Anda di halaman 1dari 50

MENTERI KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA
SALINAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 577 /KMK.01/2019

TENTANG

MANAJEMEN RISIKO
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang a. bahwa penerapan Manajemen Risiko perlu menyesuaikan


dengan perencanaan strategis, manajemen kinerja, dan
penganggaran di lingkungan Kementerian Keuangan guna
mendukung pencapaian visi, misi, dan sasaran Kementerian
Keuangan;
b. bahwa berdasarkan hasil evaluasi implementasi Manajemen
Risiko di lingkungan Kementerian Keuangan serta untuk
menyesuaikan dengan perkembangan standar dan praktik
Manajemen Risiko, perlu dilakukan pembaruan kebijakan
penerapan Manajemen Risiko di lingkungan Kementerian
Keuangan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 845/KMK. 01/2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian
Keuangan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Menteri
Keuangan tentang Manajemen Risiko di Lingkungan
Kementerian Keuangan.

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4890);
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.01/2018
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1862);
Sl

MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

MEMUTUSKAN:

Menetapkan KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG


MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
KEUANGAN.

PERTAMA Menetapkan Manajemen Risiko di lingkungan


Kementerian Keuangan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan Menteri ini.

KEDUA Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud dalam


Diktum PERTAMA merupakan proses sistematis dan
terstruktur yang didukung budaya sadar Risiko untuk
mengelola Risiko organisasi pada tingkat yang dapat
diterima guna memberikan keyakinan yang memadai
dalam pencapaian sasaran organisasi, yang bertujuan
untuk:
a. meningkatkan kemungkinan pencapaian visi, misi,
sasaran organisasi dan peningkatan kinerja; dan
b. melindungi dan meningkatkan nilai tambah
organisasi.

KETIGA Risiko sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA


merupakan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa
yang berdampak terhadap pencapaian sasaran
organisasi.

KEEMPAT Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud dalam


Diktum PERTAMA dilaksanakan oleh seluruh pimpinan
dan pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan
dengan mempertimbangkan prinsip berikut:
a. inklusif;
b. komprehensif dan sistematis;
c. terintegrasi dengan proses organisasi secara
keseluruhan;
d. efektif dan efisien;
e. berdasarkan pada informasi terbaik yang tersedia;
f. dinamis; dan
g. perbaikan terus menerus.

KELIMA Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud dalam


Diktum PERTAMA diimplementasikan melalui:
a. pengembangan budaya sadar Risiko;
b. pembentukan struktur Manajemen Risiko; dan
c. penerapan Kerangka Kerja Manajemen Risiko.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 3 -

KEENAM Pengembangan Budaya sadar Risiko sebagaimana


dimaksud dalam Diktum KELIMA huruf a dilaksanakan
sesuai dengan nilai-nilai Kementerian Keuangan untuk
mencapai sasaran organisasi, yang diwujudkan dalam
bentuk:
a. komitmen pimpinan untuk mempertimbangkan
Risiko dalam setiap pengambilan keputusan;
b. komunikasi yang berkelanjutan kepada seluruh
jajaran organisasi mengenai pentingnya Manajemen
Risiko baik bersifat top-down maupun bottom-up;
c. penghargaan terhadap organisasi dan/atau pegawai
yang dapat mengelola Risiko dengan baik; dan
d. pengintegrasian Manajemen Risiko dalam proses
bisnis organisasi.

KETUJUH Pembentukan Struktur Manajemen Risiko sebagaimana


dimaksud dalam Diktum KELIMA huruf b terdiri atas:
a. Unit Pemilik Risiko yang selanjutnya disebut UPR,
merupakan unit pemilik peta strategi yang
bertanggung jawab melaksanakan Proses
Manajemen Risiko atas sasaran organisasi sesuai
tugas dan fungsi unit;
b. Unit kepatuhan Manajemen Risiko; dan
c. Inspektorat Jenderal.

KEDELAPAN UPR sebagaimana dimaksud dalam Diktum KETUJUH


huruf a terdiri atas:
a. Tingkat Kementerian disebut UPR Kemenkeu- Wide;
b. Tingkat Unit Eselon I atau Unit Organisasi Non
Eselon yang dipimpin oleh pejabat yang berkontrak
kinerja dengan Pimpinan UPR Kemenkeu- Wide
disebut UPR Kemenkeu-One;
c. Tingkat Unit Eselon II atau Unit Organisasi Non
Eselon yang dipimpin oleh pejabat yang berkontrak
kinerja dengan Pimpinan UPR Kemenkeu-One
disebut UPR Kemenkeu-Two; dan
d. Tingkat Unit Eselon III atau Unit Organisasi Non
Eselon yang dipimpin oleh pejabat yang berkontrak
kinerja dengan Pimpinan UPR Kemenkeu- Two
disebut UPR Kemenkeu-Three,
dengan tugas dan tanggung jawab sebagaimana
tercantum dalam Lampiran huruf A yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 4 -

KESEMBILAN UPR sebagaimana dimaksud Diktum KETUJUH huruf a


memiliki tingkatan struktur sebagai berikut:
a. pimpinan UPR; meliputi Menteri Keuangan untuk
tingkat kementerian atau pimpinan unit masing-
masing untuk tingkat UPR lainnya, yang
bertanggung jawab terhadap seluruh Manajemen
Risiko sesuai lingkup tugasnya;
b. eksekutif manajemen Risiko, dilaksanakan oleh
seorang pejabat di bawah pimpinan UPR, yang
bertanggung jawab membantu pimpinan UPR dalam
perencanaan, pengelolaan dan pemantauan
Manajemen Risiko pada unit yang bersangkutan,
yang pada UPR Kemenkeu- Wide, eksekutif
manajemen Risiko dijabat oleh Staf Ahli Menteri
Keuangan yang membidangi organisasi; dan
c. manajer Risiko, dilaksanakan oleh pejabat yang
bertugas membantu eksekutif manajemen Risiko
dalam perencanaan, pengelolaan, pemantauan dan
pengadministrasian Manajemen Risiko pada unit
yang bersangkutan.

KESEPULUH Terhadap tingkatan struktur eksekutif manajemen


Risiko dan manajer Risiko sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KESEMBILAN berlaku juga ketentuan
sebagai berikut:
a. dalam hal ketentuan yang mengatur organisasi dan
tata kerja di lingkungan Kementerian Keuangan
tidak menetapkan jabatan yang mempunyai tugas
dan fungsi diantaranya sebagai eksekutif
manajemen Risiko dan/atau manajer Risiko,
pimpinan UPR dapat menugaskan pejabat pada unit
masing-masing sebagai eksekutif manajemen risiko
dan/atau manajer Risiko; dan
b. pada UPR Kemenkeu-Three, fungsi eksekutif
manajemen Risiko dan manajer Risiko dapat dijabat
oleh pejabat yang sama.

KESEBELAS Penyebutan manajer Risiko sebagaimana dimaksud


dalam Diktum KESEMBILAN huruf c pada tiap tingkat
UPR meliputi:
a. Manajer Risiko Kementerian disebut Manajer Risiko
Pusat yang dijalankan oleh pejabat Eselon II yang
memiliki tugas dan fungsi terkait Manajemen Risiko
tingkat Kementerian;
b. Manajer Risiko Unit Eselon I disebut Manajer Risiko
Unit yang dijalankan oleh pejabat Eselon III yang
memiliki tugas dan fungsi terkait Manajemen Risiko
tingkat Unit Eselon I;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

c. Manajer Risiko Unit Eselon II disebut Sub Manajer


Risiko yang dijalankan oleh pejabat Eselon IV yang
memiliki tugas dan fungsi terkait Manajemen Risiko
tingkat Unit Eselon II; dan
d. Manajer Risiko Unit Eselon III disebut Mitra Manajer
Risiko yang dijalankan oleh pejabat Eselon IV yang
memiliki tugas dan fungsi terkait Manajemen Risiko
tingkat Unit Eselon III.

KEDUABELAS : Unit kepatuhan Manajemen Risiko sebagaimana


dimaksud dalam Diktum KETUJUH huruf b
dilaksanakan oleh unit yang menjalankan tugas dan
fungsi kepatuhan internal, dengan tugas dan tanggung
jawab sebagaimana tercantum dalam Lampiran huruf A
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.

KETIGABELAS : Inspektorat Jenderal sebagaimana dimaksud dalam


Diktum KETUJUH huruf c menjalankan tugas dan
tanggung jawab sebagaimana tercantum dalam
Lampiran huruf A yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEEMPATBELAS : Penerapan Kerangka Kerja Manajemen Risiko


sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMA huruf c
dilaksanakan dengan alur sebagai berikut:
a. perumusan sistem Manajemen Risiko;
b. proses Manajemen Risiko; dan
c. monitoring dan evaluasi sistem Manajemen Risiko.

KELIMABELAS : Perumusan sistem Manajemen Risiko sebagaimana


dimaksud dalam Diktum KEEMPATBELAS huruf a
merupakan kebijakan Manajemen Risiko di lingkungan
Kementerian Keuangan sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Menteri ini.

KEENAMBELAS : Proses Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud


dalam Diktum KEEMPATBELAS huruf b merupakan
penerapan kebijakan, prosedur, dan praktik
manajemen yang bersifat sistematis oleh UPR dengan
berpedoman pada kebijakan Manajemen Risiko
sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMABELAS.

KETUJUHBELAS : Proses Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud


dalam Diktum KEENAMBELAS diterapkan secara
periodik selama 1 (satu) tahun dan terdiri atas tahapan
sebagai berikut:
a. komunikasi dan konsultasi;
b. perumusan konteks;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

c. identifikasi Risiko;
d. analisis Risiko;
e. evaluasi Risiko;
f. mitigasi Risiko; dan
g. pemantauan dan review,
sesuai ketentuan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran huruf B yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KEDELAPANBELAS : Proses Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud


dalam Diktum KEENAMBELAS dituangkan dalam
dokumen tata kelola sebagai berikut:
a. Piagam Manajemen Risiko;
b. Dokumen Pendukung Piagam Manajemen Risiko;
dan
c. Laporan Manajemen Risiko,
yang penyusunan dan penyampaiannya dilaksanakan
sesuai ketentuan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran huruf C yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Keputusan Menteri ini.

KESEMBILANBELAS : Monitoring dan evaluasi sistem Manajemen Risiko


sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KEEMPATBELAS huruf c dilaksanakan oleh UPR, Unit
kepatuhan Manajemen Risiko, dan/atau Inspektorat
Jenderal untuk memberikan masukan terhadap desain
dan/atau implementasi sistem Manajemen Risiko.

KEDUAPULUH : Hasil monitoring dan evaluasi sistem Manajemen Risiko


sebagaimana dimaksud dalam Diktum
KESEMBILANBELAS dapat digunakan sebagai unsur
tambahan dalam penilaian kinerja organisasi dan/atau
pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan.

KEDUAPULUHSATU : Dalam melaksanakan kebijakan manajemen Risiko


sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMABELAS,
Sekretaris Jenderal dapat menerbitkan panduan
pengelolaan Risiko di lingkungan Kementerian
Keuangan.

