Anda di halaman 1dari 6

Journal Homepage: https://e-journal.unair.ac.

id/PMNJ/index

FUNDAMENTAL AND MANAGEMENT


NURSING JOURNAL
Vol. 2, No. 2,Oktober 2019

Laman jurnal: https://e-journal.unair.ac.id/FMNJ

Penelitian Asli

Pengawasan Klinis Model Proctor untuk Meningkatkan Kemampuan dalam Melakukan Asuhan
Keperawatan

(Clinical Supervision of the Proctor Model to Improve the Ability in Conducting Nursing Care
Assessment)

Regista Trigantara, Anggorowati Anggorowati, dan Agus Santoso

Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

ABSTRACT
RIWAYAT ARTIKEL
Introduction: he function of nursing assessment is to evaluate and identify the
Diterima: Desember 31,
health status of clients, thus, the nurse is required to conduct the nursing care
2019
assessment with data criteria which are complete, systematic, use a format, and
Disetujui: Januari 1, 2019
which are actual and valid. The aim of this study was to understand the effect
of clinical supervision of the Proctor Model against the ability in conducting
KATA KUNCI nursing care assessment appropriately.
nursing assessment; Method: The type of study was quantitative research with a quasi-
supervision; nursing experimental pre-posttest control group design. The sampling method was a
purposive sampling technique with 68 samples of nurse. Before and after
KONTAK PENULIS
conducting clinical supervision of the Proctor Model, the ability in conducting
Regista Trigantara nursing care assessment of nurse was observed.
aangham@gmail.com
Result: Data was analyzed by using Mann-Whitney that shows there was an
Fakultas Keperawatan
effect of clinical supervision of the Proctor Model against the ability in
Fakultas Kedokteran,
conducting the nursing care assessment (p= 0.000).
Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia Conclussion: Normative function focused on monitoring and evaluation,
formative function focused on knowledge and skill development, and
restorative function focused on encouragement and motivation, thus clinical
supervision of the Proctor Model could be applied as one of solution to improve
the ability of nurses in conducting nursing care assessment.

Kutip sebagai: Trigantara, R., Anggorowati, A., Santoso, A.. (2019) Pengawasan Klinis Model
Proctor untuk Meningkatkan Kemampuan dalam Melakukan Asuhan
Keperawatan. Fundam Manaj. Nurs. J., 2(2),63-68.

1. PENDAHULUAN Bletsa, 2007). Penilaian adalah langkah awal dari


proses asuhan keperawatan dan merupakan proses
Perawat memiliki tugas memberikan asuhan sistematis mengumpulkan data dari berbagai sumber
keperawatan, termasuk meninjau kebutuhan pasien, data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
merencanakan tindakan keperawatan, kesehatan klien. Fungsinya untuk mengevaluasi dan
mengimplementasikan rencana tindakan, mengidentifikasi status kesehatan klien, oleh karena
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan, itu, perawat dituntut untuk melakukan asuhan
mendokumentasikan asuhan keperawatan dan asuhan keperawatan dengan kriteria data lengkap
berpartisipasi dalam konseling. Semua langkah dalam seperti sistematis, menggunakan format, aktual dan
proses asuhan keperawatan harus didokumentasikan valid(Blair & Smith, 2012).
dengan baik dan benar (Papathanasiou, Kotrotsiou, &

http://e-journal.unair.ac.id/FMNJ | 63
R. TRIGANTARA ET AL.

Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Islam kompetensi perawat dapat dipertanggungjawabkan
Kendal di Jawa Tengah pada tahun 2014 menemukan [9]. Berdasarkan uraian di atas, dapatkah supervisi
ada 20% ketidaklengkapan yang terjadi dalam proses klinis Proctor Model memengaruhi kemampuan
penilaian keperawatan(Cheevakasemsook, Chapman, perawat untuk melakukan asuhan asuhan
Francis, & Davies, 2006). Sebuah studi yang dilakukan keperawatan dengan baik?
di Rumah Sakit Haji Jakarta pada tahun 2012,
menurut hasil evaluasi unit rekam medis, ada 13% 2. METODE
dari formulir penilaian keperawatan yang tidak Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
lengkap dan 10,04% kosong atau hanya 76,9% yang adalah penelitian kuantitatif dengan desain kelompok
lengkap (Purwanti, 2012). Sebuah studi tentang kontrol pra-posttest quasi eksperimen, terdapat dua
analisis kelengkapan dokumentasi asuhan kelompok yang dipilih sebagai objek penelitian.
keperawatan pada pasien di ruang rawat inap Rumah Kelompok pertama menerima intervensi dan
Sakit Tampan Pekanbaru pada tahun 2010, menurut kelompok kedua tidak mendapatkan intervensi.
analisis penilaian keperawatan, ada 56,11% penilaian Kelompok kedua ini digunakan sebagai kelompok
keperawatan yang tidak lengkap. Masalah yang sering pembanding. Sebelum kelompok intervensi diberikan
terjadi adalah perawat sering tidak melakukan pengobatan, pengukuran awal (pretest) dilakukan
penilaian sesuai dengan pedoman penilaian, data untuk menentukan kemampuan awal penilaian
tidak dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spiritual), asuhan keperawatan antara kelompok intervensi dan
data tidak valid sejak pasien tiba di rumah, dan kelompok kontrol. Selanjutnya, kelompok intervensi
mereka tidak menyelesaikan masalah berdasarkan diberi pengobatan sesuai rencana, sedangkan
kesenjangan norma dan pola fungsi kehidupan kelompok kontrol tidak memiliki pengobatan.
(Photon, Astuti, Yarnita, & Mayasari, 2010). Perawatan yang akan dilakukan dalam penelitian ini
Studi dokumentasi pada laporan kelengkapan adalah penerapan Clinical Supervision of Proctor
pengisian dalam penilaian keperawatan adalah 70% Model. Kemudian pengukuran akhir (posttest)
dari 10 perawat yang melakukan penilaian dilakukan pada kedua kelompok.
keperawatan, ada 7 perawat yang tidak melakukan Instrumen penelitian yang digunakan adalah
penilaian keperawatan yang komprehensif. Penilaian Supervisi Klinis Model Proctor dan lembar observasi
keperawatan yang sering tidak dilakukan oleh kemampuan perawat dalam melakukan asuhan
perawat sedang melakukan pemeriksaan fisik secara asuhan keperawatan lulus tes etika penelitian oleh
langsung. Dokumentasi asuhan keperawatan Komisi Etika Penelitian Kesehatan Fakultas
dikatakan berkualitas tinggi atau lengkap jika Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.
mencapai hingga 75% (Kementerian Kesehatan Instrumen penelitian juga telah lulus tes ahli. Lembar
Republik Indonesia, 2017). observasi kemampuan perawat dalam melakukan
Hubungan supervisi keperawatan dengan kualitas asuhan asuhan keperawatan telah sesuai dengan
dokumentasi asuhan keperawatan didukung oleh standar dokumentasi asuhan keperawatan. Standar
penelitian yang menyatakan perilaku dokumentasi untuk asuhan keperawatan adalah garis
mendokumentasikan asuhan keperawatan kebijakan atau penentuan terhadap tindakan atau
dipengaruhi oleh faktor internal perawat itu sendiri. ukuran atau model keperawatan yang diberikan yang
Faktor internal dapat disebabkan oleh sikap, sama dan akurat, yang berguna untuk mengatur
kebiasaan atau perilaku perawat yang ada selama kualitas karakteristik dan kinerja kerja dalam praktik
bekerja, sedangkan faktor eksternal dapat keperawatan (Keenan, Yake, Lopez, Tschannen, &
disebabkan oleh jumlah peralatan / fasilitas, Ford, 2013).
perbandingan antara sumber daya manusia Implementasi Pengawasan Klinis Proctor Model
(perawat) dan pasien, sehingga penerapan dimulai dengan memberikan pelatihan kepada kepala
dokumentasi asuhan keperawatan membutuhkan kantor, sehingga kepala kantor dapat melakukan
kontrol dan bimbingan dalam bentuk pengawasan Pengawasan Klinis Proctor sesuai dengan standar.
(Wirawan, Novitasari, & Wijayanti, 2013). Tujuannya adalah untuk melakukan pengawasan
Penelitian yang berjudul efektivitas pengawasan model Proctor secara independen kepada perawat.
klinis dalam keperawatan: review literatur berbasis Proses pelatihan dilakukan dengan pemberian materi
terbukti dengan desain studi literatur pada 22 artikel di kelas dan demonstrasi selama tiga hari,
menunjukkan bahwa fungsi normatif atau edukatif pendampingan dan internalisasi selama tiga minggu.
yang dilakukan oleh pengawas dapat meningkatkan Kelebihan dari pengawasan Model Proctor termasuk
pengetahuan dan kepercayaan perawat. Fungsi proses evaluasi ideal dari kegiatan yang
restoratif atau suportif yang dilakukan oleh direncanakan yang telah dilakukan, konsistensi,
pengawas dapat meningkatkan kemampuan perawat curah pendapat atau diskusi yang baik, dan
dalam menyelesaikan konflik baik dengan kolega peningkatan kualitas layanan.
maupun pasien. Fungsi normatif atau manajerial yang Penelitian ini dilakukan di instalasi rawat inap
dilakukan oleh penyelia dapat meningkatkan rasa Rumah Sakit Baptis di Batu, Jawa Timur, baik
tanggung jawab perawat dalam praktik keperawatan kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Total
profesional [8]. Menurut proses, pengawasan klinis sampel adalah 68 perawat (34 orang adalah
adalah proses formal perawat profesional untuk kelompok intervensi dan 34 orang adalah kelompok
mendukung dan belajar sehingga pengetahuan dan

