TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
wilayah kerjanya.
6
7
a. Paradigma sehat;
b. Pertanggungjawaban wilayah;
c. Kemandirian masyarakat;
lain terkait;
masyarakat;
dan masyarakat;
lingkungan kerja;
perundang-undangan.
dan aksesibilitas.
A. Lokasi
meliputi:
a. geografis;
c. kontur tanah;
d. fasilitas parkir;
e. fasilitas keamanan;
peraturan perundang-undangan.
B. Bangunan
(4) meliputi:
dan
C. Prasarana
b. sistem pencahayaan;
13
d. sistem kelistrikan;
e. sistem komunikasi;
i. sarana evakuasi;
kendaraan lainnya.
a. dokter gigi;
c. tenaga nonkesehatan.
a. Perawat;
b. Bidan;
e. Nutrisionis;
kerjanya.
Puskesmas.
7. Dalam hal jumlah dan jenis dokter dan/atau dokter layanan primer,
a. Perencanaan kebutuhan
b. Permintaan
c. Penerimaan
d. Penyimpanan
e. Pendistribusian
f. Pengendalian
meliputi:
c. Konseling
(satu) set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komPasundan, jika
sesuai kebutuhan.
d. Ruang konseling
f. Ruang arsip
melitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Diabetes
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh gangguan atau defisiensi
produksi insulin atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap
pemeriksaan glukosa plasma puasa atau fasting plasma glucose (FPG) dan
pemeriksaan toleransi glukosa oral atau oral glukose tolerance test (OGTT).
20
a. Kadar FPG antara 100 dan 125 mg/dl mengindikasikan pradiabetes, dan
b. Sedangkan untuk OGTT, gula darah individu diukur setelah puasa dan dua
jam setelah minum minuman manis. OGTT dua jam antara 140 mg/dl
sampai 199 mg/dL mengindikasikan pradiabetes dan kadar 200 mg/dL atau
pada pasien yng beresiko mengidap diabetes pasti. Intervensi dini sangat
penting karena pada saat didiagnosis diabetes tipe 2, 20% pasien sudah
absolut insulin, oleh karena itu individu pengidap tipe ini harus mendapat insulin
pengganti dan biasanya dijumpai pada individu yang tidak gemuk berusia kurang
Diabetes tipe I diperkirakan terjadi akibat destruksi autoimun sel-sel beta pulau
Langerhans (Corwin, 2009). diabetes melitus tipe I merupakan 10% dari semua
21
kasus diabetes. Umumnya terjadi pada masa kanak-kanak atau dewasa muda dan
biasanya muncul dari perusakan sel β pankreas yang dimediasi sistem imun,
sehingga terjadi defisiensi insulin absolut. Ada periode praklinis yang panjang
(sampai 9-13 tahun) yang ditandai oleh kehadiran penanda imun ketika
tersirkulasi ke berbagai antigen sel β (seperti antibodi islet cell, antibodi insulin)
(Dipiro, 2008).
Melitus/NIDDM)
Diabetes melitus tipe 2 merupakan 90% kasus dari semua kasus diabetes
melitus dan biasanya ditandai dengan resistensi terhadap insulin dan defisiensi
waktu. diabetes melitus tipe 2 terjadi ketika gaya hidup diabetogenik (asupan
insulin tidak bisa membawa glukosa masuk kedalam jaringan karena terjadi
22
produksi glukosa oleh hati. Oleh karena itu terjadinya resistensi insulin
(reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi
dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal tersebut dapat
bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan mengalami
desentisasi terhadap adanya glukosa. Onset diabetes melitus tipe ini terjadi
intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa kehamilan dan biasanya
melitus tipe ini memiliki resiko lebih besar untuk menderita diabetes melitus
yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan (ADA, 2016).
Diabetes melitus tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek
genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,
penyakit metabolik endokrin lain, infeksi firus, penyakit autoimun dan kelainan
terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut dan kronis. Menurut
Perkeni 2019, komplikasi diabetes melitus dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu :
1. Komplikasi Akut
tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, kadar gula darah yang terlalu
kemolakto asidosis.
2. Komplikasi Kronik
2019).
dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat
a. OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai
g. DPPIV inhibitor dapat diberikan bersama makan dan atau sebelum makan.
