Anda di halaman 1dari 9

MEMBUMIKAN AL-QUR’AN, MELANGITKAN MANUSIA

Oleh: Ahmad Shoviyul Himami*

Marhaban ya ramadlan marhaban ya syahrol Qur’an kita sambut bulan yang mulia ini dengan
keikhlasan hati dan kebeningan nurani untuk menggapai derajat yang tinggi disisi Ilahi Robbi yakni
menjadi manusia-manusia yang berjiwa taqwallah.
Sangat patut kiranya kalau bulan ramadlan ini dinamakan dengan Syahrul Qur’an karena di
bulan ini Allah menurunkan Al-Qur’an secara mujmal (global) dari lauhil mahfudz menuju baitul
izzah di langit dunia pada malam lailatul qodar (QS. Al-Qodr, 1, Ad-Dukhon 3 dan Al-Anfal 41)
dan Allah memulai penurunan Al-Qur’an secara munajjaman (berangsur-angsur selama kurang
lebih 23 tahun) pada bulan ini yakni pada tanggal 17 Ramadlan, dan pada bulan ini pula
diriwayatkan Nabi Muhammad SAW. memuraja’ah ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah diturunkan
kepada beliau dengan Malaikat Jibril AS. Karna itulah untuk menyambut bulan Ramadlan yang
merupakan bulan Al-Qur’an ini para kaum muislimin senantiasa memperbanyak membaca Al-
Qur’an bahkan senantiasa terdengar di telinga kita bacaan-bacaan Al-Qur’an di surau-surau, masjid-
masjid bahkan dimedia-media elektronika, karena mereka menyadari bahwa membaca Al-Qur’an
merupakan paling utamanya ibadah apalagi di bulan Ramadlan sebagai mana Sabda Nabi
Muhammad SAW,

‫افضل عبا دة امىت قراءة القران‬


dan mereka menyadari bahwa dengan membaca Al-Qur’an berarti kita telah berdialog dengan Allah
SWT. Sebagai mana sabda Nabi Muhammad SAW.

‫من اراد ان يتكلم مع ربه فليقرأالقراءن‬


Perkembangan proses belajar membaca Al-Qur’an dengan berbagi system dan metode yang
bermunculan sangat mengembirakan bagi kita kaum muslimin, tetapi semangat membumikan Al-
Qur’an itu saja tidak berhenti sampai di sini karena dibalik kegembiraan kita ada setitik
keprihatinan dan kecemasan akan lunturnya nilai-nilai Al-Qur’an dan terabaikannya pesan-pesan
moral yang dalam dan pesan-pesan kemajuan ummat Islam yang ada di dalam Al-Qur’an karna
dengan tidak tersosialisasikannya nilai-nilai Al-Qur’an, banyak kaum muslimin menganggap Al-
Qur’an hanya sebagai bacaan yang berpahala saja dan mereka tidak pernah mengetahui dan
menyadari bahwa di dalam Al-Qur’an terkandung segala hal yang mencakup kehidupan ummat
manusia bahka di luar dugaan kita bahwa Al-Qur’an merupakan titik awal bagi perkembangan ilmu
pengetahuan modern dan yang lebih mencemaskan lagi, karena pemahaman Al-Qur’an yang kurang
maka pada era ini bermunculan ilmuan-ilmuan yang terpelajar yang dengan kehebatan retorikanya
dan kecanggihan metodologinya melaluli tafsir hermeneutikanya mempengaruhi dan meracuni
pikiran ummat Islam bahwa Al-Qur’an adalah produk budaya yang tidak luput dari kesalahan.
Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa rasulullah SAW menjelaskan orang yang mencari
ilmu yakni “duduk satu jam untuk mecari ilmu itu lebih utama dari pada shalat seribu rakaat dan
lebih utama menghadiri seribu jenazah dan lebih utama dari mengunjungi seribu orang sakit”
mendengar sabda Rasulullah ini dan melihat besarnya fadilah orang yang mecaru Ilmu para sahabat
bertanya apakah ibadah ini juga mengalahkan fadilahnya orang yang membaca Al-Qur’an maka
secara diplomatis beliau menjawab “apakah ada manfaatnya membaca Al-Qur’an tanpa ilmu?”
dengan keterangan hadits ini kita akan membuka mata hati kita bahwa Al-Qur’an yang agung ini
yang diturunkan di bulan yang mulia ini dan dimalam yang penuh berkah ini dan ketika para
malaikat melihat keagungan Al-Qur’an ini mereka bertasbih kepada Allah akan keagungannya dan
turunkan melalui Rosulnya yang agung pula tentu saja diturunkan Allah pada ummat manusia
dengan tujuan-tujuan yang agung yakni ingim mengnangkat derajat ummat manusia di sisiNya dan
tentu saja tujuan yang agung ini tidak akan bisa diperoleh oleh mereka yang belajar Al-Qur’an
secara instan, mereka yang hanya belajar membaca Al-Qur’an saja apalagi mereka yang sama sekali
tidak belajar dan tidak mengenal Al-Qur’an.
Dalam surat As-Syuro ayat 52 Allah berfirman: 
             
