MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL TENTANG PEDOMAN TATA
NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Tata Naskah Dinas adalah pengaturan tentang jenis,
susunan dan bentuk, pembuatan, pengamanan,
pejabat penandatangan, dan pengendalian yang
digunakan dalam komunikasi kedinasan.
2. Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
yang selanjutnya disebut Kementerian PPN/Bappenas
adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintah di bidang perencanaan pembangunan
nasional.
3. Naskah Dinas adalah informasi tertulis sebagai alat
komunikasi kedinasan yang dibuat dan/atau
diterima oleh pejabat yang berwenang di Kementerian
PPN/Bappenas dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan.
4. Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa dalam
berbagai bentuk dan media sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
yang dibuat dan diterima oleh Kementerian
-4-
Pasal 2
Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam
pengelolaan Naskah Dinas di Kementerian PPN/Bappenas.
Pasal 3
Peraturan Menteri ini disusun dengan tujuan untuk:
a. memperlancar tata komunikasi kedinasan dalam
bentuk tulisan untuk kalangan internal maupun
eksternal yang efektif dan efisien dalam rangka
mendukung tertib administrasi pelaksanaan tugas dan
fungsi Kementerian PPN/Bappenas;
b. mencapai kesepahaman/kesamaan
persepsi/pengertian, Bahasa dan penafsiran dalam
pengelolaan Naskah Dinas di Kementerian
PPN/Bappenas;
c. mewujudkan keterpaduan pengelolaan Naskah Dinas
-6-
Pasal 4
Prinsip pembuatan Naskah Dinas:
a. diciptakan atau dibuat dan dikirim oleh pihak yang
yang berwenang;
b. bentuk, susunan, pengetikan, isi, struktur dan kaidah
bahasa menggunakan Bahasa yang formal, logis,
efektif, singkat, padat, dan lengkap sehingga mudah
dipahami;
c. dilaksanakan pengamanan terhadap Naskah Dinas
sesuai dengan klasifikasi keamanan dan akses Naskah
Dinas; dan
d. proses pembuatan Naskah Dinas didokumentasikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
BAB II
JENIS, SUSUNAN DAN BENTUK NASKAH DINAS
Bagian Kesatu
Jenis Naskah Dinas
Pasal 5
Jenis Naskah Dinas terdiri atas:
a. Naskah Dinas arahan;
b. Naskah Dinas korespondensi; dan
c. Naskah Dinas khusus.
Pasal 6
(1) Naskah Dinas arahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf a terdiri atas:
a. Naskah Dinas pengaturan;
b. Naskah Dinas penetapan; dan
-7-
Pasal 7
(1) Naskah Dinas korespondensi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 huruf b terdiri atas:
a. Naskah Dinas korespondensi internal; dan
b. Naskah Dinas korespondensi eksternal.
Pasal 8
(1) Naskah Dinas khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf c terdiri atas:
a. surat perjanjian;
b. surat kuasa;
-8-
c. berita acara;
d. surat keterangan;
e. surat pengantar;
f. pengumuman;
g. laporan; dan
h. telaah staf.
(2) Selain Naskah Dinas khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), naskah dinas khusus terdiri atas:
a. Naskah Kerja Sama;
b. sertifikat; dan
c. piagam.
Bagian Kedua
Susunan dan Bentuk Naskah Dinas
Pasal 9
BAB III
PEMBUATAN NASKAH DINAS
Pasal 10
(1) Pembuatan Naskah Dinas dapat menggunakan:
a. media rekam kertas; atau
b. media rekam elektronik.
(2) Pembuatan Naskah Dinas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diawali dengan menentukan jenis, susunan dan
bentuk Naskah Dinas.
(3) Pembuatan Naskah Dinas dengan media rekam
elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
-9-
b menggunakan:
a. Aplikasi Umum Bidang Kearsipan Dinamis; atau
b. aplikasi pengolahan kata atau data.
Pasal 11
Dalam pembuatan Naskah Dinas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 memuat unsur sebagai berikut:
a. Lambang Negara atau Logo;
b. penomoran Naskah Dinas;
c. penggunaan kertas, amplop dan tinta;
d. ketentuan jarak spasi, jenis dan ukuran huruf, serta
kata penyambung;
e. penentuan batas atau ruang tepi;
f. nomor halaman;
g. tembusan;
h. lampiran;
i. tanda tangan, paraf dan cap; dan
j. perubahan, pencabutan, pembatalan dan ralat Naskah
Dinas.
Bagian Kesatu
Pasal 12
Lambang Negara atau Logo digunakan dalam Tata Naskah
Dinas sebagai tanda pengenal atau identifikasi yang bersifat
resmi.
Paragraf 1
Penggunaan Lambang Negara
Pasal 13
(1) Lambang Negara digunakan pada Naskah Dinas yang
ditandatangani oleh Menteri.
(2) Lambang Negara dapat digunakan pada Naskah Dinas
yang ditandatangani oleh pejabat yang bertindak atas
nama pejabat yang diwakilinya.
-10-
Pasal 14
Dalam hal terdapat kerjasama yang dilakukan antar
pemerintah, map Naskah Dinas harus menggunakan
Lambang Negara.
Paragraf 2
Penggunaan Logo
Pasal 15
(1) Logo merupakan tanda pengenal atau identitas berupa
simbol atau huruf yang digunakan dalam Tata Naskah
Dinas Kementerian PPN/Bappenas sebagai identitas
agar publik lebih mengenalnya.
(2) Logo Kementerian PPN/Bappenas ditempatkan di
sebelah kiri kepala surat pada Naskah Dinas.
(3) Ketentuan mengenai penggunaan Lambang Negara
atau Logo pada kertas surat dan amplop tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Kedua
Penomoran Naskah Dinas
Pasal 16
(1) Penomoran Naskah Dinas pengaturan dan Naskah
Dinas penetapan menggunakan angka arab.
(2) Penomoran Naskah Dinas penugasan menggunakan
angka arab dengan memuat unsur paling sedikit
berupa:
a. kode klasifikasi;
b. nomor; dan
c. tahun terbit.
-11-
Pasal 17
(1) Penomoran Naskah Dinas korespondensi internal
menggunakan angka arab dengan memuat unsur
paling sedikit berupa:
a. kode klasifikasi;
b. nomor; dan
c. tahun terbit.
(2) Penomoran Naskah Dinas korespondensi eksternal
menggunakan angka arab dengan memuat unsur
paling sedikit berupa:
a. kategori klasifikasi keamanan;
b. kode klasifikasi;
c. nomor; dan
d. tahun terbit.
Pasal 18
Penomoran Naskah Dinas khusus menggunakan angka arab
dengan memuat unsur paling sedikit berupa nomor dan
tahun terbit.
Pasal 19
Ketentuan mengenai penomoran Naskah Dinas tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Ketiga
Penggunaan Kertas, Amplop dan Tinta
Pasal 20
(1) Kertas, amplop, dan tinta digunakan pada Naskah
Dinas dengan media rekam kertas.
(2) Kertas yang digunakan untuk arsip permanen harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. kertas jenis Houtvrij Schrijfpapier (HVS);
b. ukuran F4; dan
c. standar Kertas Permanen.
(3) Standar Kertas Permanen sebagaimana dimaksud pada
-12-
Bagian Keempat
Ketentuan Jarak Spasi, Jenis dan Ukuran Huruf serta Kata
Penyambung
Pasal 21
(1) Dalam penentuan jarak spasi pada Naskah Dinas harus
memperhatikan aspek keserasian dan estetika.
(2) Ketentuan mengenai jarak spasi Naskah Dinas
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 22
(1) Jenis huruf pada Naskah Dinas arahan yaitu Bookman
Old Style dengan ukuran 12 (dua belas), dikecualikan
untuk Naskah Dinas penetapan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) menggunakan
Footlight MT Light dengan ukuran 12 (dua belas).
(2) Jenis huruf dan ukuran pada Naskah Dinas
korespondensi dan Naskah Dinas khusus yaitu Arial
-13-
Pasal 23
(1) Kata penyambung merupakan kata yang digunakan
sebagai tanda bahwa teks masih berlanjut pada
halaman berikutnya.
(2) Kata penyambung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditulis pada:
a. akhir setiap halaman;
b. baris terakhir teks di sudut kanan bawah
halaman; dan
c. kata yang diambil persis sama dari kata pertama
halaman berikutnya.
(3) Dalam pembuatan Naskah Dinas dengan media rekam
elektronik tidak mencantumkan kata penyambung.
Bagian Kelima
Penentuan Batas atau Ruang Tepi
Pasal 24
(1) Penentuan batas atau ruang tepi pada kertas bertujuan
untuk keserasian dan kerapian dalam penyusunan
Naskah Dinas.
