian Intern berdasarkan perangkat yang telah disusun; dan 5. Standar Operasional Prosedur (SOP) proses bisnis pada unit kerja bersanglcutan. KEENAM : Selain kualifikasi sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMA, untuk Pelaksana yang ditunjuk sebagai pegawai UKI juga harus memenuhi kualifikasi memiliki pendidikan dan masa kerja sebagai berikut: a. Sarjana/Diploma IV dengan masa kerja paling sedikit 2 (dua) tahun; b. Diploma III dengan masa kerja paling sedikit 2 (dua) tahun; dan KETUJUH KEDELAPAN KESEMBILAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -6- c. Diploma I dengan masa kerja paling sedikit 5 (lima) tahun. Pemantauan Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA huruf b merupakan salah satu unsur sistem pengendalian Intern yang bertujuan untuk: a. membantu pimpinan unit kerja guna meningkatkan penerapan sistem pengendalian intern dalam rangka pencapaian tujuan organisasi; b. memastikan kecukupan rancangan pengendalian intern; dan c. memastikan pengendalian utama dijalankan sesuai dengan sistem, prosedur, dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pemantauan Pengendalian Intern dalam Keputusan Menteri ini meliputi pemantauan terhadap: a. pengendalian intern pada tingkat entitas; dan b. pengendalian intern pada tingkat aktivitas, dengan gambaran umum sebagaimana tercantum dalam Lampiran I buruf A angka 3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. Pemantauan Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud dalam = Diktum =~ KEDELAPAN dilaksanakan dengan 4 (empat) tahapan sebagai berikut: a. perencanaan pemantauan; b. pelaksanaan pemantauan; c. penyusunan simpulan efektivitas pengendalian intern; dan d. penyusunan laporan penerapan pengendalian intern. KESEPULUH KESEBELAS KEDUABELAS, KETIGABELAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -7- Perencanaan pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEMBILAN huruf a dilakukan oleh UKTI dengan tahapan sebagai berikut: a. pemilihan proses bisnis yang dipantau; b. pemetaan rancangan pengendalian; c. evaluasi kecukupan rancangan; d. penyusunan tabel rancangan pengendalian; e. penyusunan perangkat pemantauan pengendalian utama; f. pengembangan aplikasi pemantauan pengendalian berbasis teknologi informasi dan komunikasi; g. penyusunan perangkat pemantauan atas penegakan integritas dan nilai etika; h, identifikasi pemantauan lainnya; dan i, penyusunan rencana pemantauan tahunan, dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. Perencanaan pemantauan oleh UKI-I sebagaimana “ dimaksud dalam Diktum KESEPULUH dapat dilakukan mulai tanggal 1 Juli sampai dengan 31 Desember tahun sebelumnya, berkoordinasi dengan: a. Manajemen Operasional, UKI-II, UKL-III, dan/atau Satuan Pengawasan Intern Badan Layanan Umum; dan b. Inspektorat Jenderal. Pelaksanaan pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEMBILAN huruf b dilakukan oleh UKI-I, UKI-H, dan UKI-IIl pada unit kerjanya masing-masing. UKI-I dan UKHI selain melaksanakan pemantauan sebagaimana dimaksud_ = dalam_~—Diktum KEDUABELAS, juga = dapat_— melakukan pemantauan pada instansi vertikal di bawahnya. KEEMPATBELAS KELIMABELAS KEENAMBELAS KETUJUHBELAS MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA : Pelaksanaan pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUABELAS terdiri atas: a. Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas, yang selanjutnya disingkat EPITE; dan b. Pemantauan Pengendalian Intern Tingkat Aktivitas, yang selanjutnya disingkat PPITA. EPITE sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEEMPATBELAS huruf a bertujuan untuk menentukan efektivitas pengendalian intern tingkat entitas yang mencakup 5 (lima) unsur sistem pengendalian intern, yaitu: a. lingkungan pengendalian; penilaian risiko; kegiatan pengendalian; aos informasi dan komunikasi; dan ©. pemantauan, yang dilakulan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun, dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Il huruf A yang merupakan agian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. Dalam hal terjadi kondi a. perubahan kepemimpinan; b. perubahan proses bisnis yang _strategis; dan/atau c. perubahan struktur organisasi, EPITE sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMABELAS harus dilakukan paling cepat 3 (tiga) bulan dan paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak kondisi berkenaan diimplementasikan secara efektif. Dalam rangka penguatan pengendalian intern tingkat entitas, EPITE sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMABELAS diikuti dengan pemantauan atas penegakan integritas dan nilai etika yang bertujuan untuk: KEDELAPANBELAS KESEMBILANBELAS, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -9- a. membantu pimpinan unit kerja dalam meningkatkan penerapan kode etik dan kode perilaku di lingkungan kerja dalam rangka pencapaian tujuan organisasi; b. mendorong terwujudnya sikap, tingkah laku, dan perbuatan pegawai Kementerian Keuangan yang sesuai dengan kode etik dan kode perilaku; dan c. mendeteksi adanya penurunan penerapan nilai- nilai _Kementerian Keuangan yang hasilnya digunakan untuk == memperbaiki dan meningkatkan kinerja pegawai Kementerian Keuangan, yang dilaksanakan dengan mengacu pada ketentuan sebagaimana_tercantum dalam Lampiran II huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. PPITA sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEEMPATBELAS huruf b bertujuan untuk menilai cfektivitas pengendalian intern —_terhadap pelaksanaan proses bisnis yang dijalankan oleh Manajemen Operasional, yang dilakukan melalui: a. Pemantauan Pengendalian Utama; dan b. Pemantauan Pengendalian Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Il yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. Penyusunan simpulan efektivitas pengendalian intern sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEMBILAN huruf c dilakcukan oleh UKI-I, UKI-II, dan UKI-II, dengan subtahapan sebagai berikut: a. evaluasi temuan Pemantauan Pengendalian Intern; b. perumusan simpulan efektivitas pengendalian intern; c. penyusunan Laporan Biektivitas Pengendalian Intern; dan d. penyusunan Pernyataan Manajemen atas EBfektivitas Pengendalian Intern. KEDUAPULUH KEDUAPULUHSATU MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -10- : Evaluasi temuan Pemantauan Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud = dalam ~=——Diktum KESEMBILANBELAS huruf a dilaksanakan oleh: a. UKII, atas temuan hasil: 1. evaluasi kecukupan rancangan sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEPULUH buruf cc 2. EPITE sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMABELAS; 3. pemantauan penegakan integritas dan nilai etika sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETUJUHBELAS; dan 4. PPITA sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDELAPANBELAS, b. UKI-II dan UKI-IIl, atas temuan hasil: 1. EPITE sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMABELAS; 2. pemantauan penegakan integritas dan nilai etika sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETUJUHBELAS; dan 3. PPITA sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDELAPANBELAS, dengan rincian tahapan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV huruf A angka 1 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Mente: Evaluasi temuan Pemantauan Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud dalam == Diktum KEDUAPULUH bertujuan untuk menentukan Klasifikasi tingkatan temuan yang terdiri atas: a. defisiensi yang berdampak —rendah (inconsequential); b, defisiensi signifikan (significant deficiency); atau c. kelemahan material (material weakness). KEDUAPULUHDUA KEDUAPULUHTIGA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -1L- Simpulan cfektivitas _ pengendalian _ intern sebagaimana dimaksud dalam ~—Diktum. KESEMBILANBELAS huruf b terdiri atas: a. pengendalian intern efektif; b. pengendalian intern —efektif’- dengan pengecualian; atau ¢. pengendalian intern mengandung kelemahan material, dengan ketentuan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV huruf A angka 2 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini, Penyusunan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEMBILANBELAS huruf c dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. UKIIll menyusun _Laporan __Efektivitas Pengendalian Intern pada unit kerja berkenaan, untuk ditandatangani oleh pimpinan UKI-IIl dan disampaikan kepada pimpinan unit kerja berkenaan dan pimpinan UKI-Il; b. UKI-II menyusun: 1. Laporan Efektivitas Pengendalian Intern pada unit kerja berkenaan; dan 2. Laporan Efektivitas Pengendalian Intern Konsolidasi_ yang merupakan gabungan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern UKI-III sebagaimana dimaksud pada hurufa, untuk ditandatangani oleh pimpinan UKI-II dan disampaikan kepada