KEDUAPULUHDUA : Dalam hal diperlukan, Pimpinan Unit Eselon I dapat


menetapkan petunjuk teknis pengelolaan Risiko pada
unit masing-masing dalam Keputusan Pimpinan Unit
Eselon I dengan berpedoman pada Keputusan Menteri
Keuangan ini, setelah berkoordinasi dengan Sekretariat
Jenderal.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 7 -

KEDUAPULUHTIGA : Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku:


a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
845/KMK.01/2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian
Keuangan; dan
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
370/KMK.01/2016 tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Pengelolaan Kinerja dan Risiko
Kementerian Keuangan,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

KEDUAPULUHEMPAT : Keputusan Menteri ini mulai berlaku sejak Peraturan


Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.01/2016 tentang
Manajemen Risiko di Lingkungan Kementerian
Keuangan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada:


1. Wakil Menteri Keuangan;
2. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, para
Direktur Jenderal/Kepala Badan/Kepala Lembaga
di Lingkungan Kementerian Keuangan;
3. Staf Ahli di Lingkungan Kementerian Keuangan;
4. Kepala Biro Hukum, Sekretariat Jenderal
Kementerian Keuangan;
5. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan, Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan;
6. Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan,
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan; dan
7. Kepala Biro Sumber Daya Manusia, Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 10 Juli 2019

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Umum

NIP 197109121997031001
LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 577 /KMK.01/2019
TENTANG MANAJEMEN RISIKO DI
MENTERI KEUANGAN LINGKUNGAN KEMENTERIAN
REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN

A. Tugas dan Tanggung Jawab dalam Struktur Manajemen Risiko


Tugas dan tanggung jawab dalam struktur manajemen Risiko sebagai •
berikut:
1. Unit Pemilik Risiko (UPR)
Tugas dan tanggung jawab UPR berdasarkan tingkatan struktur sebagai
berikut:
a. Pimpinan UPR
Tugas dan tanggung jawab pimpinan UPR meliputi:
1) menetapkan profil Risiko dan rencana mitigas unit berdasarkan
sasaran organisasi;
2) memantau dan melaksanakan review terhadap proses Manajemen
Risiko unit serta melaporkan hasil review tersebut secara berjenjang
kepada pimpinan tingkat lebih tinggi di lingkungan Kementerian
Keuangan; dan
3) melakukan monitoring dan evaluasi atas efektivitas penerapan
Sistem Manajemen Risiko dalam lingkup unit kerja pimpinan UPR
yang bersangkutan.
b. Eksekutif manajemen Risiko
Tugas dan tanggung jawab eksekutif manajemen Risiko meliputi:
1) menyusun konsep profil dan rencana mitigasi berdasarkan sasaran
organisasi;
2) menyusun laporan Manajemen Risiko dan menyampaikan kepada
Pimpinan UPR;
3) membantu penyelarasan Manajemen Risiko unit dengan unit pada
level yang lebih tinggi, unit pada level yang lebih rendah, dan unit
terkait lain;
4) memfasilitasi dan mengoordinasikan Proses Manajemen Risiko di
unit tersebut; dan
5) memberikan edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan
pemahaman dan kesadaran pegawai dalam pengelolaan Risiko.
c. Manajer Risiko
Tugas dan tanggung jawab manajer Risiko meliputi:
1) membantu eksekutif manajemen Risiko dalam penyusunan konsep
profil dan rencana mitigasi berdasarkan sasaran organisasi;
2) membantu eksekutif manajemen Risiko dalam penyusunan laporan
Manajemen Risiko dan penyampaian kepada Pimpinan UPR;
3) membantu eksekutif manajemen Risiko dalam penyelarasan
Manajemen Risiko unit dengan unit pada level yang lebih tinggi, unit
pada level yang lebih rendah, dan unit terkait lain;
4) membantu eksekutif manajemen Risiko dalam memfasilitasi dan
mengoordinasikan Proses Manajemen Risiko di unit tersebut;
5) menatausahakan dokumen Proses Manajemen Risiko unit; dan
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 2 -

6) membantu eksekutif manajemen Risiko dalam memberikan edukasi


dan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran
pegawai dalam pengelolaan Risiko.

2. Unit Kepatuhan Manajemen Risiko


Tugas dan tanggung jawab Unit Kepatuhan Internal (UKI) dalam
Manajemen Risiko meliputi:
a. melaksanakan review atas kepatuhan penyusunan profil Risiko dan
rencana mitigasi Risiko unit;
b. melaksanakan review atas kepatuhan pelaksanaan rencana mitigasi
Risiko unit; dan
c. memantau tindak lanjut hasil review dan/atau audit Manajemen
Risiko.

3. Inspektorat Jenderal
Tugas dan tanggung jawab Inspektorat Jenderal dalam Manajemen Risiko
meliputi:
a. melakukan audit, review, pemantauan, dan evaluasi penerapan
Manajemen Risiko pada UPR berdasarkan pedoman Manajemen Risiko
yang ditetapkan di lingkungan Kementerian Keuangan; dan
b. melakukan penilaian atas tingkat kematangan penerapan Manajemen
Risiko di seluruh level UPR berdasarkan pedoman Manajemen Risiko
yang ditetapkan di lingkungan Kementerian Keuangan.

B. Proses Manajemen Risiko


Proses Manajemen Risiko merupakan bagian yang terpadu dengan proses
manajemen secara keseluruhan, khususnya perencanaan strategis,
manajemen kinerja, penganggaran dan sistem pengendalian internal, serta
menyatu dalam budaya dan proses bisnis organisasi. Proses Manajemen
Risiko digambarkan sebagai berikut:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

1. Komunikasi dan Konsultasi


Komunikasi merupakan aktivitas penyampaian informasi dengan
tujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap Risiko,
sedangkan konsultasi merupakan aktivitas untuk memperoleh informasi
terkait Risiko dengan tujuan mendapatkan umpan balik dalam rangka
pengambilan keputusan. Komunikasi dan konsultasi dilakukan dalam
seluruh tahapan Proses Manajemen Risiko, dalam bentuk:
a. rapat berkala
Rapat berkala dilaksanakan secara periodik paling sedikit setiap
triwulan dalam Dialog Kinerja Organisasi (DKO), dipimpin oleh
Pimpinan UPR, dihadiri oleh seluruh pejabat satu level di bawah
Pimpinan UPR, dan penyelenggaraan rapat berkala dikoordinasikan
oleh eksekutif manajemen.
b. rapat insidental
Rapat insidental dilaksanakan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan
berdasarkan arahan pimpinan UPR atau kondisi mendesak terkait
Risiko dan penyelenggaraan rapat insidental dikoordinasikan oleh
eksekutif manajemen.
c. diskusi kelompok terarah (focused group discussion)
Diskusi kelompok terarah (focused group discussion) bertujuan untuk
menggali dan menganalisis informasi terkait Risiko yang pelaksanaan
diskusi dimaksud dapat melibatkan struktur UPR, para Manajer
Risiko, dan/atau pihak yang memiliki pengetahuan mendalam (expert)
terkait informasi tersebut.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 4 -

Perumusan Konteks
Perumusan konteks bertujuan untuk memahami lingkungan dan
batasan penerapan Manajemen Risiko pada setiap UPR, dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Menentukan ruang lingkup dan periode penerapan Manajemen Risiko
1) Ruang lingkup penerapan Manajemen Risiko merupakan batasan
tugas, fungsi, dan mandat dimana Manajemen Risiko akan
diterapkan.
2) Periode penerapan Manajemen Risiko merupakan kurun waktu
penerapan Manajemen Risiko.
b. Menetapkan sasaran organisasi
Penetapan sasaran organisasi dilakukan dengan mengacu pada
sasaran strategis dalam peta strategi unit organisasi. Selain dokumen
peta strategi, sasaran organisasi juga dapat ditambahkan dari inisiatif
strategis dalam kontrak kinerja dan/atau program/proyek/kegiatan
yang direncanakan/dilaksanakan organisasi.
c. Mengidentifikasi pemangku kepentingan
Identifikasi pemangku kepentingan mencakup:
1) Pihak yang menjadi pemangku kepentingan, yaitu pihak yang
berinteraksi dan berkepentingan terhadap output dan/atau outcome
organisasi.
2) Deskripsi pemangku kepentingan dalam hubungannya dengan
pencapaian sasaran organisasi.
d. Menetapkan struktur Unit Pemilik Risiko (UPR)
Struktur UPR mengacu pada ketentuan organisasi dan tata kerja yang
berlaku di lingkungan Kementerian Keuangan.
e. Menuangkan hasil perumusan konteks Manajemen Risiko dalam
Formulir Konteks Manajemen Risiko sebagaimana tercantum dalam
Lampiran Huruf C.2.a.

Identifikasi Risiko
Identifikasi Risiko bertujuan untuk menentukan semua Risiko yang
berpengaruh terhadap pencapaian sasaran organisasi. Risiko tersebut
mencakup kejadian, penyebab, maupun dampak Risiko, dengan
penjelasan sebagai berikut:
a. Kejadian Risiko merupakan pernyataan kondisional atas
peristiwa/keadaan yang berpotensi menggagalkan, menunda,
menghambat atau tidak mengoptimalkan pencapaian sasaran
organisasi (SO). Kejadian Risiko dapat berupa:
1) Sesuatu yang tidak diharapkan namun terjadi yaitu kerugian,
pelanggaran, kegagalan, atau kesalahan; atau
2) Sesuatu yang diharapkan namun tidak terwujud yaitu kesempatan
yang tidak dapat dimanfaatkan.
Namun demikian, kejadian Risiko bukan merupakan negasi (lawan)
dari sasaran organisasi (SO).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 5 -

b. Penyebab Risiko merupakan peristiwa/keadaan yang menjadi


penyebab langsung dari kejadian Risiko yang diidentifikasi. Penyebab
Risiko dapat berupa peristiwa atau keadaan baik berasal dari internal
maupun eksternal UPR. Dalam hal penyebab langsung suatu Risiko
lebih dari satu, penyebab Risiko diupayakan untuk diurutkan
berdasarkan urutan signifikansi atau dominasi sebagai penyebab
kejadian.
c. Dampak Risiko merupakan akibat langsung yang timbul dan dirasakan
setelah Risiko terjadi. Dalam hal dampak langsung lebih dari satu,
dampak Risiko diupayakan untuk diurutkan berdasarkan urutan
signifikansi atau dominasi sebagai dampak Risiko.
d. Perumusan kejadian, penyebab, dan dampak Risiko dapat
menggunakan berbagai metode analisis masalah misalnya fishbone
diagram.
e. Identifikasi Risiko dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Identifikasi Risiko dari UPR tingkat lebih tinggi yang relevan untuk
ditetapkan sebagai Risiko sesuai tugas dan fungsi UPR yang
bersangkutan (top-down), dengan mekanisme sebagai berikut:
a) Apabila sasaran organisasi dan Risiko UPR tingkat lebih tinggi
relevan bagi UPR bersangkutan sesuai tugas dan fungsinya,
sasaran organisasi dan Risiko UPR tingkat lebih tinggi ditetapkan
dalam profil Risiko UPR bersangkutan.
b) Apabila sasaran organisasi UPR tingkat lebih tinggi tidak relevan,
namun Risikonya relevan bagi UPR bersangkutan sesuai tugas
dan fungsinya, Risiko UPR tingkat lebih tinggi ditetapkan dalam
profil Risiko UPR bersangkutan.
2) Identifikasi Risiko berdasarkan sasaran organisasi UPR yang
bersangkutan dengan mekanisme sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi kejadian, penyebab, dan dampak Risiko dengan
merujuk antara lain:
(1) Laporan hasil audit/evaluasi/ review, yaitu berkaitan dengan
informasi kerugian, pelanggaran, kegagalan, atau kesalahan
pada suatu organisasi;
(2) Laporan Loss Event Database (LED), yaitu dokumen yang
berisi catatan kejadian kerugian yang pernah terjadi baik
pada tahun berjalan maupun tahun sebelumnya;
(3) Pendapat ahli (Expert judgement), yaitu pandangan dari ahli
terkait suatu Risiko;
(4) Data pembanding (Benchmark data), yaitu data terkait Risiko
tertentu dari UPR atau organisasi lain yang relevan.
b) Setiap Sasaran Organisasi (SO) harus memiliki minimal 1 (satu)
kejadian Risiko dan 1 (satu) kejadian Risiko hanya dapat
digunakan pada satu Sasaran Organisasi (SO).
3) Identifikasi Risiko berdasarkan masukan atau profil Risiko UPR level
di bawahnya (bottom-up) dengan mekanisme sebagai berikut:
a) UPR dapat mengusulkan suatu Risiko dinaikkan menjadi Risiko
pada UPR yang lebih tinggi apabila:
(1) Risiko tersebut memerlukan koordinasi antar UPR selevel;
dan/atau
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 6 -

(2) Risiko tersebut tidak dapat ditangani oleh UPR tersebut.