(2) Penentuan batas atau ruang tepi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. ruang tepi atas:
1. apabila menggunakan kop Naskah Dinas, 2
(dua) spasi dibawah kop; dan
2. apabila tanpa kop Naskah Dinas, paling
sedikit 2 (dua) cm dari tepi atas kertas;
b. ruang tepi bawah paling sedikit 2,5 (dua koma
lima) cm dari tepi bawah kertas;
c. ruang tepi kiri paling sedikit 3 (tiga) cm dari tepi
kiri kertas; dan
d. ruang tepi kanan paling sedikit 2 (dua) cm dari tepi
kanan kertas.
-14-
Bagian Keenam
Nomor Halaman
Pasal 25
(1) Nomor halaman pada Naskah Dinas menggunakan
angka arab.
(2) Ketentuan mengenai nomor halaman Naskah Dinas
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Bagian Ketujuh
Tembusan
Pasal 26
(1) Tembusan Naskah Dinas memiliki tujuan untuk
menunjukkan bahwa pihak yang bersangkutan perlu
mengetahui isi Naskah Dinas tersebut.
(2) Tembusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
berada pada posisi bagian kiri bawah pada Naskah
Dinas.
Bagian Kedelapan
Lampiran
Pasal 27
(1) Lampiran pada Naskah Dinas dengan media rekam
kertas harus ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.
(2) Lampiran pada Naskah Dinas dengan media rekam
elektronik yang terpisah dari Naskah Dinas pengantar
harus ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
(3) Dalam hal lampiran Naskah Dinas memiliki lebih dari
satu halaman, setiap halaman lampiran harus diberi
nomor halaman dengan angka arab.
(4) Ketentuan mengenai lampiran Naskah Dinas tercantum
dalam lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
-15-
Bagian Kesembilan
Tanda Tangan, Paraf, dan Cap
Pasal 28
Tanda tangan, paraf dan cap merupakan bentuk
pengabsahan Naskah Dinas.
Paragraf 1
Tanda Tangan
Pasal 29
(1) Pemberian tanda tangan pada Naskah Dinas berfungsi
sebagai alat autentikasi dan verifikasi atas identitas
penanda tangan serta keautentikan, keterpercayaan
dan keutuhan informasi.
(2) Tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. tanda tangan basah; dan
b. Tanda Tangan Elektronik.
(3) Pemberian tanda tangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh pejabat yang
berwenang.
Pasal 30
(1) Tanda tangan basah digunakan pada Naskah Dinas
dengan media rekam kertas.
(2) Tanda Tangan Elektronik digunakan pada Naskah
Dinas dengan media rekam elektronik.
Pasal 31
Tanda Tangan Elektronik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 30 ayat (2) memiliki kekuatan hukum dan akibat
hukum yang sah selama memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. data Pembuatan Tanda Tangan Elektronik terkait
hanya kepada Pejabat Penanda Tangan;
-16-
Pasal 32
(1) Pemberian Tanda Tangan Elektronik pada Naskah
Dinas berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Tanda Tangan Elektronik harus ditandai dalam
susunan dan bentuk Kode QR (QR Code) yang
disertai nama pejabat penandatangan dan nama
jabatan;
b. Naskah Dinas dengan Tanda Tangan Elektronik
didistribusikan kepada pihak yang berhak tanpa
harus dicetak;
c. pendistribusian sebagaimana dimaksud dalam
huruf b dapat melalui Aplikasi Umum Bidang
Kearsipan Dinamis, media dalam jaringan atau
media luar jaringan; dan
d. menggunakan Sertifikat Elektronik yang dibuat
oleh Penyelenggara Sertifikasi Elektronik
Indonesia.
(2) Sekretaris Kementerian berwenang menentukan
Pejabat dan pegawai yang memenuhi syarat dan tata
cara penggunaan tanda tangan elektronik sebagaimana
-17-
Paragraf 2
Paraf
Pasal 33
(1) Sebelum ditandatangani oleh pejabat yang berwenang,
konsep Naskah Dinas harus diparaf terlebih dahulu
oleh pejabat yang berwenang di bawahnya.
(2) Paraf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bentuk koordinasi berjenjang antar pejabat sebelum
dilakukan penandatanganan.
(3) Fitur paraf dalam Naskah Dinas dengan media rekam
elektronik dapat berbentuk catatan riwayat (log history)
Naskah Dinas dalam basis data (database) sebelum
dilakukan penandatanganan oleh pejabat yang
berwenang.
Pasal 34
Naskah Dinas yang konsepnya dibuat oleh pejabat yang
akan menandatangani Naskah Dinas tersebut tidak
memerlukan paraf.
Pasal 35
Naskah Dinas dengan media rekam kertas yang konsepnya
terdiri dari beberapa halaman, harus diparaf terlebih dahulu
pada setiap lembar Naskah Dinas oleh pejabat yang
menandatangani dan pejabat pada jenjang jabatan di
-18-
bawahnya.
Pasal 36
Letak pembubuhan paraf diatur sebagai berikut:
a. untuk paraf pejabat yang berada satu tingkat di bawah
pejabat penandatangan Naskah Dinas berada di
sebelah kanan/setelah nama jabatan penandatangan;
b. untuk paraf pejabat yang berada dua tingkat di bawah
pejabat penandatangan Naskah Dinas berada di
sebelah kiri/sebelum nama jabatan penandatangan;
dan
c. untuk paraf pejabat yang berada tiga tingkat disebelah
paraf pejabat yang di atasnya.
Pasal 37
(1) Naskah Dinas yang materinya saling berkaitan dan
memerlukan koordinasi antar unit kerja, maka pejabat
yang berwenang dari unit terkait ikut serta
membubuhkan paraf pada kolom paraf koordinasi.
(2) Ketentuan mengenai letak paraf koordinasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Paragraf 3
Cap
Pasal 38
(1) Cap digunakan pada Naskah Dinas dengan media
rekam kertas.
(2) Cap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
digunakan pada Naskah Dinas dengan media rekam
elektronik.
Pasal 39
(1) Cap dinas terdiri atas:
a. cap jabatan yang memuat nama jabatan yang
-19-
Pasal 40
Cap yang digunakan untuk Naskah Dinas sangat rahasia
dan rahasia dapat menggunakan cap yang dicetak timbul
(emboss) tanpa menggunakan tinta dengan maksud untuk
menghindari pemalsuan.
Bagian Keduabelas
Perubahan, Pencabutan, Pembatalan, dan Ralat Naskah
Dinas
Pasal 41
Perubahan Naskah Dinas merupakan mengubah bagian
tertentu dari Naskah Dinas yang dinyatakan dengan lembar
perubahan.
Pasal 42
Pencabutan Naskah Dinas dapat dilakukan karena Naskah
Dinas tersebut bertentangan atau tidak sesuai lagi dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, sederajat,
atau kebijakan yang baru ditetapkan.
Pasal 43
Pembatalan Naskah Dinas merupakan pernyataan bahwa
seluruh materi Naskah Dinas tidak diberlakukan lagi
melalui suatu pernyataan pembatalan dalam Naskah Dinas
yang baru.
-20-
Pasal 44
Ralat Naskah Dinas merupakan perbaikan yang dilakukan
terhadap sebagian materi Naskah Dinas melalui pernyataan
ralat dalam Naskah Dinas yang baru.
Pasal 45
(1) Naskah Dinas yang bersifat mengatur, jika diubah,
dicabut, atau dibatalkan, harus diubah, dicabut, atau
dibatalkan dengan Naskah Dinas yang setingkat atau
lebih tinggi.
(2) Pejabat yang berhak menentukan perubahan,
pencabutan, dan pembatalan Naskah Dinas yaitu
pejabat yang menandatangani Naskah Dinas tersebut
atau oleh pejabat yang lebih tinggi kedudukannya.
(3) Ralat yang bersifat kekeliruan kecil, seperti salah ketik,
dilaksanakan oleh pejabat yang menandatangani
Naskah Dinas.
BAB IV
PENGAMANAN NASKAH DINAS
Pasal 46
(1) Pengamanan Naskah Dinas paling sedikit memuat:
a. penentuan kategori klasifikasi keamanan dan
akses Naskah Dinas;
b. perlakuan terhadap Naskah Dinas berdasarkan
klasifikasi keamanan dan akses yang meliputi:
1. pemberian kode derajat klasifikasi keamanan
dan akses;
2. pemberian nomor seri pengaman atau
security printing; dan
3. pembuatan dan pengawasan Naskah Dinas.
(2) Kategori klasifikasi keamanan untuk Naskah Dinas
terdiri atas:
a. sangat rahasia;
b. rahasia;
c. terbatas; dan
-21-
d. biasa/terbuka.