pimpinan unit kerja berkenaan dan pimpinan UKH; c. UKI-I menyusun: 1. Laporan Efektivitas Pengendalian Intern pada unit kerja berkenaan; dan 2. Laporan Efektivitas Pengendalian Intern Konsolidasi_ yang merupakan gabungan Laporan Efektivitas Pengendalian Intern Konsolidasi UKI-I sebagaimana dimaksud pada huruf b angka 2, KEDUAPULUHEMPAT KEDUAPULUHLIMA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -12- untuk ditandatangani oleh pimpinan UKI-I dan disampaikan kepada pimpinan unit kerja dan Inspektur di lingkungan Inspektorat Jenderal yang menjadi mitra dari UKI-I yang bersangkutan, dengan sistematika pelaporan _sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV huruf A angka 3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. Laporan Efektivitas Pengendalian Intern disampaikan oleh: a. UKI-III kepada pimpinan UKI-II sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUAPULUHTIGA huruf a; b. UKE kepada pimpinan UKI-I sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUAPULUHTIGA huruf b; dan c. UKTI kepada Inspektur di _lingkungan Inspektorat Jenderal yang menjadi mitra dari UKII yang bersangkutan —_sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUAPULUHTIGA huruf c, dengan melampirkan kertas kerja evaluasi temuan. Laporan _Bfektivitas Pengendalian _ Intern sebagaimana dimaksud = dalam == Diktum KEDUAPULUHTIGA digunaken oleh: a. Pimpinan unit kerja, pimpinan unit organisasi Eselon I, dan/atau pimpinan unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab secara langsung kepada Menteri Keuangan, untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang- undangan; dan b. Inspektorat Jenderal, sebagai. bahan pertimbangan dalam rangka melaksanakan pengawasan intern sesuai_peraturan perundang-undangan = mengenai__sistem pengendalian intern pemerintah. KEDUAPULUHENAM. KEDUAPULUHTUJUH KEDUAPULUHDELAPAN KEDUAPULUHSEMBILAN MENTERI KEUANGAN EPUBLIK INDONESIA -13- Pernyataan Manajemen atas _Efektivitas Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESEMBILANBELAS huruf d merupakan bentuk pertanggungjawaban: a. Pimpinan unit organisasi Eselon I atau pimpinan unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab secara langsung kepada Menteri Keuangan, dan b. Manajemen Operasional, dalam menerapkan sistem pengendalian intern berdasarkan simpulan efektivitas pengendalian intern sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUAPULUHDUA, yang tertuang dalam Laporan Efektivitas Pengendalian Intern scbagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUAPULUHTIGA. Pernyataan Manajemen tas _Biektivitas Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUAPULUHENAM disusun oleh unit kerja termasuk instansi vertikal atau unit pelaksana teknis sampai dengan tingkat unit organisasi Eselon I atau unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab secara langsung kepada Menteri Keuangan. Untuk unit kerja yang memiliki instansi vertikal di bawahnya, sclain menyusun —_Pernyataan Manajemen atas Efektivitas Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud = dalam ~—Diktum KEDUAPULUHTUJUH, juga menyusun Pernyataan Manajemen mengenai Efektivitas Pengendalian Intern Konsolidasi_berdasarkan —_simpulan efektivitas pengendalian intern yang tertuang dalam Laporan Efektivitas Pengendalian Intern Konsolidasi sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUAPULUHTIGA huruf b dan huruf c. Pernyataan Manajemen atas _Efektivitas Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUAPULUHENAM ditandatangani oleh: a. pimpinan unit kerja; b. pimpinan unit organisasi Eselon I; dan c. pimpinan unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab secara langsung kepada Menteri Keuangan, KETIGAPULUH, KETIGAPULUHSATU KETIGAPULUHDUA KETIGAPULUHTIGA “Se MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -14- dan disampaikan paling lambat tanggal 15 Januari tahun berikutnya, dengan format dan penjelasan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV huruf A angka 4 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. Laporan penerapan _pengendalian _intern sebagaimana dimaksud = dalam ~—_—Diktum KESEMBILAN huruf d disusun oleh UKII setiap tahun, sesuai contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV huruf B yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. Laporan penerapan—_pengendalian _ intern sebagaimana dimaksud = dalam = Diktum KETIGAPULUH ditandatangani oleh: a. pimpinan unit organisasi Eselon I; atau b. pimpinan unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab secara langsung kepada Menteri Keuangan, dan disampaikan kepada Inspektur Jenderal paling lambat tanggal 20 Januari tahun berikutnya. Berdasarkan laporan penerapan pengendalian intern sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETIGAPULUHSATU, Inspektorat di lingkungan Inspektorat Jenderal yang menjalankan fungsi koordinasi pembinaan’ dan asurans atas fungsi kepatuhan internal di lingkungan Kementerian Keuangan, menyusun kompilasi_—_laporan penerapan pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan, untuk disampaikan kepada Menteri Keuangan. : Hasil kompilasi laporan penerapan pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ~——Diktum KETIGAPULUHDUA disampaikan oleh Inspektur Jenderal kepada Menteri Keuangan paling lambat tanggal 15 Februari tahun berikutnya. KETIGAPULUHEMPAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ae Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2022. Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Wakil Menteri Keuangan; 2. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, para Direktur Jenderal, dan para Kepala Badan di lingkungan Kementerian Keuangan; 3. Kepala Lembaga National Single Window; 4. Para Staf Abli di lingkungan Kementerian Keuangan; 5. Kepala Biro Umum, para Sekretaris Direktorat Jenderal, Sekretaris Inspektorat Jenderal, dan para Sekretaris Badan di lingkungan Kementerian Keuangan; dan 6. Kepala Biro Hukum, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 Novenber 2021 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SRI MULYANI INDRAWATI Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Umum Lawpreas EPUTUSAN Ma®7aRU KEUANAN REPUBLIK INDONESIA Noman. 177 /x0n00/2021 TeNtano PEDOMAN PEMANTAUAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DBIUINGKUNGAN KEMENTESIAN KEUANGAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETENTUAN UMUM DAN PERENCANAAN PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN A, KETENTUAN UMUM PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN 1. Tingkatan UKI sesuai Level Organisasi a. UKI-I merupakan UKI pada: 1) kantor pusat unit organisasi Eselon I; atau 2) unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab secara langsung kepada Menteri Keuangan. b. UKI-II merupakan UKI pada: 1) unit organisasi: a) instansi vertikal unit Esclon | setingkat Eselon Il; atau b) yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan melalui pimpinan unit Eselon I atau secara administratif bertanggung jawab kepada pimpinan unit Eselon I; atau 2) unit organisasi non-Eselon: a) yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan melalui pimpinan unit Eselon I; ) yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan dan secara administratif berada di bawah pimpinan unit Eselon I; atau c) yang bertanggung jawab kepada pimpinan lembaga nonstruktural melalui Menteri Keuangan yang dilimpahkan kepada pimpinan unit Eselon J; atau 3) unit pelaksana teknis: a) yang bertanggung jawab kepada pimpinan unit Eselon I; atau b) yang menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan. ¢. UKI-I merupakan UKI pad: 1) instansi vertikal unit organisasi Eselon I setingkat Eselon II; 2) unit pelaksana teknis yang bertanggung jawab kepada pimpinan unit Eselon Il; atau 3) unit pelaksana teknis yang bertanggung jawab kepada pimpinan unit Eselon [ dan secara administratif dibina oleh pimpinan kantor vertikal unit Eselon I setingkat Esclon II 2. Rincian Tugas untuk Setiap Tingkatan UKI a. UKI-I: 1) Pada unit organisasi Eselon 1 yang tidak memiliki unit vertikal dan unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab secara langsung kepada Menteri Keuangan: a) menentukan proses bisnis yang akan dipantau; b) memetakan rancangan pengendalian; ¢) melaksanakan EKR atas risiko dan pengendalian; MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA oe d) mengembangkan perangkat pemantauan; ) menyusun rencana pemantauan tahunan; f)_ menyusun jadwal dan kebutuhan sumber daya pemantauan; ) melaksanakan EPITE; h) melaksanakan pemantauan atas penegakan integritas dan nilai etika; i) melaksanakan PPITA; j) melaksanakan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi; dan ) menyampaikan laporan kepada pimpinan unit organisasi Eselon I dan Inspektorat Jenderal. 