Anda di halaman 1dari 2

1.

Relearning
Terkadang informasi yang telah kita ketahui dengan cukup baik, biasanya
akan lebih mudah untuk terlupakan. Contohnya salah satu penulis yang telah kuliah 3
tahun di Prancis. Setelah sekitar 20 tahun dari kuliahnya, Penulis tersebut menyatakan
bahwa yang dia ingat hanyalah kata un peu. Kemudian setelah mempelajari bahasa
Prancis lagi, dia dengan mudahnya untuk memahami. Ternyata mengulangi atau
belajar ulang jauh lebih mudah untuk dipahami daripada belajar yang sesungguhnya.
Sebagian besar ilmuan kognitif sepakat bahwa hal yang paling sensitive dari
memori bukanlah ingatan, mengenali atau kemampuan untuk rekontruksi peristiwa.
Melainkan penghematan memori yang dialami seseorang ketika mempelajari
informasi. Metode relearning merupakan metode kesukaan peneliti memori sekaligus
perintis Hermann Ebbinghaus (1885). Dalam penggunaan pendekatan Ebbinghaus’s,
pertama dia mempelajari daftar suku kata yang sulit. Kedua, setelah melakukan
penundaan, Ebbinghaus akan mempelajari kembali materi yang sama seperti
sebelumnya. Hasil dari percobaanya adalah Ebbinghaus dapat menentukan tingkat
penghematan memori, adanya penghematan memori pada percobaan kedua
dibandingkan dengan percobaan pertama.
Prosedur Ebinghaus dikembangkan lagi variasinya oleh Nelson (1985) dan
MacLeod (1988). Mereka melakukan penelitian dengan mempelajari kata benda yang
pasangkan dengan angka. Fase pertama mereka mempelajarinya sampai tidak ada
kesalahan, setelah penundaan yang cukup lama (sampai berbulan-bulan) mereka
mempelajarinya lagi di fase kedua. Pada fase kedua mereka menyadari bahwa adanya
indikasi penghematan memori. Dalam fase kedua, item baru diambil sebagai indikasi
penghematan memori (misalnya angka).
Dari penelitian relearning yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa
kita mempertahankan jejak memori jauh lebih banyak daripada yang dapat kita ingat,
kenali, atau bahkan rekonstruksi.

2. Implications
Bab ini menyarankan beberapa cara untuk mendapatkan informasi lebih efektif.
Pertama dengan memberikan kecocokan antara encoding dan retrieval conditionsi.
Kedua dengan memberikan isyarat yang relevan pada retrieval. Ketiga menggunakan
pengetahuan sebelumnya untuk merekonstruksi informasi yang hilang. Implikasi dari
ketiga strategi retrieval berikut.
a. Encoding dan retrieval terhubung
b. Konteks mempengaruhi encoding dan retrival
c. Kesiapan tergantung dengan konteks sosial
d. Memori bersifat rekonstruktif
e. Pembelajaran meningkat ketika siswa menghasilkan konteks makna mereka
sendiri.
f. Ingatan dan pengakuan tidak sama.
g. Retrieval bisa salah
h. Praktek terdistribusi lebih efisien daripada latihan massal

3. Assessment and Retrieval


Secara tradisional kita berpikir tentang pengambilan tes terutama dari
perspektif penilaian. Tes adalah untuk mengukur apa yang siswa ketahui. Sementara
kita semua menghargai bahwa siswa dapat belajar sesuatu dari pengujian, penelitian
laboratorium dan kelas baru-baru ini tentang efek pengujian telah menghasilkan
beberapa temuan yang menarik dan bahkan berlawanan dengan intuisi.
Dalam sebuah studi representatif tentang efek pengujian (Roediger &
Karpicke, 2006a, Eksperimen 2), mahasiswa berinteraksi dengan materi dalam bagian
proses dalam empat balok 5 menit. Mereka juga mempelajari bagian itu dan
mengambil tiga tes (kelompok STTT), belajardalam tiga kali dan mengambil satu tes
(kelompok SSST}, atau mempelajari bagian itu empat kali(kelompok SSSS). Tes
akhir diberikan 5 menit setelah belajar atau l minggu kemudian dan mencetak untuk
sejumlah ide unit mengingat kembali. Seperti yang diperkirakan, pada tes yang
diberikan 5 menit setelah kegiatan belajar selesai, kelompok SSSS adalah yang
terbaik.
Secara umum, ini dan penelitian terkait pada efek pengujian telah
menunjukkan bahwa pengambilan tes cenderung menjadi kegiatan belajar yang lebih
baik daripada hanya melanjutkanstudi materi (Karpicke & Roediger, 2008; McDaniel
ct al., 2007). Pengujian memberi siswa kesempatan untuk mempraktekkan
keterampilan pengambilan yang akan mereka gunakan nantinya.
Komunitas pendidikan hingga saat ini sebagian besar tidak terlalu
memerhatikan efek menguntungkan dari pengujian. Tetapi dengan sejumlah
penelitian yang terkontrol dengan baik yang menunjukkan nilai pengujian sebagai alat
pembelajaran, mungkin sudah waktunya, sebagaimana para peneliti ini berpendapat,
untuk memasukkan pengujian lebih sistematis dalam desain instruksi kami.

Anda mungkin juga menyukai