LP-KB 2
LP-KB 2
KELUARGA BERENCANA
DISUSUN OLEH:
A. PENGERTIAN
Keluarga berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran
anak. Menurut Stright, Barbara R,2004, Keluarga berencana adalah proses yang disadari oleh
pasangan untuk memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran.
Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk :
Mendapatkan objektif - objektif tertentu.
Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
Mengatur interval di antara kelahiran.
Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri.
Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan KB
diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat desa
hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara
lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan
desa.
Jenis alat / obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, IUD, implant,
vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh langsung
dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa.
Tujuan spesifik keluarga berencana meliputi :
Menghindari kehamilan yang tidak diharapkan melalui kontrasepsi
Mengatur jarak antar kehamilan
Memutuskan jumlah anak yang akan diharapkan dalam keluarga
Mengontrol waktu terjadi kehamilan
Mencegah kehamilan pada wanita yang menderita penyakit serius sehingga kehamilan
dapat menempatkan wanita tersebut pada risiko kesehatan
Memeberikan pilihan untuk menghindari kehamilan pada wanita Carrier penyakit generic.
B. JENIS-JENIS KONTRASEPSI
Berbagai Jenis metode atau alat kontrasepsi dibagi menjadi (Sobirin, 2006)
(1) Kontrasepsi Teknik
a) Coitus Interreptus (Senggama Terputus)
Metode ini merupakan metode KB alami yang paling tua yang digunakan oleh
manusia. KB alami ini dilakukan dengan cara menarik/mengeluarkan penis dari vagina
sebelum terjadinya ejakulasi. Efektifitas dari metode ini sangat bergantung dari tingkat
kesadaran sang pria mengenai waktu ejakulasinya. Efektifitas berdasarkan penelitian
menunjuk pada angka antara 73-96 % . Metode ini juga tidak dapat dilakukan pada pria
yang mengalami masalah ejakulasi dini.
b) Metode kalender
Dengan meilhat waktu terjadinya menstruasi pada siklus sebelumnya akan
mendapat gambaran mengenai kapan terjadinya masa ovulasi pada wanita. Hal ini karena
biasanya masa subur akan terjadi 12-16 hari sebelum terjadinya menstruasi.
Metode kalender merupakan tidak melakukan senggama pada masa subur, perlu
kedisiplinan dan pengertian antara suami istri karena sperma maupun sel telur (ovum)
mampu bertahan hidup sampai dengan 48 jam setelah ejakulasi.
c) Metode suhu tubuh
Pada saat terjadinya ovulasi, biasanya suhu tubuh akan mengalami kenaikan 0,5 °
C karena pengaruh hormone progesteron. Jadi pada waktu-waktu yang dianggap
mendekati masa subur, dapat dilakukan pemeriksaan suhu tubuh setiap pagi untuk dapat
mengetahui adanya kenaikan suhu tubuh. Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang
dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu
basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan
aktivitas lainnya. Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal.
d) Tes lendir vagina
Pada saat terjadinya siklus menstruasi, kondisi lendir didaerah vagina akan
berubah-ubah akibat dari pengaruh hormon estrogen dan progesterone. Dengan
mengetahui kondisi lendir vagina juga dapat mengetahui kira-kira kapan masa ovulasi
akan terjadi. Pada saat sebelum terjadinya ovulasi, lendir vagina akan menjadi lebih encer
dengan warna transparent atau sedikit kekuningan. Sedangkan saat terjadinya ovulasi
maka lendir vagina akan menjadi lebih banyak dan kental seperti putih telur. Sedangkan
pada saat sesudah terjadinya ovulasi lendir vagina yang ada akan menajdi lebih sedikit
dan lebih kental serta lengket. Metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini
dikembangkan oleh Drs. John, Evelyn Billings dan Fr Maurice Catarinich di Melbourne,
Australia dan kemudian menyebar ke seluruh dunia. Metode ini tidak menggunakan obat
atau alat, sehingga dapat diterima oleh pasangan taat agama dan budaya yang berpantang
dengan kontrasepsi modern. Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan
metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari
siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva
menjelang hari-hari ovulasi.
e) Prolonged lactation atau Menyusui :
Selama tiga bulan setelah melahirkan saat bayi hanya minum ASI dan mestruasi
belum terjadi, otomatis tidak akan terjadi kehamilan. Tapi jika ibu hanya menyusui kurang
dari enam jam per hari, kemungkinan terjadi kehamilan cukup besar. Prolonged location
atau biasanya juga disebut Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea
Method (LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air
Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan
dan minuman lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea
Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau
natural family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi, apabila:
1. Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila diberikan minimal 8 kali
sehari.