2) Pada unit organisasi Eselon I yang memiliki unit vertikal: a) menentukan proses bisnis dan kegiatan yang akan dipantau; b) memetakan rancangan pengendalian; ¢) melaksanakan EKR atas risiko dan pengendalian; a) mengembangkan perangkat pemantauan; ¢) menyusun dan menyampaikan rencana pemantauan tahunan kepada UK dan UKI-I; {) menyusun jadwal dan kebutuhan sumber daya pemantauan kantor pusat; g) melaksanakan EPITE pada unit kerja kantor pusat; h) melaksanakan pemantauan atas penegakan integritas dan nilai etika; i) melaksanakan PPITA pada unit kerja kantor pusat; j) melaksanakan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi; k) mengoordinasikan proses bisnis pemantauan UKI-II dan UKHI; 1) melaksanakan pemantauan pengendalian intern pada UKI-II dan UKI- Ill jika dipertukan; dan m) menyampaikan laporan kepada pimpinan unit organisasi Eselon I dan Inspektorat Jenderal. b. UKE: 1) menyusun jadwal dan kebutuhan sumber daya pemantauan; 2) melaksanakan EPITE pada unit kerja terkait; 3) melaksanakan pemantauan atas penegakan integritas dan nilai etika; 4) melaksanakan PPITA pada unit kerja terkait; 5) melaksanakan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi; 6) mengoordinasikan proses bisnis pemantauan UKI III di bawahnya; 7) melaksanakan pemantauan pengendalian intern pada UKI-II jika diperlukan; MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, -3- 8) menyampaikan laporan kepada pimpinan unit kerja dan UKI-I. c. UKLI: 1) menyusun jadwal dan kebutuhan sumber daya pemantauan; 2) melaksanakan EPITE pada unit kerja terkait; 3) melaksanakan pemantauan atas penegakan integritas dan nilai etika; 4) melaksanakan PPITA pada unit kerja terkait; 5) melaksanakan pemantauan tindak lanjut atas rekomendasi; 6) menyampaikan laporan kepada pimpinan unit kerja, UKI-I, dan UKI-I. 3. Gambaran Umum Pemantauan Pengendalian Intern Gambaran Umum Pemantauan Pengendalian Intern rate Tsar a wa aT) }+ Perencanaan Sere es at UKE, UK, it Pelaksanad URI il ae Tonia ee ai 2 | ‘Penyusunan Evalues! Toran UKE, UKI I, Lemar d oe ee eae ae EvaluasiKeouleapan Rancangsn 2. EPITE Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas pac Prnmimuan Sonegni lterion a tle sien 3 ia Fomanauan Pengeadatian intra Nght akties & pro Ce eens 6. PPTIK Pemantauan Pengendalian Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi 7 1PI ee see a 4. Daftar Istilah, a, Pemantauan berkelanjutan (on going monitoring) merupakan pemantauan atas pengendalian intern yang melekat dalam aktivitas operasi normal suatu entitas, yaitu meliputi aktivitas pengelolaan dan pengawasan rutin, dan tindakan lainnya yang dilaksanakan pemilik pengendalian dalam rangka pelaksanaan tugasnya. b. Evaluasi terpisah (separate evaluation) merupakan penilaian atas mutu kinerja pengendalian intern dengan ruang lingkup dan frekuensi tertentu berdasarkan pada penilaian risiko dan efektivitas prosedur pemantauan MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -4- berkelanjutan. Evaluasi terpisah dapat dilaksanakan oleh orang yang terlatih dan terpisah dari operasi (auditor intern) atau orang dalam organisasi yang sebagai bagian dari tugas rutinnya bertanggung jawab untuk mengawasi proses ata memantau operasi pengendalian tertentu (UKI). . Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas/Unit Kerja (entity level), yang selanjutnya disingkat EPITE, merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh UKI untuk menilai efektivitas pengendalian intern tingkat entitas dalam menciptakan lingkungan yang mendukung efektivitas pengendalian intern tingkat aktivitas. . Pemantauan Pengendalian Intern Tingkat Aktivitas (activity level), yang sclanjutnya disingkat PPITA, merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh UKI untuk menilai efektivitas pengendalian intern terhadap pelaksanaan proses bisnis manajemen operasional. . Pemantauan Pengendalian Utama, yang selanjutnya disingkat PPU, merupakan kegiatan bagian dari PPITA yang dilaksanakan oleh UKI untuk memberikan keyakinan memadai bahwa suatu pengendalian utama telah cukup dari sisi rancangannya dan efektif pelaksanaannya. Evaluasi Kecukupan Rancangan, yang selanjutnya disingkat EKR, merupakan kegiatan bagian dari PPITA yang dilaksanakan oleh UKI untuk memberikan keyakinan memadai bahwa seluruh risiko utama telah diidentifikasi dan pengendalian utama telah dirancang dengan tepat schingga pada saat dilaksanakan dapat mencegah dan/atau mendeteksi kesalahan. . Aktivitas pengendalian (control activities) merupakan kebijakan/prosedur untuk memastikan bahwa arahan manajemen telah dilaksanakan pada seluruh tingkatan dan fungsi dalam suatu entitas. Aktivitas pengendalian dilaksanakan antara lain melalui: pemberian persetujuan (approval), otorisasi (authorization), verifikasi (verification), reviu atas kinerja operasi (review of operating performance), pengamanan aktiva (security of asset), dan pemisahan tugas (segregation of duties). Pengendalian utama (key control) merupakan pengendalian yang ketika dievaluasi dapat memberikan kesimpulan tentang kemampuan keseluruhan sistem pengendalian intern dalam mencapai tujuan proses bisnis yang ditetapkan. Pengendalian Utama sering memiliki satu atau dua karakteristik sebagai berikut: 1) kegagalan pengendalian tersebut akan mempengaruhi tujuan proses bisnis dan tidak dapat dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian- pengendalian yang lain; dan/atau 2) pelaksanaan pengendalian tersebut akan mencegah atau mendeteksi kegagalan sebelum kegagalan tersebut memiliki pengaruh material terhadap tujuan proses bisnis. i, Temuan merupakan pelanggaran dan/atau penyimpangan_ terhadap penerapan sistem pengendalian intern, baik berupa tidak dijalankannya pengendalian yang sudah ditetapkan, tidak diidentifikasinya risiko yang signifikan, atau tidak dibuatnya suatu pengendalian yang diperlukan. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ne ‘Temuan PPU merupakan uraian temuan hasil pemantauan pengendalian utama yang disusun jika pengendalian utama dinyatakan tidak efektif karena jumlah ketidakpatuhan dan ketidakakuratan melebihi jumlah penyimpangan yang diperkenankan. . Fraud merupakan merupakan perbuatan atau pembiaran yang melanggar nilai-nilai atau prinsip integritas sehingga memperoleh keuntungan dan/atau merugikan pihak lain yang berkaitan dengan tugas dan fungsi unsur Kementerian Keuangan yang dilakukan oleh unsur Kementerian Keuangan. Manajemen Operasional merupakan unit di lingkungan Kementerian Keuangan yang tidak menjalankan fungsi kepatuhan internal. . Pemilik pengendalian (control owner) merupakan pejabat pada tiap jenjang unit kerja yang bertanggung jawab atas terlaksananya suatu pengendalian di unit kerjanya, biasanya atasan langsung pelaksana pengendalian. Pelaksana pengendalian (control operator) merupakan pejabat atau pegawai yang ditugaskan untuk melaksanakan suatu pengendalian yang telah ditentukan dalam operasi harian proses bisnis. . Atribut pengendalian merupakan karakteristik/ciri khusus yang melekat pada pengendalian atau bukti yang menunjukkan bahwa pengendalian telah dilaksanakan, seperti berita acara rekonsiliasi, paraf, tanda tangan, dan tanda centang (v). . Pengambilan sampel atribut (attribute sampling) merupakan metode pengambilan sampel yang digunakan untuk meneliti sifat non angka dari data, yang diantaranya digunakan dalam pengujian pengendalian. Fokus perhatian pengujian pengendalian pada jejak-jejak pengendalian yang terdapat pada data/doicumen yang diuji, seperti paraf, tanda tangan, nomor urut pracetak, bentuk formulir, dan sebagainya, yang juga bersifat non angka. . Risiko atas pengendalian intern yang diterima (Acceptable Risk of Over- reliance on Internal Control), yang selanjutnya disebut ARO, merupakan risiko pengambilan kesimpulan yang salah karena terlalu mengandalkan pengendalian intern atau menetapkan risiko pengendalian terlalu rendah. Tingkat deviasi (Deviation Rate), yang selanjutnya disebut DR, merupakan tingkat penyimpangan dalam populasi. . Tingkat batas atas deviasi yang terhitung (Computed Upper Deviation Rate), yang selanjutnya disebut CUDR, merupakan estimasi penyimpangan maksimum dalam populasi berdasarkan sampel yang dilakukan. . Tingkat deviasi populasi yang diperkirakan (Estimated Population Deviation Rate), yang selanjutnya disebut EPDR, merupakan _ persentase penyimpangan yang diperkirakan terjadi dalam populasi. . Tingkat deviasi_ yang dapat ditoleransi (Tolerable Deviation Rate), yang selanjutnya disebut TDR, merupakan tingkat penyimpangan dalam populasi yang dapat ditoleransi yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan materialitas yang dianggap mengganggu keandalan data. MENTERI KEUANGAN REPUBLIC INDONESIA -6- v. Petugas kompeten yang cermat (Prudent Official). merupakan pejabat/pegawai yang menguasai proses bisnis yang dipantau schingga dapat memberikan keyakinan yang memadai