Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. JUDUL
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYAJIKAN GAGASAN DALAM BENTUK
TEKS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PEDAGOGI GENRE
DAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VIIIA SMP PONDOK MODERN
SELAMAT SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2018/2019

B. BIDANG
Pembelajaran Berbahasa

C. PENDAHULUAN
Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat bermanfaat.
Selain digunakan sebagai bahasa komunikasi secara tulis, menulis juga bisa digunakan
untuk mengungkapkan perasaan dan mengekspresikan diri. Sebagai bentuk
mengekspresikan diri maka menulis puisi bisa menjadi salah satu solusi yang tepat.
Mengingat besarnya manfaat keterampilan menulis maka perlu adanya upaya
meningkatkan keterampilan menulis. Salah satunya adalah dengan pembelajaran menulis
puisi. Pembelajaran menulis puisi tertuang dalam kompetensi dasar pembelajaran.
Kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa adalah menyajikan gagasan,
perasaan, pendapat dalam bentuk teks puisi.
Kompetensi dasar berupa menyajikan gagasan, perasaan, pendapat dalam bentuk
teks puisi merupakan ranah keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa kelas VIIIA SMP
Pondok Modern Selamat pada semester 1 tahun pelajaran 2018/2019. Pada kenyataanya
hasil belajar siswa kelas VIIIA SMP Pondok Modern Selamat terkait kompetensi dasar
tersebut masih rendah. Hal ini diketahui berdasarkan refleksi pembelajaran yang telah
dilakukan. Adapun penyebab rendahnya keterampilan menyajikan gagasan, perasaan,
pendapat dalam bentuk teks puisi adalah (1) sebagaian besar siswa kelas VIIIA kurang
memiliki minat terhadap pembelajaran menulis. Umumnya sifat bersikap pasif, kurang
bersemangat, dan sulit berkonsentrasi.; (2) pada umumnya siswa menganggap kegiatan
menulis adalah kegiatan yang mudah dilakukan. Meskipun menulis puisi merupakan
kegiatan yang mudah dilakukan ternyata ketika dihadapkan langsung dengan pembelajaran
menulis puisi banyak siswa yang merasa sulit dalam menuangkan ide atau gagasan; (3)
dan guru dalam pembelajaran belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan
media pembelajaran yang menarik. Siswa hanya diberi penjelasan kemudian langsung
diminta menuangkan gagasan dalam bentuk teks puisi sehingga hal tersebut kurang
berpengaruh dalam peningkatan keterampilan menulis teks puisi. Berdasarkan keadaan
tersebut maka perlu adanya upaya guna meningkatkan keterampilan menulis teks puisi.
Rendahnya keterampilan siswa dalam menulis teks puisi setelah dilakukan tes awal
menulis teks puisi. Dari hasil tes tersebut dapat diketahui nilai rata-rata kelas sebesar
60,20. Rata-rata kelas tersebut masuk dalam kategori cukup dan belum dapat dinyatakan
tuntas karena guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia mematok standar
ketuntasan minimal sebesar 70. Dilakukannya tes awal keterampilan menulis teks puisi
tersebut, memperkuat hasil wawancara dan observasi terhadap siswa kelas VIIIA sehingga
dapat ditarik simpulan bahwa tingkat keterampilan menulis teks puisi siswa kelas VIIIA
SMP Pondok Modern Selamat Kendal masih rendah. Berdasarkan keadaan tersebut,
peningkatan keterampilan menulis teks puisi sangat perlu diupayakan.
Tingkah laku siswa yang masih kurang baik selama proses pembelajaran juga
berpengaruh terhadap rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam menulis teks puisi.
Tingkah laku tersebut antara lain rendahnya perhatian terhadap pembelajaran menulis teks
puisi. Rendahnya perhatian siswa disebabkan oleh anggapan siswa bahwa menulis teks
puisi merupakan kegiatan yang mudah dilakukan sehingga tidak memerlukan tingkat
perhatian dan konsentrasi yang lebih. Meskipun puisi bukan sesuatu yang asing bagi
siswa, namun pembelajaran menulis puisi tidak mudah. Masih ditemukan beberapa siswa
yang hanya tahu puisi tetapi kurang mengenal dan sulit mendalaminya.
Pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu dengan menulis puisi yang bernilai
sastra dengan rangkaian kata-kata bermakna konotatif, diksi yang imajinatif, bahasa yang
konsentrif, serta persajakan yang harmonis; tidak hanya merangkai kata-kata berupa
kalimat-kalimat prosa bermakna denotatif yang dikemas dalam bentuk puisi. Faktanya,
puisi yang mereka buat hanya berupa susunan kata-kata yang tidak berbeda dengan
kalimat prosa yang bermakna denotatif, diksi kurang sesuai, majas kurang, hanya saja
kemasannya berbentuk puisi yang berbait-bait. Ada juga siswa yang sudah menulis puisi
dengan baik, tetapi jumlahnya hanya beberapa. Pada proses inilah siswa mengalami
kesulitan, yaitu menelaah dan meramu kata-kata agar bersifat imajinatif. Hal tersebut
dikarenakan nilai rasa dan daya imajinasi antarsiswa berbeda-beda.
Berdasarkan kenyataan saat pembelajaran menulis puisi tersebut maka perlu adanya
penyelesaian. Apabila permasalahan tersebut tidak segera diatasi maka akan berakibat
kurang berkembangnya tingkat keterampilan menulis puisi pada siswa.
Selain itu, pembelajaran di jam terakhir menjadikan siswa kurang bersemangat
dalam pembelajaran. Konsentrasi siswa terganggu karena perasaan siswa yang ingin
segera pulang sekolah. Perilaku-perilaku yang masih salah tersebut harus segera diubah
menjadi lebih baik agar mendukung peningkatan keterampilan siswa dalam menulis teks
puisi.
Dari beberapa penyebab rendahnya keterampilan menulis teks puisi di atas, dalam
penelitian ini masalah yang diteliti adalah rendahnya keterampilan siswa dalam
menyajikan gagasan dalam bentuk teks puisi karena faktor kurang bervariasinya model
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pada proses pembelajaran menulis teks berita,
guru masih menerapkan proses pembelajaran konvensional, yaitu guru berceramah dan
siswa mengerjakan tugas. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metode dan media yang
tepat untuk diterapkan pada pembelajaran menulis teks puisi.
Model pembelajaran pedagogik genre dan media gambar dalam pembelajaran
menulis teks puisi dapat menjadi solusi yang tepat. Penggunaan sumber belajar yang tepat
dapat menjadi pendukung pembelajaran di kelas. Kondisi sekolah mungkin tidak mampu
untuk menyediakan sumber belajar berupa buku teks dan perangkat pembelajaran yang
canggih. Karena situasi yang belum memungkinkan, perangkat pembelajaran harus
dikembangkan dengan memperhatikan kepraktisan, ketersediaan, dan dibuat secara
konkrit.
Dalam penelitian yang dilaksanakan,menulis teks puisi yang lebih ditekankan adalah
kemampuan menulis teks puisi pada siswa. Siswa diharapkan mampu menyajikan
gagasan, perasaan, pendapat dalam bentuk teks puisi.
Oleh karena itu, guna meningkatkan kompetensi keterampilan berupa menyajikan
gagasan, perasaan, pendapat dalam bentuk teks puisi secara tulis/lisan dengan
memperhatikan unsur-unsur pembangun puisi, peneliti mencoba menggunakan pendekatan
pedagogi genre dan media gambar.

D. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi beberapa masalah
terkai keterampilan menulis teks puisi pada siswa kelas VIIIA SMP Pondok Modern
Selamat Kendal. Nilai ketuntasan 70 hanya dicapai 10 siswa dari 25 siswa.. Jadi hanya
40% siswa yang tuntas. Adapun penyebab rendahnya keterampilan menyajikan gagasan,
perasaan, pendapat dalam bentuk teks puisi adalah (1) sebagaian besar siswa kelas VIIIA
kurang memiliki minat terhadap pembelajaran menulis. Umumnya sifat bersikap pasif,
kurang bersemangat, dan sulit berkonsentrasi.; (2) pada umumnya siswa menganggap
kegiatan menulis adalah kegiatan yang mudah dilakukan. Meskipun menulis puisi
merupakan kegiatan yang mudah dilakukan ternyata ketika dihadapkan langsung dengan
pembelajaran menulis puisi banyak siswa yang merasa sulit dalam menuangkan ide atau
gagasan; (3) dan guru dalam pembelajaran belum menggunakan metode pembelajaran
yang tepat dan media pembelajaran yang menarik. Siswa hanya diberi penjelasan
kemudian langsung diminta menuangkan gagasan dalam bentuk teks puisi sehingga hal
tersebut kurang berpengaruh dalam peningkatan keterampilan menulis teks puisi.
Berdasarkan keadaan tersebut maka perlu adanya upaya guna meningkatkan keterampilan
menulis teks puisi.

E. BATASAN MASALAH
Permasalahan utama yang menjadi fokus dalam penelitian adalah kompetensi
keterampilan berupa menyajikan gagasan dalam bentuk teks puisi siswa kelas VIIIA SMP
Pondok Modern Selamat semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 masih rendah. Siswa juga
menunjukkan perilaku belajar yang kurang positif.

F. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian sebagai berikut.
1) Bagaimana perubahan perilaku belajar siswa VIIIA SMP Pondok Modern Selamat
semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 dalam menyajikan gagasan, perasaan, pendapat
dalam bentuk teks puisi model pedagogi genre dan media gambar?
2) Bagaimana peningkatan keterampilan siswa VIIIA SMP Pondok Modern Selamat
semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 dalam menyajikan gagasan, perasaan, pendapat
dalam bentuk teks puisi model pedagogi genre dan media gambar?

G. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa VIIIA SMP Pondok Modern Selamat
semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 dalam menyajikan gagasan, perasaan, pendapat
dalam bentuk teks puisi model pedagogi genre dan media gambar.
2) Mendeskripsikan peningkatan keterampilan siswa VIIIA SMP Pondok Modern Selamat
semester 1 tahun pelajaran 2018/2019 dalam menyajikan gagasan, perasaan, pendapat
dalam bentuk teks puisi model pedagogi genre dan media gambar.

H. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini ada dua macam, yaitu manfaat
teoretis dan manfaat praktis. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk pengembangan teori pembelajaran bahasa Indonesia khususnya yang berkenaan
dengan pembelajaran kompetensi tentang teks puisi pada siswa kelas VIII SMP sehingga
dapat dijadikan referensi untuk penelitian-penelitian lain yang serupa atau melengkapi.
Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk memperkaya khasanah penelitian, terutama
yang berupa penelitian tindakan kelas. Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk
siswa dan guru bahasa Indonesia. Bagi siswa, penelitian ini bermanfaat untuk
meningkatkan kompetensi mereka dalam pembelajaran tentang teks puisi. Bagi guru,
manfaat dari penelitian ini sebagai alternatif penggunaan pendekatan pembelajaran tentang
teks puisi.

I. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


KAJIAN PUSTAKA
Penelitian tindakan kelas tentang menulis puisi merupakan penelitian yang menarik.
Banyaknya penelitian tentang menulis puisi tersebut dapat dijadikan salah satu bukti
bahwa menulis puisi di sekolah-sekolah sangat menarik untuk diteliti. Namun demikian,
penelitian-penelitian tersebut belum seutuhnya sempurna, oleh karena itu, perlu penelitian
lanjutan demi melengkapi dan menyempurnakan penelitian sebelumnya. Ada beberapa
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai kajian
pustaka, diantaranya adalah sebagai berikut.
Nurul (2008) melakukan penelitian tindakan kelas mengenai penggunaan media
gambar dalam pembelajaran menulis puisi dengan judul “Peningkatan Keterampilan
Menulis Puisi Dengan Media Gambar Siswa Kelas III SD Negeri Cepoko 01 Gunungpati,
Semarang”. Hasilnya menyimpulkan bahwa media gambar terbukti mampu membantu
siswa dalam menumbuhkan pengertian dan perkembangan sastra serta dapat meningkatkan
kualitas, kreativitas, dan efektivitas siswa dalam menulis puisi. Keterkaitan penelitian ini
dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah sama-sama meneliti keterampilan
menulis puisi dan penggunaan media gambar. Perbedaannya adalah penggunaan model
pembelajaran yang dilakukan peneliti adalah dengan model pembelajaran pedagogik
genre.
Indhu (2008) melakukan penelitian tindakan kelas mengenai penggunaan metode
jaring laba-laba dalam pembelajaran menulis puisi dengan judul ”Peningkatan
Keterampilan Menulis Puisi dengan Metode Jaring Laba-Laba Siswa Kelas VII A SMP
Negeri 38 Semarang”, menyimpulkan bahwa metode jaring laba-laba mampu
meningkatkan keterampilan menulis siswa dan mengubah perilaku siswa ke arah positif
dalam pembelajran menulis puisi. Penelitian ini mempunyai keterkaitan dengan penelitian
yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang keterampilan menulis puisi,
perbedaannya terletak pada penggunaan metode pembelajaran.
Dian (2008) melakukan penelitian tindakan kelas mengenai penggunaan media
gambar karikatur politik dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan judul
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Argumentasi Dengan Media Gambar
Karikatur Politik Pada Siswa Kelas XI Jurusan Akuntansi SMK Veteran Semarang Tahun
Ajaran 2007/2008, menyimpulkan bahwa media gambar karikatur mampu meningkatkan
keterampilan menulis karangan argumentasi siswa, karena memudahkan dalam
pemahaman materi. Keterkaitan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah sama-sama menggunakan gambar karikatur sebagai media pembelajaran,
perbedaannya terletak pada variabel yang diteliti.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, peningkatan keterampilan menulis puisi telah
dilakukan dengan media video compact disk kejadian alam, media gambar, metode jaring
laba-laba, media gambar karikatur, dan pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
Dari penelitian-penelitian peningkatan keterampilan menulis puisi pada siswa dan
penelitian tentang penggunaan media gambar karikatur, peneliti mencoba membuat
penelitian yang menggabungkannya menjadi peningkatan keterampilan menulis puisi
dengan model pembelajaran pedagogik genre dan media gambar. Dengan demikian,
penelitian ini dapat meningkatkan kreativitas berpikir dan meningkatkan hasil belajar
siswa.