2. Belum mendapat haid.
3. Umur bayi kurang dari 6 bulan.
(2) Kontrasepsi mekanik
a) Kondom
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis saat berhubungan.
Macam-macam kondom menurut Hartono (2003) yaitu :
(1) kondom lateks, paling banyak dipakai, murah dan elastic. Kondom terbuat dari karet
sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang
digulung berbentuk rata. Standar kondom dilihat dari ketebalannya, yaitu 0,02 mm.
(2) kondom plastik, paling tipis, juga mengantarkan panas tubuh, lebih mahal dari
kondom lateks.
(3) kondom kulit, cirinya: terbuat dari membran usus biri-biri, tidak meregang atau
mengkerut, menjalankan panas tubuh sehingga dianggap tidak mengurangi
sensitivitas selama senggama. Harga lebih mahal dari jenis lain dan hanya sedikit
beredar dipasaran.
Kondom untuk pria sudah lazim dikenal, meskipun kondom wanita sudah ada
namun belum populer.
Alat kontrasepsi kondom mempunyai cara kerja sebagai berikut:
1. Mencegah sperma masuk ke saluran reproduksi wanita.
2. Sebagai alat kontrasepsi.
3. Sebagai pelindung terhadap infeksi atau tranmisi mikro organisme penyebab
PMS.
Pemakaian kontrasepsi kondom akan efektif apabila dipakai secara benar
setiap kali berhubungan seksual. Pemakaian kondom yang tidak konsisten membuat
tidak efektif. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12
kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Keuntungan
1. Mudah memakainya dan cukup aman melindungi dari penyakit menular
seksual dan konsepsi
2. Mudah diperoleh
3. Sangat efektif jika dipakai secara benar, kondom wanita memiliki efektifitas
80% sedangkan kondom pria memeiliki efektifitas 86%
4. Kondom membantu pria mempertahankan ereksi lebih lama, mencegah
ejakulasi dini, mencegah alergi sperma
Kerugian
1. Beberapa pasangan merasa bahwa kondom sedikit mengganggu. Efek
samping yang dapat pengguna alat kontrasepsi kondom adalah dapat
tertinggalnya kondom di dalam vagina, terjadinya infeksi ringan dan
sejumlah kecil pengguna mengaku alergi terhadap karet (Sarwono, 2003)
2. Secara estetik kurang nyaman, memerlukan keterampilan, bias
menyebabkan sensitivitas terhaap bahan sarung
3. Menurunkan spontanitas dan sensasi,
4. Tidak dapat digunakan pada pria dan wanita yang alergi lateks
5. Efektifitas tidak terlalu tinggi.
6. Tingkat efektifitas tergantung pada pemakaian kondom yang benar.
7. Adanya pengurangan sensitifitas pada penis.
8. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
9. Perasaan malu membeli di tempat umum.
10. Masalah pembuangan kondom bekas pakai.
Kondom juga tersedia untuk wanita. Alat ini merupakan sarung piliuretan panjang
yang dimasukkan secara manual ke dalam vagina dengan cincin internal yang fleksibel
membentuk penghalang serviks dan cincin luar yang lebar memanjang untuk menutupi
perineum, alat ini dilumasi dengan spermisida (nonoksinol-9). Alat ini dapat dimasukkan
hingga 8 jam sebelum melakukan hubungan seksual.
b) IUD (intra uterine device) atau spiral
Terbuat dari bahan polyethylene yang diberi lilitan logam, umumnya tembaga
(Cu) dan dipasang di mulut Rahim. Efektifitas bervariasi antara 93% (efektifitas tipikal)
dan 97% efektifitas maksimal.
Berdasarkan bentuknya IUD dapat dibedakan menjadi bentuk terbuka (open
device, misalnya : lippes loop, CU-T, Cu-T, marguies, spring cooil, multiload, nova-
T,dll) dan bentuk tertutup (closed device, misalnya : ota ring, antigon, grafenberg ring,
hall stone, dll). Pada bentuk tertutup bila terjadi dislokasi kedalam rongga perut maka
harus dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya usus ke dalam lubang atau
cincin dan kemudian terjadilah ileus(Sarwono, 2003).
Tingkat efektivitas IUD sangat tinggi untuk mencegah dalam jangka waktu yang
lama. Angka kehamilan pengguna IUD berkisar antara 1,5 – 3 per 100 wanita pengguna
pada tahun-tahun pertama dan angka ini menjadi lebih rendah lagi untuk tahun-tahun
berikutnya (Everett, 2007). Keuntungan yang di dapat pengguna alat kontrasepsi IUD
adalah dapat meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena rasa aman terhadap
resiko kehamilan, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau keguguran, kesuburan
cepat kembali setelah IUD di cabut/dibuka, cocok untuk mencegah kehamilan atu
menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang, tidak mengganggu hubungan pasutri,
tidak terpengaruh dengan “faktor lupa” dari pemakai, tidak ada efek samping hormonal,
tidak mengganggu laktasi dan tidak berinteraksi dengan obat-obatan.
Kerugiannya mules, haid tidak teratu, haid berlangsung lama, pendarahan ringan,
nyeri di perut. Efek samping yang kemungkinan dapat diderita oleh pengguna IUD
adalah terjadinya infeksi panggul apabila pemasangan tidak tepat dan dapat terjadi rasa
sakit berupa kram perut setelah pemasangan (Hartanto, 2004).
Menurut Krisnadi (2002) bahwa kontra indikasi penggunaan alat kontrasepsi IUD
adalah pada wanita yang mempunyai enfeksi pelvis, wanita yang sedang menderita
penyakit hubungan seksual (PHS, AIDS, Genore, Klamidia) atau selama 3 bulan terakhir,
wanita dengan banyak patner, wanita dengan kanker mulut rahim atau kanker alat
reproduksi lainnya (ovarium, endometrium) dan wanita dengan penyakit trofoblast (mola,
kariokasinoma) dan TBC kandungan. Tanda-tanda bahaya untuk segera dilaporkan
kepada petugas kesehatan meliputi periode menstruasi terlambat atau tidak ada, nyeri
abdomen berat, demam, dan menggigil, keluaran vagina yang berbau, dan bercak-bercak,
perdarahan, atau periode menstruasi berat. Pengeluaran spontan terjadi pada 2% sampai
10% pemakai dalam satu tahun pertama.
Waktu pemakaian bisa mencapai 10 tahunan. Cara kerja alkon ini adalah dengan
cara mencegah masuknya sperma ke dalam saluran tuba, sementara lilitan logam
menyebabkan reaksi anti fertilitas. IUD bisa dipasang setiap saat dalam siklus haid
selama anda tidak dicurigai hamil. Atau bisa juga pada hari pertama hingga hari ke tujuh
siklus haid (pada saat haid). Pada hari ke-1 sampai hari ke-5 setelah berhubungan tanpa
alat kontrasepsi bisa juga menjadi waktu yang diperbolehkan untuk pemasangan IUD.
Pada kasus pascapersalinan, IUD bisa dipasangkan segera setelah melahirkan,
atau 48 jam setelah melahirkan, atau setelah 40 hari pascamelahirkan. Jika pascaabortus
atau keguguran, maka IUD bisa dipasangkan segera atau dalam kurun waktu 7 hari
setelahnya dengan catatan tidak terjadi infeksi.
Daftar Pustaka
Stright, Barbara R.2004.Panduan Belajar Keperawatan Ibu dan Bayi. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan dan keluarga
berencanauntuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC
http://medicastore.com