atas temuan-temuan yang berkenaan dengan proses bisnis tersebut. w. Aplikasi PPTIK merupakan aplikasi yang digunakan dalam melakukan PPTIK berupa suatu menu/modul pemantauan yang tertanam /melekat (embedded) pada aplikasi pendukung proses bisnis atau aplikasi pemantauan tersendiri B. PERENCANAAN PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN 1. Pemilihan Proses Bisnis yang Dipantau a. Pemilihan proses bisnis yang akan dipantau dilaksanakan oleh UKI-I berkoordinasi dengan Manajemen Operasional, UKI tingkatan di bawahnya, dan Inspektorat Jenderal. b, Dengan pertimbangan keterbatasan sumber daya, proses bisnis yang akan di ipantau dapat dipilih jika memenuhi paling sedikit satu kriteria sebagai berikut: y) 2) 3) 4) 5) 6) terkait dengan pencapaian sasaran strategis yang tercantum dalam rencana strategis/roadmap Kementerian Keuangan/unit organisasi Eselon I/unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan; menjadi perhatian masyarakat/pimpinan termasuk hasil pengawasan oleh aparat pengawasan intern maupun ekstern; berpengaruh langsung terhadap citra Kementerian Keuangan; terkait dengan risiko yang dimitigasi hasil dari proses manajemen risiko; memiliki kemungkinan yang tinggi untuk terjadi penyimpangan maupun fraud; dan terkait dengan akun signifikan pada laporan keuangan. c. Dalam hal terdapat usulan proses bisnis dari Manajemen Operasional, UKI- 1 mempertimbangkan usulan proses bisnis tersebut untuk dapat dipantau dengan memperhatikan kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf b. d. Pemilihan proses bisnis yang akan dipantau dilaksanakan mulai 1 Juli s.d. 31 Desember pada tahun sebelum dilakukan pemantauan dan dituangkan dalam kertas kerja sebagai berikut: Kertas Kerja Pemilihan Proses Bisnis yang Akan Dipantau {nama unit organisasi Eselon I] No. Nama Proses Bisnis Pertimbangan Pemilihan ay (2) 8) Keterangan: fi MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Boye (Q) Diisi nama proses bisnis yang akan dipantau, (G) Diisi kriteria pemilinan proses bisnis yang menjadi pertimbangan: a. Kriteria 1: terkait dengan pencapaian sasaran strategis yang tercantum dalam rencana strategis/roadmap Kementerian Keuangan/unit organisasi Eselon I/unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. b. Kriteria 2: menjadi pethatian masyarakat/pimpinan termasuk hasil pengawasan oleh aparat pengawasan intern maupun ekstern, ©. Kriteria 3: berpengaruh langsung terhadap citra Kementerian Keuangan. 4. Kriteria $: terkait dengan risiko yang dimitigasi hasil dari proses manajemen risike. ¢.KriteriaS: memililii kemungkinan yang tinggi untuk terjadi penyimpangan maupun fraud. £ Kriteria6: terkait dengan akun signifikan pada laporan keuangen. “dalam hal proses bisnis merupakan usulan proses bisnis dari Manajemen Operasional, dapat ditambahkan ketcrangan pada kolom Pertimbangan Pemilihan. “untuk unit organisasi eselon I yang memiliki unit vertikal, dapat ditambahkan kolo. unit kerja terkait jika diperlukan. e. Hasil pemilihan proses bisnis menjadi dasar pelaksanaan PPITA. 2. Pemetaan Rancangan Pengendalian a. Pemetaan rancangan pengendalian dilakukan atas proses bisnis yang akan dipantau dengan tujuan untuk memahami proses bisnis, mengidentifikasi risiko utama dan pengendalian yang ada, serta menentukan pengendalian utamanya. b. Pemetaan rancangan pengendalian dilaksanakan oleh UKI-I berkoordinasi dengan Manajemen Operasional dan UKI tingkatan di bawahnya. c. Pemetaan rancangan pengendalian dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Pemahaman Proses Bisnis a) Pemahaman proses bisnis sangat diperlukan agar UKI memperoleh gambaran yang jelas mengenai urutan proses, penanggung jawab, waktu pelaksanaan, dokumen pendukung, serta___ sistem informasi/aplikasi yang digunakan dalam pelaksanaan suatu proses bisnis. b) Pemahaman proses bisnis dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikcut: (1) mereviu dan memahami kebijakan, prosedur, dan dokumentasi terkait proses bisnis maupun sistem informasi yang digunakan; (2) melaksanakan wawancara atau tanya jawab dengan personel yang terlibat dalam proses maupun pihak lain yang berkompeten; (3) melaksanakan observasi cara menjalankan suatu aktivitas untuk mengetahui kesesuaian antara kebijakan dan prosedur dengan kondisi sesungguhnya; (4) melaksanakan observasi pada saat transaksi dimasukkan (input) dalam sistem informasi/aplikasi; dan (5) melaksanakan walkthrough, yaitu menelusuri proses bisnis secara menyeluruh dari awal sampai akhir (end-to-end), mulai dari k MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -8- suatu transaksi diinisiasi, dicatat, diotorisasi, diolah, sampai dilaporkan atau dihasilkan output akhir. ©) Tahapan proses bisnis yang ada pada Standard Operational Procedures (SOP) dan/atau peraturan/kebijaken tertulis lainnya dikelompokkan dalam suatu kegiatan utama _ berdasarkan pertimbangan kesamaan tujuan pengendalian dan signifikansinya dengan tujuan utama proses bisnis, agar tidak terjadi identifikasi risiko utama dan pengendalian yang berlebihan. 4) Hasil pemahaman proses bisnis diwujudkan dalam bentuk pemetaan proses bisnis dan dapat dibuat suatu bagan alur kerja/ workflow jika diperlukan. 2) Identifikasi Risiko Utama a) Setiap kegiatan utama dalam suatu proses bisnis yang telah dipetakan sebelumnya diidentifikasi risiko utamanya, yaitu titik-titik potensi kesalahan/penyimpangan dalam alur proses yang dapat menghambat/menggagalkan pencapaian tujuan proses bisnis. b) Identifikasi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan risiko utama pada proses bisnis utama tersebut, yang mungkin dapat berupa kekeliruan atau pelanggaran yang disengaja. ©) Proses identifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf b) juga dapat dibantu dengan menentukan terlebih dahulu tujuan pengendalian pada setiap kegiatan utama dalam proses bisnis, misalnya kelengkapan, keabsahan, atau akurasi dokumen, dan lain sebagainya. 4) Perumusan risiko utama sebaiknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (1) perumusan mengacu pada kegiatan utama dalam proses bisnis yang memiliki keluaran (output) utama agar tidak terjadi identifikasi pengendalian berlebihan dan terlalu mengada-ada; (2) kegagalan atau tidak dijalankannya pengendalian serta kendala sumber daya bukan merupakan risiko utama; dan (3) Kesalahan yang dilakukan oleh pihak di Iuar unit yang melaksanakan proses bisnis bukanlah risike utama, tetapi respon yang tidak tepat oleh unit yang melaksanakan proses bisnis atas kesalahan pihak luar tersebut dapat menjadi risiko utama. 3) Identifikasi Pengendalian a) Identifikasi pengendalian dilakukan dengan _mengidentifikasi pengendalian-pengendalian yang telah diitetapkan dalam SOP/peraturan/kebijakan tertulis lainnya untuk mencegah atau mendeteksi risiko utama. b) Pengendalian yang diidentifikasi dapat berupa pengendalian yang dilakukan secara manual (pengendalian manual/manual contro), pengendalian yang dilakukan secara otomasi oleh aplikasi (pengendalian aplikasi/application contro), maupun pengendalian F MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA oe yang dilakukan secara kombinasi antara pengendalian manual dan pengendalian aplikasi (pengendalian ITDM/Information Technology Dependent Manual. 4) Penentuan Pengendalian Utama a) Pengendalian yang telah diidentifikasi peru ditentukan mana yang merupakan pengendalian utama (key contro) karena pelaksanaan pemantauan dihadapkan pada keterbatasan sumber daya sehingga perlu difokuskan pada hal yang lebih memberikan nilai tambah bagi organisasi. b) Pengendalian utama merupaken pengendalian yang ketika dievaluasi dapat memberikan kesimpulan tentang kemampuan kescluruhan sistem pengendalian intern dalam mencapai tujuan proses bisnis yang ditetapkan. c) Suatu pengendalian dapat dikategorikan sebagai pengendalian utama apabila memiliki 1 (satu) atau 2 (dua) karakteristik sebagai berikut: (1) kegagalan pengendalian akan mempengaruhi tujuan proses bisnis dan tidak dapat dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian-pengendalian yang lain; dan/atau (2) pelaksanaan pengendalian akan mencegah atau mendeteksi kegagalan sebelum kegagalan tersebut memiliki pengaruh material terhadap tujuan proses bisni: d. Hasil pemetaan rancangan pengendalian dituangkan dalam Tabel Rancangan Pengendalian (TRP). e, Dalam hal Manajemen Operasional telah melakukan pemetaan rancangan pengendalian dan menghasilkan Tabel Rancangan Pengendalian maupun Matriks Risiko dan Pengendalian (Risk and Control Matrix, UKI dapat menggunakan hasil pemetaan rancangan pengendalian tersebut dengan terlebih dahulu melakukan analisis atas ketepatan pemetaan rancangan pengendalian tersebut. f. UKLI dapat meminta masukan atas hasil pemetaan rancangan pengendalian kepada Inspektorat Jenderal jika diperlukan. 