Anda di halaman 1dari 2

Nama : Deby Rika Difinubun

Nim : P3.73.34.2.21.018

Masalah demokrasi mengenai politik uang

Politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji menyuap seseorang baik supaya orang itu
tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara
tertentu pada saat pemilihan. Dalam permasalahan masyarakat kaum intelektual mempunyai
tanggung jawab dalam memberikan perubahan dalam masalah-masalah lain misalnya dalam
masalah politik. Berada dalam dunia politik bukan tentang benar atau salah melainkan tentang
menang dan kalah.

Dalam hal ini banyak hal yang perlu kader intelektual rubah, Misalnya dalam isu Money politik.
Money politik sudah bukan hal yang baru  lagi bagi para-para pelopor politik. Money politik
bahkan sudah di jadikan sebagai jalan untuk memenangkan politik untuk partai-partai atau
oknum-oknum yang curang. Money politik biasanya di berikan sebelum dilakukannya
pemungutan suara. Untuk mereka ( masyarakat ) yang kurangnya pemahaman dengan dunia
politik, akan menerima uang tersebut untuk memilih menggunakan hak suaranya.

Namun, Money politik tidak hanya di berikan kepada mereka (masyarakat) yang memiliki hak
suara, tetapi juga di berikan kepada pemegang kekuasaan rakyat. Ini yang menyebabkan
kekuasaan sudah bukan di tangan rakyat melainkan di tangan “uang”, sehingga kedaulatan
bukan untuk rakyat melainkan untuk “pemilik uang”. Dampak dengan adanya Money politik dapat
merusak bangsa. Misalnya dalam praktek Money politik dapat merusak sistem demokrasi di
Indonesia, ini dapat  menyebabkan demokrasi yang sakit atau tidak stabil, demokrasi yang
harusnya “bebas” menjadi tidak bebas hanya karena pembelian hak suara tersebut. Kedaulatan
yang seharusnya milik semua orang, sekarang hanya menjadi pemilik uang. Selain itu, praktek
Money politik disini juga dapat merusak moral demokrasi, kenapa demikian? Karena rakyat
memilih pemimpin bukan karena asas kepemimpinan nya, bukan karena kinerja  nya, bukan
karena visi dan misinya, melainkan karena uang yang di berikan untuk menambah hak suara
demi kepentingan oknum-oknum tersebut.

 Menurut pendapat saya mengenai kasus politik uang ini, ini tidaklah termasuk dalam
nilai” Pancasila justru ini suatu perbuatan yang tidak terpuji dan tentu saja merupakan
tindakan yang melanggar undang” dan nilai” Pancasila yang sudah ditetapkan.

Kita sebagai kaum intelektual harus bisa menanggapi hal yang demikian, contohnya mencegah
hal-hal yang mungkin akan terjadi praktek Money politik, salah satunya; pertama, menolak
Praktek politik yang ditawarkan oleh team sukses dari calon. Kedua, kaum intelektual harus
menjunjung tinggi asas demokrasi yang  langsung, umum, bebas. rahasia,  jujur dan adil sebagai
bentuk tindakan preventif dalam praktek Money politik. Ketiga, kaum intelektual harus bisa
mensosialisasikan menggunakan bahasanya kepada khalayak atau masyarakat mengenai
dampak negatif dari  praktek Money politik. Sehingga dari sini kaum intelektual dapat menjadi
pelopor dalam mencegah praktek Money politik yang merusak moral bangsa. Mengapa banyak
rakyat yang terlibat dalam politik uang? Karena keadaan masyarakat yang sekarang dimana
terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian,
pendidikan, dan kesehatan.

Dengan kondisi seperti ini memaksa dan menekan sebagian masyarakat untuk segera
mendapatkan uang. Money politic pun menjadi ajang para rakyat untuk berebut uang. Dalam
dunia politik masyarakat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam politik atau hak ikut serta dalam
politik, karena kita menganut sistem demokrasi yang pada prinsipnya dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat. Namun pada kenyataannya sekarang partisipasi masyarakat sangat rendah
kerena disebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang politik.

Dapat kita ketahui bahwa, politik uang kemungkinan bisa terjadi karena adanya tiga faktor;
Pertama, faktor politik. Politik uang terjadi karena calon tidak memiliki program tetapi ingin
menang. Kedua, faktor hukum, lemahnya regulasi tentang politik uang pada pemilu dari tahun
ketahun menjadi sebuah kemunduran jika dibandingkan dengan pilkada tahun lalu. Ketiga, faktor
budaya. Ada beberapa kebiasaan yang sudah menjadi budaya di Indonesia, yakni tidak pantas
jika seseorang menolak pemberian dan terbiasa membalas pemberian. Instrumen kultural ini
dimanfaatkan oleh politisi untuk menjalankan politik uang.Untuk menjadi kaum intelektual yang
sesungguhnya harus pula melewati beberapa tantangan, yaitu tantangan kaum intelektual
terhadap masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan yang terjadi dalam masyarakat
dapat menurunkan moral bangsa, karena Masyarakat memiliki peran penting dalam kemajuan
bangsa. Kaum intelektual memang bukan satu- satunya yang harus menyelesaikan persoalan
tersebut, namun perlu di garis bawahi bahwa kaum intelektual sering di sebut sebagai agen
perubahan.

Anda mungkin juga menyukai