             


“Dan Demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami.
sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui
apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia siapa
yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus.
Pada ayat tadi Allah meredaksikan Al-Qur’an dengan bahasa Ruh yang berarti nyawa karna

ada satu titik kesamaan antara Al-Qur’an dengan Ruh ‫كما ان ال""روح فيه حي""اة اجلسد ان الق""رأن فيه حيا ة‬

‫القلب‬ sebagaimana di dalam ruh itu ada kehudupan raga sesungguhnya Al-Qur’an di dalamnya ada

kehidupan hati, artinya dengan ayat ini Allah mengingatkan kita bahwa kalau kita ingin memiliki
hati yang hidup dan jiwa yang suci maka satu-satunya langkah adalah dengan bertadabbur
(membaca dan memhami ma’na Al-Qur’an) sebagai firman Allah dalam surat Muhammad ayat 24

ٍ ُ‫َأفَال يتَ َدبَّرو َن الْ ُقرآ َن َْأم َعلَى ُقل‬


‫وب َأْق َفاهُلَا‬ ْ ُ َ
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?
Untuk menolak anggapan-anggapan yang salah baik mereka yang mengatakan bahwa Al-
Qur’an tidak lebih hanya merupakan bacaan yang berpahala maupun mereka yang mengatakan Al-
Qur’an adalah produk budaya yang tidak luput dari kesalahan bukanlah pekerjaan yang ringan, hal
ini membutuhkan kerja yang ekstra keras untuk memberikan pemahaman tentang keagungan
mu’jizat Al-Qur’an yang merupakan wahyu Allah SWT. Kepada hambaNya yang paling agung
untuk itulah menjadi tanggung jawab kita untuk membumikan Al-Qur’an.
Bagi mereka yang mau merenungkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan kecerdasan batiniyah dan
kebeningan nurani niscaya akan terbuka mata hatinya betapa Al-Qur’an betul-betul wahyu Allah
sebagai mu’jizat yang teragung bagi Nabi kita Muhammad SAW. marilah kita mencoba merenungi
beberapa keagungan Al-Qur’an sebagai berikut:
1. Sastra Al-Qur’an yang tidak terjangkau oleh para ahli sastra,
Pada saat Al-Qur’an diturunkan pada saat-saat awal masa kenabian betapa banyak para
ahli sastra arab yang terkenal dengan kehebatan sastranya di seluruh dunia terhenyak dan
terkagum-kagum dengan keindahan sastra Al-Qur’an bahkan banyak di antara mereka meski
tetap bertahan pada agama nenek moyangnya tetapi mereka menyempatkan waktu untuk
mencuri dengar lantunan ayat-ayat suci yang di dalamnya terkandung ketinggian bahasa.
Banyak sekali dalam Al-Qur’an ayat-ayat yang menerangkan tantangan Al-Qur’an agar
didatangkan kitab yang sebanding dengan Al-Qur’an (QS. Al-Isro’ 88) tetapi ketika mereka
tidak mampu tantangan Al-Qur’an diturunkan dengan hanya agar didatangkan 10 surat
semisal Al-Qur’an (QS. Hud 13) dan itupun ternyata mereka tidak mampu akhirnya Allah
memberikan tantangan agar para orang-orang yang ingkar Al-Qur’an mendatangkan satu surat
saja yang semisal satu surat yang semisal Al-Qur’an (QS. Al-Baqoroh 24 dan Yunus 38)
bahkan kalau kita lanjutkan satu ayatpun mereka tidak akan mampu sebagai mana ada pada
awal surat yang terdiri dari gabungan huruh-huruf hijaiyah seperti  Gabungan dari
huruf-huruf ini tidak pernah terbersit dalam benak mereka tetapi ternyata melahirkan sebuah
keindahan yang luar biasa dan mampu memberikan sentuhan yang dalam pada kalbu, dan
merekapun ternyata tidak mampu padahal Nabi kita adalah seorang yang ummiy maka belum
sampai kita bahas kedalaman makna Al-Qur’an dari hanya sisi bahasa ini kita sudah bisa
meyakini bahwa Al-Qur’an adalah wahyu Allah
2. Rahasia di balik ayat-ayat Al-Qur’an.
Pada surat Al-Muddatsir diterangkan sosok Al-Walid Ibnil Mughiroh dia adalah seorang yang
sangat kaya raya yang dianugrahi segala hal oleh Allah SWT.tetapi sayangnya dia ingkar dan
menentang Al-Qur’an bahkan dia mengatakan Al-Qur’an adalah sihir yang memperdaya dan
tiada lain ialah ucapan seorang anak manusia maka Allah mengancamnya dengan neraka
saqor yang di atasnya dijaga oleh 19 malaikat ketika mendengar ayat ini orang-orang kafir
menertawakan Al-Qur’an dengan penyebutan angka ini dan ternyata di balik angka ini Allah
ingin menunjukkan dengan cukup melihat awal dari Al-Qur’an kita yang mempunyai
kecerdasan batiniyah pasti akan yaqin bahwa Al-Qur’an merupakan mu’jizat yang sangat
agung yang tidak mungkin buatan manusia, betapa tidak ketika kita membaca
Bismillahirrahmanirrahim ternyata jumlah huruf dalam ayat tersebut ada 19 dan hebatnya lagi
jumlah huruf ba’, lafadh ismun, lafdhul jalalah, lafadh rahman, dan lafadh ar-rahim di dalam
Al-Qur’an semua habis dibagi 19 padahal angka 19 bukanlah angka yang popular Subhanalah,
komputer mana yang bisa secanggih Al-Qur’an.
Kecermatan bahasa Al-Qur’an yang luar biasa seperti contoh berikut ini akan semakin
meyakinkan kita akan kebenaran Al-Qur’an, ciba kita mencermati QS. Al-Anfal 10
               
   
“Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar
gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. dan kemenangan itu hanyalah dari sisi
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
Kita bandingkan dengan ayat yang ada pada QS. Ali Imron 126
              
  
“Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira
bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. dan kemenanganmu itu hanyalah
dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”

Sepintas kedua ayat ini sangat mirip bahkan di antara penghafal Al-Qur’an yang sulit
membedakannya tetapi bila kita mau tadabbur kita akan menemukan keagungan bahasa Al-
Qur’an perlu diketuhui ayat yang di atas menerangkan kabar gembira menjelang perang badar
dan yang dibawah kabar gembira sebelum perang uhud dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Pada ayat yang pertama tidak ada lafadh LAKUM Sebagaimana ayat yang kedua karena
perang badar adalah perang yang pertama sehingga belum pernah kaum muslimin
mengalami kemenangan, sementara dalam perang uhud digunakan lafadh LAKUM
karana sudah pernah mengalami kemenangan pada waktu perang badar dank arena alas
an ini pula lafadh BIHI pada ayat yang pertama diletakkan sebelum lafadh
QULUBUKUM sementara pada ayat yang kedua diletakkan sesudahnya.
b. Pada ayat yang pertama karena menerangkan perang badar yang belum pernah dialami
dan untuk meyaqinkan para sahabat saat itu maka pada ayat ini perlu diberi penguatan
dengan taukid lafadh INNA dan taukid ini tidak dibutuhkan lagi pada ayat yang kedua
karena sudah ada bukti sebelumnya.
3. Para ahli bahasa sekali waktu mempertanyakan penggunaan dlomir muannats (wanita) yang
kembali kepada lafadh ‘ANKABUT QS. AL-‘Ankabut 41 padahal semestinya yang lebih tepat
menggunakan dlomir mudakkar (laki-laki) dan ternyata dibalik penggunaan dlomir ini ada
rahasia yang sangat besar di mana ditemukan fakta bahwa laba-laba yang membikin rumah
semua berjenis kelamin betina.
           
        
“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti
laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah
laba-laba kalau mereka Mengetahui”
4. Korelasi Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan
Manusia pada dekade ini tidak bisa menutup mata bahwa ternyata penemuan-penemuan
keilmuan dan fenomena alam yang terjadi saat ini tidak terlepas dalam konsep-konsep dasar
keilmuan yang ada di dalam Al-Qur’an sebagai mana contah-contoh berikut:
a. Astronomi
Selama beratus-ratus tahun dogma (ajaran suci) gereja mengatakan bahwa bumi adalah
pusat dari peredaran tata surya (geosentris) dan ternyata ketika lahir zaman renaissance
(kebangkitan ilmu pengetahuan) dogma itu sangat bertentangan dengan kenyataan di
mana ternyata mataharilah pusat dari peredaran tata surya (heliosentris) sementara bumi
dan planet yang lain bergerak mengitari matahari dan keyakinan selama itu kalau bentuk
bumi ini datar juga terbantahkan dengan fakta keilmuan yang ada untuk lebih jelasnya
marilah kita cermati ayat-ayat berukut ini:
QS. An-Naml 88
           
       
Pada ayat ini diterangkan bahwa gunung-gunung yang kita sanka diam ternyata berjalan
dengan Marros Sahab (secara memutar) hal ini memberikan pemahaman bahwa bumu
yang dipijaki gunung itu bergerak secara revolusi mengelilingi matahari.
QS. Yaasin 38
        
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa matahari hanya bergerak pada porosnya saja
dan tidak bergerak mengelilingi yang lain. Dari kedua ayat ini terbuktilah bahwa
kebenaran teori heliosentris sesuai dengan konsep dasar Al-Qur’an
QS. Az-Zumar 5
         
              
 
Pada ayat ini diterangkan bahwa disamping bumi itu bergerak secara revolusi
mengelilingi matahari bumi juga bergerak secara rotasi (kepada porosnya) dan adri
pergerakan bumi ini muncullah waktu siang dan malam dan rari ayat ini pula secara
jelas dikatakan bahwa bentuk bumi itu kurrowi 9bulat) seperti bola dan ayat ini sangat
sesuai dengan kenyataan keilmuan
QS. Al-Baqoroh 22
          
           

Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa bumi sebagai hamparan artinya manusia dan
mahluk yang lain bisa menapak di atas bumi karena Allah sudah menciptakan gaya
grafitasi utnuk bumi yang tidak diciptakan untuk planet-planet lainnya, dan diayat ini
pulan Allah menerangkan bahwa bumi membutuhkan atap dari lapisan atmosvir dan
lainnya yang mampu melindungi bumi dari zat-zat kosmotik yang berbahaya sehingga
dengan ayat ini kita diingatkan untuk selalu menjaga atap kita sehingga apa yang
ramaikan tentang global warming pada saat ini sebenarnya telah dingatkan pada sekian
abad yang lalu oleh Al-Qur’an.
b. Kesehatan
Kita tentu saja mengenal kelainan yang bernama verikokel yakni ketika di testis (buah
dzakar) terlalu banyak pembulu darah maka akan bisa mempengaruhi gerakan sperma
dan akhirnya tidak bisa membuahi sel telur, dan ternyata hal ini sesuai dengan firman
Allah QS. Al-Qiyamah 37
     
Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa sperma yang mempu membuahi sel telur (ovum)
adalah yang bisa memancar.
Dalam ilmu gizi kita mengenal istilah 4 sehat 5 sempurna maka trnyata istilah itu
mengadopsi apa yang ada di dalam Al-Qur’an QS. Abasa 24 – 32
           
           
          
An-Nahl 66
            
    
Dan dalam ayat-ayat ini kita juga diingatkan disamping pentingnya 4 sehat 5 sempurna
hal yang lebih penting dari itu semua adalah terpenuhinya kebutuhan tubuh terhadap air
karena meski terpenuhi kebutuhan gizi tepi tidak tercukupi kebutuhan air maka akan
percuma
Dari sedikit contoh-contoh di atas kita akan semakin haus dan semakain punya hasrat yang
kuat untuk semakin mendalami Al-Qur’an karena dengan semakin mendalami Al-Qur’an kita akan
semakin menemukan kehebatan Al-Qur’an seperti ketika kita membaca QS. An-Nahl ayat 81, kita
akan menemukan di sana sebuah keanehan bahwa dari gunung dibangun rumah-rumah pada
awalnya orang mempermasalahkan ayat ini tapi saat ini kita tersadar ternyata bahan pembangunan
rumah adalah semen dan bahan pembangunan semen adalh batu dari gunung-gunung, dan itu kan
semakin menambah keimanan dan keyakinan kita kepada Allah SWT dan rosulnya,
5. Konsep Al-Qur’an untuk kemajuan ummat islam
a. Islam adalah agama yang mengandalkan argumentasi di dalam meyakinkan kebenaran
seperti ketika Allah menerangkan akan keesaannya Al-Qur’an berargumen dengan QS.
Al-Mu’minun 91
               
         
“Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada Tuhan (yang lain)
beserta-Nya, kalau ada Tuhan beserta-Nya, masing-masing Tuhan itu akan membawa
makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan
sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu”
Ketika Allah mengutus Nabi dari golongan manusia bukan dari golongan malaikat Al-
Qur’an berargumen dengan QS. Al-An’am 9
        
“Dan kalau kami jadikan Rasul itu malaikat, tentulah kami jadikan dia seorang laki-laki
dan (kalau kami jadikan ia seorang laki-laki), tentulah kami meragu-ragukan atas
mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri[461]”
[461] Maksudnya: kalau Allah mengutus seorang malaikat sebagai rasul, tentu Allah
mengutusnya dalam bentuk seorang manusia, Karena manusia tidak dapat melihat
malaikat, dan tentu juga mereka akan berkata: Ini bukan malaikat, Hanya manusia
seperti kami juga, jadi mereka akan tetap ragu-ragu.
QS. Al-Isro’ 95
          
  
95. Katakanlah: "Kalau seandainya ada malaikat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai
penghuni di bumi, niscaya kami turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat
menjadi Rasul".

Dan demikianlah dalam semua permasalahan selain pemasalahan ini selalu


menggunakan hujjah dan argument untuk meyakinkan mereka yang ingkar
b. Semua pembicaraan dalam Al-Qur’an selalu bisa ditunjukkan kebenarannya seperti
cerita Nabi Musa AS. QS.
        
            
         
         
           
Dari ayat itu diceritakan bahwa jasad Fir’aun diselamatkan oleh Allah SWt untuk
menjadi bukti bagi generasi yang sesudahnya dan ternyata jasad tersebut pada akhirnya
ditumukan di laut merah.
c. Islam mengajarkan ummatnya untuk mempunyai etos kerja yang tinggi
QS. Al-Insyirah 8 - 7
       
Di situ diterangkan bahwa ummat islam tidak boleh stagnan dan statis tapi harus selalu
bangkit dan dinamis dibarengi dengan do’a kepada Allah SWT.
QS. Al-Haj
         
        
Pada ayat tersebut diterangkan bahwa untuk menjadi penolong agama Allah sehingga
bisa menengakkan sholat, menunauikan zakat dan amar ma’ruf nahi minkar dibutuhkan
kemapana social dan ekonomi
QS. AL-Baqoroh 30
           
           
      
Dalam ayat ini Allah memberikan kepercayaan pada ummat manusia (Nabi Adam dan
keturunannya) untuk menjadi kholifah di bumi artinya sebagai seorang kholifah harus
menguasai banyak hal yang berhubungan dengan kepemimpinannya.
d. Anjuran Al-Qur’an Untuk mengasah kecerdasan Intelektual, Emosional dan Spiritual
- Kecerdasan Intelektual QS. AN-Anbiya’ 1 disambung dengan Al-An’am 75 – 79
- Kecerdasan Emosional QS. Yusuf 23 - 24
- Kecerdasan Spiritual Al-Anbiya’ 83 - 90
e. Urgensi keimanan dan ketaqwaan serta keihksasan untuk tercapainya kemajuan ummat
islam QS. AN-Nur
        
         
         
          
QS. Ali-Imron 139
        
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman”
QS. Al-Baiyyinah 5
          
     
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”
[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
Kesimpulan:
Ketika upaya untuk membumikan Al-Qur’an ini bisa kita laksanakan dengan baik dan
generasi-generasi muslim akan mampu menjawab tantangan zamannya dan mampu mengambil alim
kejayaan yang saat ini ada di genggaman orang lain dan ketika hal itu dibarengi dengan keimanan,
ketaqwaan, penghambaan pada Allah SWT dan keikhlasan hati maka kita akan mampu melangitkan
manusia di bawah naungan ridlo Allah SWT, dan Al-Qur’an bukan hanya di baca, dilagukan
dihafalkan dan dilombakan saja.
            
      
”Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi
dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah
cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”

Anda mungkin juga menyukai