Anda di halaman 1dari 3

Mobilisasi dan Manajemen Bantuan Internasional

Kedaruratan kompleks selalu menimbulkan pengungsian yang merupakan persoalan


yang memerlukan perhatian serta penanganan tersendiri. Pengungsi sesuai dengan hak asasi
manusia harus mendapatkan fasilitas seperti tempat penampungan, makanan, sanitasi,
pelayanan kesehatan yang merupakan tanggung jawab pemerintah.
Terdapat tiga upaya yang dilakukan dalam memobilisasi pengungsi, upaya tersebut
yaitu penyelamatan, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
1. Pada tahan penyelamatan, langkah-langkah yang dilakukan adalah :
a. Evakuasi korban baik yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung.
b. Pengamanan dan pengambilan langkah-langkah preventif untuk penyelamatan
korban luka.
c. Koordinasi dan memobilisasi sumberdaya yang ada baik milik pemerintah
maupun masyarakat guna menampung dan menyalurkan bantuan secara darurat.
2. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahan tanggap darurat yaitu :
a. Penilaian awal secara cepat tentang kebutuhan dasar, penyediaan penampungan,
penyediaan makanan atau bahan makanan yang bergizi terutama bagi kelompok
rentan (bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan manula), penyediaan air bersih,
penyediaan pelayanan kesehatan, surveilans penyakit dan pelaporan secara teratur.
b. Setelah keadaan memungkinkan penilaian dilanjutkan untuk mendapatkan data
atau informasi untuk pengambilan keputusan penyelesaian masalah pengungsi.
3. Pada tahap rehabilitasi langkah yang dilakukan adalah :
a. Pemulihan kesehatan fisik berupa perawatan medis, dan mental dan psikososial
berupa konseling.
b. Membuat pemukiman baru dilakukan bagi yang tidak bersedia kembali ke daerah
asal. Pemukiman baru disiapkan dengan mengakomodir kepentingan penduduk
lokal dan pengungsi. Untuk menanggulangi kekurangan tenaga kesehatan
dilakukan pengiriman tenaga kesehatan gabungan yang terdiri dari tenaga
kesehatan TNI/POLRI, selanjutnya bisa dilakukan dengan pengiriman tenaga dari
provinsi lain atau dari pusat.

Sesuai dengan SK Menkes Nomor 979/Menkes/SK/IX/2001 tentang Prosedur Tetap


Pelayanan Kesehatan Penanggulangan Bencana dan Penanggulangan Pengungsi, bahwa
dukungan kesehatan pada penanggulangan kedaruratan kompleks di tingkat pusat
dikoordinasikan oleh Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK) Setjen Depkes,
untuk kelancaran pelaksanaan mobilisasi dan koordinasi pengendalian kesehatan karena
adanya tugas untuk :
a. Menerima, mengolah, dan mengevaluasi informasi dari daerah bencana kerusuhan
sosial dan melaporkan kepada Menteri Kesehatan.
b. Memantau dan mengirim bantuan jika diperlukan ke daerah bencana kerusuhan
sosial.
c. Pertukaran informasi dengan instansi dan badan internasional yang berkaitan
dengan bencana.
d. Menyimpan dan melaksanakan pemutakhiran data mengenai semua aspek sumber
saya kesehatan yang dikerahkan.
e. Bila diperlukan dapat membentuk dan mengirim tim kesehatan untuk tugas Rapid
Health Assesment dan tindakan yang diperlukan dengan membawa pelaratan
komunikasi yang ada.
f. Mengadakan kerjasama sektoral, regional, dan internasional sesuai dengan
mekasisme yang telah ditetapkan.
g. Melaksanakan pembinaan dan pelatihan SDM yang terkait dalam penanggulangan
bencana kerusuhan sosial.
h. Dalam situasi kedaruratan, dimana terjadi gangguan pelayanan kesehatan karena
keterbatasan logistik serta sarana pendukung lainnya, maka tugas PPMK Setjen
Depkes adalah melaksanakan pemantauan, Need Asessment dan mencari alternatif
pemecahan masalah.

WHO juga telah mengembangkan suatu konsep “Health as a Bridge for Peace”.
Upaya pelayanan kesehatan sebagaimana telah diketahui merupakan upaya yang bersifat
netral tidak berpihak dan harus diberikan pada siapapun tidak membedakan golongan, suku,
ras, maupun kelompok. Sehingga diharapkan tenaga kesehatan dapat menjadi mediator pada
konflik, dapat menjadi orang yang dapat mengupayakan rekonsiliasi dan juga kegiatan upaya
kesehatan dapat menjadi ajang kebersamaan atau menjadi jembatan dalam upaya perdamaian.
Berikut merupakan kegiatan yang dilakukan WHO :
1. Kondisi aman, dengan tujuan promosi kesehatan dan perdamaian
a. Mengkampanyekan perdamaian, mengurangi kesenjangan dalam pelayanan
kesehatan.
b. Mengembangkan hak-hak manusia dalam operasional
c. Mencegah kekerasan yang tidak manusiawi

2. Mencegah krisis
a. Memprediksi konflik yang terjadi
b. Mengembangkan dan menggunakan kebijakan dalam meningkatkan kemampuan
dan alat kesehatan, dan kegiatan monitoring hak-hak manusia
c. Memperkuat etika-etika pemerintahan
d. Sebagai pelayan, penghubung, dan arbitrasi
3. Mencegah kekerasan
a. Latihan pemecahan konflik
b. Pertemuan pemecahan masalah
c. Target pemecahan masalah dan bantuan ekonomi
d. Kerjasama dan koordinasi kesehatan
e. Pelayanan, penghubug, dan arbitrasi
f. Aktif dalam kegiatan regional, internasional, sipil, LSM, dan organisasi media
masa
4. Saat perang
a. Berusaha membangun kepercayaan
b. Mempromosikan pelayanan kesehatan dan kemanusiaan
c. Kerjasama teknologi kesehatan (pemantauan masalah masyarakat), air, dan
sanitasi
d. Memantau dampak kesehatan, sanki-sanki dan upaya diplomatis lainnya
e. Vaksin dan perubahan obat
f. Kerjasama pengiriman tenaga medis dan vaksin
5. Pasca krisis
a. Tenaga kesehatan memfasilitasi untuk dialog diantara mereka yang bertikai
b. Proyek kerjasama kesehatan
c. Desentralisasi kerjasama proyek dasar
d. Kesadaran untuk membangun perdamaian
e. Rehabilitasi pelayanan kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan

Sumber : Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK). 2001. Sekretarian Jenderal


Departemen Kesehatan. Pedoman Penanggulangan Masalah Kesehatan akibat Kedaruratan
Komplek.
http://www.depkes.go.id/resources/download/penanganan-krisis/pedoman_penanggulangan_
masalah_kesehatan_akibat_kedaruratan_kompleks.pdf. Diakses 9 Mei 2016.

Anda mungkin juga menyukai