b) Pengusulan Risiko yang akan dinaikkan menjadi Risiko pada
UPR yang lebih tinggi (bottom-up) sebagai berikut:
(1) Pimpinan UPR mengusulkan Risiko yang akan dinaikkan
kepada eksekutif Manajemen Risiko UPR yang lebih tinggi.
. (2) Eksekutif Manajemen Risiko UPR yang lebih tinggi
menyampaikan analisis untuk pertimbangan penetapan
Risiko tersebut oleh Pimpinan UPR.
(3 ) Pimpinan UPR menetapkan diterima atau tidaknya usulan
tersebut.
4) Identifikasi Risiko terkait inisiatif strategis atau proyek dilakukan
sesuai lingkup dan durasi pelaksanaan dengan mekanisme sebagai
berikut:
a) Dalam hal inisiatif strategis atau proyek berdurasi kurang dari 1
(satu) tahun, Risiko diidentifikasi sesuai rencana pelaksanaan
dalam periode tersebut.
b) Dalam hal inisiatif strategis atau proyek berdurasi lebih dari 1
(satu) tahun (multi years), Risiko diidentifikasi setiap tahun
sesuai rencana pelaksanaan tahunan.
c) Risiko atas inisiatif strategis atau proyek yang berdurasi paling
sedikit 6 (enam) bulan dituangkan dalam profil Risiko UPR;
d) Risiko yang berdurasi kurang dari 6 (enam) bulan dapat tidak
dituangkan dalam profil Risiko UPR, namun harus tetap dikelola
oleh unit pelaksana inisiatif strategis/proyek terkait.
f. Menetapkan Kategori Risiko
1) Risiko diklasifikasikan dalam kategori Risiko untuk:
a) menggambarkan seluruh jenis Risiko yang terdapat pada
organisasi;
b) menjamin agar proses identifikasi, analisis, dan evaluasi Risiko
dilakukan secara komprehensif; dan
c) menentukan mitigasi yang tepat.
2) Kategori Risiko ditetapkan sesuai urutan prioritas sebagai berikut:
No.
Kategori Risiko Definisi
Urut
1 Risiko Keuangan Risiko yang berkaitan dengan kondisi
Negara dan fiskal pemerintah pusat yang meliputi
Kekayaan Negara kerangka ekonomi makro,
penganggaran, perpajakan,
kepabeanan, perbendaharaan, dan
berkaitan dengan kekayaan negara
yang meliputi Barang Milik Negara
(BMN), kekayaan negara yang
dipisahkan, investasi pemerintah, dan
kekayaan negara lainnya.
2 Risiko kebijakan Risiko yang berkaitan dengan
perumusan dan penetapan kebijakan
internal maupun eksternal organisasi.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 7 -

No.
Kategori Risiko Definisi
Urut
3 Risiko reputasi Risiko yang berkaitan dengan persepsi
atau tingkat kepercayaan 'pemangku
kepentingan eksternal terhadap
organisasi.
4 Risiko fraud Risiko yang berkaitan dengan
perbuatan yang mengandung unsur
kesengajaan, niat, menguntungkan diri
sendiri atau orang lain, penipuan,
penyembunyian atau penggelapan, dan
penyalahgunaan kepercayaan yang
bertujuan untuk memperoleh
keuntungan secara tidak sah yang
dapat berupa uang, barang/ harta,
jasa, dan tidak membayar jasa, yang
dilakukan oleh satu individu atau lebih
di lingkungan organisasi.
5 Risiko legal Risiko yang berkaitan dengan
tuntutan/ gugatan hukum dan upaya
hukum lainnya kepada organisasi atau
jabatan.
6 Risiko kepatuhan Risiko yang berkaitan dengan
ketidakpatuhan organisasi atau pihak
eksternal, seperti wajib pajak atau
Kementerian/ Lembaga, terhadap
peraturan perundang-undangan,
kesepakatan internasional, atau
ketentuan lain yang berlaku
7 Risiko operasional Risiko yang berkaitan dengan tidak
berfungsinya proses bisnis organisasi,
sistem informasi, atau keselamatan
kerja individu.

3) Untuk mengoptimalkan proses identifikasi Risiko maka setiap unit


harus memenuhi syarat minimal jumlah kategori Risiko yang
diidentifikasi dengan rincian:
a) UPR Kemenkeu- Wide : 5 (lima) kategori Risiko;
b) UPR Kemenkeu-One : 4 (empat) kategori Risiko;
c) UPR Kemenkeu- Two dan Kemenkeu-Three : 3 (tiga) kategori
Risiko.
c. Menuangkan hasil identifikasi Risiko dalam Formulir Profil dan Peta
Risiko sebagaimana tercantum dalam Lampiran Huruf C.2.b.

4. Analisis Risiko
Tahapan ini bertujuan untuk menentukan Besaran Risiko dan Level
Risiko. Analisis Risiko dilaksanakan dengan cara menentukan level
kemungkinan dan level dampak terjadinya Risiko berdasarkan Kriteria
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 8 -

Risiko, setelah mempertimbangkan keandalan sistem pengendalian yang


ada, dengan tahapan sebagai berikut:
a. Menginventarisasi sistem pengendalian internal yang telah
‘ dilaksanakan
1) Sistem pengendalian internal dalam kerangka Manajemen Risiko
mencakup perangkat manajemen yang bertujuan menurunkan
Besaran Risiko dan/atau Level Risiko dalam rangka pencapaian
sasaran organisasi.
2) Sistem pengendalian internal dapat berupa Standard Operating
Procedure (SOP), pengawasan melekat, review berjenjang, regulasi,
dan pemantauan rutin yang dilaksanakan terkait manajemen
Risiko.
b. Menetapkan Kriteria Risiko
Kriteria Risiko mencakup Kriteria Kemungkinan terjadinya Risiko dan
Kriteria Dampak Risiko, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Kriteria Kemungkinan terjadinya Risiko (likelihood)
a) Kriteria Kemungkinan terjadinya Risiko dapat menggunakan
pendekatan statistik (probability), frekuensi kejadian per satuan
waktu (hari, minggu, bulan, tahun), atau dengan pendapat ahli
(expert judgement).
b) Penentuan peluang terjadinya Risiko di Kementerian Keuangan
menggunakan pendekatan kejadian per satuan waktu, yakni
dalam 1 (satu) tahun periode data yang dianalisis. Dalam hal
kejadian Risiko melebihi 1 (satu) tahun, maka analisis Kriteria
Kemungkinan menggunakan periode sesuai rentang waktu data
yang dibutuhkan.
c) Kriteria Kemungkinan terjadinya Risiko dibedakan berdasarkan
jenis kejadian yaitu kejadian Risiko dengan toleransi rendah
(low tolerance event) dan kejadian Risiko yang lebih ditoleransi
(non low tolerance event).
d) Kriteria Level Kemungkinan terjadinya Risiko di Kementerian
Keuangan meliputi:
Kriteria Kemungkinan
Kemungkinan terjadinya non low
Level tolerance event dalam 1 periode
Low Tolerance
Kemungkinan analisis
Event
Jumlah
Persentase
frekuensi
Hampir tidak X < 1% < 2 kali dalam 1 <1 kejadian dalam
terjadi tahun lebih dari 5 tahun
terakhir
(1)
Jarang terjadi 1% < x < 10% 2 kali s.d. 5
kali dalam 1 1 kejadian dalam 5
(2) tahun terakhir
tahun
Kadang terjadi 10% < x < 20% 6 s.d. 9 kali 1 kejadian dalam 3
dalam 1 tahun tahun terakhir
(3)
Sering terjadi 20% < x < 50% 10 kali s.d. 12
(4) ' kali dalam 1 1 kejadian dalam 2
tahun tahun terakhir
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 9 -

Kriteria Kemungkinan
Kemungkinan terjadinya non low
Level tolerance event dalam 1 periode
Kemungkinan Low Tolerance
analisis
Event
Jumlah
Persentase
frekuensi
Hampir pasti x > 50% >12 kali dalam minimal 1 kejadian
terjadi 1 tahun dalam 1 tahun
(5) terakhir

e) Kriteria Kemungkinan terjadinya risiko ditentukan oleh


pimpinan UPR dengan pertimbangan sebagai berikut:
(1) Kriteria non Iolu tolerance event:
(a) Persentase digunakan apabila populasi dapat ditentukan;
dan
(b) Jumlah frekuensi digunakan apabila populasi tidak
dapat ditentukan.
(2) Kriteria low tolerance event digunakan untuk kejadian
dengan toleransi rendah atau tidak ditoleransi serta memiliki
intensitas yang sangat rendah dalam rentang waktu lebih
dari 1 (satu) tahun pada satu unit kerja, misalnya: korupsi,
krisis ekonomi/keuangan, kecelakaan kerja yang berakibat
fatal, bencana alam, dan kebakaran gedung.
2) Kriteria Dampak Risiko (consequences)
Dampak Risiko diklasifikasi sesuai area dampak dengan prioritas
urutan sebagai berikut:
a) Kriteria Dampak Risiko dapat diklasifikasikan dalam beberapa
area dampak sesuai dengan jenis dampak kejadian Risiko yang
mungkin terjadi. Area dampak Risiko diurutkan dari bobot
tertinggi hingga terendah yang meliputi:
(1) Beban keuangan negara
Dampak Risiko berupa (i) tambahan pengeluaran negara baik
dalam bentuk: uang dan setara uang, surat berharga,
kewajiban, dan barang, serta (ii) potensi kerugian/kehilangan
penerimaan dan aset negara. Dampak Risiko beban
keuangan negara mencakup:
(a) Fraud
Pengukuran dampak Risiko berdasarkan angka mutlak
sebagaimana dalam tabel Kriteria Dampak; atau
(b) non fraud
Beban keuangan non fraud dibedakan menjadi non fraud
penerimaan atau pembiayaan dan non fraud lainnya. Non
fraud lainnya mencakup dampak atas beban keuangan
negara selain yang disebabkan dari potensi hilangnya
penerimaan atau beban atas pembiayaan. Pengukuran
dampak Risiko berdasarkan persentase terhadap total
penerimaan, pembiayaan atau non fraud lainnya seperti
belanja/aset yang dikelola oleh unit tersebut.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 10 -

(2) Penurunan reputasi


Dampak Risiko berupa citra/nama baik/wibawa
Kementerian Keuangan yang menyebabkan tingkat
kepercayaan masyarakat menurun atau tidak meningkat.
(3) Sanksi pidana, perdata, dan/atau administratif
Dampak Risiko berupa ancaman hukuman yang dijatuhkan
atas perkara di pengadilan baik menyangkut pegawai atau
organisasi.
(4) Kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Dampak Risiko berupa kematian, cedera dan/atau gangguan
kesehatan baik fisik maupun mental yang dialami pegawai
dalam pelaksanaan tugas kedinasan.
(5) Gangguan terhadap layanan organisasi
Dampak Risiko berupa simpangan dari standar layanan yang
ditetapkan.
(6) Penurunan kinerja
Dampak Risiko berupa tidak tercapainya sasaran atau target
kinerja yang ditetapkan dalam kontrak kinerja atau target
kinerja lainnya.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 11 -

b) Kriteria Level Dampak bagi setiap UPR ditetapkan sebagai berikut:

Kriteria Level Dampak


Level Dampak
Area Dampak Level Sangat Signifikan
Tidak Signifikan (1) Minor (2) Moderat (3) Signifikan (4)
(5)
Rp 10 juta < x < Rp 100 juta < x < Rpl
K-Wide x < Rp 10 juta RplM < x < RplO M x > RplO M
Rp100 juta M
Rpl juta < x < Rp 10 Rp 10 juta < x <
K- One x < Rpl juta Rp 100 juta < x < Rpl M x > Rp 1 M
juta Rp 100 juta
Fraud
Rpl juta < x < Rp 10 RplO juta < x < Rp 100
K-Two - x < Rpl juta x > Rp 100 juta
juta juta
- Rpl juta < x < RplO
K- Three - x < Rp 1 juta x > RplO juta
juta
Beban Non fraud x < 0,1% dari nilai 0,1% <x< 0,5% dari 0,5% < x < 1% dari 1% < x < 2% dari nilai x > 2% dari nilai
Keuangan K-Wide-
Penerimaan penerimaan atau nilai penerimaan nilai penerimaan penerimaan atau penerimaan atau
Negara One-Two -
atau pembiayaan yang atau pembiayaan atau pembiayaan pembiayaan yang pembiayaan yang
Three
Pembiayaan dikelola UPR yang dikelola UPR yang dikelola UPR dikelola UPR dikelola UPR
x > 1% dari nilai
0,05% < x < 0,25% 0,25% < x < 0,5% belanja/aset/
x < 0,05% dari nilai 0,5% < x < 1% dari
K-Wide- dari nilai dari nilai kegiatan lainnya
Non fraud belanja/aset/ nilai belanja/aset/
One-Two- belanja/ aset/ belanja/aset/ yang dikelola UPR
Lainnya kegiatan lainnya kegiatan lainnya yang
Three kegiatan lainnya kegiatan lainnya
yang dikelola UPR dikelola UPR
yang dikelola UPR yang dikelola UPR
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 12 -