3. Evaluasi Kecukupan Rancangan (EKR) a. Proses bisnis yang telah dilakukan pemetaan rancangan pengendalian perlu dievaluasi kecukupan rancangannya. b. Rancangan pengendalian pada suatu proses bisnis dinyatakan cukup apabila seluruh kegiatan utama dinyatakan memadai rancangan pengendaliannya. c. Kegiatan utama pada suatu proses bisnis dinyatakan memadai apabila seluruh risiko utama yang ada telah dilengkapi dengan pengendalian utama. d. Apabila terdapat kegiatan utama yang dinyatakan tidak memadai rancangan pengendaliannya (terdapat risiko utama yang tidak dilengkapi pengendalian utama), maka proses bisnis tersebut dinyatakan tidak cukup rancangan pengendaliannya. MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA cao ¢. Hasil EKR dituangkan dalam Tabel Rancangan Pengendalian (TRP) f. Atas proses bisnis yang dinyatakan tidak cukup rancangan pengendaliannya, UKI-I merumuskan temuan berupa kelemahan rancangan pengendalian, akibat yang ditimbulkan, serta rekomendasi perbaikan berupa penambahan pengendalian utama yang belum tersedia ke dalam SOP/peraturan/kebijakan tertulis lainnya. g. UKE menyampaikan temuan serta rekomendasi perbaikan kepada pihal- pihak yang bertanggung jawab melalui nota dinas yang ditandatangani oleh pimpinan UKI serta memantau pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi tersebut. h. Temuan hasil EKR dipertimbangkan dalam penyusunan simpulan efektivitas sistem pengendalian intern secara keseluruhan dengan terlebin dahulu dilakukan evaluasi temuan. i. Proses bisnis yang rancangan pengendaliannya telah cukup dapat dipilih untuk dilakukan pemantauan, sedangkan proses bisnis yang rancangan pengendaliannya tidak cukup dapat dilakukan pemantauan berdasarkan pertimbangan tertentu dan dikoordinasikan dengan Inspektorat Jenderal. . Penyusunan Tabel Rancangan Pengendalian (TRP) a. Berdasarkan hasil pemetaan rancangan pengendalian dan EKR, UKI-I menyusun Tabel Rancangan Pengendalian (TRP) untuk setiap proses bisnis yang dipilih. b. Hasil pemetaan rancangan pengendalian berupa pemahaman atas proses bisnis, identifikasi risiko utama, identifikasi pengendalian, dan penentuan pengendalian utama dituangkan ke dalam Tabel Rancangan Pengendalian Kolom (1) sampai dengan Kolom (9). c. Hasil penilaian kecukupan rancangan pengendalian atas kegiatan utama dituangkan dalam Kolom (10), sedangkan kesimpulan EKR baik cukup maupun tidak cukup dituangkan dalam Isian “Kesimpulan EKR’. d. Untuk rancangan pengendalian yang tidak cukup, perlu dituangkan pula rekomendasi perbaikannya. e. Tabel Rancangan Pengendalian disusun dengan format sebagai berikut: ‘TABEL RANCANGAN PENGENDALIAN |Pengendatian| a ‘Utama, wo | Kept | wists | juan, |Pene senio | pengentlian|Dotamen | UR | atemadai | Vilma | Utama lrensendobon| 28%. hrengsnitan! dai apitan [Rduiang] Tee | “a — Pendukung. ™ | Memadai ity a a @ eo o 7 a) aor "Sirmber Taba | Format Pemetnan dan Analisis Proses Bisnis Peraturan Manet KEuangan menganal proses Bini] ENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -1i- esinpuian ER: Cakap/Taak Culp Keterangar ) fll nomor urut: 2) Gist nema keputan utema yang terdaput berdasarann pemahaman atas proses bial yang st (8); isi dengan kemungkinen kegagalan untuk moncapa fujuan pengendalan yer tame; 4): dist tajuan disksanskannys proses Bisnis Sokumen, dan Isnlain. Untule proses isnis ‘menjadi aeere berupa: Complete, Existence Valuation, Rights aa Decosures (8): dist dengan pengendalion yang telah ditctapkan dalam SOP/peraturan/Kebjban tert lin (©) dist dengan jenis pengendalian “Maruer, “Pengendain Apkieaa, ata IT Dependent Manual (TDM 17) + isi polakeana pengondalian dan apiiasl pondulaing yong digunelean, apabin jenie pengendalian pada ‘elon (6) adalah “Pengendalon Apives” maka hanya dit aplikas: pendalceng yang digunalan (8): diel dengan dokumen pending yang erat (9): isi*utame” atau “tidak utama” berdasarkan peaentwan atas pengendalan yeng duraikan pads holo (5); (00)! Gist-memadni atau "tidak memada dah KR masingemasing riko tama yang ada, misalnya Kelengkapan, eabsshan, atau akurati poran Keuangan maka tajuan pengehdatan ign 5. Penyusunan Perangkat Pemantauan Pengendalian Utama (PPU) UKII menyusun perangkat PPU sebagai berikut: a. Tabel Pemantauan Pengendalian Utama (IPPU) 1) TPPU digunakan sebagai panduan bagi UKI dalam melaksanakan Pemantauan Pengendalian Intern Tingkat Aktivitas (PPITA). 2) Dalam menyusun TPPU, UKI-I menentukan atribut pengendalian utama suatu proses bisnis, kriteria kepatuhan, dan metode pengumpulan data dalam rangka Pemantauan Pengendalian Utama (PPU). 3) Penentuan atribut pengendalian utama akan mempengaruhi kesimpulan hasil pemantauan sehingga UKI-I harus cermat dan memiliki keyakinan bahwa atribut pengendalian utama yang ditentukan benar-benar merupakan bukti dilaksanakannya pengendalian utama. 4) Penentuan atribut pengendalian utama memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) Apabila suatu pengendalian utama hanya mempunyai satu atribut pengendalian, maka atribut tersebut ditentukan sebagai Atribut Utama Pengendalian (AUP), b) Apabila suatu pengendalian utama mempunyai lebih dari satu atribut pengendalian, maka satu atribut ditentukan sebagai Atribut Utama Pengendalian (AUP), atribut berikutnya ditentukan sebagai Atribut Utama Lainnya (AUL) dan/atau Atribut Lainnya (AL) ¢) Atribut Utama Pengendalian dan Atribut Utama Lainnya terdiri atas masing-masing satu atribut pengendalian sedangkan Atribut Lainnya bisa terdiri atas lebih dari satu atribut pengendalian. 5) Penentuan kriteria kepatuhan didasarkan atas keberadaan atribut pengendalian utama. 6) UKI-1 menetapkan criteria. kepatuhan untuk seluruh UKI_ di lingkungannya dengan memilih satu dari empat kriteria untuk masing- masing pengendalian utama pada setiap proses bisnis yang dipantau sebagai berilcut 7) TPPU MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Bigs Pengendalian utama dinyatakan patuh jila AUP terpenubi; Pengendalian utama dinyatakan patuh jika AUP dan AUL terpenuhi; Pengendalian utama dinyatakan patuh jika AUP dan AL terpenuhi; atau Pengendalian utama dinyatakan patuh jika AUP, AUL, dan AL terpenuhi. disusun dengan format sebagai berikut: ABEL PEMANTAUAN PENGENDALIAN UTAMA (TFPU) Nama Proses Bisnis... Pengendalian | Atribut Utama | Atribut Utama | Auibut No. | /Utama” | Pengendalian (AUP) | Leinnya (aUL) | Lain (aly | Kriterla Keparuhan a @ e @ o o | Keteran (1): diisinomor unit pengendatian utama; @) = diisi pengendalian utama yang ada untuk mencegah atau mendeteksi risiko utama -bagaimana ditetapkan dalam kolom (9) Tabel Rancangan Pengendalian (TRP); (8): dist karakteristik/ciri Knusus tama yang melekat pada pengendalian atau bukti yang ‘menunjuian baltwa pengendalian telah dilaksanakan; (@) + isi Kerakteristik/cin Khusus utama aias sesuatu yang ingin dikendalikan, misalnya realisasi anggaran untuk mengendalikan realisasi tidak melebihi pagu anggaran, atau ‘anggal untuk mengendalikan tidak terjadinya keterlambetan, (5): dis Karalceristic/ciri Khusus yang melekat pada pengendalian yang bukan atribut lutama pengendalian, dan dapat dipertimbangkan atribut lain yang diperlukan yang idale ‘dapat dikategorikan ke dalam kolom (3) daz keolom (4; (6} + dlisi dengan kaiteria kepatuhan yang bisa terdisi dari beberapa kemunglinan yaitu: 1) ppatuh bila AUP saja terpenuhi, 2) AUP dan AUL terpemui, 3) AUP dan AL terpenihi, atau 4) AUP, AUL, dan AL terpenubi, eatatan: kolom 4 dan § bersifat non-mandatory, boleh dikosongean. b. Daftar Uji Pengendalian Utama (DUPU) DUPU merupakan kertas kerja pengujian untuk meyakini dilaksanakannya pengendalian utama, namun dapat pula untuk meyakini pengujian atribut lain yang penting menurut manajemen seperti penomoran dokumen, tanggal dokumen untuk menghitung norma waktu, dan lain-lain, dengan format sebagai berikut: ‘DAFIAR WL PENGENDALIN UEa¥EA DUP omer} tanaed | pamcn | ausoee name | Gite | stot | a, | eaimpuan | PRcomense/ a, "cma | Pen ‘stare a a o a @ o [| « i MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -13- ce nt ro nepttns Six nama doce png eon sre, its ast a ae et a etn aan pat At aceon ‘lang Paha tk ‘terdapat Atsibat Utama Pengendala ny SE el a te ee tn Q) SSeS are aro Bo SSRN ca cape yeni pce ter iy ned seme ee ee ee ar ees ease @ ‘i esi ah a ia peu sas peng seat dengan eer epathen Yang erapat o ‘iit aura” ata “dak akcurat” Derdasarkan has reperfrmance ata basil observa pengendalan wine eee c. Tabel Observasi Pengendalian Utama (TOPU) ‘TOPU merupakan kertas kerja pelaksanaan observasi pengendalian utama untuk meyakini bahwa pengendalian telah dilaksanakan dengan cara dan oleh orang yang tepat, dengan format sebagai berikut: ‘TABEL OBSERVASI PENGENDALIAN UTAMA (TOPU} [UNIT KERJA] Disusun oleh/tanggal/paraf Direvin oleh tanggal/paral Nama Proses bisnis Pengendalian | piiankanp | Carasudah | Ditakukan oleh | Simpulan/ No. | Teh | "Utama | Pialankan? |“ epat? orang ygtepat? | Keterangan ofel eo @ @ @ a Keterangan (1)? iii nomor wrat; (2): isi tanggal; (@) : diisi nama pengendalien utama; (@) + alisitanda centang (\) apabila berdasarkan hasil observasi, pengendalian utama djalankan ddan tanda silang (x) apabila pengendalian utama tidak dijalankean; (5) = alist tanda contang (¥) apabila pengendalian utama dijalankan dengan cara yang sceuai ‘dengan rancangan pengendaliannya dan tanda silang (s} apablla pengendalian tama tidale ‘djalankan sesuai rancangannya: (6) = diisicanda cencang (¥) apabila pengendalian wtama dijalankan oleh orang yang tepat sestai ‘dengan pelaksana pengendalian yang ada pada rancangan pengendalian dan tanda silang (x) ‘apabila pengendalian utama tidak dijalankan sesuai rancangannya; (7): isi simpulan observasi atau temuan jika ada. d. Tabel Reperformance Pengendalian Utama (TRPU) ‘TRPU digunakan untuk menuangkan hasil pelaksanaan reperformance agar dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa suatu pengendalian telah dijalankan sesuai rancangan, dengan format sebagai berikut: ABEL REPERFORMANCE PENGENDALIAN UTAMA [UNIT KERJA] MENTER] KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -14- Disusun oleh/tanggal/parai Direviu oleh/tanggal/ parat: Proses bisnis Berkas - [diisi nama berkas dan nomor berkas keluaran (bila ada) yang dilakukan reperformaned| No. | AspekyangDinilai | yo ,4igi | Nomor Pengendalian | Kesimpulan * | melalui Reperformance Utama yang terkait | Reperformance Q) @) 8) @) 6) Keterangan: (1) + diisi dengan nomor urnt aspek yang dinilai atas pengendalian utama yang menjadi ‘objek reperformance; @) + diisi dengan uraian aspek penilaian untuk meyakinkan bahwa suatu pengendalian utama telah dilaksanalan sesuai rancangannya; misalnya’ Jika aspek yang dinilai adalah kelengkapan dokumen, maka selain mencantumkan frase “kelengkapan dokumen” disebutkan juga dokumen-dokumen apa saja yang harus ada dalam pelaksanaan suatu pengendalian utama sebagai *kriteria"; Jjika aspek yang dinilai adalah kebenaran perhitungan, maka selain mencantumkan frase *kebenaran perhitungan’ disebutkan juga nilai perhitungan menurat UKI sebagai “kriteria’. UKI menyusun aspek penilaian untuk setiap pengendalian utama sesuai dengan karakteristik dari setiap pengendalian utama. (3): diisi dengan uraian kondisi sesuai dengan uraian aspek yang dinilai pada kolom (2); sebagai contoh: apabila aspek yang dinilai adalah kelengkapan dokumen dimana harus ada dokumen A, B, C, dan D, maka di kolom (3) diisi dengan dokumen yang benar- benar ada berdasarkan hasil reperformance oleh UKI, misalnya hanya A, B, dan D; apabila aspek yang dinilai adalah kebenaran perhitungan, maka di Ikolom (3) dicantumian nilai yang tertera pada dokumen yang’ merupakan output pengendalian oleh pemilik/pelaksana pengendalian; untuk memperjelas dapat diuraikan kriteria sebelumnya dan perbedaan dengan kondisi yang ada. (4): diisi nomor pengendalian utama terkait untuk masing-masing proses bisnis; (6) = diisi dengan kata “Aicurat’ apabila kolom (8) sama dengan kolom (2) dan “Tidak Alurat” apabila kolom (3) berbeda dengan Kolom (2) 6. Pengembangan Aplikasi Pemantauan Pengendalian berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPTIK) a. PPTIK dilakukan oleh UKI dalam bentuk pemantauan_berkelanjutan (continuous monitoring) dengan prasyarat sebagai berikut: 1) PPTIK dilakukan atas proses bisnis yang menggunakan aplikasi pendukung yang dibangun oleh unit kerja dan/atau pihak lain; 2) PPTIK dilakukan pada jenis pengendalian IT-DM dan pengendalian aplikasi; dan 3) PPTIK membutuhkan akses data berkelanjutan sehingga pengendalian dapat dipantau secara real-time atau mendekati real-time. MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -15- . Objek PPTIK dapat berupa kriteria tertentu yang memerlukan pemantauan dan/atau berupa aktivitas pengendalian atas suatu proses bisnis. . Pemantauan berkelanjutan yang dilakukan oleh UKI tidak boleh tumpang tindih dengan tugas Manajemen Operasional dan harus dipilih yang memiliki nilai strategis, yang bila dilakukan oleh Manajemen Operasional akan menyita waktu dan mempengaruhi kinerja mereka dalam memprosesnya, dan/atau dapat menimbulkan biaya yang lebih besar dibandingkan manfaatnya. |. Pemantauan berkelanjutan yang dilakukan oleh UKI didukung dengan aplikasi PPTIK yang dikembangkan oleh Manajemen Operasional pada unit pengembang TIK di lingkungan unit organisasi Bselon I/unit organisasi non- Eselon yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan terkait. . Langkah-Langkah Pengembangan Aplikasi PPTIK 1) Dalam mengembangkan aplikasi, Manajemen Operasional dan UKI perlu memiliki pemahaman atas proses bisnis terkait khususnya mengenai struktur basis data. 2) UKI mengidentifikasi risiko dan pengendalian terkait aplikasi. Identifikasi pengendalian dilakukan dengan mengidentifikasi _pengendalian- pengendalian yang telah ditetapkan dalam SOP/peraturan/kebijakan tertulis lainnya. Pengendalian yang diidentifikasi berupa pengendalian IT- DM dan pengendalian aplikasi sebagaimana terdapat pada tahap pemetaan rancangan pengendalian. 3) Berdasarkan hasil identifikasi risiko dan pengendalian, UKI menyusun program kerja PPTIK yang berisi langkah-langkah dalam melakukan pengujian pengendalian atas aplikasi. 4) Manajemen Operasional pada unit pengembang TIK menerjemahkan program kerja PPTIK yang dibuat oleh UKI ke dalam logika analisis data (script). 5) Script yang disusun dituangkan dalam aplikasi PPTIK. 6) Aplikasi PPTIK dapat berupa: a) suatu menu/modul pemantauan yang tertanam/melekat (embedded) pada aplikasi pendukung proses bisnis; dan/atau b) aplikasi pemantauan tersendiri, yang terdiri atas: (1) aplikasi yang khusus dikembangkan untuk melakukan pemantauan pengendalian; dan (2) aplikasi analisis data terotomatisasi. 7) Aplikasi PPTIK harus dapat menyajikan data dan informasi sesuai dengan krriteria yang telah ditentukan pada aplikasi pendukung proses bisnis yang dipantau. 8) Dalam hal proses bisnis yang dipantau sudah dilakukan continuous auditing oleh Inspektorat Jenderal, UKI dapat memanfaatkan script yang digunakan dalam continuous auditing tersebut untuk PPTIK. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -16- 7. Penyusunan Perangkat Pemantauan atas Penegakan Integritas dan Nilai Etika (PPINE) a. Pemantauan Penerapan Kode Etik dan Kode Perilaku 1) UKL-I menyusun rencana pemantauan kode etik dan kode perilaku untuk seluruh tingkatan UKI pada unit organisasi Eselon I/ unit organisasi non- Eselon yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan terkait, yang mencakup: a) Pemilihan objek pemantauan; b) Penentuan metode pemantauan; ©) Penentuan frekuensi pemantauan; dan d) Penetapan periode pelaporan pemantauan. 2) UKLI dapat menyusun pedoman pemantauan kode etik dan kode perilaku secara tersendiri sesuai karakteristilc dan risiko unit organisasi eselon I/unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan masing-masing selama tidak bertentangan dengan Keputusan Menteri Keuangan ini. b. Penyusunan Profil Pegawai 1) UKEI menyusun rencana penyusunan profil pegawai untuk seluruh tingkatan UKI pada unit organisasi Eselon I terkait, yang meliputi: a) Penentuan jumlah pegawai yang diprofil, dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Jumlah pegawai yang diprofil ditentukan setiap tahun untuk setiap tingkat UKI. (2) UKI-I menyusun Profil Pegawai paling sedikit tiga kali jumlah proses bisnis yang dipantau sebagaimana ditetapkan dalam RPT dan lima pimpinan unit vertikal yang bertanggung jawab langsung kepada pimpinan unit organisasi eselon I, dalam hal Unit Eselon I mempunyai unit vertikal. (3) UKI-I menyusun Profil Pegawai paling sedikit lima pegawai, yang terdiri dari: (a) dua pegawai yang berada di unit kerjanya; dan (b) tiga pimpinan unit vertikal setingkat Eselon III di bawahnya. (4) Dalam hal jumlah pimpinan unit vertikal setingkat Eselon III di bawahnya sebagaimana dimaksud pada angka (3) huruf (b) kurang dari tiga, UKI-Il harus mengganti dengan pegawai yang berada di unit kerjanya. (5) UKI-HI menyusun Profil Pegawai paling sedikit lima pegawai, yang terdiri dari: (a) tiga pegawai yang berada di unit kerjanya; dan (b) dua pimpinan unit vertikal setingkat Eselon IV di bawahnya. MENTER KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ore (6) Dalam hal jumlah pimpinan unit vertikal setingkat Eselon IV di bawahnya sebagaimana dimaksud pada angka (5) huruf (b) kurang dari dua, UKI-III harus mengganti dengan pegawai yang berada di unit kerjanya, b) Penentuan kriteria pegawai yang diprofil, dengan ketentuan sebagai berikut: (1) Kriteria pegawai yang diprofil ditentukan dengan urutan prioritas: (a) menjalankan proses bisnis yang ditetapkan dalam RPT tahun berjalan; (b) menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertinggi setelah pimpinan unit kerja; (©) memiliki masa kerja paling lama di unit kerja; (4) mendekati batas usia pensiun; dan (e) belum pernah diprofil. (2) Dalam hal jumlah Pegawai yang menjalankan proses bisnis yang ditetapkan dalam RPT tahun berjalan kurang dari ketentuan jumlah Profil Pegawai sebagaimana dimaksud pada huruf a) angka (2), huruf a) angka (3), dan hurufa) angka (5), UKI menyusun Profil Pegawai dengan urutan prioritas sebagaimana dimaksud pada angka (1) huruf (b) sampai dengan huruf (e). (3) Dalam hal pimpinan dan/atau pegawai UKI memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf a), penyusunan Profil Pegawai terhadap: (a) Pimpinan dan/atau Pegawai UKI-I dilakukan oleh Inspektorat Mitra UKI (b) Pimpinan dan/atau Pegawai UKI-I dilakukan oleh UKL-I; dan (c) Pimpinan dan/atau Pegawai UKI-II dilakukan oleh UKI-I. 2) Pimpinan unit organisasi Eselon I/unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan atau pimpinan UKI-I dapat memerintahkan UKI untuk menyusun Profil Pegawai selain yang diatur pada huruf a) angka (2), huruf a) angka (3), huruf a) angka (5), dan huruf b) angka (1). 