Latar belakang
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan diselengarakan dari, oleh,
untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi. Oleh sebab itu, untuk mendukung pembinaan Posyandu diperlukan
langkah-langkah edukasi kepada masyarakat antara lain dengan upaya peningkatan kapasitas
kader melalui pelatihan kader Posyandu.
Kader kesehatan merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi untuk
membantu petugas kesehatan dalampemberdayaan masyarakat untuk mendukung terwujudnya
masyarakat yang memiliki perilaku hidup sehat. Secara teknis, tugas kader terkait dengan gizi
adalah melakukan pendataan balita, melakukan penimbangan serta mencatatnya dalamKartu
Menuju Sehat (KMS), memberikan makanan tambahan, mendistribusikan vitamin A, melakukan
penyuluhan gizi serta kunjungan ke rumah ibu yang menyusui dan ibu yang memiliki balita.
Kader diharapkan berperan aktif dan mampu menjadi pendorong, motivator dan penyuluh
masyarakat. Kader diharapkan dapat menjembatani antara petugas/tenaga kesehatan dengan
masyarakat serta membantu masyarakat mengidentifikasi dan menjawab kebutuhan kesehatan
mereka sendiri. Kader juga diharapkan dapat menyediakan informasi bagi pejabat kesehatan
berwenang yang mungkin tidak dapat mencapai masyarakat langsung, serta mampu mendorong
para pejabat kesehatan di sistem kesehatan agar mengerti dan merespons kebutuhan
masyarakat. Kader dapat membantu mobilisasi sumber daya masyarakat, mengadvokasi
masyarakat serta membangun kemampuan lokal.
Di Indonesia pada tahun 2010 kunjungan balita ke posyandu masih 50% dan kondisi ini
salah satunya dipengaruhi oleh cara pandang orang tua yang merasa anaknya tidak perlu lagi
dibawa ke posyandu seiring dengan pertambahan umur, selain itu minimnya kepercayaan para
orang tua terhadap kinerja kader posyandu. Keberhasilan posyandu tak lepas dari kerja keras
kader yang dengan sukarela mengelola posyandu di wilayahnya masing-masing. Kurangnya
pelatihan dan pembinaan keterampilan memadai bagi kader menyebabkan kurangnya
pemahaman tugas kader, lemahnya informasi serta koordinasi antara petugas dalam kegiatan
posyandu dapat mengakibatkan kurangnya tingkat kehadiran balita ke posyandu.
Gambaran pelaksanaan