Anda di halaman 1dari 7

ASAL USUL DAN PERSEBARAN NENEK

MOYANG INDONESIA

Nama Anggota :

1. Abigael Dzaky Abyan (01)


2. Dila Laras Kinanti (08)
3. Fika Afifah Fauzia (12)
4. Meutia Khairani (22)
5. Rendy Ikhsan Satria (28)
X IPS 3
SMA NEGERI 1 GOMBONG
Tahun Ajaran 2018/2019

Jalan Sempor Lama, No.64 Gombong, Telp. (0287)471170 Kode Pos 54414.

Daftar Isi
Kata Pengantar

Daftar Isi

Latar Belakang
1. Kajian tentang Persebaran Manusia di Indonesia
Berbagai jenis ras diperkirakan berasal dari Asia Tengah hal tersebut didasarkan

atas penemuan tulang belulang kuno. Contohnya Papua Melanosoid, Europoid, Mongoloid,
dan Austroloid. Dari percampuran mereka lahirlah bangsa melayu yang menyebar melalui
sungai dan lembah ke daerah pantai dikarenakan adanya wabah penyakit, ke Teluk Tonkin
lalu Indo Cina menyebar ke Kamboja, Muang Thai yang kemudian menjadi bangsa
Austroasia. Yang kemudian mereka menuju kepulauan dan kemudian menjadi bangsa
Austronesia.

Bangsa Thailand Selatan, Singapura, Indonesia, Brunei, dan Philipina Selatan


memilki kesamaan terhadap bangsa Cina disebelah timur dan bangsa India di sebelah barat.

a. Penyebaran Manusia dan Bahasa Austronesia

Bahasa di Asia Tengah berasal dari keluarga Sino-Tibet yang melahirkan bahasa
Cina, Siam, Tibet, Miao, Yiu, dan Burma. Penyebaran ke selatan melahirkan bahasa
Dravida, yaitu Telugu, Tamil, Malayalam, sedankan penyebaran ke Asia Timur dan
Tenggara melahirkan bahasa Austronosia yang menurunkan bahasa Melayu, Melanesia,
Mikronesia, Polinesia.

Oleh karena itu ada kesamaan istilah, bahasa, nama hewan dan tumbuhan, jadi bangsa
pendukung bahasa Austronesia itu berasal dari daerah Campa, Cochin-China, dan Kamboja
beserta daerah di sekitar pantai, namun wilayah itu bukanlah penduduk asli. Tempat asal
mereka berada di daerah yang jauh lebih tinggi.1

http://www.academia.edu/8936716/MAKALAH_SEJARAH_INDONESIA_TENTANG_PERSEBARAN_NENEK_MO
YANG_BANGSA_INDONESIA 10:06 WIB Minggu, 7 Oktober 2018
b. Penyebar Pendukung Kapak Persegi

Penyelidikan Kern berdasarkan atas perbandingan bahasa ternyata sesuai dengan


penyelidikan Vont Heine Geldern berdasarkan peninggalan – peninggalan (artefak) dari
Zaman Neolitikum. Kecocokan ini tidak hanya mengenai tempat asal mereka, tetapi juga
mencakup kesamaan kehidupan sosial budaya, seperti kepandaian bersawah (menanam
padi), beternak, bermasyarakat, bertempat tinggal tetap, dan berperahu cadik.

Daerah persebaran kapak persegi dan kapak lonjong dari Zaman Neolitikum di
Nusantara sesuai dengan daerah persebaran bahasa – bahasa di Indonesia bagian timur.
Kedua jenis kebudayaan berasal dari Asia Daratan. Akan tetapi, jalan persebarannya
berbeda. Begitu pula manusia pendukung dan pembawanya.

Menurut Vont Heine Geldern persebaran kebudayaan kapak persegi berasal dari
daerah Yunan di Cina Selatan, yaitu di daerah hulu sungai – sungai terbesar di Asia
Tenggara, seperti Sungai Brahmaputra, Irrawaddy, Salwin, Yang-Tse-kiang, Sungai
Mekhong, dan Sugai Menam. Dengan melalui lembah – lembah sungai itu, kebudayaan dan
manusia pendukungnya menyebar menuju ke hilir hingga sampai di Asia Tenggara bagian
utara. Di sini kebudayaan itu mempunyai cabang kebudayaan kapak bahu. Dalam
perkembangannya masing – masing berdiri sendiri dan mempunyai jalan penyebaran
berbeda.

Pendukung kebudayaan kapak persegi itu adalah bangsa Austronesia. Kebudayaan


kapak persegi ini, kemudian mempunyai pusatnya di derah Tonkin. Karena letaknya dekat
dengan laut, mereka memiliki kepandaian membuat perahu bercadik yang menjadi
kepandaian khusus dari kebudayaan kapak pesegi. Dengan perahu – perahu ini mereka
tersebar ke Malaysia Barat kemudian ke Sumatera, Jawa, Bali, dan terus ke timur. Sebagian
dari mereka menuju ke Kalimantan. Dari Kaimantan Barat Laut kebudayaan kapak persegi
itu tersebar ke Filiphina, Formosa, dan Jepang.
Pendukung kebudayaan kapak bahu adalah bangsa Austro-Asia. Kebudayaan kapak
bahu yang berkembang tersebut menyebar dari Asia Tenggara daratan ke barat, yaitu ke
Myanmar dan India sampai ke daerah muara sungai Gangga. Ada pula sebagian melalui
Cina sampai ke Jepang, Formosa dan Filiphina (juga Minahasa).

Bangasa Austronesia datang di kepulauan ini sekitar tahun 2000 tahun SM,
sedangkan bangsa Austro-Asia yang masih diwakili oleh bangsa Khmer di Indocina, bangsa
Mon di Myanmar dan Munda di India datang ke India sekitar tahun 1500 SM.

Ada pula cabang kebudayaan yang menghasilkan bangunan – bangunan dari batu
besar, yaitu kebudayaan Megalitikum yang berakar dari kebudayaan Neolitikum. Manusia
pendukung kebudayaannya juga bangsa Austronesia.2

c. Kajian Hornell tentang Persebaran Manusia dengan Perahu Bercadik

Hornell yang mengadakan penyelidikan terhadap jenis- jenis perahu di Indonesia


dan negara – negara di sekitarnya menyimpulkan bahwa perahu bercadik adalah perahu
khas bangsa Indonesia. Keberadaannya diluar Indonesia karena pengaruh atau dibawa oleh
bangsa Indonesia. Di India selatan da beberapa suku yang menurut corak kebudayaan dan
fisiknya banyak menyerupai orang Indonesia. Diantaranya suku bangsa Parawar dan
Shanar. Orang - orang Parawar sejak dahulu tekenal sebagai penyelam mutiara di Teluk
Manar.

Mereka juga menggunakan perahu bercadik sedangkan suku Sanar kehidupannya


terutama dari perkebunan kelapa. Tanaman kelapa diperkirakan berasal dari Indonesia yang
dibawa melalui Srilangka sedangkan yang lebih jauh lagi di Madagaskar. Selain bahasa
Malagasi termassuk dalam rumpun bahasa Austronesia, orang – orang Shanar juga
menggunakan perahu bercadik.3

2
M. Habib Mustopo dkk, Oktober 2016, 32 - 34
3
M. Habib Sutomo, Oktober 2016, 34

Anda mungkin juga menyukai