3) UKI harus melaksanakan perintah pimpinan unit _organisasi Eselon I/unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan atau pimpinan UKI-I sebagaimana dimaksud pada angka 2) 4) Pimpinan Inspektorat Mitra UKI dapat mengusulkan kepada pimpinan UKFI agar memerintahkan UKI untuk menyusun Profil Pegawai selain yang diatur pada huruf b) angka (1), berdasarkan hasil pengawasan, . Penyusunan Fraud Risk Scenario (FRS) 1) FRS adalah adalah dokumen berbentuk tabel yang berisi: K MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ies a) potensi fraud, yaitu apa yang mungkin salah dalam setiap rangkaian kegiatan dalam proses bisnis dengan mengabaikan pengendalian yang telah atau akan dipasang; b) skema fraud, yaitu penjelasan unsur siapa, kapan, dimana, mengapa, dan bagaimana fraud dapat terjadi; ©) indikator fraud, yaitu gejala/hal-hal yang dapat mengindikasikan fraud yang akan, sedang, atau telah terjadi; dan ) rencana aksi penanganan, yaitu uraian langkah kerja yang dapat dilakukan oleh UKI atas masing-masing indikator fraud. 2) Penyusunan FRS bertujuan untuk memberikan panduan bagi UKI dalam upaya mencegah dan mendeteksi fraud serta mendukung pelaksanaan pemantauan pengendalian utama atas suatu proses bisnis 3) Agar sejalan dengan PPITA, FRS disusun atas proses bisnis yang dipantau, 4) Sebelum menyusun FRS, UKHI: a) mempelajari dokumen terkait yang meliputi TRP, hasil pemantauan pengendalian intern, profil risiko, peta/area rawan gratifikasi, hasil pengawasan aparat pengawas intern maupun ekstern, dan dokumentasi kasus fraud yang pernah terjadi atas proses bisnis terkait; dan b) melakukan konfirmasi dan/atau diskusi dengan manajemen unit kerja, pihak yang memiliki kompetensi terkait proses bisnis, UKLI, UKLII, UKEI lainnya, dan/atau Inspektorat Jenderal untuk memperoleh gambaran kegiatan utama yang memiliki risiko fraud. 5) PRS disusun dengan format sebagai berikut: Matriks Fraud Risk Scenario Nama Unit Kerja (diisi unit kerja terkait) Proses Bisnis (diisi proses bisnis yang dipantau) Kegiatan Utama _: [isi kegiaan utama dari proses bisnis yang dipantau} No | Potensi Fraud Skema Fraud | Indikator Fraud | Rencana Aksi Penanganan T | (east hasil | Gist hast analisis | (dist asl alan identifikasi berbagai kerma | analisis terkait | langkah kerja yang potensi/ risiko | fraud, yang memuat | indikator fraud | perl dijalankan Srawd yang | unsur berupa gejale- | untuk masing- merupakan unsur | “who"/*siapa’, sejaia yang | masing indikator *what"/"apa’) | *wher?/"kapan", | muncul_terkait | fraud) Misainya: ‘where’ /7ai mans”, | risiko fraud Gratifikesi/Suap/ | “why?/"mengapa’, | tersebut) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Bote Pemerasan/ aan Misalnya: Manipulasi dsb. | how’ /"bagaimana’) | Iaporan terlambat, anomali data, dl. 8. Identifikasi Pemantauan Lainnya a. Untuk meningkatkan koordinasi dengan UKI tingkatan di bawahnya, UKI-I dapat melakukan identifikasi atas kegiatan pemantauan lainnya, yaitu kegiatan pemantauan terkait Sistem Pengendalian Intern selain yang terdapat dalam Keputusan Menteri Keuangan ini, b. Identifikasi tersebut disertai dengan waktu pelaksanaan kegiatan pemantauan lainnya agar didapatkan pemetaan beban kerja UKI selama satu tahun. c, Hasil identifikasi kegiatan pemantauan lainnya dapat dituangkan dalam Rencana Pemantauan Tahunan (RPT). 9. Penyusunan Rencana Pemantauan Tahunan a. UKL-I menyusun RPT untuk seluruh UKI di lingkungan unit organisasi Eselon I/unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan terkait yang berisi rencana pelaksanaan pemantauan pengendalian intern dan rencana pelaksanaan pemantauan lainnya (jika ada) selama periode satu tahun anggaran sebagaimana format berikut: MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -20- a =| “3. a a os ma | mame resins [ UNEHSTa za Metean T pga rencucine [| __ved Preteen Pemaniaan e[ oveeremsoiian | neo remasinan Prana eneaian| Fees Feira omhoog Dire rea Peg ane Dil nit Rea yang enna npn al rine Ban pina Unt Oras on elon ‘oe Bertaatung a epee Mente Newnan Pampa OR aa fer 1 Keeranean (0) > as nomer eet (2) dit tekntz evalua’ yang digunalan, epertlreviu dokumen, wawancare, survey, atau observa (3) + dit nomor buse-budl EMT yangdieveluae, misalnya: ntl teleik res dokeamen dapat di nowior butr-buir BPYTE, Ata Ate, B2a, als (6) + Gini wena peltanaan evatuns (5) iii tngkaton UK! yang melaeanatan evalua B, PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERN TINGKAT AKTIVITAS 1. Pemantauan Pongendetian Viema {ij dia nomor urat 2)! dis nama proses bana yang dipancay (3): isi nama uni kerja yang melakeanalan proses bine {8} + ii juman pengendalianueama pada prose Sienis yang dipantay; {5}: di Unghatam UM yang meleanaian evalusi (6): is fekuens diakmnsizanny pemantauan, mislnys: hari, mingguan, cis mingguan, Bulansn, det; (7): tii peranghat pemantauan yang digunatan, miceleya DUPU, TOPU, TRPU al 2, Pemantauan Pengendalian Berbasi Teeolog informasi dan Kemi MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -21- () + disinomer urs; (2)! isi nama prose bianis yang dipantaus (3) isi name un kerja yang melalanalan proves bisnis; (8): isi aptikas’ pendutung yang digunalaan, balk apie! teri plaksanann proses bias naupn aplicas PPTIK (9: dial uogkatan UXI yang nelakernakan evehast, (Gish ekuenelclaanalanmys pemantauan, misalnys: harlan, mingguan, dua tingguan, bulanen; dots (C PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTEGRITAS DAN NILAT ETIKA, 1. Pemantauan Penerapan Kode Bik ¢an Kode Pri (iy? dist nomor erat, () disiobjet pemantauen kode ek dan kode peril @) } Gislmetode pemantauan yangdigunslan, misalnya survei observns, surmnance,inspakal mandadaly tau pemantauen ental tai (8): dis fretuoneidisanakannya pemantauan kode atk dan ede perils (_ : Giaipeviedepeleporan pemantauan kode ek dan kode peri 2, Penyusunan Profi Pegawal (iy diet nomer ura ©) Git einglatan UkI yang meiseanakan penyustn pro pegawal (|: Gisijumiah pegawal yang disusun prof perawainya; G) 2 Gist bateria pegawal yane diprott, 3, Pemanfaatan Fraud Rsk Scenario (yt let nomor ura nama proses bisnis yang diauaun Freud Risk Scenaria, @): dist nama unit kerja yang meleksanakan proses bisnis; (@} dds Unpkatan UK! yang memantantean Pru Risk Soman (5) it rekuens diakennsieannya pemanfaatan Fraud Risk Seenars misalnye;hevian, mingguen, dua mingguan, bus, ‘setiap dlakukan Pemantauan Pengendalisn Utama, _D. PEMANTAUAN LAIN Q) = distnomor ura G2) ist nema pemantauan tonya: (3): isi nama unit kerja yang melaksanatan pemantauea lainnya: (3) lis peraturnn/Lebjakan yang meajad!dasar plakaaoasn perantauan Iainnya; (©): dis porode welau peleksansan pemantauan lainaya: (6) ie tngkatan UK! yang melaeanalain pemantaan lainnya; (7): isi batas ahi pelaporan atas poldksanacn pemantausn Iainnys sesuni peraturan/kebkan tert, b. RPT ditetapkan oleh pimpinan unit organisasi Eselon I/unit organisasi non- Eselon yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan paling lambat tanggal 31 Desember tahun sebelum dilaksanakan pemantauan pengendalian intern. c. Penetapan RPT dapat dimandatkan kepada pimpinan UKI-I untuk dan atas nama pimpinan unit organisasi Eselon I/unit organisasi non-Eselon yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan. d. Setelah RPT ditetapkan, pejabat yang menetapkan RPT menyampaikan kepada: 1) UKI-U, UKI-I, dan Inspektorat Jenderal bagi unit organisasi Eselon I yang memiliki unit vertikal; atau 2) Inspektorat Jenderal bagi unit organisasi Eselon I/unit organisasi non- Eselon yang bertanggung jawab kepada Menteri Keuangan yang tidak memiliki unit vertikal; dan 3) Manajemen operasional. e. Dalam hal terdapat perubahan dalam tahun berjalan yang mempengaruhi pemantauan, UKI-I dapat mclakukan perubahan RPT dan menyampaikan kembali kepada pihak-pihak sebagaimana disebutkan pada huruf d. AG “Tee MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -22- f. Perubahan dalam tahun berjalan yang mempengaruhi pemantauan misalnya: 1) perubahan struktur organisasi; 2) adanya proses bisnis tertentu yang menjadi perhatian pimpinan dan mendesak untuk dilakukan pemantauan; dan/atau 3) adanya risiko baru yang dimitigasi pada profil risiko. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SRI MULYANI INDRAWATI Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Umum Lawoiean KKBPOTUSAN MENTERU KEUANAN REPUBLIK INDONESIA Nowe 477 /xan09/2021 ‘TENTANG PECONAN PEMANTAUAN PeNERAPAN sionEM PENOENDALIAN INTERN DI LINGRUNGAN REMENTERIAN KBUANGAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA EVALUASI PENGENDALIAN INTERN TINGKAT ENTITAS (EPITE) DAN PEMANTAUAN PENEGAKAN INTEGRITAS DAN NILAI ETIKA (PPINE) A. Evaluasi Pengendalian Intern Tingkat Entitas (EPITE) EPITE dilaksanakan terhadap pengendalian-pengendalian yang mempunyai pengaruh luas/menyebar ke seluruh kegiatan/proses dalam suatu organisasi dengan langkah-langkah sebagai beriku 1, Menyusun Program Kerja a. Program kerja EPITE harus mendefinisikan dengan jelas langkah-langkah kerja pelaksanaan EPITE. b. Program kerja EPITE disusun pada awal tahun atau beberapa saat sebelum dilaksanakannya EPITE dengan menggunakan contoh format sebagai berikut: PROGRAM KERJA EPITE Unit Kerja [diisi nama satuan kerja yang dipantau] Tanggal [diisi rencana waktu pelaksanaan EPITE] Wo. Tangkah Kena Rencana | Keterangan @ QB) &. @. 1. | Mengeiompokkan faktor-faktor yang akan dievaluasi berdasarkan teknik yang akan digunakan, misalnya yang akan dilakukan reviu dokumen, yang akan dilakukan survei, dll; 2. |Menyiapkan perangkat untuk melakukan teknik evaluasi yang dipilih, misalnya untuk reviu dokumen perlu ada daftar dokumen yang diperiukan, untuk survei perlu ada kuesioner ang telah disiapkan; 3. |Menentukan pihak yang akan dimintal keterangan ataupun responden untuk teknile- tekmik yang memerlukan keterangan pihak lain, misalnya untuk survei periu ditentukan apakah seluruh pegawai dijadikan responden atau responden dipilih secara acak atau responden dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu; 4, |Melaksanakan teknik evaluasi yang tclah ditentukan; 5. |Melakukan pengolahan data yang didapatkan, mengenalisisnya, dan menarik kesimpulan berdasarkan kriteria yang ada, misalnya untuk kuesioner yang menggunakan 5 skala likert dapat ditetapkan skor rata-rata 3,75 sebagai kciteria ‘minimal untuk dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang dievaluasi telah dilaksanakan; 6. | Melaksanakan teknik evaluasi tambahan selain yang sudah ditentukan, dalam hal hasil pengolahan data atau informasi yang didapatkan masih —belum —didapatkan kesimpulan yang memadai; No. Langkah Kerja Rencana | Keterangan MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -2- a) 2) 8 a 7._| Menuangkan hasil evaluasi dalam kertas Kerja pendukung EPITE dan Tabel Hasil BPITE. Jakarta, ... [Pimpinan UKI) (Nama NPL... Keterangan: (1): diisi nomor urut; (2); diisi langkah-langkah Kerja EPITE yang dapat dilakukan penyesuaian (misalnya: penambahan langka kerja atau penjelasan) sesuai kebutuhan; (9): diisi rencana waktu pelaksanaan masing-masing langkah kerja; (4): diisi keterangan yang diperlukan. 2. Melaksanakan Evaluasi. a. Evaluasi dilakukan terhadap setiap faktor dari kelima unsur sistem pengendalian intern dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa teknik yaitu reviu dokumen, wawancara, survei, dan observasi, yang bersifat saling melengkapi sesuai dengan kebutuhan. b. UKI dapat menggunakan lebih dari satu teknik evaluasi untuk mendapatkan keyakinan yang memadai atas setiap faktor yang dievaluasi, ¢. UKI harus mendokumentasikan pelaksanaan evaluasi ke dalam kertas kerja masing-masing teknik yang digunakan. d. Penggunaan masing-masing teknik evaluasi dijelaskan sebagai berikut: 1) Reviu Dokumen Reviu dokumen dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan unsur-unsur sistem pengendalian intern, yang pelaksanaannya dituangkan dalam kertas kerja pendukung reviu dokumen sebagaimana format berikut: KERTAS KERJA PENDUKUNG REVIU DOKUMEN DALAM RANGKA EPITE, [NAMA UNIT KERJA] Disusun oleh /tanggal/paraf: Direviu oleh /tangeal/paraf: Faktor yang Hasil Revi Nose pawaineat Dokumen Dalene Simpulan a @ @ 4) @) Keterangan (Q) : diisi nomor urut; (2) : diisi faktor yang dievaluasi dengan menggunakan teknik reviu dokumen; (3)_:_diisi uraian nama, nomor, dan tanggal dokumen yang dilakukan reviu; ke MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA -3- @) + diisi penjelasan hasil reviu dokumen yang telah dilakukan terkait fakstor yang dievaluasi; dan (5) + diisi *Ya” atau “Tidak berdasarkan hasil reviu dokumen yang telah dilakukan terkait faktor yang dievaluasi, 2) Wawancara a) b) oe} 4) Wawancara dilakukan melalui diskusi dengan pejabat/pegawai yang bertanggung jawab terhadap rancangan atau implementasi pengendalian dalam rangka mengumpulkan bukti mengenai efektivitas pengendalian tingkat entitas, Wawancara dapat menjadi sarana mengumpulkan informasi kesesuaian pelaksanaan kebijakan atau rancangan pengendalian yang ditetapkan dengan tujuan yang diharapkan, UKI memperhatikan praktik yang baik dalam pelaksanaan wawancara seperti: (i) mempersiapkan dan memahami pertanyaan wawancara; (2) menyampaikan maksud dan tujuan wawancara; in jika melakukan perekaman; (4) memberi perhatian penuh kepada responden dan memberikan tanggapan jike diperlukan; (3) meminta (5) memberi kesan yang baik terhadap responden; (©) mencatat jawaban responden; dan (7) menyampaikan apresiasi/ucapan terima kasih kepada responden setelah selesai melakukan wawancara. Dalam hal terdapat perbedaan jawaban antar responden yang diwawancara, UKI menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam menentukan simpulan hasil wawancara. Pelaksanaan wawancara dituangkan dalam kertas kerja pendukung wawancara sebagaimana format berikut: KERTAS KERJA WAWANCARA EPITE {NAMA UNIT KERJA] Disusun oleh /tanggal/parat: Direviu oleh /tanggal/paraf: . Pertanyaan wawancara di bawah ini hanya sebagai acuan minimal, UKI diharapkan dapat menggali jawaban dari responden agar didapatkan bukti yang culup dan simpulan yang memadai atas setiap pertanyaan, UKI dapat tidak mengajukan seluruh pertanyaan disesuaikan dengan faktor evaluasi yang dipilih untuk dilakukan teknik wawancara, No, Uraian Pertanyaan dan Jawaban | MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA ‘Wawancara dengan Responden (Pimpinan/Pegawai *) T. | Apakah Kepeda Saudara lah diakukan sosialisast yang memadal tentang kewajiban, larangan, dan sanksi dalam kode etik dan/atau aturan perilaicu lainnya, termasuk kepada pegawai baru? Jawaban: 2, [Apakah pimpinan unit kerja Saudara memberi Keteladanan dengan ‘menerapkan integritas dan nilai-nilai etika dan mendorong bawahan “untuk menerapkannya pula? Jawaban: S| Apakah pimpinan unit kerja Saudara memberizan sanksi kepada pegawal yang melanggar kode etik dan/atau ataran perileku lainnya? jawaban: 4. [Apakah Saudara mengetahui kewajiban dan larangan seria sankst pelanggaran kode etik dan/atau aturan perilaku lainnya? Jawaban: %, | Apakah pimpinan unit kerja Saudaramomiliki sikap yang sclala ‘mempertimbangkan risiko dalam pengambilan keputusan? Jawaban ae &. [Apakah pimpinan unit Kerja Saudara mendorong penerapan sistem pongendalian intern di unit kerjanya? Jawaban: 2... Peete 7. [Apakah pimpinan unit kerja Saudara memiliki sikap yang posit dan responsif terhedap pencapaian tujuan proses bisnis/organisasi? Jawaban: @ [Apakah pimpinan unit kerja Saudara -memandang penting dan menindaklanjuti hasil pengawasan aparat pengawas intern, pengeduan, keluhan, dan pertanyaan dari pegawai dan masyaralcat? Jawaban: 9, Apakah terdapat proses untuk memastikan bahwa pegawal yang terpilh untuk menduduki suata jabatan telah memiliki pengetahuan, keahlian, dan kemampuan yang diperlukan? Jawaban: . eas TO. [Apakah unit kerja’ Seudara menyelenggarakan pelauhan dan pembimbingan untuk mempertahankan dan meningkatiaan kompetensi peyawai? Jawaban: . Ti. [Apakah Saudara mengetabui dan melakeanaken tugas, wewenang dan tanggung jawabnya? Jawaban: — 12. | Apakah wewenang yang diberikan kepada Saudara sudah tepat dan sesual | | pala eudah ada Keven “sat yang claksanatan dongan pembingan vari daa nore Pease? © | pala penibrian canker a ‘jalankan sess dengan kebiatan dan proved yang beri PERILAIAN RISTO ‘Sasaran unit Keg Woh auson dan ‘Siomunicanean “pala sesaran Gai Rega tah komanikastian hepeda sloruh wal? "Wah Giakukan penlafan Falke yang ‘melipuclperdraan signiians! dart suata ‘st, penaian kemtnglanan ya, dan penagaan Hall Bvelonel ‘Short | Sixpalan

Anda mungkin juga menyukai