35 - Yusti Navi W - 210731610941 - A - PSEJUM6010
35 - Yusti Navi W - 210731610941 - A - PSEJUM6010
NIM : 210731610941
Offering :A
Prodi : Pendidikan Sejarah
Mata Kuliah : Sejarah dan Kearifan Lokal
2. Pilih tiga dari sajian peristiwa di dalam buku referensi ini ( tata ututan kajian
deskripsi kearifan local, konsep theory dan analisis)
Jawab :
NAWANG LEK
Nawang Lek, secara etimologi diambil dari Bahasa lokal masyarakat Bali,
yang artinya adalah merasa malu. Nilai 'nawang lek' membuat orang Bali cenderung
tidak berperilaku aneh atau mengambil risiko (Juhadi et al. 2018: 64). Rasa malu
yang mereka miliki meruju pada malu berkenaan dengan moral dan sosial. Misalnya
Mereka semua merasa malu untuk membuat masalah, malu menerima apa yang bukan
hak mereka,malu Ketika tidak bisa menolong sesama warga, dan lainnya (Juhadi et
al. 2018: 64). Rasa malu yang mengakar dalam bentuk trasisi Nawang Lek ini berlaku
bagi seluruh masyarakat bali tanpa memandang status, kasta, dan juga agama.
Dari penjelasan singkat mengenai tradisi Nawang Lek tersebut, tradisi tersebut
dapat dikategorikan sebagai etnosains dan etnomitigasi. Etnosains sendiri merupakan
kegiatan mentransformasikan antara sains asli yang terdiri atas seluruh pengetahuan
tentang fakta masyarakat yang berasal dari kepercayaan turun-temurun dan masih
mengandung mitos (Linda Novitasari et al. 2017). Etnomitigasi atau etnopenanganan
bencana adalah Langkah awal penanggulangan bencana guna menurangi atau
memperkecil dampak bencana yang didasarkan pada kearifan lokal yang ada dan
hidup di masyarakat.
Saya mengkategorikan tradisi tersebut dalam etnosains didasarkan pada
contoh yang juga saya lihat di media sosial, serupa dengan yang dicontohkan di buku,
ada masyarakat muslim bali yang meninggal disaat malam nyepi, atas dasar rasa
“Nawang Lek” tersebut masyarakat hindu bali yang sedang melakukan pawai turut
membantu prosesi pemakaman masyarakat islam yang sedang mengalami kesusahan
tadi. Gambaran konkret etnosains masyarakat bali itu menunjukkan adanya sebuah
kecerdasan tradisi tanpa membutuhkan penelitian empiris. Juga saya kategorikan
dengan etnopenanggulangan bencana atau etnomitigasi, dengan contoh yang sama,
perilaku “Nawang lek” itu telah menghindarkan dari sebuah bencana sosial, yakni
konflik agama dan sosial.
SMONG
Smong secara etimologi diambil dari bahasa lokal Simeulue yang artinya
adalah tsunami. Smong sendiri merupaka kearifan lokal masyarakat pantai simeulue
sebagai respon terhadap bencana alam yang akan terjadi, yaitu tsunami. Teriakan
Smong merupakan peringatan dini yang diartikan adanya situasi dimana air laut surut
dan masyarakat harus lari ke bukit (Juhadi et al. 2018: 45)
Smong sendiri merupakan pengetahuan yang diwariskan secara turun temurun
oleh leluhur masyarakat Simeulue sebagai respon terhadap surutnya air laut secara
tiba-tiba, yang mana setelah diteliti secara sains hal tersebut merupakan tanda
bencana tsunami. Kearifan lokal smong sendiri merupakan hal yang unik, menurut
saya, karena zaman dulu para leluhur masyarakat simeulue sudah memiliki
pengetahuan yang saya saja baru bahwa diantara mengetahui tanda-tanda tsunami,
yaitu surutnya laut secara mendadak, ketika saya duduk dibangku sekolah dan hal itu
sudah dibuktikan secara sains. Maka dari itu, saya mengkategorikan hal kearifan lokal
smong ini kedalam etnosains.
DAFTAR RUJUKAN