(3) Hak akses terhadap Naskah Dinas diberikan kepada:
a. Menteri dan yang setingkat di bawahnya, serta
pengawasan internal/eksternal dan/atau penegak
hukum jika sudah diberikan izin untuk Naskah
Dinas dengan tingkat sangat rahasia, rahasia, dan
terbatas; dan
b. semua pegawai dan pejabat serta staf yang
berkepentingan untuk Naskah Dinas dengan
tingkat biasa/terbuka.
(4) Pengamanan Naskah Dinas pada media rekam
elektronik, Aplikasi Umum Bidang Kearsipan Dinamis
harus memuat fitur pengamanan Naskah Dinas.
(5) Ketentuan mengenai pengamanan Naskah Dinas
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 47
(1) Penentuan tingkat klasifikasi keamanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 disesuaikan dengan
kepentingan dan substansi Naskah Dinas.
(2) Penentuan tingkat klasifikasi keamanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pada pada tiap Lembaga Negara
dan Pemerintahan Daerah paling sedikit memuat 2
(dua) tingkat klasifikasi Naskah Dinas.
Pasal 48
(1) Naskah Dinas dengan media rekam kertas diberikan
kode derajat pengamanan pada amplop dengan posisi
pada sebelah kiri atas Naskah Dinas.
(2) Dalam hal Naskah Dinas yang memiliki klasifikasi
keamanan sangat rahasia dan rahasia, dapat
digunakan amplop rangkap dua.
Pasal 49
Terhadap Naskah Dinas dengan media rekam elektronik
yang memiliki klasifikasi keamanan sangat rahasia, rahasia
-22-
Pasal 50
Kode derajat klasifikasi keamanan dan akses diberikan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Naskah Dinas Sangat Rahasia diberikan kode ‘SR’
dengan menggunakan tinta warna merah;
b. Naskah Dinas Rahasia diberikan kode ‘R’ dengan
menggunakan tinta warna merah;
c. Naskah Dinas Terbatas diberikan kode ‘T’ dengan
menggunakan tinta hitam; dan
d. Naskah Dinas Biasa/Terbuka diberikan kode ‘B’ dengan
menggunakan tinta hitam.
Pasal 51
(1) Pemberian nomor seri pengaman pada Naskah Dinas
memiliki tujuan untuk menjamin keautentikan dan
keterpercayaan informasi pada Naskah Dinas.
(2) Pemberian nomor seri pengaman sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
perkembangan teknologi.
Pasal 52
Penggunaan security printing pada Naskah Dinas dapat
dilakukan dengan metode sebagai berikut:
a. watermarks; atau
b. metode lain sesuai dengan perkembangan teknologi.
Pasal 53
Ketentuan mengenai metode security printing pada Naskah
Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
-23-
Pasal 54
Pembuatan dan pengawasan Naskah Dinas yang bersifat
Rahasia dilakukan oleh unit kerja yang mempunyai tugas
dan fungsi bidang ketatausahaan.
Pasal 55
Pembuatan nomor seri pengaman dan pencetakan
pengamanan dapat dikoordinasikan dengan lembaga teknis
terkait.
BAB V
PEJABAT PENANDATANGANAN NASKAH DINAS
Pasal 56
(1) Naskah Dinas ditandatangani oleh pejabat sesuai
dengan batasan kewenangannya.
(2) Naskah Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat ditandatangani dengan tanda tangan basah atau
tanda tangan elektronik.
Pasal 57
(1) Pejabat yang berwenang menandatangani Naskah
Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3)
dapat memberikan Mandat kepada badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan lain yang menjadi bawahannya
untuk menandatangani Naskah Dinas, kecuali
ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Penggunaan wewenang Mandat sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilaksanakan dengan menyebut:
a. atas nama;
b. untuk beliau;
c. pelaksana tugas; atau
d. pelaksana harian.
-24-
Pasal 58
(1) Penggunaan “atas nama” dapat dilakukan dalam hal
pejabat yang berwenang menandatangani Naskah
Dinas melimpahkan kepada pejabat di bawahnya.
(2) Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan
“atas nama” meliputi:
a. pelimpahan wewenang dalam bentuk tertulis;
b. materi wewenang yang dilimpahkan menjadi tugas
dan tanggung jawab pejabat yang melimpahkan;
c. tanggung jawab sebagai akibat penandatanganan
Naskah Dinas berada pada pejabat yang
melimpahkan wewenang.
Pasal 59
(1) Penggunaan “untuk beliau” dapat dilakukan dalam hal
pejabat yang diberi kuasa memberi kuasa lagi kepada
pejabat satu tingkat di bawahnya.
(2) Penggunaan “untuk beliau” sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) setelah “atas nama”.
Pasal 60
(1) Pelimpahan kewenangan penandatanganan Naskah
Dinas melalui “untuk beliau” hanya sampai pejabat dua
tingkat di bawahnya.
(2) Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan
“untuk beliau” meliputi:
a. pelimpahan harus mengikuti urutan hanya sampai
dua tingkat struktural dibawahnya;
b. materi yang ditangani merupakan tugas dan
tanggung jawabnya;
c. dapat dipergunakan oleh pejabat yang ditunjuk
sebagai pejabat pengganti (pelaksana tugas atau
pelaksana harian);
d. tanggung jawab berada pada pejabat yang telah
diberi kuasa.
-25-
Pasal 61
(1) Penggunaan “pelaksana tugas” dilakukan oleh pejabat
yang mendapat pelimpahan wewenang dari pejabat
definitif yang berhalangan tetap.
(2) Pelimpahan wewenang “pelaksana tugas” sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus dalam bentuk tertulis.
(3) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bersifat sementara sampai dengan pejabat yang
definitif ditetapkan.
(4) Batasan kewenangan “pelaksana tugas” sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 62
(1) Penggunaan “pelaksana harian” dilakukan oleh pejabat
yang mendapat pelimpahan wewenang dari pejabat
definitif yang berhalangan sementara.
(2) Pelimpahan wewenang “pelaksana harian”
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dalam
bentuk tertulis.
(3) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bersifat sementara sampai dengan pejabat yang
definitif kembali di tempat.
(4) Batasan kewenangan “pelaksana harian” sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 63
Ketentuan mengenai contoh penggunaan kewenangan
Mandat berupa “atas nama”, “untuk beliau”, “pelaksana
tugas”, dan “pelaksana harian” sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 57 sampai dengan Pasal 62 tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
-26-
Pasal 64
(1) Kewenangan Penandatanganan Naskah Dinas
pengaturan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(2):
a. peraturan ditandatangani oleh Menteri;
b. instruksi ditandatangani oleh Menteri;
c. surat edaran ditandatangani oleh Menteri atau
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, kecuali Staf Ahli
Menteri; dan
d. standar operasional prosedur administrasi
pemerintahan ditandatangani oleh Menteri,
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, atau Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama.
(2) Dalam hal dibutuhkan:
a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran,
Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penanda
Tangan Surat Perintah Membayar, atau Ketua Unit
Layanan Pengadaan dapat menandatangani
standar operasional prosedur administrasi
pemerintahan; dan
b. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
dapat menandatangani Surat Edaran, sepanjang
materi muatannya terkait dengan pengelolaan
keuangan negara di Kementerian PPN/Bappenas.
Pasal 65
(1) Kewenangan Penandatanganan Naskah Dinas
penetapan berupa Keputusan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (3) ditandatangani oleh Menteri atau
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, kecuali Staf Ahli
Menteri.
(2) Dalam hal dibutuhkan, Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran, atau Pejabat Pembuat
Komitmen, dapat menandatangani Keputusan,
sepanjang materi muatannya terkait dengan
pengelolaan keuangan negara di Kementerian
PPN/Bappenas.
-27-
Pasal 66
Kewenangan Penandatanganan Naskah Dinas penugasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4)
ditandatangani oleh Menteri, Pejabat Pimpinan Tinggi
Madya, Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat
Komitmen, atau Kepala Unit Layanan Pengadaan.
Pasal 67
Kewenangan Penandatanganan Naskah Dinas
korespondensi internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (2):
a. nota dinas ditandatangani oleh Pejabat Pimpinan Tinggi
Madya, Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama,
Administrator, Pengawas, atau Pejabat Pengelola
Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, atau Kepala
Unit Layanan Pengadaan;
b. memorandum ditandatangani oleh Pejabat Pimpinan
Tinggi Madya, Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama,
Administrator;
c. disposisi ditandatangani oleh Menteri, Pejabat
Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat Pimpinan Tinggi
Pratama, Pejabat Pembuat Komitmen, atau Kepala Unit
Layanan Pengadaan; dan
d. surat undangan internal ditandatangani oleh Menteri,
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat Pimpinan
Tinggi Pratama, Administrator, atau Pejabat Pengelola
Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, atau Kepala
Unit Layanan Pengadaan.
Pasal 68
Kewenangan Penandatanganan Naskah Dinas
korespondensi eksternal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (3):
a. surat dinas ditandatangani oleh Menteri, Pejabat
Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat Pimpinan Tinggi
Pratama, atau Pejabat Pengelola Anggaran; dan
-28-
Pasal 69
(1) Kewenangan Penandatanganan Naskah Dinas khusus
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8:
a. surat perjanjian ditandatangani oleh Menteri,
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat Pimpinan
Tinggi Pratama, Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran, atau Pejabat Pembuat
Komitmen;
b. Naskah Kerja Sama ditandatangani oleh Menteri,
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat Pimpinan
Tinggi Pratama, Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran, atau Pejabat Pembuat
Komitmen;
c. surat kuasa ditandatangani oleh Menteri,
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama, atau Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran;
d. berita acara ditandatangani oleh Menteri,
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama, Administrator,
Pengawas, Staf Ahli, Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen,
Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan, Pejabat
Pengadaan Barang dan/atau Jasa, Staf, atau Unit
Layanan Pengadaan;
e. surat keterangan ditandatangani oleh Menteri,
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama, Administrator, atau
Pengawas;
f. surat pengantar ditandatangani oleh Menteri,
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya, Pejabat
Pimpinan Tinggi Pratama, Administrator,
Pengawas, atau Pejabat Pembuat Komitmen.
-29-
BAB VI
PENGENDALIAN NASKAH DINAS
Pasal 70
Pengendalian Naskah Dinas meliputi kegiatan:
a. pengendalian Naskah Dinas masuk; dan
b. pengendalian Naskah Dinas keluar.
Bagian Kesatu
Pengendalian Naskah Dinas Masuk
-30-
Pasal 71
Prinsip penanganan Naskah Dinas masuk meliputi:
a. penerimaan Naskah Dinas masuk dipusatkan di unit
yang menyelenggarakan fungsi kesekretariatan.
b. penerimaan Naskah Dinas dianggap sah apabila
diterima oleh petugas atau pihak yang berhak
menerima/petugas yang ditunjuk di unit yang
menyelenggarakan fungsi kesekretariatan.
c. Naskah Dinas masuk yang disampaikan langsung
kepada pejabat atau staf Unit Pengolah harus
dilakukan registrasi di unit yang menyelenggarakan
fungsi kesekretariatan.
Pasal 72
Pengendalian Naskah Dinas masuk dengan media rekam
kertas dilaksanakan melalui tahapan sebagai:
a. penerimaan;
b. pencatatan;
c. pengarahan; dan
d. penyampaian.
Pasal 73
Pada tahap penerimaan, Naskah Dinas masuk yang diterima
dalam sampul tertutup dikelompokkan berdasarkan
kategori klasifikasi keamanan: sangat rahasia, rahasia,
terbatas dan biasa.
Pasal 74
(1) Pada tahap pencatatan, Naskah Dinas masuk yang
diterima dari petugas penerimaan yang telah
dikelompokkan berdasarkan kategori klasifikasi
keamanan.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan registrasi Naskah Dinas pada sarana
pengendalian Naskah Dinas.
(3) Sarana pengendalian Naskah Dinas sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat berupa:
-31-
Pasal 75
(1) Pengarahan Naskah Dinas masuk dengan klasifikasi
keamanan sangat rahasia, rahasia, dan terbatas
disampaikan langsung kepada Unit Pengolah yang
dituju.
(2) Pengarahan Naskah Dinas masuk dengan kategori
biasa/terbuka dilakukan dengan membuka, membaca
dan memahami keseluruhan isi dan maksud Naskah
Dinas untuk mengetahui Unit Pengolah yang akan
menindaklanjuti Naskah Dinas tersebut.
Pasal 76
(1) Naskah Dinas masuk disampaikan kepada Unit
Pengolah sesuai dengan arahan dengan bukti
penyampaian Naskah Dinas.
(2) Bukti penyampaian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memuat informasi tentang:
a. nomor urut pencatatan;
b. tanggal dan nomor Naskah Dinas;
c. asal Naskah Dinas;
d. isi ringkas Naskah Dinas;
e. unit kerja yang dituju;
f. waktu penerimaan; dan
g. tandatangan dan nama penerima di Unit Pengolah.
-32-
Pasal 77
(1) Pengendalian Naskah Dinas masuk dengan media
rekam elektronik menggunakan Aplikasi Umum Bidang
Kearsipan Dinamis.
(2) Dalam rangka pengendalian Naskah Dinas masuk,
Aplikasi Umum Bidang Kearsipan Dinamis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat
fitur pencatatan riwayat, pengarahan sesuai dengan
klasifikasi keamanan, dan penyampaian.
Pasal 78
(1) Dalam hal terdapat komunikasi kedinasan atau Naskah
Dinas dengan media rekam elektronik yang diterima
dari luar lingkungan instansi yang ditujukan kepada
pejabat tertentu di lingkungan internal melalui akun
media komunikasi dalam jaringan pribadi atau
kedinasan pegawai, harus disampaikan kepada Unit
Kearsipan untuk dilakukan registrasi ke dalam Aplikasi
Umum Bidang Kearsipan Dinamis.
(2) Penyampaian komunikasi kedinasan atau Naskah
Dinas dengan media rekam elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dalam bentuk tangkapan
layar (capturing) atau salinan digital (soft file).
Bagian Kedua
Pengendalian Naskah Dinas Keluar
Pasal 79
Prinsip pengendalian Naskah Dinas keluar meliputi:
a. pengiriman Naskah Dinas keluar dipusatkan dan
diregistrasi di unit yang menyelenggarakan fungsi
kesekretariatan termasuk Naskah Dinas yang
-33-
Pasal 80
Pengendalian Naskah Dinas keluar pada media rekam kertas
dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut:
a. pencatatan;
b. penggandaan;
c. pengiriman; dan
d. penyimpanan.
Pasal 81
(1) Pada tahap pencatatan, Naskah Dinas keluar yang
dikirim harus diregistrasi pada sarana pengendalian
Naskah Dinas keluar.
(2) Sarana pengendalian Naskah Dinas keluar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. nomor urut;
b. tanggal pengiriman;
c. tanggal dan nomor Naskah Dinas;
d. tujuan Naskah Dinas;
e. isi ringkas Naskah Dinas; dan
f. keterangan.
Pasal 82
(1) Penggandaan Naskah Dinas dilakukan setelah Naskah
Dinas keluar ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.
(2) Penggandaan Naskah Dinas keluar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang memiliki kategori
-34-
Pasal 83
(1) Naskah Dinas keluar yang akan dikirimkan oleh Unit
Pengolah dimasukkan ke dalam amplop dengan
mencantumkan alamat lengkap dan nomor Naskah
Dinas sesuai dengan kategori klasifikasi keamanan.
(2) Khusus untuk Naskah Dinas dengan kategori
klasifikasi keamanan Sangat Rahasia, Rahasia, dan
Terbatas, Naskah Dinas dapat dimasukkan ke dalam
amplop kedua dengan hanya mencantumkan alamat
yang dituju dan pembubuhan cap dinas.
(3) Untuk mempercepat proses tindak lanjut Naskah
Dinas, dapat dikirimkan secara khusus dengan
menambahkan tanda ‘u.p’ (untuk perhatian) diikuti
nama jabatan yang menindaklanjuti dibawah nama
jabatan yang dituju.
Pasal 84
(1) Penyimpanan Naskah Dinas keluar dilakukan oleh Unit
Pengolah melalui sarana pengendalian Naskah Dinas
dan pertinggal Naskah Dinas keluar.
(2) Pertinggal Naskah Dinas keluar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberkaskan menjadi satu kesatuan
dengan Naskah Dinas masuk sesuai dengan klasifikasi
arsip.
Pasal 85
(1) Pengendalian Naskah Dinas keluar dengan media
rekam elektronik menggunakan Aplikasi Umum Bidang
Kearsipan Dinamis.
(2) Dalam rangka pengendalian Naskah Dinas keluar,
Aplikasi Umum Bidang Kearsipan Dinamis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat
fitur pencatatan riwayat, pengiriman, dan
-35-
penyimpanan.
Bagian Ketiga
Pembinaan, Pengendalian, dan Pengelolaan Naskah Dinas
Pasal 86
(1) Pembinaan, pengendalian, dan pengelolaan Naskah
Dinas dilakukan untuk memastikan:
a. kebenaran isi Naskah Dinas;
b. tidak ada kesalahan susunan dan bentuk Naskah
Dinas;
c. penomoran dan registrasi Naskah Dinas; dan
d. penyimpanan dan penyusutan Naskah Dinas
sesuai dengan jadwal retensi Arsip dan digunakan
sesuai dengan kaidah kearsipan.
(2) Pimpinan unit kerja di Kementerian PPN/Bappenas
melakukan pembinaan, pengendalian, dan pengelolaan
penyelenggaraan tata Naskah Dinas di lingkungan
unit kerjanya.
