Anda di halaman 1dari 9

FISIKA SMA

“ CRITICAL JOURNAL REPORT”

MISKONSEPSI PADA GERAK MELINGKAR

Dosen Pengampu : Dra. Ratna Tanjung, M.Pd

Disusun oleh :

NAMA : CINDYLOKEN CAHARINA GURUSINGA

NIM : 4213121045

KELOMPOK: VI (Enam)

KELAS : PENDIDIKAN FISIKA C 2021

S-1 PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


IDENTITAS JURNAL  JURNAL I
Judul jurnal : Tes diagnostik four tier untuk identifikasi pemahaman dan miskonsepsi siswa pada
materi gerak melingkar beraturan
Nama jurnal : Jurnal Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK)
Volume :5
No :1
Halaman : 25-32
Tahun : 2019
Penulis :Rizki Annisa, Budi Astuti, Budi Naini Mindyarto
ISSN :P-ISSN: 2549-4996, E-ISSN: 2548-5806

 JURNAL II
Judul jurnal :University Students’ Alternative Conceptions On Circular Motion
Nama jurnal :INTERNATIONAL JOURNAL OF SCIENTIFIC & TECHNOLOGY RESEARCH
Volume :5
No :3
Halaman : 25-33
Tahun : 2016
Penulis : Ian Phil Canlas
ISSN :ISSN 2277-8616

LATAR BELAKANG  JURNAL I


Masalah miskonsepsi menjadi topik perhatian beberapa peneliti sampai saat ini. Yolenta and
Sutrisno (2014) telah melakukan penelitian mendeskripsikan miskonsepsi siswa SMA tentang gerak
melingkar beraturan menggunakan 10 soal three-tier test. Fadaei and Mora (2015) menggunakan 30
pertanyaan pilihan ganda tes diagnostik FCI (Force Concept Inventory) untuk mengetahui
miskonsepsi siswa pada materi gaya dan gerak. Penelitian Rusli and Haris (2016) mengenai tes
diagnostik three tier sebanyak 40 soal dapat menunjukkan miskonsepsi yang dialami oleh sebagian
siswa SMP pada pokok bahasan gerak dan gaya. Miskonsepsi juga terjadi pada materi gaya gesek
sesuai penelitian (Tiandho, 2018). Minarni, Kurniawan, and Muliyani (2018) telah mengidentifikasi
miskonsepsi siswa materi listrik dinamis melalui Tes Three Tier. Zulfikar, Samsudin, and
Saepuzaman (2017) melakukan pengembangan terbatas tes diagnostic FCI berformat four tier
dengan 30 soal pilihan ganda dapat dijadikan instrument dalam mengungkap miskonsepsi siswa.
Penelitian menggunakan tes diagnostik four tier juga sudah dilakukan oleh beberapa peneliti untuk
mengungkap miskonsepsi siswa. (Fariyani & Rusilowati, 2015; Irsanti, Khaldun, & Hanum, 2017;
Ismail, Samsudin, Suhendi, & Kaniawati, 2015; Sheftyawan, Prihandono, & Lesmono, 2018).
Penelitian ini akan mengungkap pemahaman konsep siswa dan miskonsepsi siswa dalam materi
gerak melingkar beraturan

 JURNAL II
Gerak melingkar merupakan salah satu fenomena yang dialami setiap orang setiap hari. Itu telah
menjadi salah satu wacana filsafat alam bahkan selama masa Aristoteles, Ptolemeus, Galileo dan
beberapa pilar sains di zaman kuno. Di masa lalu, telah dicapai kesepakatan bahwa satu-satunya
gerakan yang diizinkan di angkasa atau luar angkasa yang kita kenal sekarang adalah gerakan
melingkar. Copernicus membuktikan ini salah setelah bertahun-tahun penelitian. Konsepsi
mahasiswa tentang gerak melingkar merupakan salah satu tema dalam fisika yang banyak dipelajari
namun konsepsi alternatif yang dimiliki oleh mahasiswa khususnya dalam konteks penelitian ini
masih terbatas. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian pengembangan di bidang mekanika
dimana peneliti mengeksplorasi konsepsi alternatif mahasiswa tentang gerak melingkar khususnya
mahasiswa yang terdaftar di bidang mekanika. Hasil penyelidikan ini menjadi dasar dalam
pengembangan urutan pengajaran yang berusaha untuk mengatasi konsepsi alternatif ini dan
meningkatkan pemahaman konseptual tentang gerakan melingkar.
METODE PENELITIAN  JURNAL I
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di SMA
negeri 8 semarang. Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi dan tes. Tes yang digunakan
adalah tes diagnostik pilihan ganda empat tingkat (four-tier diagnostic test). Tes diagnostik four tier
diberikan kepada 29 siswa kelas XI Ipa yang telah mempelajari materi gerak melingkar beraturan.
Pemilihan sampel dipilih secara random.
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah pertama mengelompokkan hasil tes siswa kedalam
beberapa kategori paham konsep, tidak paham konsep, miskonsepsi, dan error.

 JURNAL II
Mengadopsi desain yang disarankan oleh literatur dalam melakukan penelitian yang berkaitan
dengan konsepsi dan pemahaman siswa, penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif
[24, 25, 26, 27, 28]. Tes diagnostik adalah 18 item yang disusun oleh peneliti dan kuesioner yang
divalidasi konten yang terdiri dari kombinasi pertanyaan pilihan ganda dan pertanyaan terbuka. Dua
puluh enam (26) siswa tahun kedua, mengambil program Sarjana Pendidikan Menengah-Ilmu Fisika
yang terdaftar pada kursus mekanik mengambil bagian dalam penelitian ini. Setelah administrasi
tes, tanggapan ditabulasi dan dikelompokkan. Wawancara individu dan kelompok tindak lanjut
perlu dilakukan untuk memeriksa, memvalidasi dan mengkonfirmasi tanggapan siswa dalam
kuesioner. Data yang ditabulasi dan dikelompokkan dianalisis secara kuantitatif menggunakan
hitungan frekuensi dan persentase. Analisis kualitatif menggunakan metode Collaizi
sederhanaresponden percaya bahwa kecepatan menurun saat seseorang bergerak dari pusat ke tepi
luar jalur melingkar. Sementara itu, sembilan responden percaya bahwa kecepatan bertambah jika
seseorang bergerak dari tengah ke tepi luar jalur melingkar. Hanya lima responden yang menjawab
bahwa kecepatan tidak berubah baik di dekat pusat maupun di tepi luar. Dua responden tidak
menanggapi pertanyaan tersebut. Berdasarkan tanggapan tersebut, dapat diasumsikan bahwa
sembilan responden mengaitkan jawaban mereka dengan kecepatan linier sedangkan lima responden
mengaitkan kecepatan putar. Wawancara dilakukan untuk siswa yang menjawab peningkatan
kecepatan dan kecepatan konstan. Dari mereka yang menjawab peningkatan kecepatan, hanya satu
responden dengan benar dan secara eksplisit mengaitkan penjelasan dengan kecepatan linier.
Berikut petikan wawancara dengan responden tersebut.
“Kecepatan madako kay mas mahalaba manusia dan jarak iya itratravel tapus asya la gihap waktu
para umabot hiya han titik nga yang sama.” (Kecepatan akan bertambah karena total jarak yang
harus ditempuh bertambah tetapi waktu untuk sampai di titik yang sama tetap sama).
Tanpa penjelasan yang jelas, tiga responden yang pada awalnya menjelaskan peningkatan kecepatan
akhirnya mengubah jawaban mereka menjadi penurunan kecepatan. Sementara itu, kelima
responden secara tepat mengaitkan penjelasan mereka dengan kecepatan putar. Berikut petikan
wawancara dengan salah satu siswa.
HASIL PENELITIAN  JURNAL I
Tes diagnostik sejumlah 10 soal yang terdiri dari soal pilihan ganda, keyakinan memilih jawaban,
alasan menjawab soal, dan keyakinan dalam menjawab alasan. Soal tersebut sebelum di uji ke SMA
Negeri 8 Semarang telah melalui validasi oleh 3 ahli assessmentSiswa belum bisa membedakan
kecepatan linier dan kecepatan sudut pada gerak melingkar beraturan. Hal ini mendekati dengan
hasil penelitian Ardianti (2016), miskonsepsi siswa pada karakteristik gerak melingkar sebesar 35-
38%.
Indikator kedua mengenai hubungan besaran-besaran sudut dan besaran linier terdapat tiga soal.
Soal ketiga siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 51.7% dengan kategori sedang. Soal ketiga
merupakan penerapan mengenai hubungan antara frekuensi dan periode. Siswa yang mengalami
miskonsepsi ini cenderung kurang teliti dalam membaca soal, memaknai soal, dan kurang teliti
mengenai satuan pada soal. Soal keempat siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 24.1%
dengan kategori rendah. Miskonsepsi yang terjadi adalah ketika siswa diberikan kasus dua benda
yang digantungkan pada tali dengan panjang tali berbeda. Kemudian benda tersebut mengelilingi
hingga membentuk gerakSiswa mengalami miskonsepsi karena pemahaman yang kurang lengkap,
siswa sudah mengerti hubungan antara dua roda yang saling menempel pada satu poros yaitu
memiliki kecepatan sudut yang sama, akan tetapi siswa mengira bahwa kecepatan sudut adalah hasil
dari kecepatan linier dibagi jari-jari. Konsep yang benar adalah keepatan sudut merupakan hasil kali
antara kecepatan linier dengan jari-jari. Soal ketujuh siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar
24.1% dengan kategori sedang. Kasus dua gir (roda bergigi) yang bersinggungan dengan gir
pertama jari-jarinya lebih besar daripada gir kedua. Kebanyakan siswa terjebak pada arah jalannya
gir tersebut. Konsep yang diterima siswa adalah setiap roda yang dihubungkan baik satu poros,
dihubungkan dengan rantai, atau dua gir yang bersinggungan akan bergerak searah. Konsep yang
benar adalah dua gir yang bersinggungan akan bergerak berlawanan arah. Soal kedelapan siswa
yang mengalami miskonsepsi sebesar 31.10% dengan kategori sedang. Siswa mengalami
miskonsepsi pada kasus hubungan dua roda berputar yang dihubungkan dengan rantai, sehingga
dalam menyelesaikan soal tersebut akan mengalami kesulitan.

 JURNAL II
Mayoritas siswa mampu mendapatkan nilai pasti dari kecepatan linier (pertanyaan 1) dan kecepatan
putar (pertanyaan 2) ketika diminta untuk menghitung. Namun, hasil wawancara mengungkapkan
bahwa sebagian besar dari mereka tidak terlalu mengetahui konteks kecepatan linier dan kecepatan
putar; sebaliknya, mereka mencoba untuk melakukan operasi sederhana dalam matematika yang
mengarahkan mereka ke respon yang mereka buat. Berikut petikan wawancaranya.
Guru: Bagaimana Anda mendapatkan jawaban ini?
Mahasiswa: Sebenarnya pak, dire talaga ak maaram. Anak maaram la kau pengukur kecepatan per
detik asya nga gindivide ko la ini nga duha para makakuha ak hin meter per detik. (Sebenarnya pak,
saya benar-benar tidak tahu. Yang saya tahu adalah kecepatan itu dalam meter per detik jadi saya
bagi ini dengan kuantitas untuk mendapatkan meter per detik.
Sementara itu, mayoritas siswa tidak bisa mendapatkanjawaban yang benar ketika diminta untuk
menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan percepatan sentripetal pada pertanyaan nomor 8 dan
gaya sentripetal pada pertanyaan nomor 9. Wawancara individu mengungkapkan bahwa lima
responden belum mengalami gerakan melingkar. Hal ini dipastikan karena siswa yang sama
mengalami kesulitan dalam memahami istilah teknis yang termasuk dalam tes seperti kecepatan,
percepatan sentripetal, dan gaya sentripetal. Untuk beberapa, hal itu dibicarakan dengan ringan
sehingga tidak ada rangkaian masalah yang diberikan kepada mereka. Mayoritas siswa berhasil
menebak jawaban mereka pada item ini
KELEBIHAN JURNAL  JURNAL I
1. Sistematika tersusun dengan baik dan jelas mulai dari judul penelitian, nama penulis,
abstrak, pendahuluan, gambaran program yang diteliti, metode, hasil, pembahasan,
kesimpulan, terdapat kata kunci (keyword) dalam penelitian.
2. Penjelasan pada isi jurnal sangat lengkap dan mudah dimengerti.
3. Penulisan jurnal ini teratur dan sesuai dengan kaidah pembuatan penulisan Jurnal.
4. Menyertakan Daftar Pustaka dengan sumber yang relevan
5.
 JURNAL II
1. Sistematika tersusun dengan baik dan jelas mulai dari judul penelitian, nama penulis,
abstrak, pendahuluan, gambaran program yang diteliti, metode, hasil, pembahasan,
kesimpulan, terdapat kata kunci (keyword) dalam penelitian.
2. Penjelasan pada isi jurnal sangat lengkap.
3. Menyertakan Daftar Pustaka dengan sumber yang relevan.

KELEMAHAN JURNAL  JURNAL I


1. Tidak menampilkan waktu penelitian secara spesifik.
2. Masih adanya kesalahan penulisan (typo) dan penggunaan tanda baca yang kurang tepat.
3. idak terdapatnya saran.
 JURNAL II
1. Penulisan jurnal ini tidak teratur dan sulit dimengerti walau sudah ditranslate tetap susah
dimengerti.
2. Tiap paragraf ada yang menjorok kedalam dan ada pula yang tidak menjorok kedalam.
3. Masih adanya kesalahan penulisan (typo) dan penggunaan tanda baca yang kurang tepat.
SARAN  JURNAL I
Saran dari saya agar menampilkan waktu penelitian secara spesifik,dan lebih memperhatikann
penulisannya agar tidak ada salah penulisan.
 JURNAL II
Saran dari saya agar membuat gaya penulisan yang lebih mudah supaya pembaca agar lebih mudah
memahami arti dari tulisan jurnal tersebut, dan lebih memperhatikann penulisannya agar tidak ada
salah penulisan.

Anda mungkin juga menyukai