LANDASAN TEORETIS
1) Puisi
Menurut Sayuti (2008:24) puisi adalah karya estetis yang memanfaatkan
sarana bahasa secara khas. Hal ini sejalan dengan pandangan yang menyatakan
bahwa jika suatu ungkapan yang memanfaatkan sarana bahasa itu bersifat “luar
biasa,” ungkapan itu disebut sebagai ungkapan sastra atau bersifat sastrawi.
Dalam konteks inilah penyimpangan yang ada dalam puisi menemukan
relevansinya, yakni untuk mencapai efek “keluarbiasaan” ekspresi. Walaupun
demikian, dalam konteks puisi sebagai sarana penyair untuk membangun
komunikasi, berbagai fungsi komunikatif puisi tetap inheren, terutama fungsi
yang bersifat emotif, referensial, puitik, dan konatif.
Pradopo (2012) menjelaskan bahwa puisi sebagai salah satu karya sastra yang
banyak menggunakan kata-kata kias. Maksudnya adalah kata-kata yang tertulis dalam
puisi bukanlah deretan kata yang jelas dan panjang serta mengandung arti sebenarnya
akan tetapi kata-kata yang singkat namun memiliki makna yang luas, dan menjadi
unsur estetis dalam puisi.
Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa puisi
adalah sebuah karya sastra imajinatif seseorang yang merupakan ekspresi pikiran
dan pengalaman yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang dipadatkan, dipersingkat
serta memperhatikan unsur bunyi dan pemilihan kata-kata kias sehingga
menciptakan wujud tulisan yang indah.

2) Menulis Puisi
Menulis puisi adalah kemampuan siswa menuangkan pengalaman yang
dibayangkan ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa yang ringkas dan
mempunyai banyak kekayaan bahasa. Dalam menulis puisi, kata – kata yang
digunakan harus mempunyai kekuatan sebagai pendukung imajinasi dan
penghubung pembaca dengan dunia intuisi penyair.
Menulis puisi memberikan peluang-peluang bagi orang-orang yang terlibat di
dalamnya untuk menjadi kreatif dengan mengekspresikan pikiran maupun
perasaan dan menulis puisi berdasarkan pengalamannya. Seorang Penulis
memiliki banyak gagasan yang akan ditulisnya. Kendatipun secara teknis ada
kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu
sangat bergantung pada kepiawaian penulis dalam mengungkapkan gagasan.
Banyak orang mempunyai ide-ide bagus dibenaknya sebagai hasil dari
pengamatan, penelitian, diskusi, atau membaca. Akan tetapi, begitu ide tersebut
dilaporkan secara tertulis, maka tulisannya itu terasa amat kering, kurang
menggigit, dan membosankan. Fokus tulisannya tidak jelas, gaya bahasa yang
digunakan monoton, pilihan katanya (diksi) kurang tepat dan tidak mengena
sasaran, serta variasi kata dan kalimatnya kering.
Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, penyusunan
sebuah tulisan memuat empat tahap. Mengenai tahapan-tahapan dalam proses
(pemikiran) kreatif dalam proses menulis puisi, sejumlah ahli menyimpulkan dan
menunjuk sejumlah unsur serta urutan yang kurang lebih sama. Menurut Sayuti
(2002: 5-6) terdapat beberapa tahapan dalam menulis kreatif puisi yaitu tahap
preparasi atau persiapan, tahap inkubasi atau pengendapan, tahap iluminasi, dan
tahap verifikasi atau tinjauan secara kritis.
a. Tahap Preparasi atau Persiapan
Pada tahap persiapan terdapat usaha seseorang untuk mengumpulkan
informasi dan data yang dibutuhkan. Hal tersebut dapat berupa pengalaman-
pengalaman yang dimiliki secara pribadi. Semakin banyak pengalaman atau
informasi yang dimiliki mengenai suatu masalah maupun tema yang sedang
digarapnya, dapat memudahkan dan melancarkan dalam tahap reparasi.
Dalam tahap ini pemikiran kreatif dan daya imajinasi sangat diperlukan.
b. Tahap Inkubasi atau Pengendapan
Tahap inkubasi merupakan tahap kedua setelah preparasi. Dalam tahap ini
semua informasi dan pengalaman diproses untuk membangun gagasan-dan
diperkaya melalui akumulasi pengetahuan serta pengalaman yang relevan.
c. Tahap Iluminasi
Jika pada tahap satu dan dua upaya yang dilakukan masih bersifat dan
bertaraf mencari-cari serta mengendapkan, pada tahap iluminasi semuanya
menjadi jelas dalam tahap ini tujuan yang dicari telah tercapai, penulisan
atau penciptaan tulisan karya dapat diselesaikan. Semua yang dulunya masih
berupa gagasan dan masih samar-samar akhirnya menjadi suatu yang nyata.