(3) Pembinaan teknis penyusunan Naskah Dinas pada
media rekam kertas dan Naskah Dinas media rekam
elektronik dilakukan oleh Unit Kearsipan.
Pasal 87
(1) Naskah Dinas korespondensi internal dan eksternal
dikelola secara elektronik.
(2) Pengelolaan Naskah Dinas elektronik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh unit kerja
yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang teknologi
informasi dan komunikasi.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 88
Pada saat peraturan Menteri ini mulai berlaku:
(1) Tata Naskah Dinas yang telah ada harus disesuaikan
-36-
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 89
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 4 Tahun
2020 tentang Tata Naskah Dinas di Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2020 Nomor 455), dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
Pasal 90
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-37-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 April 2022
MENTERI PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
SUHARSO MONOARFA
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 April 2022
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BENNY RIYANTO
Lambang
negara dan
nama jabatan
yang telah
dicetak
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
INSTRUKSI Penomoran
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ yang
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL berurutan
dalam satu
tahun takwim
NOMOR.............. TAHUN.................
TENTANG Judul
..................................................................... instruksi yang
...... ditulis dengan
huruf kapital
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA, Memuat
alasan tentang
Dalam rangka…………………, dengan ini memberi instruksi perlu
ditetapkannya
Kepada : 1. Nama/Jabatan Pegawai;
2. Nama/Jabatan Pegawai; Daftar pejabat
3. Nama/Jabatan Pegawai; yang
4. Nama/Jabatan Pegawai; menerima
. instruksi
Untuk :
NAMA LENGKAP
-4-
2. Surat Edaran
Susunan dan bentuk:
a. Kepala
Bagian kepala Surat Edaran terdiri dari:
1) kop Surat Edaran yang ditandatangani Menteri atau atas
nama Menteri menggunakan Lambang Negara, yang
disertai nama Menteri atau Kementerian PPN/Bappenas
dengan huruf kapital secara simetris;
2) kop Surat Edaran yang ditandatangani oleh pejabat selain
Menteri menggunakan logo Kementerian PPN/Bappenas,
yang disertai nama lembaga dengan huruf kapital secara
simetris;
3) tulisan Surat Edaran, yang dicantumkan di bawah
Lambang Negara/Logo Kementerian PPN/Bappenas,
ditulis dengan huruf kapital serta nomor Surat Edaran di
bawahnya secara simetris;
4) tulisan Surat Edaran, yang dicantumkan di bawah
Lambang Negara/Logo lembaga, ditulis dengan huruf
kapital serta nomor surat edaran di bawahnya secara
simetris;
5) rumusan judul Surat Edaran, yang ditulis dengan huruf
kapital secara simetris di bawah kata tentang; dan
6) kata Yth., yang diikuti oleh nama pejabat yang dikirimi
surat edaran.
b. Batang Tubuh
Bagian batang tubuh surat edaran terdiri atas:
1) Latar belakang tentang perlunya dibuat Surat
Edaran;
2) Maksud dan tujuan dibuatnya Surat Edaran;
3) Ruang lingkup diberlakukannya Surat Edaran;
4) Peraturan perundang-undangan atau Naskah Dinas lain
yang menjadi dasar pembuatan Surat Edaran;
5) Isi edaran mengenai hal tertentu yang dianggap
mendesak; dan
6) Penutup.
-5-
c. Kaki
Bagian kaki surat edaran ditempatkan di sebelah kanan yang
terdiri atas:
1) tempat dan tanggal penetapan;
2) nama jabatan pejabat penanda tangan, yang ditulis
dengan huruf kapital, diakhiri dengan tanda baca koma;
3) untuk Surat Edaran yang ditandatangani atas nama
Menteri atau atas nama Pejabat Pimpinan Tinggi, diberi
tambahan a.n. setelah nama jabatan pejabat
penandatangan;
4) tanda tangan pejabat penanda tangan;
5) nama lengkap pejabat penanda tangan, yang ditulis
dengan huruf kapital;
6) cap dinas; dan
7) apabila diperlukan, dapat ditambahkan Tembusan
kepada pejabat terkait.
-6-
Lambang negara
dan nama
jabatan yang
telah dicetak
Daftar pejabat
Yth. 1. …………….. yang menerima
2. …………….. surat edaran
3. dan seterusnya
1. Latar Belakang
……………………………………………………………………………………………. Memuat alasan
……………………….. tentang perlu
2. Maksud dan Tujuan ditetapkannya surat
……………………………………………………………………………………………. edaran
………………………..
3. Ruang Lingkup
……………………………………………………………………………………………. Memuat peraturan
……………………….. yang menjadi dasar
4. Dasar ditetapkannya
…………………………………………………………………………………………….
………………………..
5. Isi Edaran Memuat isi edaran
……………………………………………………………………………………………. mengenai hal
……………………….. tertentu
6. Penutup
Kota sesuai
dengan alamat
Lembaga dan
Ditetapkan di ........................... tanggal
pada tanggal ............................... penandatangan
NAMA LENGKAP
Daftar pejabat
Tembusan: yang menerima
1. …………………… tembusan surat
2. …………………… edaran
3. …………………...
dan seterusnya
-7-
SURAT EDARAN
NOMOR........./......../........./TAHUN.................
TENTANG
.....................................................................
...........................
Yth. 1. ...............................................
2. ............................................
dan seterusnya
1. Latar belakang
...............................................................
..................................................
....................
3. Ruang Lingkup
...............................................................
..................................................
....................
4. Dasar
...............................................................
..................................................
5. Isi Edaran
...............................................................
..................................................
6. Penutup
NAMA JABATAN,
Tembusan:
1. ..................
2. ..................
3. dan seterusnya
-8-
8) dasar hukum;
9) keterkaitan;
10) peringatan;
11) pengaturan;
12) kualifikasi pelaksana;
13) peralatan dan perlengkapan; dan
14) pencatatan dan pendataan.
f. Bagian Flowchart Bagian Pendukung
Bagian flowchart merupakan uraian mengenai langkah-
langkah kegiatan secara berurutan dan sistematis dari
prosedur yang distandarkan, yang berisi:
(1) nomor;
(2) tahap kegiatan;
(3) pelaksana;
(4) keterangan;
(5) urutan jabatan;
(6) mutu baku, dan
(7) norma waktu.
-10-
NOMOR
SOP AP (…) Tahun 2021
TANGGAL
PEMBUATAN
TANGGAL REVISI
TANGGAL
EFEKTIF
Jabatan Tinggi
DISAHKAN OLEH
Pratama
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
KETERKAITAN PERALATAN/PERLENGKAPAN
1.
2.
3.
No Kegiatan Jabatan
Tinggi Kelengkapan Waktu Output
Pratama
1
2
3
4
6
7
8
9
10
Norma waktu :
… menit Jabatan Tinggi Pratama
NAMA JABATAN
……………………
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN………………………..
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
……………………………………………………
MENIMBANG : a. bahwa…………………………………………………
………………………………………………………...
b. bahwa…………………………………………………
……………………………………………………………..
MENGINGAT : 1. ………………………………………………………...
2. …………………………………………………………
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN…………..TENTANG……………………….
……………………………………………………………
PERTAMA : mengangkat……………………………………………...
KEDUA : menugaskan……………………………………………...
KETIGA : ……………………………………………………………
Ditetapkan di ………………..
Pada tanggal …………………
NAMA JABATAN,
Tanda Tangan dan Cap Jabatan
NAMA LENGKAP
-15-
NAMA JABATAN
……………………
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN………………………..
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
……………………………………………………
MENIMBANG : a. bahwa…………………………………………………
………………………………………………………...
b. bahwa…………………………………………………
……………………………………………………………..
MENGINGAT : 1. ………………………………………………………...
2. …………………………………………………………
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN…………..TENTANG……………………….
……………………………………………………………
PERTAMA : mengangkat……………………………………………...
KEDUA : menugaskan……………………………………………...
KETIGA : ……………………………………………………………
Ditetapkan di ………………..
Pada tanggal …………………
NAMA JABATAN,
Tanda Tangan dan Cap Jabatan
NAMA LENGKAP
-16-
KEMENTERIAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN SALINAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NAMA JABATAN
……………………
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN………………………..
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
……………………………………………………
MENIMBANG : a. bahwa…………………………………………………
………………………………………………………...
b. bahwa…………………………………………………
……………………………………………………………..
MENGINGAT : 1. ………………………………………………………...
2. …………………………………………………………
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN…………..TENTANG……………………….
……………………………………………………………
PERTAMA : mengangkat……………………………………………...
KEDUA : menugaskan……………………………………………...
KETIGA : ……………………………………………………………
Ditetapkan di ………………..
