Anda di halaman 1dari 6

Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari peraturan

perundang-undangan yang berlaku yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau
studi pendidikan.[[1]]

Perlunya Landasan Hukum Bagi Penyelenggaraan Pendidikan


Didalam penyelenggaraan pendidikan perlu adanya landasan hukum,Tanya kenapa?
Karena dalam kenyataannya, bahwa dalam penyusunan kebijaksanaan, pemerintah tidak
hanya membatasi diri berkenaan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara secara
umum.namun pengaturan itu juga menyangkut aspek khusus lain seperti aspek
perekonomian, hak milik, perkawinan dan pendidikan. Kebijaksanaan pemerintah itu berupa
ketentuan-ketentuan, baik bersifat umum maupun khusus tidak hanya tersirat dalam
kebiasaan dan adat istiadat. Akan tetapi dituangkan berupa surat keputusan, ketetapan,
peraturan pemerintah, dan Undang-undang.
Guru sebagai pelaksana pendidikan seyogianya menaruh perhatian terhadap
kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah tersebut. Untuk itu, tugas guru baik langsung
maupun tidak langsung harus menunjang semua kebijaksanaan pemerintah dan mampu
mengikuti perkembangan dan perubahan kebijaksanaan pemerintah tersebut. Tidak hanya
yang berkenaan langsung dengan pendidikan, bahkan dari berbagai aspek kehidupan yang
memungkinkan mereka mengantarkan anak didik untuk memahami hak dan kewajibannya.
Tentu saja perhatian guru yang utama lebih diarahkan pada bidang pengajaran sesuai
dengan tugasnya. Dengan begitu guru dapat mewujudkan kegiatan pendidikan secara tepat
dan memungkinkan mereka untuk melakukan inovasi dalam bidang pendidikan.
Berdasarkan pembahasan diatas, disimpulkan bahwa guru harus memiliki pedoman
dan acuan dalam melaksanakan tugasnya sehingga penyimpangan-penyimpangan dalam
bidang pendidikan dapat dihindari. Dan kebijaksanaan pemerintah itu dituangkan dalam
berbagai bentuk ketetapan yang menjadi landasan hukum bagi para guru dalam mewujudkan
tugasnya. Guru tidak hanya terbatas memahami ketentuan berupa undang-undang pokok
dibidang pendidikan melainkan juga ketentuan lain seperti undang-undang dasar, ketetapan
MPR (GBHN), kepres, peraturan pemerintah, bahkan kurikulum yang ditetapkan dengan
keputusan menteri dan kode etik guru. Ketentuan itulah yang merupakan landasan hukum
atau peraturan perundang-undangan untuk mewujudkan kegiatan pendidikan.
Dengan demikian jelaslah landasan hokum diperlukan dalam penyelenggaraan
pendidikan terutama bagi pihak-pihak yang langsung terlibat didalam penyelenggaraan
pendidikan tersebut.

4. Landasan Yuridis Pelaksanaan Pendidikan Nasional

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang telah diamandemen, Pasal 31

tentang Pendidikan Nasional mengamanatkan: (1) setiap warga negara berhak mendapatkan

pendidikan; (2) setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya; (3) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang; (4) negara memprioritaskan

anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan

penyelenggaraan pendidikan nasional; (5) pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi

dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta

kesejahteraan umat manusia.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada Pasal 1 (ayat 1)  menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara. Pada (ayat 2) pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada

nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Paradigma baru lainnya yang dituangkan dalam UU Sisdiknas yang baru adalah konsep

kesetaraan, antara satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan satuan

pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Demikian juga adanya kesetaraan antara

satuan pendidikan yang dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional dengan satuan pendidikan

yang dikelola oleh Departemen Agama yang memiliki ciri khas tertentu. Itulah sebabnya dalam

semua jenjang pendidikan disebutkan mengenai nama pendidikan yang diselenggarakan oleh
Departemen Agama (madrasah, dst.). Dengan demikian UU Sisdiknas telah menempatkan

pendidikan sebagai satu kesatuan yang sistemik (pasal 4 ayat 2).

Selain itu UU Sisdiknas yang dijabarkan dari UUD 45, telah memberikan keseimbangan

antara peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa. Hal ini tergambar dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional, yaitu bahwa pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME, serta berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab (pasal 3).

Dengan demikian UU Sisdiknas yang baru telah memberikan keseimbangan antara iman,

ilmu dan amal (shaleh). Hal itu selain tercermin dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional, juga

dalam penyusunan kurikulum (pasal 36 ayat 3) , dimana peningkatan iman dan takwa, akhlak mulia,

kecerdasan, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan sebagainya dipadukan menjadi satu.

Penyelenggaraan pendidikan yang sangat komersial dan instan dapat merusak pendidikan sebagai
proses pembentukan watak dan kepribadian bangsa sehingga dalam jangka panjang menjadikan
pendidikan bukan sebagai sarana rekonstruksi sosial tetapi dekonstruksi sosial. Itulah sebabnya di
samping dasar regulasi sangat penting juga harus pula dilandasi dengan dasar yuridis untuk sanksi.

pengertian sosiologi pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan


interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan peresekolahan sehingga terjalin kerja
sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan

Dapat dituliskan bahwa Hubungan antara kebudayaan dan pendidikan adalah :


1. pendidikan membentuk atau menciptakan kebudayaan
2. pendidikan melestarikan kebudayaan
3. pendidikan menggunakan dan berdasarkan kebudayaan
 

Ada Implikasi Konsep Kebudayaan pada Pendidikan, yaitu :

1. Materi pelajaran banyak dikaitkan dengan keadaan dan msalah masyarakat setempat (melalui
MULOK)
2. Metode belajar ditekankan pada kegiatan siswa baik individual maupun kelompok.
1. Paradigma pendidikan bergeser dari orientasi sekolah ke orientasi masyarakat.

 Fungsi Sosial Budaya terhadap Pendidikan


Dalam perkembangan landasan sosial budaya memiliki fungsi yang amat penting dalam dunia
pendidikan yaitu :
1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas
Yaitu masyarakat yang pancasilais yang memiliki cita-cita dan harapan dapat demokratis dan beradab,
menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan bertanggung jawab dan berakhlak mulia tertib dan
sadar hukum, kooperatif dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas antar generasi dan
antara bengsa.
2. Transmisi budaya
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan
pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah
yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
3. Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku menyimpang dan
menyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi melindungi
kesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan dan lembaga pendidikan.
4. Meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Tuhan YME
Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan
perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
5. Analisis Kedudukan Pendidikan dalam Masyarakat
Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain
batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain
latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal
balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk meningkatkan peranan
mereka sebagai warga masyrakat.
E. Dampak Konsep Pendidikan
Konsep pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai makhluk budaya yaitu makhluk yang
diberkati kemampuan untuk menciptakan nilai kebudayaan dan fungsi budaya dan pendidikan adalah
kegiatan melontarkan nilai-nilai kebudayaan dari generasi ke generasi.
Kebudayaan masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka ditemukan sejumlah konsep
pendidikan.
a) Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya
b) Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat termasuk wakil
orang tua siswa untuk ikut memajukan pendidikan
c) Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan
d) Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar
e) Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia
ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat
mengubah kebudayaan anak. (Made Pidarta, 1997:191-192).

landasan psikologis pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan yang
membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala
yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang
bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.

. Implikasi Landasan Psikologi dalam Pendidikan


3.1 Definisi dan prinsip perkembangan
Perkembangan adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secara fisik maupun secara
mental sejak berada di dalam kandungan sampai manusia tersebut meninggal. Proses
perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan manusia mengalami kematangan dan proses
belajar dari waktu ke waktu.
Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya pertumbuhan fisik
dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak dewasa akan mengalami perubahan fisik dan
mentalnya.
Sedangkan belajar adalah proses yang berkesinambungan dari sebuah pengalaman yang akan
membuat individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu ( kognitif ), dari tidak mau menjadi mau
( afektif ) dan dari tidak bisa menjadi bisa ( psikomotorik ), misalnya seorang anak yang belajar
mengendarai sepeda akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu anak tersebut
mencoba untuk mengendarai sepeda hingga menjadi bisa.
Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan kesiapan belajar pada seseorang,
misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik akan memiliki kesiapan belajar
yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses kematangan dan belajarnya buruk.
Manusia dalam perkembangannya mengalami perubahan dalam berbagai aspek yang ada pada
manusia dan aspek-aspek tersebut saling berhubungan dan berkaitan. Aspek-aspek dalam
perkembangan tersebut diantaranya adalah aspek fisik, mental, emosional, dan sosial
Semua manusia pasti akan mengalami perkembangan dengan tingkat perkembangan yang
berbeda, ada yang berkembang dengan cepat dan ada pula yang berkembang dengan lambat.
Namun demikian dalam proses perkembangan terdapat nilai-nilai universal yang dimiliki oleh semua
orang yaitu prinsip perkembangan .
Prinsip perkembangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
- Perkembangan terjadi terus menerus hingga manusia meninggal dunia
- Kecepatan perkembangan setiap individu berbeda-beda
- Semua aspek perkembangan saling berkaitan dan berhubungan satu sama lainnya
- Arah perkembangan individu dapat diprediksi
- Perkembangan terjadi secara bertahap dan tiap tahapan mempunyai karakteristik tertentu.

Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi menjadi sangat
mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur psikologis anak didik
dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara
efektif.

1. Landasan biologi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidahkaidah biologi


yang dijadikan titik tolak pendidikan. Contoh: “Dibanding dengan khewan, manusia memiliki otak
yang lebih besar sehingga ia mampu berpikir”. Implikasinya, manusia memungkinkan untuk
dididik.

Tujuan pendidikan tersebut harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, dengan
harapan kuantitas sekolah yang terus bertambah akan selalu diiringi dengan kualitasnya.
Peningkatan kualitas pendidikan yang paling utama adalah peningkatan kemampuan guru baik
dalam teknik penyampaian materi juga penguasaan materi. Sehingga guru lebih fleksibel dalam
penyampaian materi pembelajaran di sekolah.

Landasan Filosofis Pendidikan. Landasan filosofis pendidikan adalah asumsiasumsi yang


bersumber dari filsafat yang dijadikaan titik tolak pendidikan.

PERANAN LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN


Peranan landasan filosofis pendidikan adalah memberikan rambu-rambu apa dan bagaimana
seharusnya pendidikan dilaksanakan. Rambu-rambu tersebut bertolak pada kaidah metafisika,
epistemology dan aksiologi pendidikan sebagaimana studi dalam filsafat pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai