Oleh :
H. Tatang Parjaman1, H. Aan Anwar Sihabudin2, Dini Yuliani3, Irfan Nursetiawan4,
Ii Sujai5
1,2,3,4,5
Universitas Galuh, Ciamis, Indonesia
E-mail : tatang.parjaman@gmail.com
ABSTRAK
Kajian ini dilatar belakangi bahwa salah satu tanggung jawab pemerintah dalam
pembangunan adalah menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya yang
salah satunya melalui pembentukan sebuah kawasan industri. Selain memiliki potensi
yang dapat dikembangkan untuk pembentukan sebuah kawasan industri, Kabupaten
Ciamis juga termasuk ke dalam kawasan percepatan pembangunan nasional wilayah
pesisir selatan Jawa Barat, sehingga perlu dilakukan kajian akademik untuk
pembentukan kawasan industri yaitu Kawasan industri hasil tembakau. Kajian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif yang relevan dengan pengungkapan
fenomena secara empiris yang dikorelasikan dengan landasan yuridis dan konseptis,
dengan analisis data menggunakan triangulasi sehingga membentuk sebuah kajian
akademik yang beretika dan normatif. Pembentukan kawasan industri hasil tembakau
diharapkan memberikan banyak manfaat dan keuntungan dari bidang ekonomi
masyarakat, terbentuknya kelembagaan baru dalam masyarakat, serta memudahkan
pemerintah daerah dalam pembinaan dan koordinasi di kawasan industri tersebut.
Tetapi juga perlu diantisipasi dampak negatif, diantaranya dengan cara monitoring
dan bina lingkungan yang terorganisir oleh pemerintah setempat.
155
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 9 Nomor 1, Bulan April Tahun 2022
perekonomian nasional dan juga memiliki Tentu saja dengan kondisi faktual
daya saing tinggi adalah industri hasil seperti yang telah dijelaskan di atas perlu
tembakau (IHT). Kontribusi IHT cukup dipertahankan bahkan terus ditingkatkan,
tinggi setelah industri makanan dan karena terbukti IHT ini memiliki peran
minuman, di mana posisi Indonesia adalah penting dalam menggerakkan pertumbuhan
sebagai eksportir nomor 6 di dunia untuk ekonomi nasional. Industri ini juga terbukti
produk IHT (Kementrian Perindustrian dan masih bisa bertahan kendati dalam situasi
Perdagangan RI, 2020). Pendapatan krisis ekonomi sebagai akibat pandemi
negara dari industri hasil tembakau yang covid-19, pelaku IHT nyaris tidak
merupakan sumbangan dari kategori melakukan pemutusan hubungan kerja
kearifan lokal diperoleh dari penyerapan (PHK) dengan para mitra kerjanya di
tenaga kerja yang tinggi, cukai rokok serta bisnis ini. Bila dilihat dari dimensi
dari tembakau dan cengkeh sebagai historis, bahwa perkembangan industri
komoditas penting hasil perkebunan. hasil tembakau (IHT) khususnya rokok
Dengan posisi seperti itu, maka IHT kretek (komoditas tembakau dan cengkih)
menjadi penyumbang devisa sebesar USD telah menjadi bagian sejarah bangsa dan
900 juta/tahun, pendapatan Negara dari budaya masyarakat kita yang sangat
cukai dan pajak setiap tahun meningkat “Indonesia”. Industri ini adalah sebagai
lebih dari Rp 200 T, selanjutnya dampak warisan nenek moyang yang sudah
terhadap serapan tenaga kerja untuk sektor mengakar secara turun menurun.
manufaktur dan distribusi IHT sebanyak Potensi tumbuh dan berkembangnya
4,28 juta orang serta di sektor perkebunan IHT di Indonesia sebenarnya berada di
lebih dari 2 juta orang (BPS, 2020). Daerah/Desa sebagai basis sentra produksi,
Meskipun perkembangan industri bahan baku, dan sekaligus juga pasar. Oleh
hasil tembakau menjadi satu penyumbang karena itu, potensi nasional IHT yang
terbesar perekonomian, tetapi IHT ini juga cerah ini perlu didukung oleh sentra-sentra
memberikan dampak negatif terhadap poduksi di daerah. Pemerintah Daerah
perkembangan kesehatan masyarakat ditantang untuk merespon potensi bisnis
(Wijaya, 2019). Sehingga 10 persen cukai ini menjadi bagian dari bisnis daerahnya.