Pada tanggal …………………
NAMA JABATAN,
Tanda Tangan dan Cap Jabatan
NAMA LENGKAP
-17-
5. Surat Perintah
Susunan dan bentuk:
a. Kepala
Bagian kepala Surat Perintah terdiri atas:
1) kop Surat Perintah, yang berisi Lambang Negara dan
nama jabatan untuk Menteri atau logo Kementerian
PPN/Bappenas untuk pejabat pimpinan tinggi pratama ke
bawah atau pejabat pengelola anggaran;
2) kata Surat Perintah, ditulis dengan huruf kapital secara
simetris; dan
3) nomor, berada di bawah tulisan Surat Perintah.
b. Batang Tubuh
Bagian batang tubuh Surat Perintah terdiri atas:
1) konsiderans meliputi pertimbangan dan/atau dasar:
a) pertimbangan memuat alasan ditetapkannya Surat
Perintah;
b) dasar memuat ketentuan yang dijadikan landasan
ditetapkannya Surat Perintah tersebut.
2) Diktum dimulai dengan kata memberi perintah, ditulis
dengan huruf kapital dicantumkan secara simetris, diikuti
kata kepada di tepi kiri disertai nama dan jabatan
pegawai yang mendapat tugas.
3) Di bawah kata kepada ditulis kata untuk disertai tugas-
tugas yang harus dilaksanakan.
c. Kaki
Bagian kaki Surat Perintah terdiri atas:
1) Tempat dan tanggal Surat Perintah;
2) nama jabatan pejabat penandatangan, ditulis dengan
huruf awal kapital pada setiap awal unsurnya, dan
diakhiri dengan tanda baca koma;
3) tanda tangan pejabat yang menugasi;
4) nama lengkap pejabat yang menandatangani Surat
Perintah, ditulis dengan huruf awal kapital pada setiap
awal unsurnya dan mencantumkan NIP; dan
5) cap dinas.
-18-
Menimbang : a. bahwa.........................................
b. bahwa......................................... Memuat
peraturan/
dasar
Dasar : 1. .................................................. ditetapkannya
2. .................................................. surat perintah
Memberi Perintah
Nama kota
sesuai alamat
Nama tempat, Tanggal, Bulan, Tahun instansi dan
tanggal
Nama Jabatan,
penanda
Tanda Tangan dan Cap Dinas tangan
Nama Lengkap
Nama jabatan
dan nama yang
ditulis dengan
huruf awal
Tembusan: kapital dicetak
tebal
1. ...........
2. ..........
-19-
Penomoran
SURAT PERINTAH
mengacu pada
NOMOR ...../....../......./....... klasifikasi
arsip
Menimbang : a. bahwa.........................................
b. bahwa.........................................
Memuat
Dasar : 1. .................................................. peraturan/
2. .................................................. dasar
ditetapkannya
Memberi Perintah surat perintah
Kepada : 1. ..........................
2. .......................... Pejabat/
3. .......................... Pegawai yang
4. dan seterusnya menerima
perintah
Untuk : 1. .................................................
2. ..............................................
3. .............................................. Memuat
substansi
4. dan seterusnya.
arahan yang
diperintahkan
6. Surat Tugas
Susunan dan bentuk:
a. Kepala
Bagian kepala Surat Tugas terdiri atas:
1) kop Surat Tugas, yang berisi Lambang Negara dan nama
jabatan untuk Menteri atau Logo Kementerian
PPN/Bappenas untuk pejabat pimpinan tinggi pratama ke
bawah atau pejabat pengelola anggaran;
2) kata Surat Tugas, ditulis dengan huruf kapital secara
simetris; dan
3) nomor, berada di bawah tulisan surat tugas.
b. Batang Tubuh
Bagian batang tubuh Surat Tugas terdiri atas:
1) Alinea pembuka meliputi pertimbangan dan/atau dasar:
pertimbangan memuat alasan ditetapkannya Surat Tugas;
2) Isi dari memberikan tugas kepada diletakkan menjorok ke
dalam (nama, NIP, pangkat, dan jabatan pegawai yang
mendapat tugas); dan
3) Kata untuk, disertai tugas-tugas yang harus
dilaksanakan, dan mencantumkan ketentuan
tidak/melakukan rekam kehadiran datang dan/atau
pulang.
c. Kaki
Bagian kaki Surat Tugas terdiri atas:
1) Tempat, Tanggal, bulan, tahun Surat Tugas;
2) Nama jabatan pejabat penandatangan, ditulis dengan
huruf awal kapital pada setiap unsurnya, dan diakhiri
dengan tanda baca koma;
3) Tanda tangan pejabat yang menugasi;
4) Nama lengkap pejabat dan gelar yang menandatangani
Surat Tugas, ditulis dengan huruf awal kapital pada setiap
unsurnya dan mencantumkan NIP; dan
5) Cap dinas.
-21-
Nama : ......................................
NIP : ...................................... Pejabat/
Pangkat/Gol : ...................................... Pegawai yang
menerima
Jabatan : ......................................
perintah/
tugas
Untuk : 1. ......................................
2. ......................................
3. ...................................... Memuat
4. Tidak melakukan rekam absensi datang substansi
dan/atau pulang. arahan yang
5. dan seterusnya diperintahkan
Nama kota
Tempat, Tanggal, Bulan, Tahun sesuai alamat
instansi dan
Nama Jabatan, tanggal
penandatangan
Memuat
substansi
arahan yang
Untuk : 1. ...................................... diperintahkan
2. ......................................
3. ......................................
4. Tidak melakukan rekam absensi datang
dan/atau pulang.
5. dan seterusnya
Agar yang bersangkutan melaksanakan tugas dengan baik dan Nama kota sesuai
penuh tanggung jawab. alamat instansi
dan tanggal
penandatangan
Nama Lengkap
NIP. ……………………….
-23-
Lampiran
surat, nomor
dan tanggal
Daftar
Pejabat/Pegawai
yang ditugaskan
7. Nota Dinas
Susunan dan bentuk:
a. Kepala
Bagian kepala Nota Dinas terdiri atas:
1) kop Nota Dinas terdiri dari nama Kementerian
PPN/Bappenas yang ditulis secara simetris di tengah atas,
dengan menggunakan huruf Arial 14;
2) nama unit kerja ditulis secara simetris di tengah atas,
dengan menggunakan huruf Arial 12;
3) kata Nota Dinas, ditulis dengan huruf kapital secara
simetris;
4) kata nomor, ditulis dengan huruf kapital secara simetris;
5) kata Yth., ditulis dengan huruf awal kapital, diikuti
dengan tanda baca titik;
6) kata Dari, ditulis dengan huruf awal kapital;
7) kata Hal, ditulis dengan huruf awal kapital;
8) kata Tanggal, ditulis dengan huruf awal kapital.
b. Batang Tubuh
Bagian batang tubuh Nota Dinas terdiri dari alinea pembuka,
isi, dan penutup yang singkat, padat, dan jelas.
c. Kaki
Bagian kaki Nota Dinas terdiri dari tanda tangan, nama
pejabat, dan tembusan (jika perlu).
-25-
Yth. : ......................................................
Dari : ......................................................
Hal : ......................................................
Tanggal : ......................................................
.........................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
............................................................................................
.........................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
............................................................................................
.........................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
............................................................................................
Tanda Tangan
Nama Lengkap
8. Memorandum
Susunan dan bentuk:
a. Kepala
Bagian kepala Memorandum terdiri atas:
1) kop Memorandum terdiri dari nama Kementerian
PPN/Bappenas yang ditulis secara simetris di tengah atas;
2) nama unit kerja ditulis secara simetris di tengah atas;
3) kata Memorandum, ditulis dengan huruf kapital secara
simetris;
4) kata nomor, ditulis dengan huruf kapital secara simetris;
5) kata Yth., ditulis dengan huruf awal kapital, diikuti
dengan tanda baca titik;
6) kata Dari, ditulis dengan huruf awal kapital;
7) kata Hal, ditulis dengan huruf awal kapital; dan
8) kata Tanggal, ditulis dengan huruf awal kapital.
b. Batang Tubuh
Bagian batang tubuh Memorandum terdiri dari alinea
pembuka, isi, dan penutup yang singkat, padat, dan jelas.
c. Kaki
Bagian kaki Memorandum terdiri dari tanda tangan, nama
pejabat, dan tembusan (jika perlu).
-27-
MEMORANDUM
Penomoran
NOMOR ........./........./........./....... mengacu pada
Klasifikasi Arsip
Yth. : ......................................................
Dari : ......................................................
Hal : ......................................................
Tanggal : ......................................................
.........................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
............................................................................................ Alinea pembuka,
isi,
......................................................................................................................... dan penutup
..................................................................................................................................... yang singkat,
..................................................................................................................................... padat, dan jelas
............................................................................................
.........................................................................................................................
.....................................................................................................................................
..................................................................................................................................... Nama yang ditulis
............................................................................................ dengan huruf
awal kapital
dicetak tebal,
tanpa
Nama Jabatan, mencantumkan
NIP dan cap
dinas
Nama Pejabat
9. Disposisi
MENTERI
LEMBAR DISPOSISI
SEKRETARIS KEMENTERIAN
DEPUTI BIDANG: Dari : ……….
1. Ekonomi
Nomor : ………
2. Pengembangan Regional PERIHAL:
3. Kemaritiman dan Sumber Daya Alam
4. Kependudukan dan Ketenagakerjaan
5. Pembangunan Manusia, Masyarakat
dan Kebudayaan
6. Sarana dan Prasarana
7. Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan
8. Pendanaan Pembangunan
9. Pemantauan, Evaluasi dan
Pengendalian Pembangunan
INSPEKTUR UTAMA
- Nama
Catatan/Arahan:
Tanda Tangan
Nama Menteri
-29-
LEMBAR DISPOSISI
Nomor : ………
PERIHAL:
LAINNYA
- Sekretariat Menteri PPN/Kepala Bappenas
- Sekretariat Sesmen PPN/Sestama
Bappenas dan seterusnya
Catatan/Arahan:
Tanda Tangan
Nama Pejabat
-30-
LEMBAR DISPOSISI
DISPOSISI
1. Dapat disetujui
2. Perbaiki
3. Untuk dilaksanakan/diselesaikan
4. Temui saya
5. Koordiansikan/dibahas bersama
6. Teliti dan Tanggapi
7. Untuk diketahui/digunakan
8. Edarkan
9. Siapkan draft/bahan
10. Siapkan jawaban sesuai ketentuan
11. Siapkan laporan/laporkan
12. Harap dipenuhi/dibantu/diterima
13. Dijadwalkan/agendakan
14. Dampingi
15. Mohon dihadiri/diwakili
16. File/Asli kembali
Catatan/Arahan:
Tanda Tangan
Nama Pejabat
-31-
Yth.
…………………………
…………………………
…………………………
…………………………
……………………………………………………………….(Alinea Penutup)
……………………………………………………………………………………………
………………………………………..
Nama Jabatan,
Nama Lengkap
Tembusan:
1. ..........................
2. ..........................
3. dan seterusnya
-33-
Nama Jabatan,
Nama Lengkap
-34-
Nama Lengkap
Tembusan:
1. ..................
2. ..................
3. dan seterusnya
-36-
Nama Jabatan,
Nama Lengkap
Tembusan:
1. ..........................
2. ..........................
3. ..........................
-37-
Yth. ....................................
.........................................
.........................................
.........................................
……………………………………………….(Alinea Penutup)
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………..
Nama Jabatan,
Nama Lengkap
Tembusan:
1. ..........................
2. ..........................
3. dan seterusnya
-39-
1. ..............................................................................
2. ..............................................................................
3. ..............................................................................
4. ..............................................................................
5. ..............................................................................
6. ..............................................................................
7. ..............................................................................
8. ..............................................................................
9. ..............................................................................
10. ..............................................................................
11. ..............................................................................
12. ..............................................................................
13. ..............................................................................
14. ..............................................................................
15. ..............................................................................
16. dan seterusnya
Nama Jabatan,
Nama Lengkap
-40-
SURAT KUASA
NOMOR ...../....../......./.......
untuk
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
………………………………………
SURAT KUASA
NOMOR: …../…../…../…..
Nama Pejabat
Jabatan
FULL POWER
Number:
Name of Official
Jabatan (Minister/Governor/Mayor)
Signature
(Tanpa Cap)
-44-
BERITA ACARA
NOMOR ....../....../....../.......
dan
1. ……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
2. dan seterusnya.
Dibuat di ……………………
Mengetahui/Mengesahkan
Nama Jabatan,
Tanda tangan
Tanda Tangan yang
mengesahkan
Nama Lengkap (jika ada
NIP. ……………….
-46-
SURAT KETERANGAN
NOMOR: …../…../…../…..
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………………………………………………………………
…………
…………………………………………………………………
……………………………………………………
Nama Lengkap
NIP.
-48-
SURAT KETERANGAN
NOMOR: …../…../…../…..
dengan ini menerangkan bahwa pada hari ini …………, tanggal ................,
bulan ................., tahun ..................., jam…………… telah terjadi hal/peristiwa:
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………………………
Nama Lengkap
-49-
Yth. ………………………………..
……………………………………..
……………………………………..
SURAT PENGANTAR
NOMOR …../…../…../…..
Penerima Pengirim
Nama Jabatan, Nama
Jabatan,
Tanda tangan dan Cap Dinas Tanda tangan dan Cap Dinas
No Telepon ……………………
Tembusan
1. ………………………..
2. ………………………..
3. dan seterusnya
-51-
17. Pengumuman
Susunan dan bentuk:
a. Kepala
Bagian kepala Pengumuman terdiri atas:
1) kop pengumuman, yang berisi lambing negara dan nama
jabatan untuk Menteri atau logo Kementerian
PPN/Bappenas untuk pejabat pimpinan tinggi madya ke
bawah;
2) tulisan Pengumuman keterangan ditulis dengan huruf
kapital dan diletakkan secara simetris;
3) nomor Pengumuman ditulis dengan huruf kapital dan
diletakkan secara simetris;
4) kata tentang, yang dicantumkan di bawah Pengumuman
ditulis dengan huruf kapital dan diletakkan secara
simetris; dan
5) rumusan judul Pengumuman, ditulis dengan huruf
kapital secara simetris di bawah tentang.
b. Batang Tubuh
Batang tubuh Pengumuman memuat:
1) alasan tentang perlunya dibuat Pengumuman;
2) peraturan yang menjadi dasar pembuatan Pengumuman;
dan
3) pemberitahuan tentang hal tertentu.
c. Kaki
Bagian kaki Pengumuman ditempatkan di sebelah kanan, yang
terdiri atas:
1) tempat dan tanggal penetapan;
2) nama jabatan pejabat yang menetapkan, yang ditulis
dengan huruf awal kapital, diakhiri dengan tanda baca
koma;
3) tanda tangan pejabat yang menetapkan;
4) nama lengkap yang menandatangani, yang ditulis
dengan huruf awal kapital; dan
5) cap dinas.
-52-
Penomoran
mengacu pada
PENGUMUMAN klasifikasi arsip
NOMOR ........./........./........./.......
TENTANG
Judul
…………………………………………………………. pengumuman
.......................................................................
..............................................................................
..............................................................................
...........................................................................
....................................................................... Memuat
.............................................................................. informasi
.............................................................................. mengenai
...........................................................................
pengumuman
.......................................................................
..............................................................................
..............................................................................
...........................................................................
Mencantumkan
Dikeluarkan di ...................... tempat dan
Pada tanggal ......................... tanggal
pengumuman,
tanda tangan
Nama Jabatan, pejabat yang
mengeluarkan
Tanda tangan dan Cap Dinas
pengumuman,
cap dinas dan
Nama Lengkap nama lengkap
NIP. ....................................... dicetak tebal
-53-
18. Laporan
Susunan dan bentuk:
a. Kepala
Bagian kepala Laporan memuat judul laporan yang ditulis
dengan huruf kapital dan diletakkan secara simetris.
b. Batang Tubuh
Bagian batang tubuh Laporan terdiri atas:
1) Pendahuluan, yang memuat penjelasan umum, maksud
dan tujuan, serta ruang lingkup dan sistematika laporan;
2) Materi Laporan, yang terdiri atas kegiatan yang
dilaksanakan, faktor yang mempengaruhi, hasil
pelaksanaan kegiatan, hambatan yang dihadapi, dan hal
lain yang perlu dilaporkan;
3) Simpulan dan saran, sebagai bahan masukan dan
pertimbangan; dan
4) Penutup, yang merupakan akhir laporan, memuat
harapan, permintaan arahan, atau ucapan terima kasih.
c. Kaki
Bagian kaki Laporan ditempatkan di sebelah kanan bawah dan
terdiri atas:
1) tempat dan tanggal pembuatan laporan;
2) nama jabatan pejabat pembuat laporan, yang ditulis
dengan huruf awal kapital;
3) tanda tangan; dan
4) nama lengkap, yang ditulis dengan huruf awal kapital.
-54-
Judul laporan
LAPORAN yang ditulis
dengan huruf
TENTANG awal kapital
.........................................................................
A. Pendahuluan
1. Umum
2. Maksud dan Tujuan
3. Ruang Lingkup
4. Dasar
E. Penutup
............................................................................
......................................................................
Dibuat di ....................................
pada tanggal ..............................