d. Tahap Verifikasi atau Tinjauan Secara Kritis


Pada tahap ini penulis melakukan evaluasi terhadap karyanya sendiri.
Jika diperlukan ia bisa melakukan identifikasi, revisi dan lain-lain. Pada tahap ini
penulis mengikuti saran, dan melihat hasil karyanya secara kritis. gagasan
sebanyak-banyaknya. Biasanya dalam proses ini akan memerlukan waktu untuk
mengendapkannya. Pada tahap ini seluruh bahan mentah digali
Hakikatnya sajak atau puisi sebagai perwujudan kreativitas, pada dasarnya
merupakan konsentrasi dari pernyataaan dan kesan. Di dalam sajak, seseorang
mengutarakan banyak hal dan mengekspresikan sesuatu itu melalui teknik ungkap
yang berbeda-beda sesuai dengan pilihannya. Kata-kata dalam sajak
dipertimbangkan ketepatannya dari berbagai segi yang berkaitan dengan bunyi,
bahasa kias, persajakan, diksi, citraan, sarana retorika, bentuk visual, dan makna.
Berbagai tahapan dalam proses kreatif dapat dijadikan sebagai cara untuk
mengimplementasikan ide atau gagasan ke dalam sebuah puisi.

3) Model Pembelajaran Pedagogi Genre


“Pendekatan berbasis genre adalah pendekatan yang menekankan pada
hubungan antara jenis teks dan konteksnya” (Hyon dalam Luu, 2011, hlm. 123).
Pendekatan ini bertujuan untuk membantu siswa menjadi peserta yang efektif dalam
lingkungan akademik dan profesionalnya, serta dalam komunitas yang lebih luas.
Beberapa karakteristik dari pendekatan genre yang dikemukakan Luu (2011, hlm.
123), sebagai berikut:
a. Pendekatan genre menekankan pada pentingnya menjelajahi konteks sosial dan
budaya penggunaan bahasa pada tempat penulis dibuat.
b. Pendekatan ini menyoroti besarnya pembaca dan konvensi linguistik bahwa tulisan
yang baik adalah tulisan yang dapat diterima pembacanya.
c. Pendekatan genre menegaskan bahwa menulis adalah kegiatan sosial. Belajar
menulis dengan cara ini diyakini dapat menghilangkan perasaan terisolasi yang
sering dialami oleh peserta didik saat menulis. Pendekan ini juga membantu siswa
memiliki bantuan yang positif tentang pengetahuan linguistik, konten, dan ide
dalam menulis sebuah teks.
d. Pendekatan ini berkaitan dengan mengajarkan kepada peserta didik bagaimana
menggunakan pola bahasa agar koheren atau saling berhubungan, terutama dalam
menulis prosa.
e. Pendekatan ini menekankan peran penting dari interaksi antara penulis dan
pembaca melalui tulisan.
f. Peran guru dalam pendekatan ini dipandang sebagai otoritatif daripada otoriter.
Sebagai seorang ahli di dalam kelas, guru memberikan siswa bimbingan dan
dukungan sistemik melalui berbagai kegiatan sehingga siswa akhirnya dapat
menentukan jenis tulisan yang akan dibuat. Dengan demikian, pendekatan ini
mengakui pentingnya kontribusi siswa terhadap proses belajar mengajar.
g. Pendekatan genre menekankan pengajaran eksplisit konvensi linguistik dari genre
bahasa siswa.
Pendekatan genre menawarkan metodologi pengajaran yang memungkinkan
guru untuk menyajikan instruksi eksplisit dengan cara yang sangat sistematis dan
logis, serta memakai faktor yang diyakini dapat membantu siswa mendapatkan
informasi” (Firkins, dkk., 2007, hlm. 3).  Selanjutnya, Firkins, dkk. (2007, hlm. 7)
menjabarkan mengenai siklus belajar mengajar menggunakan pendekatan genre,
terdiri atas tiga tahap, sebagai berikut:
a. Modelling a text
Pada tahap ini, guru memilih atau menentukan sebuah teks untuk dijadikan
contoh yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Kemudian, siswa diajak untuk
mengenali bagaimana fungsi teks dalam kehidupan nyata, yaitu tujuan sosial dari teks
yang terkait dengan konteks.
Siswa diminta untuk membaca dengan cermat dan teliti contoh teks yang telah
diberikan guru. Kemudian guru membimbing untuk terjadinya diskusi kelas dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan lisan berkaitan dengan isi teks. Siswa diminta
untuk menganalisis unsur atau elemen teks yang telah diberikan.
b. Joint construction of a text
Siswa berdiskusi mengenai struktur teks yang telah diberikan secara
keseluruhan. Siswa mendiskusikan mengenai isi, ciri, unsur, hingga tata bahasa yang
digunakan dalam teks tersebut. Selain itu, siswa diminta untuk lebih proaktif dalam
kegiatan menganalisis bentuk formal teks yang sedang dibaca untuk menyimpulkan
tujuan, genre atau jenis teks, dan struktur retorika, serta mendiskusikan pola
gramatikal di bawah bimbingan guru.
c. Independent construction of text
Setelah melakukan tahap-tahap sebelumnya, tahap terakhir yang dilakukan
siswa dengan pendekatan ini adalah menuliskan sebuah teks sesuai dengan jenis teks
yang telah dicontohkan sebelumnya. Dengan kata lain, guru memberikan waktu
kepada siswa untuk berlatih menulis berdasarkan jenis teks yang telah dibaca atau
dicontohkan sebelumnya.
4) Media Gambar
Media gambar merupakan salah satu dari media pembelajaran yang paling
umum dipakai dan merupakan bahasa yang umum dan dapat dimengerti dan dinikmati
dimana-mana. Menurut Sadiman Arief S. (2003:21), media gambar adalah suatu
gambar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang berfungsi untuk menyampaikan
pesan dari guru kepada siswa. Media gambar ini dapat membantu siswa untuk
mengungkapkan informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan antar
komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan lebih jelas. 
Menurut Purwanto dan Alim (1997 : 63), kelebihan media gambar adalah: 
a. Sifatnya konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata, 
b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, 
c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, 
d. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja, 
e. Murah harganya, mudah didapatkan dan digunakan.