5. DPP IV Inhibitor
a. Sulfonilurea
dan Tolbutamid.
oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat
badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan
keadaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta
dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini
terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid
(derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara
oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi
a. Biguanid (Metformin)
dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin > 2.5 mg/dl) dan hati, serta
efek samping mual, sehingga untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan
pada saat atau sesudah makan. Selain itu harus diperhatikan bahwa pemberian
metformin secara titrasi pada awal penggunaan akan memudahkan dokter untuk
b. Tiazolidindion
Activated Receptor Gamma (PPARg), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak.
gagal jantung kelas I-IV karena dapat memperberat edema/retensi cairan dan juga
pada gangguan faal hati. Pada pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu
dengan gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin > 2.5 mg/dl) dan hati, serta
efek samping mual, sehingga untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan
pada saat atau sesudah makan. Selain itu harus diperhatikan bahwa pemberian
metformin secara titrasi pada awal penggunaan akan memudahkan dokter untuk
5. DPP - IV Inhibitor
a. Sitagliptin
b. Vildagliptin
dihasilkan oleh sel L di mukosa usus. Peptida ini disekresi oleh sel mukosa usus
bila ada makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan. GLP-1 merupakan
glukagon. Namun demikian, secara cepat GLP-1 diubah oleh enzim dipeptidyl
peptidase-4 (DPP4), menjadi metabolit GLP-1 (9,36) amide yang tidak aktif.
Sekresi GLP-1 menurun pada diabetes melitus tipe 2, sehingga upaya yang
ditujukan untuk meningkatkan GLP-1 bentuk aktif merupakan hal rasional dalam
DPP4), atau memberikan hormon asli atau analognya (analog incretin = GLP-1
agonis). Berbagai obat yang masuk golongan DPP4 inhibitor, mampu menghambat
kerja DPP4 sehingga GLP1 tetap dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk aktif
glukagon.
B. Suntikan
1. Insulin
menurunkan kadar glukosa darah. Bila digunakan dalam dosis yang sesuai,
insulin dapat menurunkan setiap kadar A1C sampai mendekati target terapeutik.
Terapi insulin berkaitan dengan penurunan berat badan dan hipoglikemia. Insulin
c. Ketoasidosis diabetik.
perencanaan makan.
k. Berdasarkan lama kerja insulin dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu :
Insulin kerja cepat (rapid acting insulin), Insulin kerja pendek (short acting
panjang (long acting insulin), Insulin campuran tetap, kerja pendek dan
b. Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin yang dapat
dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap cubitan permukaan kulit.
31
atau drip.
kedua jenis insulin tersebut. Teknik pencampuran dapat dilihat dalam buku
dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh penyandang diabetes
yang sama.
Dianjurkan memakai konsentrasi yang tetap. Saat ini yang tersedia hanya
2. Agonis GLP-1
mungkin menurunkan berat badan. Efek agonis GLP-1 yang lain adalah
cadangan sel beta pankreas. Efek samping yang timbul pada pemberian obat
C. Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
sejak dini. Terapi dengan OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat
kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga
OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin.
Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana insulin tidak
menengah atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada malam hari
33
diperoleh kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup
kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah 610 unit yang diberikan
menilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya. Bila dengan cara
seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali,
2019).
Dosis
Nama Lama Kerj Frek/
Golongan Generik mg/tab Harian Waktu
Dagang (jam) hari
(mg)
Condiabet 5
Glidanil 5
Renabetic 5
Glibenclamide Harmida 2,5 – 5 2,5 - 20 12-24 1-2
Daonil 5
Gluconic 5
Padonil 5
Glipizide Glucotrol-XL 5-10 5-20 12-16 1
Diamicron MR 30 – 60 30-120 24 1
Diamicron
Glucored
Linodiab
Gliclazide Pedab
80 40-320 10-20 1-2
Glikamel
Glukolos
Meltika
Glicab Sebelum
Sulfonilurea
Gliquidone (30) Glurenorm 30 15-120 6-8 1-3 makan
Actaryl 1-2-3-4
Amaryl 1-2-3-4
Diaglime 1-2-3-4
Gluvas 1-2-3-4
Metrix 1-2-3-4
Orimaryl 2-3
Simryl 2-3
Versibet 1-2-3
Glimepiride 1-8 24 1
Amadiab 1-2-3-4
Anpiride 1-2-3-4
Glimetic 2
Mapryl 1-2
Paride 1-2
Relide 2-4
Velacom2/
2-3
Velacom 3
Repaglinide Dexanorm 0,5-1-2 1-16 4 2-4
Glinid
Nateglinide Starlix 60-120 180-360 4 3
34
Actos 15-30
Gliabetes 30 Tidak
Thiazolidine- Pravetic 15-30
Pioglitazone 15-45 24 1 bergantung
dione Deculin 15-30 jawal makan
Pionix 15-30
Acrios
Penghambat Glubose Bersama
Alfa - Acarbose 50-100 100-300 3 suapan
Eclid
Glukosidase pertama
Glucobay
Adecco 500
Efomet 500-850
Formell 500-850
Gludepatic 500
Gradiab 500-850
Metphar 500
Zendiab 500
Diafac 500 Bersam
Biguanid Metformin Forbetes 500-850 500- 3000 6-8 1-3 a/
500-850- sesudah
Glucophage makan
1000
Glucotika 500-850
Glufor 500-850
Glunor 500-850
Heskopaq 500-850
Nevox 500
Glumin 500
Vildagliptin Galvus 50 50-100 12-24 1-2
Penghambat Sitagliptin Januvia 25-50-100 25-100 Tidak
DPP-4 Saxagliptin Onlyza 24 1 bergantun
5 5
Linagliptin Trajenta g jadwal
Penghambat Dapaglifozin Forxigra 5-10 5-10 makan
24 1
SGLT-2 Empagliflozin Jardiance 10-25 10-25
1,25/250
Glibenclamid
Glucovance 2,5/500
e+
5/500
Metformin
12-24
1/250
Amaryl M 1-2
Glimepirid 2/500
e+ 1/250
Velacom plus
Metformin 2/500
Actosmet 15/850 Mengatur
Pioglitazon
15/500 dosis 18-24
Obat e+ Pionix-M
15/850 maksimum
kombinasi Metformin
masing –
tetap 50/500 Bersam
Sitaglipti masing
Janumet 50/850 a/
n+ komponen
50/1000 sesudah
Metformi 2
n makan
50/500
Vildaglipti 12-24
Galvusmet 50/850
n+
50/1000
Metformin
Saxagliptin +
Kombiglyze XR 5/500 1
Metformin
2,5/500
Linaglipti
Trajento Duo 2,5/850 2
n+
2,5/1000
Metformi
n
2,5/1000
Dapaglifozin- 5/500
Xigduo XR 1-2
Metformin HCl 5/1000
XR 10/500
35
bila berat badan turun dan aktivitas fisik yang ditingkatkan maka konsensus ini
pertama pengobatan pasien diabetes tipe 2 yang baru. Intervensi pola hidup juga
untuk memperbaiki tekanan darah, profil lipid, dan menurunkan berat badan atau
Untuk pasien yang tidak obesitas, modifikasi komposisi diet dan tingkat
aktivitas fisik tetap berperan sebagai pendukung pengobatan. Oleh sebab itu pada
sebagai terapi farmakologik awal, pada keadaan tidak ada kontraindikasi spesifik,
36
karena efek langsungnya terhadap glikemia, tanpa penambahan berat badan dan
hipoglikemia pada umumnya, efek samping yang sedikit, dapat diterima oleh
pasien dan harga yang relatif murah. Penambahan obat penurun glukosa darah
persisten.
Bila dengan intervensi pola hidup dan metformin dosis maksimal yang
dapat ditolerir target glikemik tidak tercapai atau tidak dapat dipertahankan,
sebaiknya ditambah obat lain setelah 3 bulan memulai pengobatan atau setiap
saat bila target A1C tidak tercapai. Bila terdapat kontraindikasi terhadap
metformin atau pasien tidak dapat mentolerir metformin maka perlu diberikan
menentukan obat mana yang dipilih adalah keadaan pasien dan keadaan
penyakitnya.
Bila dengan dual terapi target A1C tidak tercapai setelah 3 bulan, maka
GLP-1 reseptor agonis, atau Insulin basal. Pemilihan obat didasarkan pada
prioritas pasien, penyakit dan karakteristik obat dengan tujuan mengurangi kadar
Bila dengan dual terapi target A1C tidak tercapai setelah 3 bulan dengan
menggunakan tripel terapi dan pasien dengan kombinasi OHO, gunakan terapi
suntikan. Terai yang digunakan adalah GLP-1 dan insulin basal, atau
(ADA, 2016).
2019
39