Level Dampak
Area Dampak Level Sangat Signifikan
Tidak Signifikan'(1) Minor (2) Moderat (3) Signifikan (4)
(5)
■ Jumlah keluhan ■ Jumlah keluhan ■ Pemberitaan negatif ■ Pemberitaan negatif ■ Tingkat
secara lisan (dapat secara lisan (dapat yang masif di media yang masif di media kepercayaan
didokumentasikan) / didokumentasikan) / sosial yang sosial yang bersumber stakeholder/
tertulis ke organisasi tertulis ke organisasi bersumber dari dari opinion leader investor sangat
<10 >10 bukan opinion leader ■ Pemberitaan negatif di rendah
■ Tingkat kepercayaan ■ Tingkat kepercayaan ■ Pemberitaan negatif media massa nasional ■ Pemberitaan
Penurunan Reputasi K-Wide- stakeholder/ stakeholder/ investor di media massa lokal ■ Tingkat kepercayaan negatif di media
One investor sangat baik baik ■ Tingkat kepercayaan stakeholder/ investor massa
■ Tingkat kepuasan ■ Tingkat kepuasan stakeholder/investor rendah internasional
pengguna layanan pengguna layanan sedang ■ Tingkat kepuasan ■ Tingkat kepuasan
sebesar 4,25 < x < 5 sebesar 4 < x < 4,25 ■ Tingkat kepuasan pengguna layanan pengguna
(skala 5) (skala 5) pengguna layanan sebesar 3,5 < x < 3,75 layanan <3,5
sebesar 3,75 < x < 4 (skala 5) (skala 5)
(skala 5)
■ Jumlah keluhan ■ Jumlah keluhan ■ Jumlah keluhan ■ Pemberitaan negatif di ■ Pemberitaan
secara lisan (dapat secara lisan (dapat secara lisan (dapat media massa lokal negatif di media
didokumentasikan) / didokumentasikan) / didokumentasikan) / ■ Pemberitaan negatif massa nasional
tertulis ke organisasi tertulis ke organisasi tertulis ke organisasi yang masif di media dan internasional
< 3 sebanyak 3 s.d. 5 >5 sosial ■ Tingkat kepuasan
K-Two-
■ Tingkat kepuasan ■ Tingkat kepuasan ■ Tingkat kepuasan ■ Tingkat kepuasan pengguna
Three
pengguna layanan pengguna layanan pengguna layanan pengguna layanan layanan <3,5
sebesar 4,25 < x < 5 sebesar 4 < x < 4,25 sebesar 3,75 < x < 4 sebesar 3,5 < x < 3,75 (skala 5)
(skala 5) (skala 5) (skala 5) (skala 5)
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 13 -

Level Dampak
Area Dampak Level Sangat Signifikan
Tidak Signifikan (1) Minor (2) Moderat (3) Signifikan (4)
(5)
Pidana:x < 1 tahun
atau
tersangka/ terdakwa:
Pidana: 1 < x < 5 tahun
Perdata:x < lOOjuta Pejabat Eselon III, IV,
atau
Administratif: Perdata: 10Ojuta < x < atau pejabat yang
tersangka/terdakwa: Pidana:x > 5
tergugat 1M setara, pejabat
Pejabat Eselon I, II tahun atau
merupakan Pejabat Administratif: fungsional, dan
atau pejabat yang tersangka/ terdak
K-Wide Eselon III,IV, atau tergugat merupakan pejabat fungsional
setara wa: Menteri/Wakil
pejabat yang setara, Pejabat Eselon II, umum.
Perdata: 10M < x < Menteri
pejabat fungsional, atau pejabat yang Perdata: 1M< x < 10M
100M Perdata: x > 100M
dan pejabat setara Administratif:
Administratif: tergugat
fungsional umum. tergugat merupakan
Sanksi pidana, perdata, merupakan Menteri
Pejabat Eselon I,
dan/atau administratif atau pejabat yang
setara.
Pidana: x < 1 tahun
Administratif: Atau tersangka/ Pidana: 1 < x < 2 Pidana: x > 2
tergugat Perdata:x < lOOjuta terdakwa: Pejabat tahun tahun
merupakan Pejabat Administratif: Eselon IV, atau atau atau
Eselon IV, atau tergugat merupakan pejabat yang setara, tersangka/terdakwa: tersangka / terdak
K- One
pejabat yang setara, Pejabat Eselon III, pejabat fungsional, Pejabat Eselon II, III wa: Pejabat
pejabat fungsional, atau pejabat yang dan pejabat atau pejabat yang Eselon I
dan pejabat setara fungsional umum. setara Perdata: > 10M
fungsional umum. Perdata: lOOjuta < x Perdata: 1M < x < 10M
< 1M
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 14 -

Level Dampak
Area Dampak Level Sangat Signifikan
Tidak Signifikan (1) Minor (2) Moderat (3) Signifikan (4)
(5)
Administratif: Administratif: tergugat
tergugat merupakan merupakan Pejabat
Pejabat Eselon II, Eselon I
atau pejabat yang
setara
Pidana: x < 1 tahun
atau
tersangka / terdakwa:
Pejabat Eselon III, IV,
atau pejabat yang
Perdata: x < lOOjuta
setara, pejabat
Administratif: Pidana: x >
fungsional, dan
tergugat merupakan 1 tahun
pejabat fungsional
Pejabat Eselon III, IV atau
umum.
K-Two - - atau pejabat yang tersangka/terdak
Perdata: lOOjuta < x <
setara, pejabat wa: Pejabat
1M
fungsional, dan Eselon II
Administratif: tergugat
pejabat fungsional Perdata: x > 1M
merupakan Pejabat
umum.
Eselon II
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 15 -

Level Dampak
Area Dampak Level Sangat Signifikan
Tidak Signifikan (1) Minor (2) Moderat (3) Signifikan (4)
(5)
Administratif:
Pidana: x > 1
tergugat merupakan
Pidana: x < 1 tahun tahun
Pejabat Eselon IV,
Perdata: < lOOjuta Atau
atau pejabat yang
K-Three - - Administratif: tergugat tersangka / terdak
setara, pejabat
merupakan wa: Pejabat
fungsional, dan
Pejabat Eselon III Eselon III
pejabat fungsional
Perdata > lOOjuta
umum.
Ancaman fisik ■ Cedera fisik ringan ■ Cedera fisik sedang ■ Cedera fisik berat Kematian
dan/atau psikis ■ Gangguan ■ Gangguan ■ Gangguan kesehatan
K-Wide-
Kecelakaan dan kesehatan fisik kesehatan fisik fisik berat
One-
penyakit akibat kerja ringan sedang ■ Gangguan kesehatan
Two-
■ Gangguan ■ Gangguan mental berat
Three
kesehatan mental kesehatan mental
ringan sedang
x < 25% dari jam 25% < x < 50% dari 50% < x < 75% dari 75 % < x < 90% dari x > 90 % dari jam
K- Wide operasional layanan jam operasional jam operasional jam operasional operasional
harian layanan harian layanan harian layanan harian layanan harian
Gangguan Terhadap x < 15% dari jam 15% < x < 40% dari 40% < x < 65% dari 65% < x < 80% dari x > 80 % dari jam
Layanan Organisasi K-One operasional layanan jam operasional jam operasional jam operasional operasional
harian layanan harian layanan harian layanan harian layanan harian

x < 10% dari jam 10% < x < 25% dari 25% < x < 50% dari 50 % < x < 65% dari x > 65 % dari jam
K-Two operasional layanan jam operasional jam operasional jam operasional operasional
harian layanan harian layanan harian layanan harian layanan harian
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 16 -

Level Dampak
Area Dampak Level Sangat Signifikan
Tidak Signifikan (1) Minor (2) Moderat (3) Signifikan (4)
(5)

x < 5% dari jam 5% < x < 15% dari 15% < x < 35% dari 35% < x < 50% dari x > 50 % dari jam
K-Three operasional layanan jam operasional jam operasional jam operasional operasional
harian layanan harian layanan harian layanan harian layanan harian
K-Wide-
One- x < 5% dari target 5% < x < 10% dari 10% < x < 20% dari 20% < x < 25% dari x > 25% dari
Penurunan kinerja target kinerja target kinerja
Two- kinerja target kinerja target kinerja
Three
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 17 -

c. Mengestimasi Level Kemungkinan Risiko.


1) Estimasi Level Kemungkinan Risiko dilakukan dengan mengukur
peluang terjadinya Risiko dalam 1 (satu) tahun setelah
mempertimbangkan sistem pengendalian internal yang dilaksanakan
dan berbagai faktor atau isu terkait Risiko tersebut. Estimasi
dilakukan berdasarkan analisis atas tren data Risiko yang terjadi pada
tahun sebelumnya sebagaimana dituangkan dalam Loss event
Database (LED).
2) Apabila Risiko yang diidentifikasi tidak memiliki data historis terkait
frekuensi kejadian Risiko pada tahun sebelumnya, maka estimasi Level
Kemungkinan Risiko dapat dilakukan dengan menggunakan metode
lain sesuai prioritas urutan sebagai berikut:
a) teknik perkiraan (aproksimasi);
b) mempertimbangkan pendapat ahli; atau
c) konsensus pemilik proses bisnis, pengelola Risiko dan pimpinan
UPR.
3) Level Kemungkinan Risiko ditentukan berdasarkan estimasi
kemungkinan Risiko sesuai kriteria kemungkinan Risiko.
4) Untuk Risiko atas inisiatif strategis atau proyek, estimasi Level
Kemungkinan dilakukan sesuai ketentuan huruf 1) hingga 3) di atas
dan disesuaikan dengan periode pelaksanaan inisiatif strategis atau
proyek, serta memenuhi ketentuan berikut:
a) Dalam hal inisiatif strategis atau proyek berdurasi 6 (enam) hingga
12 (dua belas) bulan, maka estimasi Level Kemungkinan Risiko
dilakukan atas periode tersebut. Penentuan Level Kemungkinan
Risiko menggunakan kriteria kemungkinan secara proporsional
dengan ketentuan dalam Peraturan ini.
b) Dalam hal inisiatif strategis atau proyek berdurasi lebih dari 1 (satu)
tahun (multi years'), maka Level Kemungkinan Risiko diidentifikasi
dalam periode satu tahun.
d. Mengestimasi Level Dampak Risiko
1) Berdasarkan dampak Risiko yang telah diidentifikasi pada tahap
identifikasi Risiko, ditentukan area dampak yang relevan dan estimasi
dampak dengan cara:
a) mengukur dampak apabila Risiko terjadi setelah
mempertimbangkan sistem pengendalian internal yang
dilaksanakan, proyeksi, dan berbagai faktor atau isu terkait Risiko
tersebut.
b) menganalisis dampak berdasarkan data Risiko yang terjadi pada
tahun sebelumnya sebagaimana dituangkan dalam LED.
2) Level Dampak Risiko ditentukan berdasarkan area dampak dan
estimasi dampak sesuai kriteria dampak Risiko.
3) Untuk Risiko atas inisiatif strategis atau proyek, estimasi Level
Dampak Risiko dilakukan sesuai ketentuan huruf 1) hingga 2) di atas.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 18 -

e. Menentukan Besaran Risiko dan Level Risiko


1) Besaran Risiko dan Level Risiko ditentukan dengan mengombinasikan
Level Kemungkinan dan Level Dampak Risiko sesuai Matriks Analisis
Risiko.

Matriks Analisis Risiko

2) Berdasarkan pemetaan Risiko tersebut, diperoleh Level Risiko yang


meliputi sangat tinggi (5), tinggi (4), sedang (3), rendah (2), atau sangat
rendah (1).

Level Risiko
Level Risiko Besaran Risiko Warna
Sangat Tinggi(5) 20-25 Merah
Tinggi [4] 16-19 Oranye
Sedang (3) 12-15 •
Rendah [2] 6-11 Hijau'■ '
Sangat Rendah [1] 1-5 Biru

f. Menuangkan hasil analisis Risiko dalam Formulir Profil dan Peta Risiko
sebagaimana Lampiran Huruf C.2.b.

5. Evaluasi Risiko
Tahapan ini bertujuan untuk menentukan prioritas Risiko,
Besaran/Level Risiko Residual Harapan, keputusan mitigasi Risiko, dan
Indikator Risiko Utama (IRU).
a. Prioritas Risiko
Prioritas Risiko disusun sesuai tahapan berikut:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 19 -
1) Prioritas Risiko diurutkan berdasarkan Besaran Risiko dari yang
tertinggi hingga terendah.
2) Dalam hal terdapat lebih dari satu Risiko yang memiliki Besaran Risiko
yang sama maka prioritas Risiko ditentukan berdasarkan urutan area
dampak Risiko dari yang tertinggi hingga terendah sesuai Kriteria
Dampak Risiko.
3) Dalam hal terdapat lebih dari satu Risiko yang memiliki Besaran Risiko
dan area dampak Risiko yang sama maka prioritas Risiko ditentukan
berdasarkan urutan prioritas Kategori Risiko.
4) Dalam hal terdapat lebih dari satu Risiko yang memiliki Besaran
Risiko, area dampak Risiko, dan Kategori Risiko yang sama maka
prioritas Risiko ditentukan berdasarkan penilaian dan keputusan
[judgement] pimpinan UPR.
b. Besaran/Level Risiko Residual Harapan
Besaran/Level Risiko Residual Harapan merupakan target Besaran/Level
Risiko pada akhir periode penerapan proses Manajemen Risiko.
Penentuan Besaran/Level Risiko Residual Harapan dengan
mempertimbangkan selera Pimpinan UPR dan sumber daya yang dimiliki
organisasi.
c. Keputusan mitigasi Risiko
Keputusan mitigasi Risiko merupakan keputusan mengenai perlu atau
tidak dilakukan upaya mitigasi Risiko dikaitkan dengan selera Risiko.
1) Menetapkan Selera Risiko
a) Selera Risiko menjadi dasar dalam penentuan toleransi Risiko,
yakni batasan besaran kuantitatif Level Kemungkinan dan Level
Dampak Risiko yang dapat diterima, sebagaimana dituangkan pada
kriteria Risiko.
b) Selera Risiko ditetapkan sebagai berikut:
(1) Risiko pada level rendah dan sangat rendah merupakan Risiko
yang berada dalam area penerimaan Risiko dan tidak perlu
dilakukan mitigasi Risiko;
(2) Risiko pada level sedang, tinggi, dan sangat tinggi disebut
sebagai Risiko utama yang harus memiliki Indikator Risiko
Utama (IRU) serta dilakukan mitigasi untuk menurunkan
.Besaran Risiko dan/atau Level Risikonya;
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 20 -

(3) Selera Risiko sebagaimana dimaksud pada angka (1) dan (2)

2) Menetapkan Mitigasi Risiko dengan ketentuan sebagai berikut:


a) Mitigasi Risiko dilakukan terhadap seluruh Risiko utama, baik
Risiko yang merupakan hasil penurunan/mandatory dari UPR
tingkat lebih tinggi maupun Risiko UPR yang bersangkutan.
b) Risiko yang bukan merupakan Risiko utama tidak harus dilakukan
mitigasi. Namun demikian, dalam hal terdapat potensi peningkatan
Besaran Risiko melampaui area penerimaan Risiko maka Risiko
perlu dilakukan mitigasi.
d. Indikator Risiko Utama (IRU)
Indikator Risiko Utama (IRU) merupakan suatu ukuran yang dapat
memberikan informasi sebagai sinyal awal tentang adanya peningkatan
atau penurunan Besaran Risiko yang ditetapkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) Setiap Risiko utama memiliki paling sedikit 1 (satu) Indikator Risiko
Utama (IRU).
2) Tujuan penetapan Indikator Risiko Utama (IRU) berbeda dengan
Indikator Kinerja Utama (IKU) karena Indikator Kinerja Utama (IKU)
merupakan indikator yang mengukur kinerja pencapaian sasaran
strategis sedangkan Indikator Risiko Utama (IRU) merupakan indikator
yang mengukur adanya peningkatan besaran Risiko, baik
kemungkinan terjadinya maupun dampaknya, yang membahayakan
pencapaian sasaran organisasi.
3) Penyusunan Indikator Risiko Utama (IRU) dilakukan dengan
mekanisme sebagai berikut:
a) Identifikasi urutan sebab akibat kejadian Risiko (chain of events)
Suatu kejadian Risiko diakibatkan oleh peristiwa yang disebut
penyebab Risiko. Suatu penyebab Risiko diakibatkan oleh peristiwa
yang muncul lebih awal yang disebut akar masalah. Contoh urutan
sebab akibat kejadian yang menyebabkan kejadian Risiko terjadi
(chain of events):
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 21 -

b) Indikator Risiko Utama (IRU) dapat ditetapkan dari penyebab atau


akar masalah. Semakin dekat Indikator Risiko Utama (IRU) dengan
akar masalah maka Indikator Risiko Utama (IRU) semakin
memberikan informasi yang lebih dini akan terjadinya suatu Risiko.
Namun demikian, Indikator Risiko Utama (IRU) harus tetap
memberikan informasi yang signifikan terkait peningkatan potensi
terjadinya Risiko.
c) Dalam hal terdapat lebih dari satu penyebab atau akar masalah,
penetapan Indikator Risiko Utama (IRU) diprioritaskan dari
penyebab atau akar masalah yang paling dominan.
d) Memastikan Indikator Risiko Utama (IRU) memenuhi kriteria
ProActive, yaitu:
(1) Projective: dapat memberikan peringatan dini akan potensi
terjadinya Risiko di masa mendatang;
(2) Accountable: dapat diukur secara kuantitatif misalnya dengan
ukuran: jumlah, persentase;
(3) Trackable: dapat menggambarkan tren Risiko;
(4) Informative: memberikan informasi tentang status Risiko yang
relevan dengan kejadian Risiko.
e) Indikator Risiko Utama (IRU) yang ditetapkan memperhatikan
manfaat informasi yang lebih tinggi daripada biaya pengukuran.
f) Indikator Risiko Utama (IRU) yang ditetapkan memiliki periode
pemantauan paling lama kuartalan. Dalam hal tidak dapat
ditetapkan Indikator Risiko Utama (IRU) dengan periode kuartalan
maka dapat ditetapkan Indikator Risiko Utama (IRU) yang memiliki
periode pemantauan paling lama semesteran.
g) Contoh Perumusan Indikator Risiko Utama (IRU):
Misal, akar masalah dominan:
(1) Kegagalan sistem keamanan IT (information technology).
(2) Gangguan pada hardware, software dan jaringan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 22 -

Maka Indikator Risiko Utama (IRU) dari akar masalah dominan:


(1) Frekuensi pengujian sistem keamanan IT (information
technology).
(2) Tingkat downtime layanan IT (information technology) yang
disebabkan oleh gangguan pada hardware, software dan
jaringan
4) Indikator Risiko Utama (IRU) harus memiliki nilai ambang batas yang
digunakan untuk menetapkan status Indikator Risiko Utama (IRU) dan
terdiri dari:
a) Batas aman, yaitu rentang nilai yang diharapkan dan menunjukkan
bahwa Indikator Risiko Utama (IRU) tersebut masih dalam kondisi
normal, agar mencapai proyeksi Besaran Risiko pada akhir tahun
yang telah ditetapkan dalam Piagam Manajemen Risiko.
Penetapan batas aman mengacu pada proyeksi nilai aktual
Indikator Risiko Utama (IRU) yang diharapkan sesuai proyeksi
Besaran Risiko pada akhir tahun.
b) Batas atas, yaitu nilai batas tertinggi Indikator Risiko Utama (IRU)
yang ditoleransi, agar Besaran Risiko selama periode pemantauan
tidak melampaui Besaran Risiko pada awal tahun yang telah
ditetapkan dalam Piagam Manajemen Risiko.
Penetapan batas atas mengacu pada nilai aktual Indikator Risiko
Utama (IRU) awal tahun sesuai Besaran Risiko pada awal tahun.
c) Batas bawah, yaitu nilai batas terendah Indikator Risiko Utama
(IRU) yang dapat ditoleransi, agar Besaran Risiko selama periode
pemantauan tidak melampaui Besaran Risiko pada awal tahun yang
telah ditetapkan dalam Piagam Manajemen Risiko.
Penetapan batas bawah mengacu pada nilai aktual Indikator Risiko
Utama (IRU) awal tahun sesuai Besaran Risiko pada awal tahun.
Contoh:
Kejadian Risiko : Ketidakpercayaan publik terhadap
pengelolaan keuangan negara
Penyebab : Pemberitaan negatif yang masif di media
massa dan media sosial
Indikator Risiko : Jumlah berita dengan tone negatif terkait
Utama (IRU) Kementerian Keuangan yang muncul di
media cetak dan online
Besaran Risiko awal tahun: 19 (sembilan belas)
Proyeksi Besaran Risiko akhir tahun: 14 (empat belas)
Nilai aktual Indikator Risiko Utama (IRU) pada awal tahun sebesar
45 (empat puluh lima) artikel/hari, sehingga batas atas Indikator
Risiko Utama (IRU) ditetapkan sebesar 45 (empat puluh lima)
artikel/hari.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 23 -

Untuk mencapai proyeksi Besaran Risiko akhir tahun sebesar'


14 (empat belas), maka diharapkan jumlah berita dengan tone
negatif paling banyak 30 (tiga puluh) artikel/hari, sehingga batas
aman Indikator Risiko Utama (IRU) ditetapkan sebesar
30 (tiga puluh) artikel/hari.
5) Ambang batas Indikator Risiko Utama (IRU) bersifat kuantitatif dan
ditentukan berdasarkan data historis, benchmark, dan/atau penilaian
dan keputusan (judgement) pimpinan UPR.
6) Berdasarkan ambang batas, Indikator Risiko Utama (IRU) dapat
dibedakan menjadi:
(a) Indikator Risiko Utama (IRU) yang hanya memiliki batas aman dan
batas atas, yaitu Indikator Risiko Utama (IRU) yang diharapkan
memiliki nilai aktual yang semakin rendah (polarisasi minimize).
Penentuan status Indikator Risiko Utama (IRU) digambarkan
sebagai berikut:

IRU yang hanya memiliki batas aman dan batas atas

Batas atas

Batas aman
Status aman: nilai aktual IRU masih berada dibawah
batas aman

(b) Indikator Risiko Utama (IRU) yang hanya memiliki batas aman dan
batas bawah, yaitu Indikator Risiko Utama (IRU) yang diharapkan
memiliki nilai aktual yang semakin tinggi (polarisasi maximize).
Penentuan status Indikator Risiko Utama (IRU) digambarkan
sebagai berikut:

IRU yang hanya memiliki batas aman dan batas bawah

Status aman: nilai aktual IRU masih berada diatas


batas aman
Batas aman

Batas bawah
Status awas: nilai aktual IRU berada di bawah batas
bawah
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 24 -

(c) Indikator Risiko Utama (IRU) yang memiliki batas aman, batas
atas, dan batas bawah, yaitu Indikator Risiko Utama (IRU) yang
diharapkan memiliki nilai aktual yang berada pada rentang nilai
tertentu dalam batas aman (polarisasi stabilize). Penentuan status
Indikator Risiko Utama (IRU) digambarkan sebagai berikut:

7) Status Indikator Risiko Utama (IRU) memberikan informasi dini


tentang adanya peningkatan atau penurunan Besaran Risiko, yang
terdiri atas:
a) Status aman, menunjukan tidak terdapat potensi peningkatan atau
penurunan kemungkinan terjadinya Risiko rendah.
b) Status waspada, menunjukan kemungkinan terjadinya Risiko
sedang.
c) Status awas, menunjukan kemungkinan terjadinya Risiko tinggi.
8) Menyusun manual Indikator Risiko Utama (IRU)
Manual Indikator Risiko Utama (IRU) merupakan penjelasan rinci yang
mencakup definisi Indikator Risiko Utama (IRU), batasan nilai,
formula, satuan pengukuran, jenis konsolidasi periode, jenis
konsolidasi lokasi, polarisasi, penanggung jawab, penyedia data,
sumber data, periode pelaporan, dan data aktual Indikator Risiko
Utama (IRU). Manual Indikator Risiko Utama (IRU) menjadi acuan
dalam menyusun dan melaporkan aktual Indikator Risiko Utama (IRU)
serta dituangkan dalam format sebagaimana Lampiran Huruf C.2.c.
e. Hasil Evaluasi Risiko
Hasil evaluasi Risiko mencakup prioritas Risiko, keputusan mitigasi
Risiko, dan Indikator Risiko Utama (IRU) dituangkan dalam Formulir Profil
dan Peta Risiko sebagaimana Lampiran Huruf C.2.b.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 25 -

f. Menyusun Peta Risiko


1) Peta Risiko merupakan gambaran kondisi Risiko yang
mendeskripsikan posisi seluruh Risiko yang dikelola oleh UPR dalam
Matriks Analisis Risiko.
2) Posisi setiap Risiko menunjukkan urutan prioritas Risiko.
3) Dalam hal diperlukan, UPR dapat menyusun Peta Risiko yang lebih
rinci per Kategori Risiko.
4) Peta Risiko dituangkan dalam Formulir Profil dan Peta Risiko
sebagaimana Lampiran Huruf C.2.b.