rokok, dikontribusikan untuk optimalisasi Daerah ditantang menjadi pemasok IHT
penanganan pelayanan kesehatan untuk skala nasional, karena secara nasioal
masyarakat oleh pemerintah daerah. telah memiliki visi ingin mewujudkan IHT
Berdasarkan data yang diperoleh, pada yang kuat dan berdaya saing di pasar dalan
tahun 2020 terdapat kenaikan sebesar negeri dan global dengan memperhatikan
3,67% untuk realisasi cukai hasil tembakau bagian kesehatan. Secara nasional saat ini
dengan penerimaan negara sebesar Rp. IHT ingin meningkatkan produksi rokok
179,83 triliun. Kenaikan ini dikarenakan sebanyak 260 M batang rokok dan
adanya kenaikan tarif cukai rokok serta meningkatkan nilai ekspor tembakau
pergeseran penerimaan cukai hasil sebesar USD 1,5 juta. Saat ini telah banyak
tembakau dari tahun 2019 yang hanya tersebar pelaku-pelaku IHT di daerah,
sebesar 96,74% dari total penerimaan namun belum terkontrol dengan baik oleh
(Kusnandar V.B, 2021). Pemerintah Daerah. Sehingga muncul
beberapa permasalahan seperti: iklim
156
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 9 Nomor 1, Bulan April Tahun 2022
157
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 9 Nomor 1, Bulan April Tahun 2022
Adapun tujuan dari penyusunan Adapun untuk teknik analisis data yang
kajian akademik ini sebagai berikut: digunakan dalam hal ini, yakni analisis
pertama, sebagai acuan dan pedoman bagi sosial ekonomi masyarakat dan analisis
para pemangku kepentingan untuk demografi (kepadatan penduduk). Dalam
merumuskan pokok-pokok pikiran yang hal ini menggunakan analisis deskriptif,
ideal dan menjadi dasar dalam berbagai yakni mendeskripsikan data yang dianalisis
regulasi yang berkaitan dengan industri menjadi informasi sebagai interpretasi dari
hasil tembakau (IHT). Kedua, untuk data yang telah dikumpulkan, dan akhirnya
menyamakan persepsi antara Pemerintah dihasilkan suatu kesimpulan, serta
Daerah dan DPRD dalam pembangunan rekomendasi dari aspek sosial budaya
kawasan industri hasil tembakau di secara menyeluruh. Informan diambil
Kabupaten Ciamis. secara purposive sampling (sampel
bertujuan) dan hal itu dilatar belakangi
B. METODE PENELITIAN oleh cakupan kewilayahan objek kajian
Metode kajian yang digunakan yang sangat luas. Selain itu, hal ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif. dimaksudkan untuk mendapatkan data
Hal ini tentunya disesuaikan dengan aspek primer dan sekunder yang terkumpul
sosial budaya yang menjadi titik tumpu secara signifikan. Triangulasi data menjadi
dalam kajian yang akan dilakukan. Metode patokan baku dalam penelitian ini untuk
kualitatif ini relevan dengan pengungkapan menghasilkan validitas data yang sesuai
fenomena secara empiris yang dengan kondisi di lapangan dan berkorelasi
dikorelasikan dengan landasan yuridis dan dengan konsep atau teori yang dipakai.
konseptis, serta membentuk sebuah
penelitian yang beretika dan normatif, C. HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan menggunakan sumber data primer Sektor perindustrian merupakan
dan sumber data sekunder. Sumber data salah satu sektor yang memiliki potensi
primer didapatkan dari informan dengan yang sangat besar yang akan menyokong
alat pengumpul data yang berasal dari hasil perekonomian Kabupaten Ciamis dimasa
wawancara. Sedangkan untuk data yang akan datang. Bila merujuk pada
sekunder merupakan data yang Rencana Induk Pembangunan Industri
dikumpulkan untuk melengkapi data Nasional (RIPIN), Rencana Induk
primer yang diperoleh dari dokumentasi Pembangunan Industri Provinsi, serta
atau studi kepustakaan yang terkait dalam Rencana Induk Pembangunan Industri
permasalahan yang diteliti, yaitu Kabupaten Ciamis, maka di Kabupaten
bersumber dari profil Kabupaten Ciamis Ciamis memiliki potensi sumber daya alam
dan dokumen yang terkait dengan yang memadai untuk pengembangan
pendirian Kawasan Industri Hasil industri hasil tembakau serta potensi
Tembakau (KIHT). Selain itu, jenis sumber daya manusia angkatan kerja juga
sumber data yang dianalisis dalam hal ini tersedia. Di Kabupaten Ciamis saat ini
merupakan berasal dari data primer dan telah berkembang industri kreatif yang
sekunder. Data primer berasal dari berbasis pertanian, seperti: Galendo
informan yang secara random sampling Ciamis, kripik pisang, yang telah menjadi
berada di wilayah lokus kajian analisis. “icon” nya Ciamis. Untuk sektor industri
158
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 9 Nomor 1, Bulan April Tahun 2022
hasil hutan pun saat ini embrionya telah layak dibentuknya KIHT di Ciamis, yakni:
ada di Kecamatan Rancah, dan bila dibina Pertama, Sektor Pertanian, Kehutanan dan
serta dikembangkan tidak menutup Perikanan merupakan komoditas unggulan
kemungkinan indutri ini pun bisa dan kontributor terbesar PDRB Kabupaten
berkembang di Kabupaten Ciamis. Ciamis; Kedua, ketersediaan bahan baku
Dengan demikian, sebenarnya pionir utama IHT di Ciamis (tembakau dan
IHT di Ciamis telah eksis dan memiliki cengkeh) menjadi basis tanaman
prospek baik, terbukti pada saat diguncang perkebunan yang akan digalakkan; Ketiga,
wabah covid-19 pun masih bisa bertahan. kesiapan sumber daya manusia sebagai
Tidak menjadi masalah walaupun saat ini angkatan kerja di Ciamis dari berbagai
bahan baku IHT di Rancah masih disuplai tingkatan pendidikan memiliki
dari wilayah di luar Ciamis, yang penting kemampuan untuk berkontribusi dalan
produksi berada di Ciamis dan pelakunya bisnis IHT; Keempat, potensi pasar IHT
melibatkan masyarakat Ciamis. Pembinaan sangat terbuka.
IHT yang ada dari Dinas terkait tentu telah Dengan adanya potensi yang sangat
dilakukan walaupun belum optimal. Ketika prospektif tersebut, maka diperlukan
ada wacana di Kabupaten Ciamis akan kesiapan Daerah untuk menangkap
dibentuk Kawasan Industri Hasil peluang ini secepatnya. Industri hasil
Tembakau yang tentunya akan menunjang tembakau (IHT) ini adalah bisnisnya
industri pertaniannya, maka ini adalah daerah, peluang besar untuk mewujudkan
gagasan yang tepat. Secara ekonomi dan kemandirian ekonomi dari sektor pertanian
kesempatan kerja sangat prospektif, sudah terlihat di muka. Pemerintah
sehingga pada ujungnya KIHT di Kabupaten Ciamis sebagai leading sektor
Kabupaten Ciamis akan mampu pembangunan di kabupaten Ciamis
mendongkrak kesejahteraan masyarakat. dituntut untuk cepat, kreatif, dan inovatif
Secara sosial budaya industri hasil untuk mewujudkan KIHT di wilayahnya,
tembakau telah “ada”/eksis, dan persoalan karena bila terwujud akan meningkatkan
tembakau ini merupakan warisan nenek daya saing daerah.
moyang kita sejak dulu yang sangat Dilihat dari aspek sosial budaya
“Indonesia”. Ditunjang dengan fakta dalam pembentukan KIHT di Ciamis, Tim
bahwa bahwa IHT secara nasional telah kajian mendorong bahwa aspek sosial dan
berkontribusi pada pendapatan nasional budaya itu sebenarnya ada di dua tataran,
kita. Oleh karena itu kabupaten Ciamis yakni tataran mikro (Pemerintah) dan ada
seyogianya ikut “bermain” dan menjadi di tataran makro (Masyarakat). Pada
bagian dari bisnis IHT nasional di daerah. tataran mikro/Pemerintah, aspek-aspek
Pembangunan KIHT menjadi salah satu sosial budaya adalah berupa isu-isu yang
alternatif untuk menambah pendapatan sekaligus menjadi tantangan bagi
daerah di Ciamis. pemerintah untuk dilakukan demi
Berdasarkan hasil analisis potensi terwujudnya KIHT. Isu-isu sosial budaya
ekonomi di Kabupaten Ciamis yang tersebut adalah berupa: pengembangan
dikemukakan oleh Tim Kajian Ekonomi kelembagaan, networking, pengembangan
KIHT dari FE Unigal (2021) bahwa ada sumber daya manusia, dan pengembangan
beberapa potensi kuat yang mengarahkan
159
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 9 Nomor 1, Bulan April Tahun 2022
160
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 9 Nomor 1, Bulan April Tahun 2022
kompeten tidak akan memiliki daya saing secara sosial budaya masyarakat di sekitar
yang tangguh. Pengembangan sdm mikro KIHT, yakni:
diarahkan pada penguatan kompetensi a) Ada kemungkinan jumlah
aparatur birokrasi di Pemerintah Daerah. penduduk menjadi bertambah
Dengan maksud terutama kaitannya yang berasal dari pendatang yang
dengan upaya peningkatan kualitas bisa saja merubah kondisi sosial
pelayanan dalam pengembangan KIHT. budaya yang telah ada;
Sedangkan pengembangan sdm dilevel b) Lingkungan sekitar KIHT akan
makro adalah berupaya membentuk memunculkan jenis mata
kompetensi para pelaku usaha IHT pencaharian baru selain yang
termasuk calon tenaga kerja di sektor telah ada sebelumnya;
produksi, pemasaran, maupun di sektor c) Perubahan interaksi sosial dan
perkebunan yang sesuai dengan kebutuhan semangat kebersamaan disekitar
yang dipersyaratkan dalam IHT. Bentuk KIHT;
pengembangan sumber daya manusia d) Hilangnya tradisi/adat istiadat
(makro/mikro) bisa dilakukan dengan karena terkalahkan budaya baru
berbagai cara, seperti diklat, dari pendatang;
pendampingan, sosialisasi, magang, dan e) Meningkatnya kegiatan
lain-lain. keagamaan yg berasal dari
4. Pengembangan Lingkungan Yang pendatang yang rajin melakukan
Kondusif syiar-syiar keagamaan;
Di beberapa daerah yang memiliki f) Berkembangnya teknologi
kawasan industri, sering melakukan modern di lingkungan
kegiatan “Bina Lingkungan” di sekitar masyarakat sekitar KIHT.
kawasan itu. Kegiatan ini bisa dilakukan Potensi-potensi perubahan sosial
secara kolaboratif antara Pemda, budaya tersebut bisa diantasipasi dengan
masyarakat, dunia usaha, atau pihak lain. cara monitoring, bina lingkungan, dari
Dalam hal ini tentu saja inisiatornya semua pihak terutama pihak otoritas KIHT
dimulai dari Pemerintah, karena tugas yang dituntut untuk bisa saling beradaptasi
pemerintah dalam hal ini adalah dengan kondisi lingkungan baru di
membangun lingkungan yg kondusif. Para kawasan itu.
pelaku usaha akan merasa nyaman bila Dengan dibentuknya KIHT di
tidak terganggu oleh hal-hal yang non Kabupaten Ciamis akan memiliki banyak
teknis yang merugikan usahanya. Dalam manfaat dan keuntungan, antara lain: (1)
rangka mewujudkan governansi kawasan Memudahkan Pemerintah dalam
IHT perlu dibangun komunikasi yang pembinaan pada pelaku IHT; (2) sebagai
intensif diantara stakeholders KIHT yang upaya preventif untuk mengendalikan
akan dibangun di Kabupaten Ciamis. produk-produk IHT illegal; (3)
Tantangan sosial budaya ditataran merangsang IKM-IKM yang ada termasuk
makro (masyarakat) yang perlu diantisipasi BUMDes untuk bisa
adalah terdapat beberapa aspek yang bergabung/berkolaborasi dalam usaha IHT;
kemungkinan akan terjadi perubahan (4) merangsang masyarakat untuk siap
161
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 9 Nomor 1, Bulan April Tahun 2022
162
Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara
e-ISSN 2614-2945 Volume 9 Nomor 1, Bulan April Tahun 2022
Murti, I. A. (2011). Analisis Alokasi Dana Penelitian Agro Ekonomi (Vol. 28,
Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau di No. 1, pp. 69-80).
Kota Surakarta. Verulitasari, E., & Cahyono, A. (2016).
Pebriani, N. K. D., Erviantono, T., & Nilai Budaya Dalam Pertunjukan
Wismayanti, K. W. D. (2017). Rapai Geleng Mencerminkan
Kemitraan pengembangan sektor Identitas Budaya
pariwisata (Studi Kasus: Bali Aceh. Catharsis, 5(1), 41-47.
Elephant Camp, Desa Wisata Wijaya, C. (2019). Analisis Hukum
Carangsari, Kecamatan Petang, Penolakan Aksesi Framework
Kabupaten Badung). Citizen Convention on Tobacco Control
Charter, 1(1), 165251. (FCTC) Terhadap Industri Hasil
Purbasari, I. (2018). Dinamika Tembakau di Indonesia.
Pembangunan Masyarakat Kudus Yoga, S. (2019). Perubahan Sosial Budaya
Berkonteks Sejarah Industri dan Masyarakat Indonesia dan
Budaya Lokal. Khazanah Perkembangan Teknologi
Pendidikan, 11(1). Komunikasi. Jurnal Al-Bayan:
Rachmat, M., & Aldillah, R. (2010). Media Kajian dan Pengembangan
Agribisnis tembakau di Indonesia: Ilmu Dakwah, 24(1).
Kontroversi dan prospek. In Forum
163