64 | Volume 2 No 2 OKTOBER 2019


FUNDAMENTAL AND MANAGEMENT NURSING JOURNAL

kontrol). Kriteria inklusi dalam penelitian ini untuk dari α (0,000 <0,050), maka hasil analisis
perawat adalah kesediaan untuk menjadi responden, menyimpulkan bahwa ada pengaruh pengawasan
pendidikan minimum di D3 Keperawatan, dan telah klinis model Proctor dalam meningkatkan
bekerja selama minimal 1 tahun. Kriteria eksklusi kemampuan perawat dalam melakukan penilaian
dalam penelitian ini untuk perawat adalah mereka asuhan keperawatan.
yang menghadiri tugas belajar atau yang tidak
bertugas selama penelitian dan / atau cuti. Penelitian 4. PEMBAHASAN
ini menggunakan teknik proporsional sampling. Data Berdasarkan Tabel 1, kemampuan perawat dalam
dianalisis dengan menggunakan Wilcoxon, dan Mann- melakukan asuhan asuhan keperawatan pada
Whitney. kelompok intervensi dan kelompok kontrol, sebelum
dan sesudah perawatan, memiliki nilai rata-rata <34
3. HASIL
yang berarti tidak baik. Kualitas penilaian asuhan
Kemampuan perawat dalam melakukan asesmen keperawatan yang baik membutuhkan nilai 34
asuhan keperawatan sebelum dan sesudah (75%). Hasil penelitian ini tidak sejalan seperti yang
penerapan supervisi klinis Proctor Model pada dijelaskan oleh Departemen Kesehatan Indonesia
kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan pada tahun 2005 tentang instrumen evaluasi untuk
uji Wilcoxon. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada menerapkan standar asuhan keperawatan bahwa
perbedaan yang signifikan dalam kemampuan kualitas dokumentasi keperawatan dikatakan baik
perawat dalam melakukan asuhan asuhan jika kelengkapannya ≥ 75% dan dikatakan buruk. jika
keperawatan sebelum dan sesudah perawatan pada kelengkapannya <75% (Kementerian Kesehatan
kelompok intervensi (p = 0,000, p <0,05). Sedangkan Republik Indonesia, 2017).
pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang Hasil analisis menyatakan bahwa ada perbedaan
signifikan dalam kemampuan perawat dalam kemampuan perawat dalam melakukan asuhan
melakukan asuhan asuhan keperawatan sebelum dan asuhan keperawatan sebelum dan sesudah
setelah perawatan (p = 1.000, p> 0,05) [Tabel 1]. perawatan pada kelompok intervensi dan kelompok
Data perbedaan kemampuan perawat dalam kontrol. Hasil yang berbeda ini terjadi karena
melakukan asuhan asuhan keperawatan antara pelaksanaan supervisi klinis dari Model Proctor pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol setelah kelompok intervensi, sehingga, pengawas harus
pelaksanaan supervisi klinis Proctor Model disajikan menerapkan pengawasan kepada perawat secara
pada Tabel 2. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada terus menerus, dijadwalkan, ditargetkan dengan
perbedaan yang signifikan antara kelompok jelas, dengan umpan balik, dan didokumentasikan
intervensi dan kelompok kontrol setelah sehingga pengawasan memberikan informasi
implementasi. supervisi klinis Proctor Model (p = obyektif mengenai pelaksanaan kegiatan sesuai
0,000, p <0,05). dengan standar untuk meningkatkan implementasi
Berdasarkan uji Mann Whitney seperti yang keselamatan pasien. Ini membuktikan bahwa
dijelaskan pada tabel 3, nilai signifikansi lebih kecil pengawasan Model Proctor efektif dalam

Tabel 1. Implementasi Kemampuan dalam Melakukan Penilaian Asuhan Keperawatan Sebelum dan Setelah
Intervensi Supervisi Klinis Model Proctor
Intervention Group Control Group
Variables
Mean Min-Max p Mean Min-Max p
Pre 25.70 21-29 25.70 21-32
0.000 1.000
Post 37.32 35-42 25.70 21-32

Tabel 2. Perbedaan Kemampuan dalam Melakukan Penilaian Asuhan Keperawatan Setelah Intervensi Supervisi
Klinis Model Proctor
Intervention Group Control Group
Variables p
Mean Mean
Kemampuan Melakukan
Penilaian Asuhan 37.3235 25.7059 0.000
Keperawatan

Tabel 3. Pengaruh Supervisi Klinis Model Proctor terhadap Kemampuan dalam Melakukan Penilaian Asuhan
Keperawatan
Intervention Group Control Group
Variables p
Mean Deviation Mean Deviation
Pengaruh Pengawasan Klinis
Model Proctor - Kemampuan
51.50 17.50 0.000
dalam Melakukan Penilaian
Asuhan Keperawatan

http://e-journal.unair.ac.id/FMNJ | 65
R. TRIGANTARA ET AL.

meningkatkan kemampuan perawat dalam sehingga tujuan pengawasan akan dicapai (Brunero &
melakukan penilaian asuhan keperawatan. Hasil Stein-Parbury, 2008).
penelitian ini diperkuat oleh hasil penelitian Brunero Hasil penelitian ini diperkuat oleh studi
dan Purbury pada tahun 2006 yang menyatakan Widiyanto pada tahun 2012 yang menyatakan bahwa
bahwa pengawasan yang paling efektif adalah pengawasan Model Proctor meningkatkan kualitas
pengawasan Proctor (Brunero & Stein-Parbury, tindakan perawatan luka, (Widiyanto, Hariyati, &
2008). Handiyani, 2013) serta studi Zakiyah pada tahun
Supervisi pengawas adalah model pengawasan 2012 yang menyatakan bahwa ada efek normatif,
yang paling direkomendasikan dalam pelatihan formatif dan fungsi restoratif pada perawatan cairan
pengawasan. Pengawasan Model Proctor dapat intravena (Mua, Hariyati, & Afifah, 2011). Hasil
meningkatkan layanan klinis yang memiliki basis analisis juga menunjukkan kelompok kontrol yang
bukti, dapat memberikan dukungan yang memadai tidak diintervensi oleh supervisi klinis Proctor Model
untuk layanan klinis dan mengembangkan telah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
profesionalisme dalam pengawas keperawatan. signifikan antara sebelum dan sesudah perawatan. Ini
(Lestari & Enisuprapti, 2014). Pengawasan Model berarti bahwa hasil penelitian ini menunjukkan
Proctor memiliki beberapa fungsi dalam melakukan bahwa supervisi klinis Proctor Model terbukti efektif
bimbingan pada perawat yang diawasi, mereka dalam meningkatkan kemampuan perawat dalam
adalah fungsi normatif, formatif dan restoratif yang melakukan penilaian asuhan keperawatan.
secara efektif diterapkan dalam layanan Hasil analisis menunjukkan kemampuan perawat
keperawatan. Menurut peneliti, penerapan fungsi dalam melakukan penilaian asuhan keperawatan
normatif berguna untuk mengembangkan perawatan setelah perawatan memiliki perbedaan yang
pasien yang terkait dengan praktik keperawatan signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok
profesional, fungsi formatif meningkatkan kesadaran kontrol. Perbedaan dalam hasil analisis antara
diri melalui peran pendidikan, sehingga, mereka kelompok intervensi dan kelompok kontrol
dapat melakukan kegiatan layanan dengan menunjukkan bahwa kelompok intervensi dan
memperhatikan keselamatan pasien, dan melalui kelompok kontrol merespons secara berbeda
aplikasi fungsi restoratif yang dilakukan oleh kantor berdasarkan ada atau tidak adanya stimulus dalam
pusat melalui memberikan dukungan dan bentuk pengawasan klinis Model Proctor. Ini
komunikasi, sehingga, perawat dapat termotivasi menunjukkan bahwa melalui penerapan supervisi
untuk melakukan kegiatan kepada pasien sesuai Model Proctor telah terbukti efektif dalam
dengan standar (Lyth, 2000; Winstanley & White, meningkatkan implementasi keselamatan pasien
2013). perawat.
Penerapan fungsi normatif dalam pengawasan Pengawasan model Proctor dilakukan secara
Model Proctor dapat dicapai oleh pengawas yang efektif melalui kegiatan bimbingan, umpan balik
memiliki persepsi positif untuk staf yang diawasi, dilakukan pada masalah yang dihadapi untuk
berkorelasi dengan kemampuan pengawas untuk pengembangan pribadi, peningkatan pengetahuan,
mempertahankan kinerja staf yang baik dengan memberikan dukungan akan meningkatkan
menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, profesionalisme, meningkatkan kesadaran diri
menyusun dan mensosialisasikan rencana, perawat, sehingga, dapat mempengaruhi
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah untuk keselamatan pasien (Jelinek, Weiland, & MacKinlay,
memberikan dukungan lebih lanjut, 2010). Hasil penelitian ini diperkuat oleh hasil
mempertahankan standar yang ada, dan memberikan penelitian Nunik yang menyatakan ada pengaruh
kepercayaan kepada staf sehingga akan yang signifikan antara metode pengawasan klinis dan
meningkatkan profesionalisme dan menciptakan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan
kualitas layanan yang berkualitas (Brunero & Stein- (Lestari & Enisuprapti, 2014). Hasilnya konsisten
Parbury, 2008). dengan hasil penelitian Widarti pada 2013 yang
Penerapan fungsi formatif difokuskan pada menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan
pengembangan pengetahuan dan keterampilan staf; antara pengawasan kantor pusat dan kelengkapan
dengan demikian, staf bekerja sesuai dengan standar dokumentasi perawatan di ruang rawat inap
yang berlaku sebagai aspek tanggung jawab dalam (Widarti, 2014).
praktik. Kondisi ini dapat dicapai melalui refleksi atas Pengawas perlu mendapatkan pendidikan atau
praktik-praktik yang telah dilakukan. Ini adalah pelatihan khusus untuk dapat melakukan kegiatan
tanggung jawab bersama dari pengawas dan staf yang pengawasan secara efektif karena pengawas
diawasi [8]. Fungsi restoratif difokuskan pada membutuhkan pengetahuan yang baik, termasuk
memberikan dukungan. Pengawas harus memastikan komunikasi, motivasi, bimbingan, arahan,
kesiapan staf untuk mendapatkan dukungan atau kepemimpinan, dan pengalaman, sehingga mereka
motivasi. Hubungan yang baik antara staf dan dapat melakukan pengawasan dengan baik dan
pengawas juga diperlukan untuk mendukung iklim sesuai untuk tujuan. Ini dibuktikan dengan hasil studi
kerja yang baik, sehingga akan timbul dari menerima, Widiyanto pada 2012 tentang kantor pusat yang
dihormati, memberi rasa aman, terbuka, jujur, menerima pelatihan pengawasan terbukti
mencegah stres atau tekanan, mencegah konflik meningkatkan kemampuan kegiatan pengawasan
(Cruz, Carvalho, & Sousa, 2013). Kemampuan

66 | Volume 2 No 2 OKTOBER 2019


FUNDAMENTAL AND MANAGEMENT NURSING JOURNAL

pengawasan untuk kantor pusat perlu dikembangkan 5. KESIMPULAN


melalui pelatihan pengawasan yang akan
Ada peningkatan kemampuan dalam melakukan
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan
penilaian asuhan keperawatan sebelum dan sesudah
psikomotorik yang mampu meningkatkan
supervisi klinis dari model proctor pada kelompok
produktivitas atau hasil. Pelatihan supervisi
intervensi (p = 0,000, p <α) dan pada kelompok
memberikan perubahan yang baik, hal ini
kontrol (p = 1.000, p> α). Ada pengaruh supervisi
ditunjukkan oleh perubahan pengetahuan kantor
klinis Model Proctor terhadap kemampuan dalam
pusat setelah pelatihan dengan skor posttest yang
melakukan asuhan asuhan keperawatan, dibuktikan
sempurna (100) dan evaluasi hasil praktik
dengan kemampuan asesmen asuhan keperawatan
pengawasan semua berlalu. Ini menunjukkan bahwa
sebelum diberikan supervisi klinis model Proctor
pelatihan supervisi berperan penting untuk
pada kelompok intervensi dengan nilai rata-rata
meningkatkan kualitas kantor pusat menjadi
25,79 dan untuk kontrol. kelompok adalah 25,70.
supervisor yang baik.
Kemampuan dalam melakukan asuhan asuhan
Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok
keperawatan setelah penerapan supervisi klinis
intervensi mengalami peningkatan nilai rata-rata
Proctor Model pada kelompok intervensi memiliki
11,62 (18,43%), sedangkan pada kelompok kontrol
nilai rata-rata 37,32 dan untuk kelompok kontrol
tidak mengalami peningkatan nilai rata-rata saja. Ini
adalah 25,79. Pengujian dilakukan dengan
membuktikan bahwa ada efek supervisi klinis model
menggunakan uji Mann Whitney yang menghasilkan
Proctor pada kemampuan perawat dalam melakukan
p = 0,000, p <α.
asuhan asuhan keperawatan. Ini diperkuat oleh studi
literatur oleh Brunero dan Purbury dan studi Cruz di 6. DAFTAR PUSTAKA
Rumah Sakit Centro yang menyatakan bahwa
pengawasan yang efektif adalah pengawasan model 129/Menkes/SK/II/2008, M. K. R. I. N. : (2008)., 153–
Proctor (Brunero & Stein-Parbury, 2008; Cruz et al., 164.
2013). Fungsi normatif Proctor merujuk pada Blair, W., & Smith, B. (2012). Nursing documentation:
pemantauan dan evaluasi untuk meningkatkan Frameworks and barriers. Contemporary Nurse.
kualitas layanan, sementara fungsi formatif berfokus https://doi.org/10.5172/conu.2012.41.2.160
pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan Brunero, S., & Stein-Parbury, J. (2008). The
staf untuk meningkatkan kesadaran diri untuk belajar effectiveness of clinical supervision in nursing:
dan bekerja sesuai dengan standar yang berlaku, dan An evidenced based literature review.
fungsi restoratif berarti memberikan dukungan Australian Journal of Advanced Nursing.
timbal balik, dengan demikian, pengawasan dapat Carner, S. (2005). Clinical supervision in a challenging
dilakukan secara optimal (Lyth, 2000). Untuk alasan behaviour unit. Nursing Times.
ini, pengawas harus memastikan kesiapan staf untuk Cheevakasemsook, A., Chapman, Y., Francis, K., &
mendapatkan dukungan atau motivasi. Putih, dkk., Di Davies, C. (2006). The study of nursing
Lynch, dkk. pada tahun 2008 menjelaskan kelebihan documentation complexities. International
model Proctor dibandingkan dengan yang lain, Journal of Nursing Practice.
termasuk proses evaluasi ideal dari kegiatan yang https://doi.org/10.1111/j.1440-
direncanakan, konsistensi, dimaksudkan untuk 172X.2006.00596.x
penataan atau diskusi yang baik, peningkatan kualitas Cruz, S., Carvalho, L., & Sousa, P. (2013). Clinical
layanan, dan meningkatkan implementasi kegiatan di Supervision in Nursing: the (un)Known
ruangan (Lyth, 2000). Phenomenon. Procedia - Social and Behavioral
Penelitian Carney menyatakan bahwa Sciences.
pengawasan model Proctor dapat diterima oleh https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.12.009
sebagian besar perawat sehingga layak untuk Jelinek, G. A., Weiland, T. J., & MacKinlay, C. (2010).
diterapkan dalam layanan keperawatan (Carner, Supervision and feedback for junior medical
2005). Secara umum, keuntungan dari penerapan staff in Australian emergency departments:
model pengawasan Proctor termasuk proses evaluasi Findings from the emergency medicine capacity
yang ideal sesuai dengan kegiatan yang direncanakan assessment study. BMC Medical Education.
yang telah dilakukan, konsistensi, dimaksudkan https://doi.org/10.1186/1472-6920-10-74
untuk penataan atau diskusi yang baik, meningkatkan Keenan, G., Yake, E., Lopez, K. D., Tschannen, D., &
kualitas layanan yang efektif, memfasilitasi tindakan Ford, Y. B. (2013). Challenges to nurses’ efforts
yang efektif, sehingga akan menjadi efektif untuk of retrieving, documenting, and communicating
kemampuan dalam melakukan asuhan asuhan patient care information. Journal of the
perawat. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah American Medical Informatics Association.
bahwa intervensi yang dilakukan relatif singkat, itu https://doi.org/10.1136/amiajnl-2012-
tidak menjamin bahwa kantor pusat dapat 000894
melaksanakan pengawasan dengan kemampuan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017).
maksimal dan terus menerus selama intervensi. Isi Lembar Keperawatan. 46–47.
Lestari, N. wahyu, & Enisuprapti, A. S. (2014).
Pengaruh Supervisi Metode Klinis Terhadap
Kelengkapan Dokumentasi Jurnal Ilmu

http://e-journal.unair.ac.id/FMNJ | 67
R. TRIGANTARA ET AL.

Kperawatan dan Kebidanan ( JIKK ). Jurnal Ilmu Jadwal Kegiatan Harian Perawat Di Ruang
Keperawatan Dan Kebidanan, 1–9. Mawar Di Rsud Ungaran. Karya Ilmiah S.1 Ilmu
Lyth, G. M. (2000). Clinical supervision: A concept Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang.
analysis. Journal of Advanced Nursing. Widiyanto, P., Hariyati, R. S. T., & Handiyani, H.
https://doi.org/10.1046/j.1365- (2013). Pengaruh Pelatihan Supervisi terhadap
2648.2000.01329.x Penerapan Supervisi Klinik Kepala Ruang dan
Mua, E. L., Hariyati, R. T. S., & Afifah, E. (2011). Peningkatan Kualitas Tindakan Perawatan Luka
Peningkatan Kepuasan dan Kinerja Perawat Di RS PKU Muhammadiyah Temanggung.
Melalui Supervisi Kepala Ruangan. Jurnal Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa
Keperawatan Indonesia. Tengah.
Papathanasiou, I., Kotrotsiou, S., & Bletsa, V. (2007). Winstanley, J., & White, E. (2013). Clinical
Nursing documentation and recording systems supervision: models, measures and best
of nursing care. Health Science Journal. practice. Nurse Researcher.
Photon, J., Astuti, N., Yarnita, Y., & Mayasari, E. (2010). https://doi.org/10.7748/nr2003.07.10.4.7.c59
RUMAH SAKIT TAMPAN PEKANBARU. 1(1), 17– 04
21. Wirawan, E. A., Novitasari, D., & Wijayanti, F. (2013).
Purwanti, E. D. (2012). Kelengkapan dokumentasi Hubungan Antara Supervisi Kepala Ruang
asuhan keperawatan dan karakteristiknya pada Dengan Pendokumentasian Asuhan
pasien rawat inap dewasa non kebidanan di Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah
Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2012 = The Ambarawa. Jurnal Manajemen Keperawatan.
completeness of nursing documentation and its
characteristics in adult non-obstetric inpatient in
RS H. (May).
Widarti, dkk. (2014). Pengaruh Supervisi Kepala
Ruang Terhadap Kepatuhan Perawat Pada

68 | Volume 2 No 2 OKTOBER 2019

Anda mungkin juga menyukai