6. Mitigasi Risiko
Mitigasi Risiko merupakan tindakan yang bertujuan untuk menurunkan
dan/atau menjaga Besaran dan/atau Level Risiko Utama hingga mencapai
Risiko Residual Harapan. Mitigasi Risiko dilaksanakan dengan cara
mengidentifikasi dan memilih opsi mitigasi Risiko, menyusun rencana
mitigasi Risiko, dan melaksanakan rencana mitigasi tersebut, dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Memilih opsi mitigasi Risiko
Opsi mitigasi Risiko dapat berupa:
1) mengurangi kemungkinan terjadinya Risiko, yaitu mitigasi terhadap
penyebab Risiko agar kemungkinan terjadinya Risiko semakin kecil.
Opsi ini dipilih dalam hal UPR mampu mempengaruhi penyebab
kejadian Risiko.
2) mengurangi dampak Risiko, yaitu mitigasi terhadap dampak Risiko
agar dampak Risiko semakin kecil. Opsi ini dipilih dalam hal UPR
mampu mengurangi dampak ketika Risiko terjadi.
3) Membagi (sharing) Risiko, yaitu mitigasi Risiko dengan memindahkan
sebagian atau seluruh Risiko, kepada instansi/entitas lain. Opsi ini
diambil dalam hal:
a) instansi/entitas lain memiliki kompetensi/kemampuan
menjalankan kegiatan dalam rangka menangani Risiko tersebut;
b) proses membagi Risiko tersebut sesuai ketentuan yang berlaku; dan
c) penggunaan opsi ini disetujui oleh atasan pimpinan UPR.
4) Menghindari Risiko, yaitu mitigasi Risiko dengan tidak melakukan atau
menghentikan kegiatan yang akan menimbulkan Risiko. Opsi ini
diambil dalam hal:
a) upaya penurunan Besaran/Level Risiko di luar kemampuan UPR;
b) kegiatan yang tidak dilakukan atau dihentikan tersebut tidak
menghambat pelaksanaan tugas dan fungsi jabatan; dan
c) penggunaan opsi ini disetujui oleh atasan pimpinan UPR.
5) Menerima Risiko, yaitu mitigasi Risiko dengan tidak melakukan
tindakan apapun terhadap Risiko pada Besaran/Level Risiko yang
dapat diterima. Opsi ini diambil apabila:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 26 -

a) Besaran/Level-Risiko bukan merupakan Risiko Utama;


b) upaya penurunan Besaran/Level Risiko di luar kemampuan UPR;
dan
c) penggunaan opsi ini disetujui oleh atasan pimpinan UPR.
Prioritas opsi mitigasi Risiko dipilih berdasarkan urutan opsi mitigasi
sebagaimana tersebut di atas. Mitigasi Risiko dapat merupakan kombinasi
beberapa opsi.

b. Menyusun rencana mitigasi Risiko


1) Rencana mitigasi Risiko disusun berdasarkan opsi mitigasi Risiko yang
mencakup rencana mitigasi Risiko yang diturunkan dari UPR yang
lebih tinggi (mandatory) dan yang ditetapkan oleh UPR yang
bersangkutan.

2) Kriteria rencana mitigasi Risiko, yaitu:


a) Rencana mitigasi Risiko bukan merupakan pengendalian internal
yang sudah dilaksanakan dan bukan merupakan bagian dari
Standard Operating Procedures (SOP) yang berlaku.
b) Rencana mitigasi Risiko merupakan kegiatan terobosan dan bukan
kegiatan rutin.
c) Rencana mitigasi harus diupayakan mampu menurunkan dan
mencapai Besaran/Level Risiko Residual Harapan;
d) Pemilihan rencana mitigasi Risiko mempertimbangkan biaya dan
manfaat atau nilai tambah. .
e) Rencana mitigasi Risiko merupakan kegiatan yang berada pada
kewenangan dan tanggung jawab UPR.
3) Rencana mitigasi Risiko memuat informasi berikut:
a) kegiatan dan tahapan kegiatan berdasarkan opsi mitigasi yang
dipilih;
b) output yang diharapkan atas kegiatan tersebut;
c) target kuantitatif sesuai output yang telah ditetapkan;
d) jadwal implementasi kegiatan mitigasi Risiko;
e) penanggung jawab yang berisi unit/pejabat yang bertanggung jawab
dan unit pendukung atas setiap tahapan kegiatan mitigasi Risiko;
f) sumber daya yang dibutuhkan, termasuk rencana kontingensi
apabila Risiko mengakibatkan kondisi tidak normal yang
mengakibatkan kerugian luar biasa atau terhentinya proses bisnis
organisasi; dan
g) kendala yang berpotensi menghambat pelaksanaan mitigasi.
4) Mitigasi Risiko yang efektif menurunkan Besaran/Level Risiko
dimasukkan sebagai aktivitas pengendalian pada periode berikutnya.
5) Menuangkan rencana mitigasi Risiko dan penetapan Besaran/Level
Risiko Residual Harapan dalam formulir mitigasi Risiko sebagaimana
Lampiran Huruf C.2.d.
6) Menjalankan rencana mitigasi Risiko
Mitigasi Risiko dilaksanakan sesuai rencana dan target yang telah
ditetapkan serta dilaporkan secara berkala melalui laporan
pemantauan kuartalan dan tahunan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 27 -

7) Memantau Risiko’residual aktual


Setelah mitigasi Risiko dilaksanakan, UPR melakukan pemantauan
atas Risiko residual aktual dan mengukur Besaran/Level Risiko aktual
sesuai kondisi aktual sampai dengan akhir tahun.
8) Tahapan mitigasi Risiko diterapkan untuk Risiko atas inisiatif strategis
atau proyek berdurasi lebih dari enam bulan sesuai langkah di atas.

Pemantauan dan Review


Tahapan ini bertujuan untuk memastikan bahwa implementasi
Manajemen Risiko berjalan secara efektif sesuai dengan rencana dan
memberikan umpan balik bagi penyempurnaan proses Manajemen Risiko.
Pemantauan dan review Risiko dilaksanakan terhadap seluruh tahapan
Proses Manajemen, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Pemantauan
Bentuk pemantauan yang dilakukan oleh UPR terdiri atas:
1) Pemantauan berkelanjutan (on-going monitoring)
Pemantauan yang dilakukan secara terus menerus, tanpa periode
waktu tertentu, atas perubahan kondisi lingkungan organisasi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi Risiko. Pemantauan berkelanjutan
dilakukan terhadap seluruh Risiko, termasuk Risiko atas inisiatif
strategis atau proyek.
2) Pemantauan berkala
a) Pemantauan berkala dilakukan secara kuartalan bersamaan
dengan pelaksanaan Dialog Kinerja Organisasi (DKO), yaitu pada
bulan April, Juli, Oktober, dan Januari pada tahun berikutnya.
b) Pemantauan secara kuartalan dilaksanakan atas:
(1) Besaran Risiko dan Level Risiko, yang ditentukan berdasarkan
Level Kemungkinan dan Level Dampak Risiko sesuai analisis
sampai dengan periode pemantauan, dengan
mempertimbangkan kejadian kerugian yang telah terjadi (loss
event), mitigasi Risiko yang telah dilaksanakan, dan
pengendalian internal.
(2) Status Indikator Risiko Utama (IRU), yang ditentukan dengan
membandingkan realisasi Indikator Risiko Utama (IRU) dengan
• ambang batas Indikator Risiko Utama (IRU) pada periode
pemantauan.
(3) Proyeksi Besaran Risiko, merupakan perkiraan perubahan
besaran Risiko kualitatif berdasarkan status Indikator Risiko
Utama (IRU), yang terdiri dari tiga kategori, yaitu:
(a) Tetap apabila status Indikator Risiko Utama (IRU) waspada.
(b) Naik apabila status Indikator Risiko Utama (IRU) awas.
(c) Turun apabila status Indikator Risiko Utama (IRU) normal.
Jika status Indikator Risiko Utama (IRU) waspada atau awas,
efektivitas mitigasi Risiko yang telah dilaksanakan perlu
dievaluasi kembali.
(4) Pelaksanaan rencana mitigasi Risiko yang ditetapkan pada awal
tahun dan target output yang direncanakan.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 28 -

c) Hasil pemantauan berkala dilaporkan dengan menggunakan contoh


format sebagaimana Lampiran Huruf C.3.b.2).
d) Inisiator, pimpinan, dan partisipan pemantauan Risiko
sebagaimana tabel berikut:

Pimpinan dan
No Tingkat Inisiator
Partisipan
1. Kementerian Eksekutif Menteri Keuangan
manajemen dan Pejabat Eselon I
Risiko
Kementerian
2. Eselon I Eksekutif Masing-masing
manajemen Pimpinan Unit
Risiko Unit Eselon I dan Pejabat
Eselon I Eselon II
3. Eselon II Eksekutif Masing-masing
manajemen Pimpinan Unit
Risiko Unit Eselon II dan
Eselon II Pejabat Eselon III
4. Eselon III Eksekutif Masing-masing
manajemen Pimpinan Unit
Risiko Unit Eselon III dan
Eselon III Pejabat Eselon IV

b. Review
Pelaksanaan review terdiri dari dua jenis, yaitu:
1) Review implementasi Manajemen Risiko
Review ini bertujuan melihat kesesuaian pelaksanaan dan output
seluruh Proses Manajemen Risiko dengan ketentuan yang berlaku.
Review ini dilaksanakan oleh Unit Kepatuhan Internal (UKI) dan/atau
pengelola Risiko sesuai lingkup tugas dan kewenangannya.
2) Penilaian Tingkat Kematangan Penerapan Manajemen Risiko (TKPMR)
Penilaian Tingkat Kematangan Penerapan Manajemen Risiko (TKPMR)
bertujuan menilai kualitas penerapan Manajemen Risiko. Penilaian
dapat dilakukan pada seluruh tingkatan unit penerapan Manajemen
Risiko, yaitu Kementerian, Unit Eselon I, Unit Eselon II, dan unit Eselon
III. Penilaian ini dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal dan/atau
pihak lain yang memiliki kompetensi penilaian Tingkat Kematangan
Penerapan Manajemen Risiko (TKPMR).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 29 -

C. Tata Kelola Proses Manajemen Risiko


Dalam rangka menjaga proses manajemen Risiko yang efektif, akuntabel, dan
transparan, UPR menyusun dan menyampaikan dokumen manajemen Risiko
sebagaimana berikut:
1. Piagam Manajemen Risiko
Piagam Manajemen Risiko merupakan dokumen pernyataan dan peneguhan
atas konteks, identifikasi, analisis, evaluasi, dan rencana mitigasi terhadap
Risiko yang berdampak terhadap pencapaian sasaran organisasi UPR, dengan
format sebagai berikut:

PIAGAM MANAJEMEN RISIKO


... <isi dengan nama UPR> ...
... <isi dengan nama satu level di atasnya, hanya untuk UPR level Eselon III> ...
... <isi dengan nama Unit Eselon I> ...
KEMENTERIAN KEUANGAN
TAHUN ... <diisi dengan tahun penerapan Manajemen Risiko> ...
NOMOR: <nomor urut unit sesuai nomenklatur UPR>/<Kode UPR di
atasnya>/<diisi dengan tahun penerapan Manajemen Risiko >

Dalam rangka pencapaian sasaran organisasi pada ... <diisi dengan nama
UPR> ..., saya menyatakan bahwa:
1. Perumusan konteks, identifikasi, analisis, evaluasi, dan rencana mitigasi
Risiko telah dilaksanakan sesuai ketentuan Manajemen Risiko yang berlaku
di lingkungan Kementerian Keuangan.
2. Rencana mitigasi Risiko yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
piagam ini akan dilaksanakan oleh seluruh jajaran dalam unit yang saya
pimpin.
3. Pemantauan dan review akan dilaksanakan secara berkala untuk
meningkatkan efektivitas Manajemen Risiko.

