Palangan ditinggalkan
Terompet perang tak didengarkan
Gendawa ditinggalkan
Busur dipatahkan).
Para penguasa
Tak lagi berorientasi pada status,
Jabatan, kursi, kewenagan,
Dan sejengkal perut
Dan bakal terlahir atas nama sukmaku
Seorang pembela kawula yang celaka dan tertindas
Dari denyut ke denyut, dari waktu ke waktu
Tantangan
Karya : Abdul Wachid Situmeang
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa darah dibalik tirai
Kasihku sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu—bukan giliranku
Mati hari—bukan kawanku
Tuhan
Tunjukkanlah kepada kami
Apa yang harus kami uucapka
Di dalam doa-doa kami
Betapa besar kerinduan kami
Untuk bersujud di kaki-Mu
Untuk rebah di pangkuan-Mu
Sambil menumpahkan tangis dan derita kami
Tetapi, kata-kata tak bisa kami rangkai
Kalimat demi kalimat makin kabur maknanya
Sedang mulut kami
Seperti dikunci oleh pikiran-pikiran yang buntu
Dan perasaan yang mati
Tuhan.
Tamparlah mulut kami agar bangkit dari rendahnya
Mutu kehidupan kkam
Dan berusaha melawan timpangnya peradaban kami
Tuhan,
Tuntunlah kaki-kaki kami
Sebab ia tak bisa
Dan tak tahu ke mana melangkah tanpa izin dan petunjukmu
Tuhan,
Kendalikanlah kereta kami
Sebab hanya engkaulah yang Maha Tahu di mana letak rumah-Mu yang kami tuju.
Syair Pindah Rumah
Karya: Agus R Sarjono