Anda di halaman 1dari 2

Klasifikasi lansia dan karakteristik lansia

1. Klasifikasi lansia :
Berdasarkan WHO 2013
a. Usia pertengahan /pralansia/middle age : 45-54 tahun
b. Lansia / elderly : 55 – 65 tahun
c. Lansia muda : 66 – 74 tahun
d. Lansia tua 75 – 90 tahun
e. Sangat tua : > 90 tahun

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokan menjadi usia


lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi (70 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan).

Menurut depkes RI 2019 :

a. Pralansia : 45 – 59 tahun
b. Lansia : 60 – 69 tahun
c. Lansia dengan resiko tinggi : > 70 tahun atau > 60 tahun dengan masalah
kesehatan.

2. Karakteristik lansia :1
- Berusia lebih dari 60 tahun (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2)
- Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual.
- Tanggungan keluarga
- Tempat tinggal : rumah sendiri, tinggal bersama anak. Namun cenderung akan
ditinggalkan oleh keturunannnya dalam rumah yang berbeda.
- Frekuensi sakit: Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif
lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain.
Riwayat konsumsi obat terdahulu dengan keluhan pasien saat ini.
1. Glimepirid, dan tekanan darah tinggi tetapi berobat tidak teratur.
 Konsumsi obat glimepiride sebagai obat anti diabetes dapat menyebabkan
terjadinya hipoglikemia dengan mekanisme kerja merangsang sekresi insulin
di pankreas. Hipoglikemia dapat menyebabkan gangguan visual terutama pada
penderita diabetes melitus. Hipoglikemia juga dapat menyebabkan pasien
mengalami pusing sehingga dapat menyebabkan penurunan visus. Kelainan
mata pada hipoglikemia dapat berupa diplopia, penglihatan kabur, dan
kehilangan sensitivitas kontras serta gangguan pada retina. Penurunan visus ini
menyebbkann penurunan penglihatan sehingga lansia tersebut beresiko
terjatuh.2
2. Obat anti hipertensi tidak disebutkan dalam scenario, sehingga perlu data terkait obat
anti hipertensi apa yang dikonsumsi pada pasien tersebut. Berdasarkan scenario
pengobatan terhadap tekanan darah tinggi itu tdk teratur. Penderita hipertensi harus
minum obat seumur hidup agar tekanan darahnya stabil. Hipertensi tidak akan sembuh
dan harus minum obat teratur seumur hidup. Karena hipertensi bukan disembuhkan,
tetapi dikontrol.3
Obat hipertensi yang diminum tidak teratur sama bahayanya dengan hipertensi
yang tidak diobati. Berdasarkan J. Kedokt Meditek 2018 Risiko terburuknya adalah
komplikasi di 4 organ utama yakni stroke di otak, gagal ginjal, serangan jantung dan
kerusakan pembuluh darah di mata atau retinopati. Hal ini menyebabkan tingginya
resiko jatuh pada lansia tersebut.2,3

Sumber :

1. Aryana, Suka, dkk. Geriatric Opinion 2018. Perhimunan Gerontology Medic


Indonesia Cabang Bali.
2. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. Edisi VI. Jakarta: InternaPublishing
3. Djap Hadi Susanto, dkk. 2018. Faktor Risiko Ketidakpatuhan Minum Obat
Antihipertensi pada Pasien Hipertensi. J. Kedokt Meditek Volume 24, No. 68

Anda mungkin juga menyukai