< ... tempat ..., ... tanggal penetapan...>

< Jabatan pimpinan UPR>,

<ttd>

<Nama pimpinan UPR >


MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 30 -

DAFTAR RISIKO
...<isi dengan nama UPR>...
TAHUN... <diisi dengan tahun penerapan Manajemen Risiko> ...
Besaran Risiko
Sasaran
No. Kejadian Risiko Awal Proyeksi Akhir
Organisasi
Tahun Tahun
1. <Nama Sasaran RE#1 <nama Kejadian < Besaran <Besaran Risiko
Organisasi > Risiko sesuai Risiko Residual Harapan
Sasaran sesuai setelah
Organisasi> Profil mempertimbangkan
Risiko Rencana Mitigasi >
awal
tahun >
dst. <sda.> dst. <sda.> <sda.> <sda.>

< ... tempat ..., ... tanggal penetapan...>

< Jabatan pimpinan UPR>,

<ttd>

<Nama pimpinan UPR >


MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 31 -

2. Dokumen pendukung Piagam Manajemen Risiko, meliputi:


a. Perumusan Konteks;
Perumusan konteks dituangkan dalam formulir sebagai berikut:
Formulir Konteks Manajemen Risiko

Unit Organisasi : <isi dengan nama UPR>


Ruang Lingkup Penerapan : <isi dengan batasan tugas, fungsi, dan mandat dimana Manajemen Risiko
akan diterapkan>
Periode Penerapan : <isi dengan kurun waktu penerapan Manajemen Risiko

1. Sasaran Organisasi

No. Daftar Sasaran Organisasi Keterangan

1. <isi dengan nama Sasaran <isi dengan penjelasan singkat tentang SO tersebut
Organisasi>

dst.

2. Daftar Pemangku Kepentingan (Stakeholders)

No. Daftar Pemangku Kepentingan Keterangan

1. <isi dengan pihak yang menjadi <isi dengan deskripsi pemangku kepentingan dalam
pemangku kepentingan> hubungannya dengan pencapaian sasaran organisasi>

dst.

3. Struktur Unit Pemilik Risiko


Pimpinan UPR : <isi dengan nama jabatan, nama pejabat>
Eksekutif Manajemen Risiko : <isi dengan nama jabatan, nama pejabat>
Manajer Risiko : <isi dengan nama jabatan, nama pejabat>
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 32 -

b. Profil Risiko
Profil Risiko merupakan dokumen hasil identifikasi, analisis, dan evaluasi Risiko, dengan format sebagai berikut:
Formulir Profil dan Peta Risiko

Unit Organisasi : <isi dengan nama UPR>


Periode Penerapan :<isi dengan tahun penerapan Profil Risiko>

1. Profil Risiko
■■■ • • Indikator Risiko
Risiko Kemt ngkinan Dampak • Risiko Residual Harapan ■ .

Sasaran

• Kategori
Sistem
Pengendalian • Besaran
LR
Prioritas
■ 5W8
Keputusan
Utama (IRU)

Organisasi Risiko Yang Risiko Risiko mitigasi


Batasan
No Kejadian Penyebab Dampak ■. Dilaksanakan . LK Penjelasan LD Penjelasan LK LD LR Nama
Nilai

«diisi
dengan
«diisi dengan besaran «diisi dengan «diisi
«diisi «diisi «diisi
«diisi «diisi dengan nama peraturan, «diisi dengan «diisi «diisi dengan Risiko prioritas «diisi «diisi dengan dengan
«diisi dengan «diisi dengan «diisi dengan
<diisi dengan dengan penyebab «diisi dengan SOP, aplikasi dll alasan dengan alasan sesuai Risiko dengan Ya dan Tidak nilai batas
dengan level dengan level dengan nama
nama nama teijadinya Kategori yang berfungsi penentuan level penentuan Matriks berdasar- level jika dibanding- aman,
dampak kemung­ kemung­
sasar an> kejadian kejadian Risiko> sebagai sistem level kemung­ dampak level dampak Analisis kan dampak kan dengan batas atas,
Risiko > kinan Risiko> kinan Risiko» Risiko
Risiko> Risiko> pengendalian atas kinan Risiko> Risiko» Risiko Risiko> pengurut-an Risiko» Selera Risiko» dan batas
Risiko> Risiko» Utama»
sasaran tersebut> Risiko» bawah IRU

2. Peta Risiko
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 33 -

3. Peta Risiko - Kategori... (dibuat per kategori Risiko dan bersifat opsional apabila diperlukan)

Namajabatan struktural

Nama, tanda tangan, cap dinas

Tanggal penandatanganan

Eksekutif
Staf Manajer Risiko Manajer Risiko
Manajemen Risiko
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 34 -

c. Manual Indikator Risiko Utama (IRU)


Manual Indikator Risiko Utama (IRU) disusun dengan format sebagai
berikut:

Manual Indikator Risiko Utama (IRU)


Sasaran Organisasi : (diisi dengan nama sasaran organisasi)
Risiko : (diisi dengan nama kejadian risiko)
IRU : (diisi dengan nama IRU)
Deskripsi IRU : (diisi definisi IRU yang meliputi pengertian dan ruang lingkup)
Formula : (diisi formula IRU)
Satuan Pengukuran : (diisi unit pengukuran yang digunakan untuk menunjukkan kuantitas
y II Vz / Vvvl'Lj t-z/ Lzv/ J
Jenis Konsolidasi : ( ) Sum ( ) Average ( ) Take Last Known
Periode (diisi dengan jenis konsolidasi periode IRU yang mengacu pada definisi
jenis konsolidasi periode IKU pada peraturan terkait pengelolaan kinerja
di lingkungan Kementerian Keuangan)
Jenis Konsolidasi : ( ) Sum ( ) Average ( ) Raw Data
Lokasi (diisi dengan jenis konsolidasi lokasi IRU yang mengacu pada definisi
jenis konsolidasi periode IKU pada peraturan terkait pengelolaan kinerja
di lingkungan Kementerian Keuangan, diisi hanya untuk IRU yang
merupakan hasil penurunan dari level di atasnya)
Polarisasi : ( ) Maximize ( ) Minimize ( ) Stabilize
(diisi dengan jenis polarisasi IRU)
Unit Penanggung : (diisi unit/Individu pada level dibawahnya yang bertanggung jawab
Jawab terhadap pencapaian IRU tersebut)
Unit Penyedia Data : (diisi unit/Individu yang bertanggungjawab terhadap penyedia data)
Sumber Data : (diisi dengan nama dokumen, aplikasi atau sumber lainnya yang memuat
informasi tentang realisasi IRU tersebut)
Periode Pelaporan : ( ) Bulanan ( ) Triwulanan ( ) Semesteran
(diisi dengan periode pelaporan realisasi IRU)
Tabel Data :
Y-2 Y-l Y
Periode
BM BA BB Aktual BM BA BB Aktual BM BA BB

Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Keterangan: Batas Aman: BM; Batas Atas: BA; Batas Bawah: BB. Dalam hal IRU stabilize, BM diisi dengan batas aman (A)
dan batas aman (B).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 35 -

d. Rencana Mitigasi Risiko


Rencana mitigasi Risiko dituangkan dalam format sebagai berikut:

Formulir mitigasi Risiko

Unit Organisasi : <isi dengan nama UPR>


Periode Penerapan :<isi dengan tahun penerapan Profil Risiko>

Rencana mitigasi

No Opsi Rencana Aksi


Kejadian Sumber Daya yang Jadwal Penanggung
mitigasi mitigasi Output Target Kendala
Risiko Dibutuhkan Implementasi Jawab
Risiko Risiko
<diisi dengan <diisi dengan <diisi dengan <diisi dengan <diisi dengan <diisi dengan <kendala yang < diisi sumber daya yang < diisi dengan <diisi dengan unit
nomor Risiko wording opsi mitigasi nama kegiatan output yang target sesuai berpotensi dibutuhkan seperti biaya, jadwal yang bertanggung
pada lembar kejadian Risiko yang dan tahapan diharapkan atas output yang menghambat SDM, regulasi, atau pelaksanaan jawab dan unit
Formulir Profil Risiko > dipilih> kegiatan mitigasi kegiatan telah pelaksanaan fasilitas lainnya, termasuk setiap kegiatan> pendukung atas
dan Peta Risiko > tersebut> ditetapkan> mitigasi> rencana kontingensi setiap tahapan
Risiko > apabila diperlukan> kegiatan mitigasi
Risiko>

Disiapkan oleh: Diperiksa oleh: Disetujui oleh:


Namajabatan struktural

Nama, tanda tangan, cap dinas

..Tanggal:.... Tanggal: „Tanggal:.-. Tanggal penandatanganan

Eksekutif
Staf Manajer Risiko Manajer Risiko [ Manajemen Risiko
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 36 -

3. Laporan Manajemen Risiko


a. Laporan Manajemen Risiko merupakan dokumen yang menyajikan
informasi terkait perkembangan dan proyeksi Risiko serta pelaksanaan
mitigasi Risiko yang disusun oleh Pimpinan UPR dan dilaporkan kepada
Pimpinan UPR tingkat lebih tinggi, untuk digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan data dukung dalam pengambilan keputusan serta
umpan balik terhadap pelaksanaan Manajemen Risiko.
b. Bentuk-bentuk laporan Manajemen Risiko meliputi:
1) Laporan Manajemen Risiko insidentil
a) Laporan Manajemen Risiko insidentil disusun apabila:
(1) terdapat kondisi abnormal yang perlu dilaporkan segera
kepada pimpinan untuk memberikan masukan mengenai
peristiwa kontingensi, yaitu kondisi tidak normal yang
mengakibatkan kerugian luar biasa atau terhentinya proses
bisnis organisasi;
(2) terdapat permintaan dari pimpinan UPR tingkat lebih tinggi
untuk memberikan masukan berdasarkan analisis Manajemen
Risiko dalam rangka pengambilan suatu keputusan atau
kebijakan tertentu.
b) Bentuk dan isi laporan Manajemen Risiko insidentil disesuaikan
dengan karakteristik, sifat, dan kondisi yang melatarbelakanginya.
2) Laporan pemantauan berkala
Laporan pemantauan berkala paling sedikit memuat informasi sebagai
berikut:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

(a) Peta Risiko aktual, yang berisi pemetaan seluruh Risiko


berdasarkan Besaran Risiko berdasarkan analisis s.d. periode
pemantauan, dengan contoh format sebagai berikut:

Peta Risiko <UPR>


s.d. Kuartal Tahun

Level Dampak
Matriks Analisis 1 2 3 4 5
Risiko
Tidak Sangat
Minor Moderat Signifikan
Signifikan Signifikan Peta risiko diisi dengan
i mapping risiko sesuai
Hampir Pasti 4 22 5 1 25 besaran risiko s.d.
5 12
terjadi Kuartal.... Tahun....
Level Kemungkinan

Sering
4 14 6 2 24
Terjadi
Kadang
3 13 23
Terjadi 3

Jarang
2 21
Terjadi
Hampir Tidak
1 15 20
teijadi

Level Risiko Besaran Risiko Warna

Sangat Tinggi (5) 20-25 Merah


Tinggi (4) 16- 19 Oranye
Sedang (3) 12- 15 Kuning
Rendah (2) 6-11
Sangat Rendah (1) 1 - 5
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 38 -

(b) Ikhtisar perubahan Besaran Risiko, yang berisi rincian besaran


Risiko awal tahun sesuai Profil Risiko dan besaran Risiko sesuai
analisis aktual pada periode pemantauan untuk seluruh kejadian
Risiko, dengan contoh format sebagai berikut:

jb j
Prioritas Nomor RE Risk. Event (RE) P<y> Q<n>

SO #<nomorSO> <nama SO>

RE #<nomor
XX
RE>
<nama Risk Event> XX XX

z—t-s
i c • 1 d ; 1 e

Keterangan:
a) y adalah tahun periode penerapan manajemen risiko;
b) n adalah kuartal periode pemantauan;
c) Nomor urutan prioritas risiko
d) Proyeksi besaran risiko akhir tahun pemantauan berdasarkan analisis data aktual dan kondisi
s.d. akhir tahun sebelumnya (sebagaimana telah ditetapkan dalam profil risiko).
e) Besaran risiko berdasarkan analisis data aktual dan kondisi (setelah penanganan risiko dan
pengendalian internal) s.d. triwulan periode pemantauan.

Contoh:

Prioritas Nomor RE Risk Event (RE) P18 Q1


Pengelolaan fiskal yang sehat dan berkelanjutan guna mendukung masyarakat adil dan
SO #1 makmur

2 1 RE #1 Peningkatan defisit APBN melampaui nominal dana cadangan risiko fiskal 23 23


MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 39 -

(c) Penjelasan masing-masing Risiko, dituangkan dalam contoh


format dan substansi sebagai berikut:

Laporan Pemantauan Triwulan I, II, atau III

Laporan Pemantauan Triwulan..... <diisi dengan triwulan I, II atau III>

Sasaran : <diisi nama Sasaran Organisasi>

Ma) 1 Risiko : <diisi format: “nama kejadian risiko” dikarenakan “nama penyebab risiko”
sehingga “nama dampak risiko”>

Besaran/Level Risiko Aktual dan Proyeksi Risiko


<diisi penjelasan narasi kualitatif dan kuantitatif
besaran dan level Risiko aktual yang ditentukan Proyeksi dan Tren
berdasarkan level kemungkinan dan level dampak Risiko
Risiko sampai dengan periode pemantauan dengan
mempertimbangkan kejadian Risiko yang telah terjadi,
mitigasi risiko, dan pengendalian internal yang telah
dilaksanakan. > 'b!
»(d) i
Proyeksi Risiko
<diisi proyeksi besaran risiko (naik, tetap, atau turun)
pada triwulan selanjutnya dan penjelasan indikasi
yang menunjukkan proyeksi tersebut dengan dikaitkan Py QI Q2 Q3 Q4
pada status IRU. — Aktual Residual Harapan
*) Gambar disesuaikan denganjenis IRU

Mitigasi yang Telah Dilaksanakan


< diisi tindakan yang telah dilaksanakan sesuai dengan Formulir Rencana Mitigasi Risiko yang telah
ditetapkan dalam Piagam Manajemen Risiko dan tindakan penanganan lainnya yang memuat informasi:
rencana mitigasi, realisasi output, dan penjelasannya»

Rencana Mitigasi Penanggung jawab Waktu Pelaksanaan

<diisi rencana mitigasi Risiko pada periode selanjutnya sesuai <diisi bulan memulai
<diisi unit yang
Formulir Rencana Mitigasi Risiko dan rencana penanganan mitigasi hingga bulan
bertanggung jawab>
tambahan lainnya* menyelesaikannya*
Keterangan:
(a) diisi nomor prioritas Risiko; (b) diisi besaran. Risiko dan diberi warna titik sesuai dengan level risiko awal tahun sesuai profil Risiko;
(c) diisi Besaran Risiko dan diberi warna titik sesuai dengan Level Risiko aktual pada triwulan tersebut; (d) diisi besaran Risiko dan diberi
warna titik sesuai dengan level risiko residual harapan sesuaiprofil Risiko; (e) menggambarkan proyeksi Risiko (Naik, Turun, Tetap).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 40 -

Laporan Pemantauan Triwulan IV

Laporan Pemantauan Triwulan......<diisi dengan triwulan IV>

Sasaran : <diisi nama Sasaran Organisasi>

C*(a)b)
J Risiko : <diisi format: “nama kejadian risiko” dikarenakan “nama penyebab risiko”
sehingga “nama dampak risiko”>

Besaran/Level Risiko Aktual dan Proyeksi Risiko


<dustpenjelasan narasi dan kuantitatif besaran
dan level Risiko aktual yang ditentukan
berdasarkan level kemungkinan dan level dampak
Risiko sampai dengan periode pemantauan dengan
mempertimbangkan kejadian Risiko yang telah
terjadi, mitigasi risiko yang telah dilaksanakan,
dan pengendalian internal. >

Proyeksi Risiko
<diisiproyeksi besaran risiko (naik, tetap, atau
turun) pada triwulan selanjutnya dan penjelasan
indikasi yang menunjukkan proyeksi tersebut
dengan dikaitkan pada status IRU.

Mitigasi yang Telah Dilaksanakan

< diisi tindakan yang telah dilaksanakan sesuai dengan Formulir Rencana Mitigasi Risiko yang telah
ditetapkan dalam Piagam Manajemen Risiko dan tindakan penanganan lainnya yang memuat informasi:
rencana mitigasi, realisasi output, dan penjelasannya»

<diisi rekomendasi perbaikan profil Risiko, rencana aksi mitigasi Risiko dan
Rekomendasi
lainnya untuk periode tahun selanjutnya>

Keterangan:
(a) diisi nomor prioritas Risiko; (b) diisi besaran Risiko dan diberi warna titik sesuai dengan level risiko awal tahun, sesuai profil Risiko;
(c) diisi Besaran Risiko dan diberi warna titik sesuai dengan Level Risiko aktual pada triwulan tersebut; (d) diisi besaran Risiko dan diberi
warna titik sesuai dengan level risiko residual harapan sesuai profil Risiko; (e) menggambarkan proyeksi Risiko (Naik, Turun, Tetap).

3) Loss Event Database (LED)


a) LED merupakan dokumen yang berisi catatan kejadian kerugian
yang terjadi pada tahun berjalan baik yang telah diidentifikasi
dalam profil Risiko maupun tidak.
b) Loss Event Database (LED) diperbarui setiap munculnya kejadian
kerugian dan dilaporkan secara kuartalan. Dalam hal terjadi
kejadian kerugian luar biasa dan harus segera
diinformasikan/mendapat keputusan Pimpinan UPR tingkat lebih
tinggi, maka harus dilaporkan paling lambat 1 hari setelah
kejadian kerugian.
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 41 -
c) Laporan Loss Event Database (LED) dan kejadian kerugian luar
biasa dituangkan dalam format sebagai berikut:
Uraian Kondisi
Tanggal Deskripsi Rincian Setelah
Kejadian Waktu Lokasi Penyebab
Pencatatan Dampak mitigasi mitigasi
Kerugian

<diisi dengan < diisi < diisi < diisi <diisi < diisi < diisi <diisi
tanggal dengan dengan dengan dengan dengan kegiatan dengan
pencatatan uraian waktu lokasi penyebab dampak mitigasi kondisi
kejadian kejadian kejadian kejadian kejadian kejadian yang setelah
kerugian> kerugian kerugian> kerugian> kerugian> kerugian > dilakukan > dilakukan
yang mitigasi
terjadi> tersebut>

c. Mekanisme penyampaian dokumen Manajemen Risiko sebagaimana tabel


berikut:

Dokumen Periode Penvampman Keterangan

Piagam
Manajemen
Risiko dan Paling lambat 31 Januari
dokumen
pendukungnya Dokumen
Laporan 1. Eselon I Paling lambat disampaikan oleh
pemantauan tanggal 14 setiap bulan Pimpinan UPR
Triwulanan / Ta Januari, April, Juli dan kepada Pimpinan
hunan Oktober UPR tingkat lebih
2. Eselon II dan III ditetapkan tinggi
Loss Event oleh unit eselon I masing- u.p. Eksekutif
Database (LED) masing Manajemen Risiko
UPR tingkat lebih
Laporan Paling lambat 5 hari kerja tinggi
Insidentil setelah terdapat kondisi
abnormal atau sesuai batas
waktu yang ditetapkan
pimpinan

4. Perubahan Piagam Manajemen Risiko dan Dokumen Pendukung


a. Substansi perubahan
1) Perubahan Piagam Manajemen Risiko dilakukan apabila perubahan
berkaitan dengan perubahan Sasaran Organisasi, Kejadian Risiko,
dan/atau Besaran Risiko Awal Tahun dan/atau Proyeksi Akhir Tahun.
2) Perubahan dokumen pendukung dilakukan apabila perubahan
berkaitan dengan hasil perumusan konteks, identifikasi, analisis,
evaluasi, dan/atau rencana mitigasi.
b. Perubahan Piagam Manajemen Risiko dan/atau dokumen pendukung pada
UPR dapat dilakukan dengan mekanisme berikut:
1) Apabila perubahan terkait dengan Piagam Manajemen Risiko dan/atau
dokumen pendukung UPR tingkat lebih tinggi, dilakukan dengan
tahapan:
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 42 -

a) Pimpinan UPR mengajukan usulan kepada Pimpinan UPR tingkat


lebih tinggi u.p. Eksekutif Manajemen Risiko UPR tingkat lebih
tinggi, paling lambat tanggal 31 Agustus tahun berjalan;
b) Dalam hal Pimpinan UPR tingkat lebih tinggi menyetujui
perubahan, dilakukan penetapan kembali Piagam Manajemen
Risiko dan/atau perubahan dokumen pendukung oleh Pimpinan
UPR tingkat lebih tinggi;
c) Eksekutif Manajemen Risiko UPR tingkat lebih tinggi
menyampaikan penetapan/perubahan tersebut kepada Pimpinan
UPR di bawahnya paling lambat 5 hari kerja setelah
penetapan/perubahan sebagaimana pada butir b);
d) Pimpinan UPR yang bersangkutan menetapkan kembali Piagam
Manajemen Risiko dan/atau perubahan dokumen pendukung UPR
paling lambat 10 hari kerja setelah penetapan/perubahan
sebagaimana butir b);
e) Dalam hal perubahan tersebut berkaitan dengan UPR di bawahnya,
Eksekutif Manajemen Risiko UPR yang bersangkutan
menyampaikan perubahan tersebut kepada Pimpinan UPR di
bawahnya paling lambat 5 hari kerja setelah penetapan/perubahan
sebagaimana pada butir d). Selanjutnya, Pimpinan UPR di
bawahnya menetapkan kembali Piagam Manajemen Risiko
dan/atau perubahan dokumen pendukung UPR paling lambat 10
hari kerja setelah penetapan/perubahan sebagaimana butir d);
f) Dalam hal Pimpinan UPR tingkat lebih tinggi tidak menyetujui
perubahan,^. Piagam Manajemen Risiko dan/atau dokumen
pendukung tidak diubah.
2) Apabila perubahan tidak terkait dengan Piagam Manajemen Risiko
dan/atau dokumen pendukung UPR tingkat lebih tinggi, dilakukan
dengan tahapan:
a) Pimpinan UPR menetapkan kembali Piagam Manajemen Risiko
dan/atau perubahan dokumen pendukung UPR paling lambat 15
September tahun berjalan.
b) Eksekutif Manajemen Risiko UPR yang bersangkutan
menyampaikan perubahan tersebut kepada Manajer Risiko UPR
tingkat lebih tinggi paling lambat 5 hari kerja setelah
penetapan/perubahan sebagaimana butir a).
c) Dalam hal perubahan tersebut berkaitan dengan UPR di bawahnya,
Eksekutif Manajemen Risiko UPR yang bersangkutan
menyampaikan perubahan tersebut kepada Pimpinan UPR di
bawahnya paling lambat 5 hari kerja setelah penetapan/perubahan
sebagaimana butir b). Selanjutnya, Pimpinan UPR di bawahnya
menetapkan kembali Piagam Manajemen Risiko dan/atau
perubahan dokumen pendukung UPR paling lambat 10 hari kerja
setelah penetapan/perubahan sebagaimana butir b).
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

- 43 -

c. Format Perubahan
Perubahan dilakukan dengan format:
1) Perubahan terhadap Piagam Manajemen Risiko

ADENDUM PIAGAM DAN DATA PENDUKUNG


MANAJEMEN RISIKO
.... <isi dengan nama UPR> ...
... <isi dengan nama satu level di atasnya, hanya untuk UPR level Eselon III> ...
... <isi dengan nama Unit Eselon I> ...
KEMENTERIAN KEUANGAN
TAHUN ... <diisi dengan tahun penerapan Manajemen Risiko> ...
NOMOR: <A<nomor frekuensi adendum>-<nomor urut unit sesuai nomenklatur
UPR>/<Kode UPR di atasnya>/<diisi dengan tahun penerapan Manajemen
Risiko >

Pada hari ini, telah disepakati adanya adendum <Piagam Manajemen Risiko
nomor...... dan/atau Data Pendukung Manajemen Risiko tahun ..... >, dengan
rincian sebagai berikut:
c. Sebelum adendum:

d. Setelah adendum:

< ... tempat ..., ... tanggal penetapan...>

<Jabatan pimpinan UPR>,

<ttd>

<Nama pimpinan UPR >

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,


ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Umum
u.b.
Kepala Bagian T.U. Kenrbp^^riah

ARIF BINTARfd YUWCWJ


NIP 1971091219970310

Anda mungkin juga menyukai