Kota sesuai
dengan alamat
instansi,
tanggal
Nama Jabatan Pembuat Laporan, penandatangan
an, nama
jabatan, tanda
Tanda Tangan dan Cap Dinas tangan dan
nama lengkap
Nama Lengkap
-55-
20. Sertifikat
Susunan dan bentuk:
a. Kepala
Bagian kepala sertifikat terdiri atas:
1) Lambang Negara/Logo Kementerian PPN/Bappenas dan
nama Kementerian diletakkan secara simetris dan ditulis
dengan huruf kapital;
2) sertifikat yang ditandatangani oleh Menteri atau atas
nama Menteri menggunakan Lambang Negara; dan
3) judul sertifikat.
b. Batang Tubuh
Bagian batang tubuh sertifikat terdiri atas:
1) Nama yang diberi sertifikat dan keterlibatan/perannya
dalam kegiatan yang diadakan;
2) Judul kegiatan; dan
3) Masa berlaku/tanggal pelaksanaan kegiatan.
c. Kaki
Bagian kaki sertifikat terdiri atas:
1) Nama kota tempat penandatanganan;
2) Tanggal saat penandatanganan;
3) Nama jabatan penandatangan, ditulis dengan huruf
kapital pada setiap awal kata;
4) Nama pejabat penandatangan, ditulis dengan huruf
kapital pada setiap awal kata; dan
5) Cap Lambang Negara/cap Logo Kementerian
PPN/Bappenas.
-58-
21. Piagam
Susunan dan bentuk:
a. Kepala
Bagian kepala piagam terdiri atas:
1) Lambang Negara dan nama lembaga (Kementerian
PPN/Bappenas) diletakkan secara simetris dan ditulis
dengan huruf kapital;
2) tulisan “Piagam” ditulis dengan huruf kapital dan
dicantumkan di bawah nama lembaga secara simetris;
3) nomor ditulis dengan huruf kapital dan dicantumkan di
bawah tulisan “Piagam” secara simetris.
b. Batang Tubuh
Bagian batang tubuh piagam terdiri atas:
1) uraian berisikan pejabat yang memberikan penghargaan;
2) identitas penerima penghargaan;
3) uraian prestasi keteladanan yang telah dicapai atau
diwujudkan.
c. Kaki
Bagian kaki piagam terdiri atas:
1) nama kota tempat penandatanganan;
2) tanggal saat penandatanganan;
3) nama jabatan penandatangan;
4) nama pejabat penandatangan;
5) tanda tangan dan cap Lambang Negara.
-60-
d. Nomor halaman
Nomor halaman ditulis secara berurut dan dicantumkan
secara simetris di tengan atas dengan membubuhkan tanda
hubung (-) sebelum dan setelah nomor, kecuali halaman
pertama Naskah Dinas tidak perlu mencantumkan nomor
halaman.
e. Ketentuan Jarak Spasi, serta Kata Penyambung
Dalam penentuan jarak spasi, hendaknya diperhatikan aspek
keserasian, estetika, banyaknya isi Naskah Dinas dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
1) Jarak antara judul dan isi adalah 2 (dua) spasi;
2) Jika judul lebih dari satu baris, jarak antara baris
pertama dengan baris kedua adalah 1 (satu) spasi;
3) Jarak masing-masing baris disesuaikan dengan
keperluan.
Contoh Susunan dan Bentuk
Penulisan Kata Penyambung
pada halaman 1 baris paling bawah
Kata Penyambung
f. Tembusan
Tembusan surat bagian ini dicantumkan di sebelah kiri
bawah, yang menunjukkan bahwa pihak tersebut perlu
mengetahui isi surat tersebut.
g. Lampiran
Jika naskah memiliki beberapa lampiran, setiap lampiran
harus diberi nomor urut angka romawi. Nomor halaman
-63-
Nomor Nota :
Dinas usulan
Hal :
Tanggal :
Abidin Budiman
NIP. 19601213 198504 1 001
-65-
Hartawan Herlambang
NIP. 19610215 198604 1 001
Kode klasifikasi
Bulan
Tahun
pengusul/kode klasifikasi/bulan/tahun
B-20/ B.01/HK.01.02/11/2021
Kategori klasifikasi keamanan
yang bersifat Biasa
Kode klasifikasi
Bulan
Tahun
R-28/I.01/PA.02.01/11/2021
Kategori klasifikasi keamanan
yang bersifat Rahasia
Kode klasifikasi
Bulan
Tahun
T-100/D.1.1/PP.05.05/11/2021
Kategori klasifikasi keamanan
yang bersifat Terbatas
Kode klasifikasi
Bulan
Tahun
-68-
B-254/B.01/HK.07.01/11/2021
Kategori klasifikasi keamanan
yang bersifat Biasa
Kode klasifikasi
Bulan
Tahun
B-175/B.05/PL.02/08/2018
Kategori klasifikasi keamanan
yang bersifat Biasa
Kode klasifikasi
Bulan
Tahun
Kode klasifikasi
Bulan
Tahun
Kode klasifikasi
Bulan
Tahun
b. Amplop
1) Standar ukuran amplop dinas:
a) Surat biasa: 110 x 250 mm, sedangkan untuk surat
yang bersifat rahasia pada amplop luar 115 x 255
mm dengan ketebalan 35,5 – 100 g/m2.
b) Surat yang dilipat dua: 176 x 250 mm.
c) Surat dengan kertas A4 tanpa dilipat: 340 x 250 mm.
2) Warna amplop putih dipergunakan untuk Naskah Dinas
yang ditandatangani oleh Menteri dan warna coklat muda
-71-
MENTERI PPN/
KEPALA BAPPENAS
MINISTER OF NATIONAL
DEVELOPMENT PLANNING/
HEAD OF NATIONAL
DEVELOPMENT PLANNING
AGENCY
REPUBLIC OF INDONESIA
Kementerian PPN/
Bappenas
Keterangan:
1) Garis tengah lambang Garuda Pancasila
2,2 cm.
2) Di bawah lambang Garuda Pancasila
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL/KEPALA BADAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL atau MINISTER OF NATIONAL
DEVELOPMENT PLANNING/HEAD OF
NATIONAL DEVELOPMENT PLANNING
AGENCY REPUBLIC OF INDONESIA.
3) Huruf yang digunakan adalah Arial ukuran
14.
b) Naskah Dinas yang ditandatangani oleh Pejabat
Pimpinan Tinggi Madya ke bawah
(1) Naskah Dinas yang ditandatangani oleh Pejabat
Pimpinan Tinggi Madya ke bawah menggunakan
kop surat dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa
Inggris dengan lambang Kementerian
PPN/Bappenas sebagaimana contoh terlampir.
-80-
Keterangan:
(a) Lambang Kementerian PPN/Bappenas
diletakkan di sebelah kiri.
(b) Tulisan KEMENTERIAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL/BADAN
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL atau THE MINISTRY OF
NATIONAL DEVELOPMENT
PLANNING/NATIONAL DEVELOPMENT
PLANNING AGENCY REPUBLIC OF
INDONESIA menggunakan huruf Arial
ukuran 14 pt dan tebal.
(c) Tulisan alamat dan nomor telepon
menggunakan huruf Arial ukuran 10 pt,
garis batas menggunakan ukuran 4.5 pt.
Contoh:
Republik Indonesia
Lambang Negara
Kementerian PPN/Bappenas
Logo
Republik Indonesia
-84-
c. Relief motif
Relief motif adalah suatu teknik security printing yang dibentuk
dengan pembengkokan pada areal tertentu sehingga akan
menimbulkan image seolah-olah desain relief (motif) terkesan
timbul.
-85-
Pimpinan Pimpinan
Jenis Naskah Wakil Administrator/ Pengawas/
No Menteri Staf Ahli Tinggi Tinggi
Dinas Menteri koordinator Subkoordinator
Madya Pratama
1 Peraturan
2 Keputusan
3 Instruksi
4 Surat Edaran
Standar
5 Operasional
Prosedur
6 Surat Perintah
7 Surat Dinas
8 Nota Dinas
9 Disposisi
Surat Undangan
10
Intern
Surat Undangan
11
Ekstern
Kerjasama Dalam
12
Negeri
-86-
a. Kesepahaman
Bersama
b. Perjanjian
Kerjasama
Kerjasama
13
Internasional
14 Surat Kuasa
15 Berita Acara
16 Surat Keterangan
17 Surat Pengantar
Pengumunan
18
Ekstern
Pengumunan
19
Intern
20 Laporan
21 Telahaan Staf
22 Sertifikat
2. Pelimpahan Wewenang
a. Atas nama (a.n.)
Nama Pejabat
NIP.
-87-
Contoh:
a.n. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional
Abidin Budiman
NIP. 19601213 198504 1 001
u.b.
Nama Pejabat
NIP.
Contoh:
a.n. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional
u.b.
Nama lengkap
NIP.
Contoh:
Nama lengkap
NIP.
Contoh:
MENTERI PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL,
ttd
SUHARSO MONOARFA