Anda di halaman 1dari 19

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama : Yurika Nurani Dwiningtyas


Profil : Kelas heterogen dengan peserta didik berjumlah 2 anak
- 1 peserta didik Tunagrahita Ringan kelas 1 SD
- 1 peserta didik Tunarungu kelas 8 SMP

Masalah yang telah diidentifikasi Hasil eksplorasi penyebab masalah Analisis eksplorasi penyebab masalah

Tunagrahita (Kelas 1 SD) Kajian Literatur : Dari identifikasi masalah, kajian literature dan
hasil wawancara, adapaun kemungkinan
Masalah Literasi  Asmiati (2019) penyebab masalahnya adalah :

1. Peserta didik belum memahami jenis-jenis Anak tunagrahita mengalami hambatan dalam memori dimana mereka 1. Daya ingat anak yang lemah
huruf vokal (a,i,u,e,o) : memiliki kemampuan mengingat yang rendah dan mengalami masalah
2. Media pembelajaran yang kurang diminati
- Peserta didik belum mampu menyebutkan dalam perhatian dan konsentrasi sehingga berdampak pada kesulitan
anak
dalam pembelajaran
nama huruf vokal dengan benar
3. Sikap guru yang kurang tegas dalam
- Peserta didik belum memahami bentuk Sumber : Asmiati, Neti. 2019. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA membimbing anak
huruf vokal dengan baik PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI METODE KUPAS
RANGKAI DENGAN TEKNIK REPOSISI BUNYI. E-Journal UNTIRTA. Tersedia di : 4. Metode pembelajaran konvensional
- Bila ditugaskan untuk menunjuk satu (ceramah)
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/UNIK/article/view/7648/5121
nama huruf, anak hanya menjawab huruf
a
 Fajrina (2013 : 610-611)

Dalam proses pembelajaran pengenalan huruf vocal pada anak sebaiknya


didukung dengan menggunkaan media yang dapat menarik perhatian anak.

Sumber : Fajrina, Ria. 2013. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL


HURUF VOKAL MELALUI LAPTOP MAINAN ANAK UNTUK ANAK TUNAGRAHITA
RINGAN KELAS II DI SLB PERWARI PADANG. E-Journal Universitas Negeri
Padang. Tersedia di : http://repository.unp.ac.id/28642/

Hasil Wawancara :

Guru /Wali Kelas sebelumnya

- Guru terlalu menuruti kemauan anak ketika rewel saat anak tidak mau
belajar di kelas

- Metode pembelajaran yang digunakan masih konvensional seperti


ceramah, sehingga siswa tidak tertarik saat pembelajaran

Orang Tua

- Kemampuan anak dalam pembelajaran pada saat masih TK tertinggal


jauh dari teman-temannya, selain itu semenjak adanya Covid-19 anak tidak
bisa sekolah (hanya belajar daring) sehingga kemampuan anak dalam
pembelajaran masih lemah

- Ketika belajar di rumah, anak hanya diajarkan konsep mengenal huruf


dengan cara menyebutkan huruf yang ditunjukkan gambar atau bentuk huruf
dengan media pembelajaran seadanya (menulis contoh huruf di buku)
2. Peserta didik belum mampu memahami Kajian Literatur Dari identifikasi masalah, kajian literature dan
jenis warna : hasil wawancara, adapaun kemungkinan
 Anggraeni, Riski (2017) penyebab masalahnya adalah :
- Peserta didik belum mampu
Sebagian besar dari anak tunagrahita tidak dapat menjawab warna yang 1. Metode pembelajaran kurang sesuai dengan
menyebutkan jenis- jenis warna dasar
diajukan dengan tepat. Hal ini disebabkan karena kurang adanya variasi kebutuhan anak
- Peserta didik dapat menyebutkan jenis
dalam pembelajaran yang disampaikan kepada mereka sehingga dirasa perlu
warna berdasarkan beberapa contoh menggunakan metode dan media pembelajaran yang konkret dan sesuai 3. Setting belajar di kelas yang kurang
nyaman dan menarik
benda yang disebutkan oleh guru tetapi untuk membantu anak dalam pengembangan pengetahuannya.
tidak paham bagaimana konsep dari 4. Media pembelajaran belum variatif
Sumber : Anggraeni, Riski. 2017. Metode Outdoor Learning Terhadap
warna itu sendiri kemampuan Mengenal Warna Pada Anak Tunagrahita Ringan. E-Journal. 5. Gangguan konsentrasi pada anak
- Peserta didik hanya menghafal warna Tersedia di :
merah dan hijau https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/38/article/view/20110/18408

 Oktesesa, (2013 : 599-600)

Pada umumnya anak tunagrahita sulit untuk menerima pembelajaran yang ia


dapat. Hal ini disebabkan karena kondisi/situasi belajarnya yang kurang
menarik. Kegiatan pembelajaran bagi anak Tunagrahita harus diajarkan
dengan kreatif dan menyenangkan, agar anak termotivasi untuk belajar. Guru
perlu menciptakan kegiatan belajar yang beragam dan menyenangkan
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan anak.Dengan suasana
belajar-mengajar yang menyenangkan diharapkan anak memusatkan
perhatiannya secara penuh pada pembelajaran mengenal warna dasar.

Sumber : Oktesesa. 2013. MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL


WARNA DASAR BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN X MELALUI PERMAINAN
KOLASE di SLB PERWARI PADANG. E-JUPEKhu Volume 2, nomor 3, September
2013. Tersedia di : http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu
Hasil Wawancara :

Guru/Walikelas Sebelumnya

- Media yang digunakan guru tidak menarik perhatian anak

- Perhatian anak sering teralihkan

Orang Tua

- Anak mau belajar bila diberi hadiah terlebih dahulu

- Orang tua mengajari anak konsep warna hanya dengan menggunakan


media crayon/pensil warna saja (monoton)

- Anak merasa cepat bosan ketika belajar

Masalah Numerasi Kajian Literatur Dari identifikasi masalah, kajian literature dan
hasil wawancara, adapaun kemungkinan
3. Peserta didik belum mampu memahami  Damayanti, (2020 : 05) penyebab masalahnya adalah :
jenis bilangan 1-10 :
1. Metode pembelajaran guru kurang tepat
- Peserta didik hanya dapat melafalkan Kesulitan belajar matematika yang dialami oleh siswa dapat dipengaruhi oleh

bilangan 1-10 tanpa mengerti bagaimana berbagai penyebab, salah satunya adalah disebabkan karena lemahnya cara 2. Daya ingat anak yang lemah

bentuk angka tersebut. guru dalam mengajar dikelas, untuk itu sebagai pengajar dan pendidik kita 3.  Faktor Internal dari dalam diri anak
- Peserta didik belum mampu menjawab harus tahu bagaimana memberikan layanan yang tepat bagi mereka salah sendiri, yaitu tidak menyukai pelajaran
pertanyaan guru tentang nama bilangan satunya adalah dengan pendekatan/strategi pembelajaran yang bisa matematika berhitung

membangkitkan motivasi belajar pada anak 4. Siswa cepat bosan pada mata pelajaran
matematika
Sumber : Damayanti, Riska. 2020. ANALISIS KESULITAN BELAJAR
5. Faktor karakteristik anak tunagrahita yang
MATEMATIKA PADA SISWA DYSCALCULIA DALAM
membutuhkan waktu lama dalam menangkap
MENYELESAIKAN SOAL OPERASI BILANGAN BULAT. Skripsi thesis, materi
Universitas Pancasakti Tegal. E-Journal.
6. Konsentrasi anak yang mudah terpecah
http://repository.upstegal.ac.id/2470/

 Hartati, Netti (2013)


Anak tunagrahita memiliki keterbatasan berfikir, daya ingatnya rendah, sukar
berfikir abstrak, daya fantasinya rendah, sehingga mereka mengalami kesulitan
belajar termasuk dalam bidang studi matematika yang diakibatkan karena daya
ingatnya rendah dan sukar berfikir abstrak.

Sumber : Hartati,Netti.2013. Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep


Bilangan 1 Sampai 10 Melalui Media Pohon Bilangan Bagi Anak Tunagrahita
Ringan:Jurnal Vol.1 No.1 Tahun 2013
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/article/viewFile/977/828
Hasil Wawancara
Guru/Walikelas Sebelumnya
- Penggunaan media kurang menarik
- Anak tidak semangat belajar bila tidak ada benda yang nyata
- Anak tidak fokus ketika belajar
Orang Tua
- Anak tidak mau belajar berhitung di rumah
Pakar Ahli :

1.    Faktor karakteristik anak tunagrahita yang membutuhkan waktu lama dalam
menangkap materi

2.    Konsentrasi anak yang mudah terpecah

3.    Guru kurang variatif dan inovatif dalam menyampaikan materi.

4.     Masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab

Masalah Pedagogik Kajian Literatur Dari identifikasi masalah, kajian literature dan
hasil wawancara, adapaun kemungkinan
4. Perhatian peserta didik teralihkan oleh  Yuliana, Siti (2014 : 04)
penyebab masalahnya adalah :
suatu hal yang lebih menarik :
- Peserta didik hanya mau belajar dengan Gangguan konsentrasi yang dialami anak tunagrahita berupa gangguan atau
- Gangguan Konsentrasi
media pembelajaran yang anak anggap hambatan yang ditandai dengan perhatian mudah teralih jika mendengar

lebih menarik sesuatu hal sehingga tidak dapat bertahan duduk lama, sering melirik kekanan
dan kekiri ketika proses belajar berlangsung, mengganggu teman, akibatnya -  Sering bosan terhadap sesuatu,      
konsentrasi anak terganggu ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung
sehingga hasil belajar anak tidak menghasilkan nilai yang baik, karena anak -  Penggunaan strategi, metode dan model

sulit mengikuti pelajaran. pembelajaran yang digunakan belum efektif


dan kurang inovatif
Sumber : Yuliana, Siti, 2014. Pengaruh Latihan Identifikasi Terhadap
Peningkatan Konsentrasi Anak Tunagrahita Ringan di SPLB-C YPLB - Lambatnya perkembangan intelektual anak
Cipaganti. E-Journal UPI. Tersedia di :
- Metode dan model pembelajaran yang
https://ejournal.upi.edu/index.php/jassi/article/view/4087
kurang inofatif

- Media pembelajaran tidak berbentu visual


 Ambarwati dan Darmawel, (2020 : 52)

Pada umumnya ingatan dan perhatian anak tunagrahita lemah, tidak mampu
memperhatikan sesuatu hal dengan serius dan lama, perhatian anak
tunagrahita akan sering berpindah pada persoalan lain dalam waktu sekejap,
apalagi dalam hal memperhatikan pelajaran, anak tunagrahita akan cepat
merasa bosan. Hal ini disebabkan karena anak tunagrahita memiliki
keterlambatan dalam perkembangan kecerdasannya. Oleh karena itu penting
untuk mengidentifikasi keterbatasan anak tunagrahita, sehingga guru dan
orang tua dapat memilih media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
anak tunagrahita. Media pembelajaran tersebut harus menyenangkan,
menarik dan mudah dipahami agar anak tunagrahita tidak cepat bosan dan
teralihkan perhatiannya.

Sumber : Ambarwati, Darmawel. 2020. IMPLEMENTASI MULTIMEDIA


Tunarungu (Kelas 8 SMP) Kajian Literatur Dari identifikasi masalah, kajian literature dan
 Danasari, (2020 : 28) hasil wawancara, adapaun kemungkinan
Masalah Literasi
Siswa sulit memahami kata-kata jika tidak melihat bentuk konkrit. Oleh penyebab masalahnya adalah :
5. Pemahaman kosakata dalam bahasa
karenanya, siswa membutuhkan media yang bersifat konkret yang dapat dilihat
Indonesia peserta didik masih lemah : - Membutuhkan media pembelajaran yang
dan diraba. Media dilengkapi dengan penulisan kata dan gambar. Gambar
- Peserta didik belum memahami arti kata konkret
berfungsi untuk memberikan gambaran pada siswa terkait makna kata.
dalam suatu kalimat
- Keterbatasan penguasaan kosakata bahasa
- Penguasaan kosa kata peserta didik yang
 (Sastrawinata dalam Efendi, 2009) Indonesia
masih minim
Rata-rata problem yang dihadapi oleh anak tunarungu dari aspek
- Kesulitan dalam memahami bahasa
kebahasaannya antara lain : (1) miskin kosakata (pembendaharaan kata/bahasa
terbatas), (2) sulit mengartikan ungkapan bahasa yang mengandung arti kiasan - Peserta didik kurang membaca buku dalam
atau sindiran, (3) kesulitan dalam mengartikan kata-kata abstrak seperti Tuhan, menambah kosa kata
pandai, mustahil, dan lain-lain, (4) kesulitan menguasai irama dan gaya bahasa.
- Kesulitan peserta didik dalam memahami
sesuatu yang bersifat abstrak
Sumber : Efendi, M. (2009). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.
Malang: Bumi Aksara Efendi, M. (2013). Speech Terapy. Malang: Universitas - Kurangnya komunikasi antar orangtua dan
Negeri Malang. anak dalam menambah kosa kata baru

 Kadarusman dan Cahyono (2018: 62)


Selain mengalami hambatan dalam perkembangan bicara, anak tunarungu juga
mengalami hambatan dalam kemampuan berbahasanya. Hal ini terjadi
karena anak tunarungu tidak dapat mendengar atau menyimak bahasa yang
diucapkan orang lain kemudian menirukan bunyi bahasa yang didengarnya.
Akibatnya anak tunarungu mengalami kemiskinan kosa kata sehingga
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya
Sumber : Kadarusman dan Cahyono. 2018. Penggunaan Media Pembelajaran
Pohon Ajaib dengan Model Pembelajaran Make A Match untuk Meningkatkan
Penguasaan Kosa Kata Bahasa Indonesia Siswa Tunarungu Kelas II SDLB
Dharma Wanita Jiwan Kabupaten Madiun. E-Journal Unipma. Tersedia di :
http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/linguista/article/view/2756

 Menurut Hermanto (2011:125), anak tunarungu mengalami kesulitan untuk


mengolah konsep kebahasaan dikarenakan tidak adanya masukan atau asupan
kata-kata yang terjadi secara berkelanjutan dan terus-menerus.

Hasil Wawancara
Guru

- Kesulitan dalam memahami bahasa

- Peserta didik kurang membaca buku dalam menambah kosa kata

- Kesulitan peserta didik dalam memahami abstrak

- Keterbatasan kata yang dipahami

- Saat berkomunikasi guru hanya menegaskan kata yang penting saja dan
menggunakan kalimat yang pendek

Orang Tua

- Kurangnya komunikasi antar orangtua dan anak dalam menambah kosa


kata baru
- Orang tua menganggap anak sepenuhnya menjadi tanggungjawab guru
disekolah
- Orang tua tidak paham pembicaraan anak (isyarat)
6. Kemampuan membuat kalimat sederhana  Kholifaturrohma, (2017) Dari identifikasi masalah, kajian literature dan
peserta didik belum optimal : hasil wawancara, adapaun kemungkinan
Sebagian besar anak tunarungu kurang menguasai dalam pengucapan kata dan
- Peserta didik belum mampu penyebab masalahnya adalah :
membuat sebuah kalimat, karena anak tunarungu terbiasa dengan adanya
membedakan kata dan kedudukannya
bahasa isyarat. -  Peserta didik belum paham konsep Subjek
dalam Subjek dan Predikat kalimat
dan Predikat kalimat
- Peserta didik belum memahami cara Sumber : Kholifaturrohma, R. dan Pramono. 2017. Penggunaan Media Ular
membuat kalimat subjek dan predikat Tangga Kata untuk Meningkatkan Kemampuan Menyusun Kalimat Efektif - Peserta didik terbiasa menggunakan bahasa
dengan benar sesuai dengan ejaan. pada Siswa Tunarungu. Jurnal ORTOPEDAGOGIA. 3(1):62-66. Tersedia di : isyarat
http://journal2.um.ac.id/index.php/jo/articl e/viewFile/4973/2678
- Penguasaan kata kurang bervariasi

- Anak kurang berinisiatif menambah


 Kumalasari, (2016 : 47) kosakata baru dengan membaca

Siswa tunarungu memiliki keterbatasan dalam menginterpretasikan kalimat - Kurangnya komunikasi antara orang tua dan
karena kemampuannya hanya berdasarkan pada bahasanya yang terbatas.
Sumber : Kumalasari, Lina, dan Sinta. 2016. Kemampuan Menyusun Kalimat siswa
pada Siswa Tunarungu melalui Kartu Gambar. Jurnal ORTOPEDAGOGIA. 47-
- Media pembelajaran belum sesuai dengan
50. Tersedia di : http://journal2.um.ac.id/index.php/jo/article/view/5035/2721
kebutuhan belajar anak

Hasil Wawancara :

Wali Kelas Sebelumnya

- Kesulitan dalam membuat kalimat

- Kesulitan dalam memahami suatu kata baru

- Selalu menggunakan kalimat pendek atau kata baku saat berkomunikasi

- Media pembelajaran kurang menunjang

Orang Tua

- Kurangnya komunikasi antar orangtua dan anak dalam menambah kosa


kata baru
- Orang tua tidak menemani anak belajar di rumah/dibiarkan

7. Kemampuan peserta didik dalam Kajian Literatur Dari identifikasi masalah, kajian literature dan
pembelajaran PKn masih rendah hasil wawancara, adapaun kemungkinan
 Krisnayana, Komang (2021)
- Peserta didik belum mampu menyebutkan penyebab masalahnya adalah :
Pelajaran PPKN merupakan materi pembelajaran yang sulit untuk dipahami
sila-sila pancasila
oleh siswa. Hal ini dikarenakan materi yang bersifat abstrak sehingga siswa - Materi pemeblajaran bersifat abstrak
- Peserta didik belum mampu menyebutkan kurang minat dan cenderung cepat bosan untuk belajar PPKN.
lambang pancasila dengan baik. - Metode pembelajaran kurang tepat
Sumber : Krisnayana, Komang (2021) PENGEMBANGAN MEDIA
- Peserta didik belum mampu menyebutkan PEMBELAJARAN INTERAKTIF MATA PELAJARAN PENDIDIKAN - Anak belajar secara mandiri
sila dan lambang pancasila secara urut PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN UNTUK GURU PENGAJAR
- Media pembelajaran kurang variatif
dan benar SISWA PENYANDANG TUNARUNGU DI SLB NEGERI 1
BULELENG. Undergraduate thesis, Universitas Pendidikan Ganesha.
Tersedia di : https://repo.undiksha.ac.id/5468/

 Wafa. (2019 : 65-66)

Secara visual anak tunarungu mampu menangkap materi yang diajarkan


namun kurang mampu dalam memahami konsep yang terkandung dalam
materi tersebut tanpa adanya bantuan atau pengajaran khusus. Salah satu
keterampilan yang harus dimiliki guru adalah ketepatan dalam memilih
metode pengajaran yang akan di gunakan dalam pembelajaran PKn
Sumber : Wafa, Ahmad. 2019. PENGARUH METODE ROLE PLAY
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA TUNARUNGU RINGAN KELAS
IX PADA MATA PELAJARAN PKN DI SLB-B & AUTIS TPA JEMBER.
E-Journal Ikipjember. Tersedia di :
http://jurnal.ikipjember.ac.id/index.php/speed/article/view/133/138

Hasil Wawancara

Orang tua :

- Orang tua sibuk dengan kegiatannya masing-masing 

Guru atau Teman Sejawat:

- Pembelajaran yang diberikan masih berbasis teacher center (terpusat pada


guru)
- Siswa tidak memahami pembelajaran
- Media pembelajaran masih konvensional (buku dan papan tulis)

Pakar Ahli :

- Anak membutuhkan waktu lebih untuk menangkap materi pembelajaran


- Guru kurang variatif dan inovatif dalam menyampaikan materi.
- Masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab
Masalah Numerasi Kajian Literatur Dari identifikasi masalah, kajian literature dan
8. Peserta didik belum mampu memahami hasil wawancara, adapaun kemungkinan
 Mumayizatun, (2020) penyebab masalahnya adalah :
perkalian dasar :
Faktor internal minat belajar matematika, kebiasaan belajar matematika, dan 1. Media pembelajaran yang kurang sesuai
- Peserta didik belum hafal tentang
motivasi belajar matematika yang dimiliki siswa kurang. Faktor eksternal dengan materi pembelajar
perkalian dasar (3x3 sampai 10x10) kurang ketersediaan alat peraga.
- Belum mampu mengerjakan soal 2. Kebiasaan belajar anak
 Mudjito, (2012: 27)
perkalian dasar diatas 2x2 3. Anak kesulitan dalam memahami konsep
- Peserta didik masih menghitung hasil Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep yang abstrak
pembelajaran matematika yang bersifat abstrak
perkalian dengan cara penjumlahan
berulang Sumber : Mudjito, Harizal, Elfindri. 2012. Pendidikan Inklusif, Jakarta: Baduose Media.

Hasil Wawancara

Guru/Rekan Sejawat (Guru Sebelumnya)

- Guru mengajar hanya dengan menggunakan media papan tulis dan


menggunakan metode ceramah

- Pengulangan materi pembelajaran masih belum optimal

Orang Tua

- Orang tua bingung cara menjelaskan tentang materi pada anak karena
keterbatasan komunikasi (orang tua tidak paham bahasa isyarat)
Pakar/ Ahli (Guru Senior)

- Guru harus lebih banyak memahami lebih dalam tentang model


pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar anak

Masalah Pedagogik  Prayitno, Elida. (1989) Beberapa faktor yang menyebabkan motivasi belajar Dari identifikasi masalah, kajian literature dan
siswa rendah adalah kurang dukungan dari orang tua, guru atau lingkungan hasil wawancara, adapaun kemungkinan
9. Semangat belajar peserta didik masih
penyebab masalahnya adalah :
lemah : sekitar.
- Peserta didik merasa cepat bosan ketika 1. Kurang adanya rasa dukungan dari keluarga
guru dan teman disekitarnya
pembelajaran
- Peserta didik belum aktif dalam 2. Gangguan pendengaran menyebabkan anak
tidak bisa menangkap konsep pembelajaran
pembelajaran
3. Anak meras jenuh dengan materi pelajaran

 Rahman, 2019 4. Penyampaian pembelajaran guru yang tidak


jelas
Dampak ketunarunguan akan berpengaruh pada kesulitan bicara, hal tersebut
5. Orang tua kurang memperhatikan anak
berakibat pada tidak optimalnya menangkap konsep pelajaran. Kondisi
tersebut berdampak luas pada intelegensi dan kemampuan kognitif yang 6. Daya ingat anak yang lemah

berakibat pada rendahnya minat belajar siswa.

Sumber : Rahman.dkk. 2019. Pengembangan Media Video Bimbingan


Konseling Untuk Mengurangi Perilaku Bullying. Jurnal Psikolohi Pendidikan
dan Konseling 129-36.
Hasil Wawancara

Dengan Guru/Rekan Sejawat (Guru Sebelumnya)

- Anak membutuhkan waktu yang lama dalam mengerjakan tugas sehingga anak
merasa jenuh

- Penjelasan materi yang disampaikan guru tidak dipahami oleh anak

- Anak malu untuk bertanya

Orang Tua

- Anak lebih suka bermain handphone

- Orang tua tidak memperhatikan pola belajar anak di rumah

Pembelajaran HOTS Kajian Literatur Dari identifikasi masalah, kajian literature dan
hasil wawancara, adapaun kemungkinan
10. Pembelajaran HOTS masih sulit untuk  HOTS merupakan suatu tigkat berfikir yang menekankan padapenerapan penyebab masalahnya adalah :
diterapkan di kelas (keterampilan pengetahuan yang telah diterima, penelaran reflkesi, pemecahan masalah,
berpikir tingkat tinggi) : pengambilan keputusan dan selanjutnya merumuskan pada suatu hal yang - Kemampuan akademik anak tunagrahita
baru (Sulaiman, Muniyan, Madhvan, Hasan & Rahim, 2017; Widodo, 2013; rendah
- Peserta didik belum mampu untuk
Brookhart, 2010; King, Goodson & Rohani, 2006).
berpikir kritis dan tingkat tinggi
 Rapih, dkk. (2018)

Dalam HOTS, peserta didik diharuskan eneguasi suatu pengetahuan dalam


level menganalisis (Analyze), mengevaluasi (Evaluated) dan mencipta
(Created). Sehingga daya nalar dan daya kritis berfikir siswa sangat
dibutuhkan dalam HOTS. Keterampilan-keterampilan tersebut yang menjadi
inti dalam HOTS merupakan modal utama peserta didik dalam menjalani
kehidupan.

Sumber : Rapih, dkk. 2018. Perpektif guru sekolah dasar terhadap Higher
Order Tinking Skills (HOTS). E-Journal Unipma. Tersedia di : http://e-
journal.unipma.ac.id/index.php/PE/article/view/2560/pdf

Hasil Wawancara

Guru

- Guru masih mengajar dengan metode ceramah

- Guru menilai pembelajaran HOTS terlalu tinggi untuk diterapkan pada


anak tunagrahita

Pakar Ahli

- Karakteristik anak tunagrahita yaitu keterlambatan dalam intelegensi

Pemanfaatan teknologi/inovasi dalam Kajian Literatur Dari identifikasi masalah, kajian literature dan
hasil wawancara, adapaun kemungkinan
pembelajaran
 Nurhasanah, (2015) penyebab masalahnya adalah :
11. Pemanfaatan media pembelajaran
Media pembelajaran dapat diandalkan untuk pembelajaran karena
elektronik/modern yang inovatif dalam dengan menggunakan media para siswa aktif dan antusias dalam - Penggunaan media pembelajaran yang tepat
pmbelajaran belum optimal : mengikuti proses belajar mengajar, sehingga memberikan hasil belajar
- Sarana prasarana yang masih terbatas
- Akses internet di sekolah terbatas, yang efektif, dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
- penggunaan media elektronik belum optimal
sinyal belum mampu mengjangkau
sampai kelas Sumber : Nurhasanah. 2015. Pengaruh media pembelajaran terhadap hasil
- Layar proyektor di sekolah hanya belajar passing bawah bola voli pada siswa tunarungu. E-Journal
ada satu atau terbatas, sehingga STKIPPasundan. Tersedia di :
terkadang bila kami akan menggunakan http://jpoe.stkippasundan.ac.id/index.php/jpoe/article/view/26/37
media proyektor untuk pembelajaran,
jadwal pemakaian layar proyektor
bentrok dengan kelas lain  Sudjana, 1991 (dalam Junanda, 2015)
- Penggunaan gawai pribadi dalam Penggunaan media alat pembelajaran yang tepat dapat mempertinggi
pembelajaran membuat situasi dalam hasil belajar, sebaliknya bila penggunaan yang tidak sesuai dengan tingkat
kelas tidak kondusif kemampuan anak, akan menjadi salah satu penyebab timbulnya
ketidakpahaman anak dalam pembelajaran

Sumber : Sudjana, N. (1991). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.


Bandung: Sinar Baru Algensindo

Hasil Wawancara
Guru/Teman Sejawat
- Media pembelajaran yang digunakan masih konvensional (buku sebagai
sumber belajar, papan tulis)
- Terkadang hanya sebatas menggunakan gawai pribadi dalam
pembelajaran
Pakar Ahli
- Guru kurang berinisiatif untuk mencari media elektronik alternative lain
dalam pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai