Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANA

DISUSUN OLEH:

SEPTRI SARI I4051161021

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2016
LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
KELUARGA BERENCANA

A. PENGERTIAN
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran
anak. Menurut Stright, Barbara R,2004, Keluarga berencana adalah proses yang disadari oleh
pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk :
 Mendapatkan objektif - objektif tertentu.
 Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
 Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
 Mengatur interval di antara kelahiran.
 Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri.
 Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan KB
diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat desa
hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara
lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan
desa.
Jenis alat / obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, IUD, implant,
vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh langsung
dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa.
Tujuan spesifik keluarga berencana meliputi :
 Menghindari kehamilan yang tidak diharapkan melalui kontrasepsi
 Mengatur jarak antar kehamilan
 Memutuskan jumlah anak yang akan diharapkan dalam keluarga
 Mengontrol waktu terjadi kehamilan
 Mencegah kehamilan pada wanita yang menderita penyakit serius sehingga kehamilan
dapat menempatkan wanita tersebut pada risiko kesehatan
 Memeberikan pilihan untuk menghindari kehamilan pada wanita Carrier penyakit generic.

B. JENIS-JENIS KONTRASEPSI
Berbagai Jenis metode atau alat kontrasepsi dibagi menjadi (Sobirin, 2006)
(1) Kontrasepsi Teknik
a) Coitus Interreptus (Senggama Terputus)
Metode ini merupakan metode KB alami yang paling tua yang digunakan oleh
manusia. KB alami ini dilakukan dengan cara menarik/mengeluarkan penis dari vagina
sebelum terjadinya ejakulasi. Efektifitas dari metode ini sangat bergantung dari tingkat
kesadaran sang pria mengenai waktu ejakulasinya. Efektifitas berdasarkan penelitian
menunjuk pada angka antara 73-96 % . Metode ini juga tidak dapat dilakukan pada pria
yang mengalami masalah ejakulasi dini.
b) Metode kalender
Dengan meilhat waktu terjadinya menstruasi pada siklus sebelumnya akan
mendapat gambaran mengenai kapan terjadinya masa ovulasi pada wanita. Hal ini karena
biasanya masa subur akan terjadi 12-16 hari sebelum terjadinya menstruasi.
Metode kalender merupakan tidak melakukan senggama pada masa subur, perlu
kedisiplinan dan pengertian antara suami istri karena sperma maupun sel telur (ovum)
mampu bertahan hidup sampai dengan 48 jam setelah ejakulasi.
c) Metode suhu tubuh
Pada saat terjadinya ovulasi, biasanya suhu tubuh akan mengalami kenaikan 0,5 °
C karena pengaruh hormone progesteron. Jadi pada waktu-waktu yang dianggap
mendekati masa subur, dapat dilakukan pemeriksaan suhu tubuh setiap pagi untuk dapat
mengetahui adanya kenaikan suhu tubuh. Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang
dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu
basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan
aktivitas lainnya. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal.
d) Tes lendir vagina
Pada saat terjadinya siklus menstruasi, kondisi lendir didaerah vagina akan
berubah-ubah akibat dari pengaruh hormon estrogen dan progesterone. Dengan
mengetahui kondisi lendir vagina juga dapat mengetahui kira-kira kapan masa ovulasi
akan terjadi. Pada saat sebelum terjadinya ovulasi, lendir vagina akan menjadi lebih encer
dengan warna transparent atau sedikit kekuningan. Sedangkan saat terjadinya ovulasi
maka lendir vagina akan menjadi lebih banyak dan kental seperti putih telur. Sedangkan
pada saat sesudah terjadinya ovulasi lendir vagina yang ada akan menajdi lebih sedikit
dan lebih kental serta lengket. Metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini
dikembangkan oleh Drs. John, Evelyn Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne,
Australia dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan obat
atau alat, sehingga dapat diterima oleh pasangan taat agama dan budaya yang berpantang
dengan kontrasepsi modern. Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan
metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari
siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva
menjelang hari-hari ovulasi.
e) Prolonged lactation atau Menyusui :
Selama tiga bulan setelah melahirkan saat bayi hanya minum ASI dan mestruasi
belum terjadi, otomatis tidak akan terjadi kehamilan. Tapi jika ibu hanya menyusui kurang
dari enam jam per hari, kemungkinan terjadi kehamilan cukup besar. Prolonged location
atau biasanya juga disebut Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea
Method (LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan
dan minuman lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea
Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau
natural family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi, apabila:
1. Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila diberikan minimal 8 kali
sehari.
2. Belum mendapat haid.
3. Umur bayi kurang dari 6 bulan.
(2) Kontrasepsi mekanik
a) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat berhubungan.
Macam-macam kondom menurut Hartono (2003) yaitu :
(1) kondom lateks, paling banyak dipakai, murah dan elastic. Kondom terbuat dari karet
sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang
digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm.
(2) kondom plastik, paling tipis, juga mengantarkan panas tubuh, lebih mahal dari
kondom lateks.
(3) kondom kulit, cirinya: terbuat dari membran usus biri-biri, tidak meregang atau
mengkerut, menjalankan panas tubuh sehingga dianggap tidak mengurangi
sensitivitas selama senggama. Harga lebih mahal dari jenis lain dan hanya sedikit
beredar dipasaran.
Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada
namun belum populer.
Alat kontrasepsi kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut:
1. Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.
2. Sebagai alat kontrasepsi.
3. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau tranmisi mikro organisme penyebab
PMS.
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar
setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat
tidak efektif. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12
kehamilan per 100 perempuan per tahun.
 Keuntungan
1. Mudah memakainya dan cukup aman melindungi dari penyakit menular
seksual dan konsepsi
2. Mudah diperoleh
3. Sangat efektif jika dipakai secara benar, kondom wanita memiliki efektifitas
80% sedangkan kondom pria memeiliki efektifitas 86%
4. Kondom membantu pria mempertahankan ereksi lebih lama, mencegah
ejakulasi dini, mencegah alergi sperma
 Kerugian
1. Beberapa pasangan merasa bahwa kondom sedikit mengganggu. Efek
samping yang dapat pengguna alat kontrasepsi kondom adalah dapat
tertinggalnya kondom di dalam vagina, terjadinya infeksi ringan dan
sejumlah kecil pengguna mengaku alergi terhadap karet (Sarwono, 2003)
2. Secara estetik kurang nyaman, memerlukan keterampilan, bias
menyebabkan sensitivitas terhaap bahan sarung
3. Menurunkan spontanitas dan sensasi,
4. Tidak dapat digunakan pada pria dan wanita yang alergi lateks
5. Efektifitas tidak terlalu tinggi.
6. Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang benar.
7. Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.
8. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
9. Perasaan malu membeli di tempat umum.
10. Masalah pembuangan kondom bekas pakai.
Kondom juga tersedia untuk wanita. Alat ini merupakan sarung piliuretan panjang
yang dimasukkan secara manual ke dalam vagina dengan cincin internal yang fleksibel
membentuk penghalang serviks dan cincin luar yang lebar memanjang untuk menutupi
perineum, alat ini dilumasi dengan spermisida (nonoksinol-9). Alat ini dapat dimasukkan
hingga 8 jam sebelum melakukan hubungan seksual.
b) IUD (intra uterine device) atau spiral
Terbuat dari bahan polyethylene yang diberi lilitan logam, umumnya tembaga
(Cu) dan dipasang di mulut Rahim. Efektifitas bervariasi antara 93% (efektifitas tipikal)
dan 97% efektifitas maksimal.
Berdasarkan bentuknya IUD dapat dibedakan menjadi bentuk terbuka (open
device, misalnya : lippes loop, CU-T, Cu-T, marguies, spring cooil, multiload, nova-
T,dll) dan bentuk tertutup (closed device, misalnya : ota ring, antigon, grafenberg ring,
hall stone, dll). Pada bentuk tertutup bila terjadi dislokasi kedalam rongga perut maka
harus dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya usus ke dalam lubang atau
cincin dan kemudian terjadilah ileus(Sarwono, 2003).
Tingkat efektivitas IUD sangat tinggi untuk mencegah dalam jangka waktu yang
lama. Angka kehamilan pengguna IUD berkisar antara 1,5 – 3 per 100 wanita pengguna
pada tahun-tahun pertama dan angka ini menjadi lebih rendah lagi untuk tahun-tahun
berikutnya (Everett, 2007). Keuntungan yang di dapat pengguna alat kontrasepsi IUD
adalah dapat meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap
resiko kehamilan, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran, kesuburan
cepat kembali setelah IUD di cabut/dibuka, cocok untuk mencegah kehamilan atu
menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang, tidak mengganggu hubungan pasutri,
tidak terpengaruh dengan “faktor lupa” dari pemakai, tidak ada efek samping hormonal,
tidak mengganggu laktasi dan tidak berinteraksi dengan obat-obatan.
Kerugiannya mules, haid tidak teratu, haid berlangsung lama, pendarahan ringan,
nyeri di perut. Efek samping yang kemungkinan dapat diderita oleh pengguna IUD
adalah terjadinya infeksi panggul apabila pemasangan tidak tepat dan dapat terjadi rasa
sakit berupa kram perut setelah pemasangan (Hartanto, 2004).
Menurut Krisnadi (2002) bahwa kontra indikasi penggunaan alat kontrasepsi IUD
adalah pada wanita yang mempunyai enfeksi pelvis, wanita yang sedang menderita
penyakit hubungan seksual (PHS, AIDS, Genore, Klamidia) atau selama 3 bulan terakhir,
wanita dengan banyak patner, wanita dengan kanker mulut rahim atau kanker alat
reproduksi lainnya (ovarium, endometrium) dan wanita dengan penyakit trofoblast (mola,
kariokasinoma) dan TBC kandungan. Tanda-tanda bahaya untuk segera dilaporkan
kepada petugas kesehatan meliputi periode menstruasi terlambat atau tidak ada, nyeri
abdomen berat, demam, dan menggigil, keluaran vagina yang berbau, dan bercak-bercak,
perdarahan, atau periode menstruasi berat. Pengeluaran spontan terjadi pada 2% sampai
10% pemakai dalam satu tahun pertama.
Waktu pemakaian bisa mencapai 10 tahunan. Cara kerja alkon ini adalah dengan
cara mencegah masuknya sperma ke dalam saluran tuba, sementara lilitan logam
menyebabkan reaksi anti fertilitas. IUD bisa dipasang setiap saat dalam siklus haid
selama anda tidak dicurigai hamil. Atau bisa juga pada hari pertama hingga hari ke tujuh
siklus haid (pada saat haid). Pada hari ke-1 sampai hari ke-5 setelah berhubungan tanpa
alat kontrasepsi bisa juga menjadi waktu yang diperbolehkan untuk pemasangan IUD.
Pada kasus pascapersalinan, IUD bisa dipasangkan segera setelah melahirkan,
atau 48 jam setelah melahirkan, atau setelah 40 hari pascamelahirkan. Jika pascaabortus
atau keguguran, maka IUD bisa dipasangkan segera atau dalam kurun waktu 7 hari
setelahnya dengan catatan tidak terjadi infeksi.

(3) Kontrasepsi Hormonal


Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan hari
yang ada pada setiap blisternya, suntikan, susuk (implan) yang ditanam untuk periode
tertentu, koyo KB atau spiral berhormon.
Kontrasepsi hormonal terdiri dari :
a) Pil Kombinasi Oral Contraception (OC)
Pil kombinasi merupakan kombinasi dosis rendah estrogen dan progesterone.
Penggunaan kontrasepsi pil kombinasi estrogen dan progesterone atau yang hanya terdiri
dari progesterone saja merupakan penggunaan kontrasepsi terbanyak.
Jenis pil kontrasepsi yang beredar diIndonesia sebagian besar adalah jenis pil
kombinasi. Secara teoritis dari penggunaan alat kontrasepsi pil pada 100 orang
ditermukan angka resiko kegagalan sebesar 0,1 sampai dengan 1,7.
Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin dengan
estrogen atau progestin saja.Pil KB mencegah kehamilan dengan cara menghentikan
ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga kekentalan lendir servikal
sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Tablet yang hanya mengandung progestin
sering menyebabkan perdarahan tidak teratur. Tablet ini hanya diberikan jika pemberian
estrogen bisa membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang menyusui. Pil
kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen
dosis tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi
obat tertentu (terutama obat epilepsi).
Kontraindikasi Pil KB adalah sebagai berikut.
 Wanita yang merokok dan berusia diatas 35 tahun
 Wanita penderita penyakit hati aktif atau tumor
 Wanita yang memiliki kadar trigliserida tinggi
 Wanita penderita tekanan darah tinggi yang tidak diobati
 Wanita penderita diabetes yang disertai penyumbatan arteri
 Wanita yang memiliki bekuan darah
 Wanita yang tungkainya sedang digips
 Wanita penderita penyakit jantung
 Wanita yang pernah menderita stroke
 Wanita penderita diabetes
 Wanita menyusui kurang dari 6 bulan
 Wanita yang pernah menderita penyakit kuning pada saat kehamilan
 Wanita penderita kanker payudara atau kanker rahim.
Jenis Pil KB atau oral contraceptives pill secara umum antara lain:
1. Pil kombinasi atau combination oral contraceptive pill.
Pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron dan diminum sehari sekali.
2. Minipill.
Pil KB yang hanya mengandung progesteron saja dan diminum sehari sekali.
3. Pil sekuenseal.
Pil ini dibuat seperti urutan hormon yang dikeluarkan ovariun pada tiap siklus.
Maka berdasarkan urutan hormon tersebut, estrogen hanya diberikan selama 14–16
hari pertama diikuti oleh kombinasi progestron dan estrogen selama 5–7 hari
terakhir.
4. Once a month pill.
Pil hormon yang mengandung estrogen yang ”long acting” yaitu biasanya pil ini
terutama diberikan untuk wanita yang mempunyai Biological Half Life panjang.
5. Morning after pill.
Morning after pill merupakan pil yang mengandung hormon estrogen dosis tinggi
yang hanya diberikan untuk keadaan darurat saja, seperti kasus pemerkosaan dan
kondom bocor.
 Keuntungan
 Efektivitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dikonsusmsi sesuai aturannya.
 Pemakai pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan dapat kembali
dengan cepat.
 Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri.
 Siklus haid teratur.
 dapat menghilangkan keluhan nyeri haid.
 Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai untuk memancing
kesuburan.
 Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur.
 Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda
 Kerugian
Harus diminum setiap hari, tidak boleh lupa. Efek samping ringan yang
kemungkinan bisa di derita oleh pengguna adalah berupa mual muntah, pertambahan
berat badan, perdarahan tidak teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit kepala,
timbulnya jerawat, alopesia, dan keluhan ringan lainnya sakit pada buah dada.
Keluhan ini berlangsung pada bulan-bulan pertama pemakaian pil. Efek samping berat
bagi pengguna pil kontrasepsi adalah dapat terjadi trombo embolisme mungkin karena
terjadinya peningkatan aktivitas faktor-faktor pembekuan atau karena pengaruh
vaskuler secara langsung. Memungkinkan timbulnhya karsinoma servik uteri.
Secara teoritis dari penggunaan alat kontrasepsi pil pada 100 orang ditermukan
angka resiko kegagalan sebesar 0,1 sampai dengan 1,7. Menurut Everett (2007).
Penggunaan pil KB diminum secara teratur, setiap hari pada waktu yang sama,
pada saat pertama minum pil KB dimulai pada hari kelima haid, selanjutnya berturut-
turut setiap hari satu pil. Untuk kemasan berisi 28 tablet diminum terus menerus untuk
kemasan berisi 21 tablet, setelah pil habis istrirahat dulu selama 7 hari kemudian
dilanjutkan dengan kemasan baru.
Kalau klien lupa minum pil, segera setelah ingat ia harus minum pil tersebut, lalu
ia juga minum pil selama dua hari atau lebih, ia harus minum 2 tablet sehari sampai
tercapai jumlah yang seharusnya. Selain itu juga ia harus menggunakan cara KB lain
kalau ingin berhunbungan seksual, atau ia tidak berhubungan seks dulu sampai kemasan
habis.
b) Suntik KB
Kontrasepsi suntikan mengandung hormone sintetik. Cara pemakaiannya dengan
menyuntikkan zat hormonal ke dalam tubuh. Everett (2007) menyatakan bahwa
kontrasepsi suntik menyebabkan lendir servik mengental sehingga menghentikan daya
tembus sperma, mengubah endometium menjadi tidak cocok untuk implantasi dan
mengurangi fungsi tuba falopii. Namun fungsi utama kontrasepsi suntik dalam mencegah
kehamilan adalah menekan ovulasi.
Terdapat beberapa indikasi dari pemakaian kontrasepsi suntik, yakni : usia
reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak, ingin mendapatkan
kontrasepsi dengan efektifitas tinggi, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang
sesuai, setelah melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus atau keguguran, telah
banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, perokok, tekanan darah <180/110
mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit,
menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis
(rifampisin), tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen, sering lupa
mengunakan pil kontrasepsi, anemia defisiensi besi dan mendekati menopause yang tidak
mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Sarwono, 2003).
Kotraindikasi dari penggunaan alat kontrasepsi suntik antara lain : hamil atau
diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, tidak dapat
menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorea, diabetes mellitus disertai
komplikasi dan menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara (Sarwono,
2003).
Mekanisme KB suntik secara umum dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Primer : mencegah ovulasi
Kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan Lutheinizing Hormon (LH)
menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respons kelenjar
hypophyseterhadap gonadotropin -releasing hormone eksogenus tidak berubah,
sehingga member kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada di kelenjar
hypophyse. Ini berbeda dengan POK yang tampaknya menghambat ovulasi melalui
efek langsung pada kelenjar hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak
menyebabkan keadaan hipo-estrogenik. Pada pemakaian DMPA, endometrium
menjadi dangkal dan artofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak katif. Sering stroma
menjadi oedematous. Dengan pemakaian jangka lama, endometrium dapat
sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya didapat sedikit sekali
jaringan bila dilakukan biopsy. Tetapi perubahan-perubahan tersebut akan kembali
menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang terakhir.
 Mencegah ovulasi degnan cara menghalangi pengeluaran FSH dan LH
sehingga tidak terjadi pelepasan ovum.
 Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
 Perubahan peristatik tuba falopii, sehingga konsep dihambat
 Mengubah suasana endometrium, sehinggat idak sempurna untuk implantasi
hasil konsepsi.
2. Sekunder
 Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga merupakan barier
terhadap spermatozoa
 Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari
ovum yang telah dibuahi
 Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam tuba fallopii
(Hanafi, 2004).
Bentuk Suntik KB
1. Depoprovera
Mengandung progesteron sebanyak 150 mgr dalam betnuk partikel kecil. Suntik
setipa 12 minggu keuntungan datang setiap 3 bulan. Kerugian sering terjadi
kelambatan datang bulan sekalipun telah menghetnikan suntikan,d apat terjadi
perdarahan berkepanjangan di laru mensetruasi, perdarahan yang tidak teratur,
badan terasa panas dan liang senggama kering.
2. Cyclofem
Mengandung progesteron sebanyak 50 mg dan estrogen. Disuntikkan setiap
bulan. Diharapkan dapt menstruasi setiap bulan karena komponen estrogennya.
Kerugiannya sering terjadi kegagalan menstruasi yang diharapkan setelah
pemakaian beberapa bulan efeknya hampir sama dengan depoprovera.
3. Norigest
Turunan dari testoteron. Disuntikan setiap 8 minggu kerugiannya hampir sama
dengan depoprovera.
Yang dapat menggunakan suntikan KB
1. Usia reproduksi
2. Nuli para dan yang telah memiliki anak
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi.
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesui
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6. Setelah abartus atau keguguran
7. Telah banyak anak tetapi tidak menghendaki rubektomi
8. Perokok
9. Sering lupa menggunakan kontrasepsi pil
10. Anemia defisiensi besi
11. Mendekati usia menopause yang tidak mau atautidak boleh menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi.
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan KB
1. Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran)
2. Perdarahan pervaginan yang belum jelas penyebabnya
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorhea
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5. Diabetes militus disertai komplikasi.
Keuntungan yang di dapat pengguna dari pemakaian alat kontrasepsi suntik
adalah : sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri, tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah, tidak memiliki pengaruh
terhadap ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat
digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah
kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit jinak
payudara, mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul dan menurunkan krisis
anemia bulan sabit (sickle cell) (Sarwono, 2003).
Kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi ini adalah : terjadinya perubahan pada
pola haid, klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan, tidak dapat
dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya, permasalahan berat badan
merupakan efek samping tersering, tidak menjamin perlindungan terhadap penularan
infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV, terlambatnya kembali
kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia,
melainkan belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan),
terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang, pada penggunaan
jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang (densitas), pada penggunaan
jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan
emosi (jarang), sakit kepala, nervosas, jerawat (Sarwono, 2003).
c) Susuk KB (implant)
Implant terdiri dari 6 kapsul silatik, setiap kapsulnya berisi levornorgestrel
sebanyak 36 miligram dengan panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 cm. kapsul yang dipasang
harus dicabut menjelang akhir masa 5 tahun. Terdapat dua jenis implant yaitu Norpant
dan implanon.
Keuntungan yang di dapat dari penggunaan implan adalah dapat dipasang dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di daerah pedesaan dan
biaya murah, sedangkan efek samping yang kemungkinan akan diderita pengguna adalah
terjadinya gangguan menstruasi terutama selama 3 – 6 bulan pertama dari pemakaian,
pengguna akan mengalami masa haid yang lebih panjang, lebih sering atau amenorea
(Sarwono, 2003).
Menurut Saefudin (1996) penggunaan alat kontrasepsi implan memiliki resiko
kehamilan antara 0,2 – 1 pada pemakaian 100 pengguna.
Waktu Penggunaan Susuk KB/Implant
- Selama haid (dalam waktu 7 hari pertama datangnya haid)
- Sesudah persalinan (dalam 3-4 minggu) bila tidak menyusui
- Sesudah keguguran (segera atau dalam 7 hari pertama)
- Saat menyusui (bila lebih dari 6 minggu sesudah persalinan)
(4) Kontrasepsi steril
Pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi)
atau testis pada pria (vasektomi).
Kontra indikasi vasektomi antara lain adalah :
1. Peradangan dalam rongga panggul
2. Peradangan liang senggama akut (vaginatis sevisitis akut)
3. Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat atau penyakit paru lain yang tidak
memungkinkan akseptor berada dalam posisi genupektorial.
4. Obesitas berlebihan
5. Bekas laparotomi
a) Tubektomi
Metode ini hamper 100% efektif, keuntungan adalah bahwa sangat efektif dan
biasanya permanen. Bias dilakukan segera setelah pascapartum.
Kerugiannya adalah bahwa metode ini merupakan prosedur invasive dan mungkin
ireversibel. Rekontruksi tuba memiliki angka keberhasilan pemulihan fertilitas 50%
sampai 70%, namun terdapat resiko tinggi kehamilan ektopik setelah prosedur tersebut.
Selain itu, tidak ada perlindungan yang diberikan terhadap penyakit menular seksual.
b) Vasektomi
Tingkat keefektifan alat kontrasepsi MOW sangat tinggi dan dapat segera efektif
postoperatif (Hartanto, 2004), dengan keuntungan yang bisa di dapat antara lain
vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium dalam suasana alami
(Manuaba, 1998). Keuntungan metode ini sangat efektif dan biasanya permanen.
Kerugiannya adalah metode ini memerlukan pembedahan dan mungkin irevesibel. Angka
keberhasilan kembali ke metode bervasiai, keberhasilan anatomi 40% sampai 90%
keberhasilan klinis adalah 18% sampai 60%. Tidak ada perlindungan terhadap penyakit
menular. Efek samping yang kemungkinan di derita oleh pengguna vasektomi adalah
terjadinya resiko internal sedikit lebih tinggi, kemungkinan infeksi serius sedikit lebih
tinggi dan sedikit sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi. (Hartanto, 2004).
Alat kontrasepsi MOP memiliki tingkat efektivitas yang tinggi dengan masa
efektif 6 – 10 minggu setelah operasi, seangkan keuntungan yang bisa didapat oleh
pengguna adalaht : eknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja dan
dimana saja, komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan, hasil yang diperoleh
(efektivitas) hampir 100%, biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat, dan bila
pasangan suami, istri karena suatu sebab ingin mendapatkan keturunan lagi kedua ujung
vas deferens dapat disambung kembali (operasi rekanalisasi) (Sarwono, 2003).
Vasektomi dapat digunkan kapan saja saat diperlukan. Sedangkan tubektomi
waktu yang dapat digunakan untuk pemakaian tubektomi adalah sebagai berikut.
- Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien
tersebut tidak hamil
- Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi)
- Pascapersalinan
Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu
- Pascakeguguran
Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic
(minilap atau laparoskopi)
Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvic
(minilap saja)

Daftar Pustaka

Stright, Barbara R.2004.Panduan Belajar Keperawatan Ibu dan Bayi. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan keluarga
berencanauntuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC
http://medicastore.com

Anda mungkin juga menyukai