Sedangkan kelemahan media gambar menurut Purwanto dan Alim (1997:63)


adalah “1) Gambar menekankan persepsi indera mata, 2) Gambar berada yang terlalu
kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, 3) Ukurannya sangat terbatas
untuk kelompok besar”. 
Menurut Sadiman Arief S. (2003:25), ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh
media gambar, yaitu :
a. Harus Autentik 
Gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang
melihat benda sebenarnya. Membicarakan atau menyampaikan suatu kejadian
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti kalau menemukan buku tiga
buah, samaikanlah sesuai dengan banyak benda yang ditemukannya.
b. Sederhana 
Komposisinya hendak cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam
gambar, jangan sampai berlebihan sehingga dapat membuat kesulitan siswa
untuk memahaminya.
c. Ukuran Relatif 
Gambar dapat membesarkan atau mengecilkan objek/benda sebenarnya.
Hendaknya dalam gambar tersebut terdapat sesuatu yang telah dikenal siswa
sehingga dapat membantu membayangkan gambar dan isinya.
d. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Gambar yang baik menunjukkan objek dalam keadaan
memperlihatkan aktivitas tertentu sesuai dengan tema pembelajaran.
e. Gambar yang tersedia perlu digunakan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
f. Gambar hendaklah bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. 

5) Pembelajaran Menyajikan Gagasan, Perasaan, Pendapat dalam Bentuk Teks


Puisi Model Pedagogi Genre dan Media Gambar
Penggunaan model pembelajaran pedagogi genre dan media gambar pada
pembelajaran menulis puisi karena akan menjadikan pembelajaran lebih menarik
minat siswa dan mampu mengatasi hambatan-hambatan pemebelajaran menulis teks
puisi. Siswa akan dituntun menulis teks puisi dan akan dimudahkan dengan adanya
media gambar.
Melalui sintak dari model pembelajaran pedagogik genre siswa akan diajarkan
menulis puisi. Selain itu, siswa juga dibimbing dalam setiap langkah pembelajaran.
Penggunaan media gambar mampu menghadirkan imajinasi tersendiri bagi siswa.
Siswa akan diarahkan imajinasinya berdasarkan gambar-gambar yang ditampilkan.
Imajinasi siswa ini bisa berkembang lebih karena juga didukung dengan model
pembelajaran pedagogik genre.

J. METODE PENELITIAN
1) Desain Penelitian

Siklus I Siklus II

P RP

R T R T

O O
Siklus I Siklus II

Gambar 1 Desain Penelitian Tindakan Kelas


Keterangan:
P : Perencanaan
T : Tindakan
O : Observasi
R : Refleksi
RP : Revisi Perencanaan

a. Perencanaan
Rencana kegiatan yang akan dilakukan, yaitu: (1) menyiapkan materi
pembalajaran, (2) menyusun rencana pembelajaran menyajikan gagasan,
perasaan, pendapat dalam bentuk teks puisi model pedagogi genre dan media
gambar, (3) membuat dan menyiapkan instrumen berupa lembar observasi,
catatan harian, wawancara, dan dokumentasi foto, (4) menyiapkan media
pembelajaran, (5) menyiapkan lembar kriteria penilaian tes.

b. Tindakan
Tindakan dilakukan dalam dua pertemuan. Setiap pertemuan terdiri atas
tiga tahap, yaitu pendahuluan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Pertemuan
pertama, tahap pendahuluan siswa dikondisikan agar siap mengikuti
pembelajaran yang dilanjutkan apersepsi melalui tanya jawab dengan siswa
mengenai tujuan pembelajaran serta petunjuk dalam mengikuti pembelajaran
menyajikan gagasan, perasaan, pendapat dalam bentuk teks puisi model pedagogi
genre dan media gambar.
Pada tahap inti, guru melakukan pembelajaran menyajikan gagasan,
perasaan, pendapat dalam bentuk teks puisi model pedagogi genre dan media
gambar. Guru menjelaskan materi. Selanjutnya, guru memberikan contoh hasil
penulis puisi. Selanjutnya siswa melakukan kegiatan menulis puisi dengan media
gambar.
Pada tahap penutup guru bersama siswa melakukan relfeksi
pembelajaran. Guru dan siswa bertukar pendapat mengenai pembelajaran
menulis puisi yang telah berlangsung, menanyakan kesulitan-kesulitan yang
masih dialami siswa, kesan siswa selama mengikuti pembelajaran, serta kritik dan
saran untuk pembelajaran yang akan datang. Setelah itu, guru memberikan
motivasi kepada siswa agar terus berlatih menulis puisi yang baik.

c. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh data
tentang segala peristiwa yang terjadi serta respons atau tingkah laku siswa
selama proses pembelajaran berlangsung sebagai tolok ukur keberhasilan
pembelajaran menulis puisi menggunakan model pedagogi genre dan media
gambar. Data-data tersebut diperoleh melalui beberapa cara, yaitu (1)
pedoman observasi untuk mengetahui perilaku siswa secara keseluruhan di
kelas selama proses pembelajaran, (2) catatan harian guru dan siswa untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan materi, media, serta model pembelajaran
yang digunakan peneliti, (3) wawancara untuk mengetahui respon siswa
teradap materi, media, dan teknik pembelajaran yang telah dilaksanakan, (4)
dokumentasi foto yang memuat rekaman peristiwa dan perilaku siswa
selama proses pembelajaran. Data-data yang diperoleh digunakan peneliti
untuk bahan refleksi dan perbaikan pada pembelajaran berikutnya.

d. Refleksi
Pada akhir siklus II dilakukan analisis mengenai hasil observasi,
catatan lapangan, catatan harian, wawancara, dan dokumentasi foto. Langkah
ini ditempuh untuk mengetahui seberapa jauh keterampilan siswa dalam
menulis puisi. Refleksi ini juga dilakukan untuk mengetahui proses
pembelajaran menulis puisi, model pembelajaran pedagogi genre, dan
keefektifan penggunaan media gambar dalam meningkatkan keterampilan
menulis puisi dan mengetahui perubahan perilaku siswa setelah mengikuti
pembelajaran tersebut.

2) Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis teks puisi siswa kelas VIIIA
SMP Pondok Modern Selamat Kendal. Rincian yang jelas tentang siswa kelas VIIIA
SMP Pondok Modern Selamat Kendal Tahun Pelajaran 2018/2019 berjumlah 25
siswa yang terdiri atas 12 siswa putra dan 13 siswa putri. Berdasarkan refleksi
pembelajaran yang telah dilakukan menyatakan bahwa siswa kelas VIIIA kurang
berhasil dalam pembelajaran menulis teks puisi.
Peneliti memilih keterampilan menulis teks puisi siswa kelas VIIIA SMP
Pondok Modern Selamat Kendal sebagai subjek penelitian karena berdasarkan releksi
pembelajaran bahwa kelas VIIIA memiliki rata-rata nilai yang masih rendah dan
mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis teks puisi dibandingkan dengan
kelas yang lain serta kurang memberikan respon terhadap pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia, khususnya pembelajaran menulis teks puisi. Selain itu, siswa kelas
VIIIA tergolong kelas yang pasif ketika mengikuti pembelajaran. Siswa masih kurang
dalam berkomunikasi dengan guru, sehingga komunikasi yang terjalin cenderung
pada komunikasi satu arah, guru lebih banyak berbicara daripada siswa.
3) Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel keterampilan menulis
teks puisi dan variabel penggunaan model pembelajaran pedagogi genre dan media
gambar.
4) Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berupa
tes dan nontes. Instrumen tes berisi soal yang harus dikerjakan oleh siswa pada akhir
kegiatan menulis teks puisi. Instrumen nontes berupa pedoman observasi, lembar
wawancara, dan alat perekaman (kamera). Bentuk instrumen penelitian yang berupa
tes digunakan untuk mengungkapkan data tentang kemampuan menulis teks puisi.
Instrumen tes yang digunakan berupa soal esai yang berjumlah tiga buah. Bentuk
instrumen penelitian nontes digunakan untuk mengetahui perkembangan kemampuan
siswa, proses pembelajaran, dan tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang telah
dilakukan selama mengikuti pembelajaran menulis teks puisi dengan menggunakan
model pembelajaran pedagogik genre dan media gambar. Bentuk instrumen nontes
dalam penelitian ini terdiri atas pedoman observasi, pedoman wawancara, dan alat
perekaman (kamera).
5) Teknik Pengambilan Data
Instrumen nontes adalah instrumen yang digunakan untuk melengkapi data
tes agar data lebih valid. Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain: pedoman observasi, catatan harian, wawancara, dan dokumentasi foto.
a. Pedoman Observasi
Proses pembelajaran yang menjadi sasaran amatan yaitu (1)
memaparkan tujuan menulis puisi sehingga menumbuhkan minat menulis puisi
siswa, (2) proses penjelasan yang kondusif tentang bagaimana cara menulis puisi,
(3) proses siswa berlatih menulis puisi dengan didampingi guru sehingga
siswa mampu menulis puisi, (4) kondusifnya siswa saat memaparkan hasil
menulis puisi di depan kelas, (5) siswa bisa menyadari kekurangan saat proses
pembelajaran dan mengetahui apa yang akan dilakukan setelah proses
pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan secara keseluruhan siswa di kelas
dengan memberikan tanda check list (√). Objek sasaran pengamatan peneliti
meliputi beberap sikap positif yaitu (1) siswa bersikap tertib dan santun dalam
mendengarkan penjelasan guru, (2) siswa aktif dalam kegiatan tanya jawab
dengan guru, (3) siswa memiliki sikap tanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan guru, (4) rasa percaya diri siswa ketika menjawab pertanyaan, dan
(5) siswa antusias dalam mengikuti menulis puisi.
b. Catatan Harian
Dalam catatan harian, siswa dapat memilih satu topik yang paling
diminati untuk mendeskripsikan. Hal itu berupa: (1) perasaan siswa selama
mengikuti pembelajaran , (2) pendapat siswa terhadap proses pembelajaran, (3)
pendapat siswa terhadap gaya guru mengajar, (4) kesulitan yang dialami oleh
siswa dalam, dan (5) pesan dan kesan dari siswa untuk pembelajaran.
c. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisi beberapa pertanyaan untuk siswa sebagai
respondennya. Pertanyan-pertanyaan yang diajukan mengenai (1) penjelasan
minat siswa terhadap pembelajaran, (2) pendapat siswa mengenai pembelajaran
yang telah diberikan oleh guru sebelumnya, (3) kesulitan yang dihadapi oleh
siswa selama mengikuti pembelajaran, (4) penyebab kesulitan yang dialami
oleh siswa dalam pembelajaran, (5) manfaat yang diperoleh setelah mengikuti
pembelajaran.
d. Pedoman dokumentasi foto
Hasil dokumentasi dari siklus I dan siklus II dibandingkan untuk
melihat gambaran perilaku siswa beserta perubahannya. Aktivitas siswa yang
didokumentasikan dalam bentuk foto antara lain: (1) aktivitas guru ketika
mengondisikan kelas dan menjelaskan pembelajaran, (2) aktivitas siswa ketika
mengikuti pembelajaran, (3) aktivitas siswa ketika menjawab pertanyaan yang
berhubungan pembelajaran, (4) aktivitas siswa ketika melaksanakan
pembelajaran, (5) aktivitas siswa ketika membacakan hasil pekerjaan di depan
kelas.

6)Teknik Analisis Data


Analisi data pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik kuantitatif
dan kualitatif. Teknik kuantitatif digunakan untuk untuk menganalisis data kuantitatif
dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan menulis teks puisi siswa setelah
mengikuti pembelajaran menulis teks puisi teks berita dengan menggunakan model
pembelajaran pedagogik genre dan media gambar. Data kuantitatif diperoleh dari hasil
tes yang dikerjakan siswa pada siklus I dan siklus II. Teknik kualitatif digunakan
untuk menganalisis data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari instrumen nontes
yang berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari siklus
I dan siklus II dibandingkan dengan cara melihat hasil tes dan nontes sehingga akan
dapat mengetahui adanya perubahan perilaku siswa dan peningkatan dalam
pembelajaran keterampilan menulis teks puisi dengan menggunakan metode SQ3R
dan teknik berpikir-berpasangan-berbagi.

K. JADWAL PELAKSANAAN
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang dirancang
berikut ini.
KEGIATAN BULAN
No
PENELITIAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1. Izin penelitian XX

2. Prasurvei (menemukan XX
masalah penelitian)
3. Pelaksanaan penelitian XX XX XX XX
tindakan kelas

4. Terapi ulang XX XX

5. Interpretasi, XX XX XX
penyimpulan data

6. Penyusunan Laporan XX XX
penelitian

L. DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2006. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2002. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Sayuti, Suminta A. 1985. Puisi dan Pengajarannya (Sebuah Pengantar). Semarang: IKIP
Semarang Press.

Sembodo, Edi. 2009. Contekan Pintar Sastra Indonesia:untuk SMP dan SMA‖. Jakarta:
Hikmah.

Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: CV. Widya Karya.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menulis sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai