Pada Bab 4, kami menjelaskan empat jenis pengetahuan secara terperinci. Banyak
pembelajaran terfokus pada Pengetahuan Faktual, dan kami menyarankan fokus yang
sempit ini diperlebar ke jenis-jenis pengetahuan lain: Pengetahuan Faktual, Pengetahuan
Prosedural, dan Pengetahuan Metakognitif. Demikian pula, pembelajaran dan asesmen
umumnya menekankan satu jenis proses kognitif, yakni Mengingat, dan kami sarankan
pembelajaran dan asesmen mencakup proses-proses kognitif lainnya. Handbook paling
sering digunakan untuk menganalisis kurikulum dan ujian dan kemudian diketahui
bahwa kurikulum dan ujian itu terlalu menekankan pada proses kognitif Mengingat dan
kurang memerhatikan proses-proses kognitif yang lebih kompleks (Anderson dan
Sosniak, 1994). Bab ini hendak memaparkan semua proses kognitif secara mendetail.
Dua dari banyak tujuan pendidikan yang paling penting adalah meretensi dan
mentransfer (yang mengindikasikan pembelajaran yang bermakna). Meretensi adalah
kemampuan untuk mengingat materi pelajaran sampai jangka yang tertentu sama
seperti materi yang diajarkan. Mentransfer ialah kemampuan untuk menggunakan apa
yang telah dipelajari guna menyelesaikan masalah-masalah baru, menjawab pertanyaan-
pertanyaan baru, atau memudahkan pembelajaran materi pelajaran baru, (Mayer dan
Wittrock, 1996). Pendeknya, tujuan meretensi menuntut siswa untuk mengingat apa
yang sudah mereka pelajari, sedangkan mentransfer menuntut siswa bukan hanya
untuk mengingat, melainkan juga untuk memahami dan menggunakan apa yang
sudah mereka pelajari (Bransford, Brown, dan Cocking, 1999; Detterman dan Sternberg,
1993; McKeough, Lupart, dan Marini, 1995; Mayer, 1995; Phye, 1997). Dengan perkataan
lain, meretensi terfokus pada masa lalu, sementara mentransfer mengacu pada masa
depan. Misalnya, setelah siswa membaca buku pelajaran tentang hukum Ohm, tes
meretensi bisa berupa perintah kepada siswa untuk menuliskan rumus hukum Ohm.
Lain halnya, tes mentransfer bisa berupa perintah kepada siswa untuk menyusun ulang
rangkaian listrik guna memaksimalkan jumlah lompatan elektron atau untuk
menggunakan hukum Ohm guna menjelaskan rangkaian listrik yang rumit.
Tujuan-tujuan pendidikan yang menumhuhkan kemampuan untuk mengingat
cukup mudah dirumuskan, tetapi tujuan-tujuan yang mengembangkan kemampuan
untuk mentransfer lebih sulit dirumuskan, diajarkan, dan diases (Baxter, Elder, dan
Glaser, 1996; Phye, 1997). Kerangka pikir kami ini dimaksudkan untuk membantu
1
BAB 5
Kita terlebih dahulu akan secara ringkas membicarakan tiga skenario belajar.
Skenario pertama adalah tidak ada aktivitas belajar (yakni tiada aktivitas belajar yang
diinginkan), skenario kedua ialah belajar menghafal (rote learning), dan skenario ketiga
adalah belajar yang bermakna (meaningful learning).
Belajar Menghafal
Becky membaca buku dan bab yang sama seperti yang dibaca Amy. la membaca
setiap kata dengan cermat. la membaca seluruh bab itu dan mengingat fakta-fakta
kuncinya. la masih ingat hampir semua istilah dan fakta penting yang diajarkan gurunya
2
BAB 5
Carla membaca bab tentang rangkaian listrik yang sama. Ia membaca secara teliti
dan berusaha memahaminva. Sebagaimana Becky, ia dapat menyebutkan hampir semua
istilah dan fakta penting yang diajarkan di kelas. Sewaktu diminta menggunakan
informasi tersebut untuk menyelesaikan masalah, ia dapat mengemukakan banyak
alternatif solusi. Dalam skenario ini, Carla bukan hanya mengetahui pengetahuan yang
relevan, tetapi juga dapat menggunakannva untuk menyelesaikan masalah dan
memahami konsep-konsep baru. Ia dapat mentransfer pengetahuannya pada masalah-
masalah baru dan situasi-situasi belajar yang baru pula. Carla memerhatikan informasi
yang relevan dan memahaminya. Hasil belajar seperti ini dinamakan belajar yang
bermakna.
3
BAB 5
yang sudah familier bagi mereka, mengabstraksikan solusi untuk masalah yang familier
itu, dan mengaplikasikan solusi tersebut pada masalah yang hendak diselesaikannya.
Apabila kita mengajar dan mengases siswa supaya mereka mempelajari suatu
materi pelajaran dan mengingatnya selama sekian lama, berarti fokus kita mengarah
pada satu kategori proses kognitif, yaitu Mengingat. Apabila kita memperluas fokus,
yakni mengembangkan pembelajaran untuk menumbuhkan dan mengases
pembelajaran yang bermakna, kita harus mengembangkan proses-proses kognitif yang
melampaui Mengingat.
4
BAB 5
1. MENGINGAT (C1)
Untuk mengases pembelajaran siswa dalam kategori proses kognitif yang paling
sederhana ini, guru memberikan pertanyaan mengenali atau mengingat kembali dalam
kondisi yang sama persis dengan kondisi ketika siswa belajar materi yang diujikan.
Guru dapat sedikit mengubah kondisinya. Jika, misalnya, siswa belajar kata-kata bahasa
Inggris yang sepadan dengan 20 kata bahasa Indonesia, tes nengingatnya dapat berupa
perintah kepada siswa untuk mencocokkan kata-kata bahasa Indonesia pada kolom
5
BAB 5
pertama dengan padanan katanya dalam bahasa lnggris pada kolom kedua (yakni
mengenali) atau menuliskan kata bahasa Inggris dengan kata-kata bahasa Indonesia
yang tertera pada sebuah kolom (yaitu mengingat kembali).
6
BAB 5
Kategori dan
Nama-nama Lain Definisi dan Contoh
Proses Kognitif
4. MENGANALISIS - Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan
hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian
tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan
4.1.Membedakan Menyendirikan, Membedakan bagian materi pelajaran yang relevan
Memilah, dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang
Memfokuskan, tidak penting (Membedakan antara bilangan yang
Memilih relevan dan bilangan yang tidak relevan dalam soal
cerita matematika)
4.2.Mengorganisasi Menemukan Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau
koherensi, berfungsi dalam sebuah struktur (Misalnya,
Memadukan, menyusun bukti-bukti dalam cerita sejarah jadi bukti-
Membuat garis bukti yang mendukung dan menentang suatu
besar, penjelasan historis.)
Mendeskripsikan
peran,
Menstrukturkan
4.3.Mengatribusikan Mendekonstruksi Menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau maksud di
balik materi pelajaran (Misalnya, menunjukkan sudut
pandang penulis suatu esai sesuai dengan pandangan
politik sipenulis)
5. MENGEVALUASI - Mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar.
5.1. Memeriksa Mengoordinasi Menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu
Mendeteksi, proses atau produk: menentukan apakah suatu proses
Memonitor, atau produk memiliki konsistensi internal; menemukan
Menguji efektivitas suatu prosedur yang sedang dipraktikkan
(Misalnya, Memeriksa apakah kesimpulan-kesimpulan
seorang ilmu wan sesuai dengan data-data amatan atau
tidak)
5.2. Mengkritik Menilai Menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan
kriteria eksternal; menentukan apakah suatu produk
memiliki konsistensi eksternal: menemukan ketepatan
suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah
(Misalnya, menentukan satu metode terbaik dari dua
metode untuk menyelesaikan suatu masalah)
6. MENCIPTA - Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren
atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.
6.1. Merumuskan Membuat Membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria
hipotesis (Misalnya, membuat hipotesis tentang sebab-sebab
terjadinya suatu fenomenon)
6.2. Merencanakan Mendesain Merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu
tugas (Misalnya, merencanakan proposal penelitian
tentang topik sejarah tertentu)
6.3. Memproduksi Mengkonstruksi Menciptakan suatu produk (Misalnya, membuat
habitat untuk spesies tertentu demi suatu tujuan)
Pengetahuan Mengingat penting sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan
menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang
lebih kompleks. Misalnya, pengetahuan tentang ejaan beberapa kata bahasa Inggris
yang tepat dibutuhkan oleh siswa untuk menulis esai. Apabila guru hanya terfokus
7
BAB 5
pada belajar menghafal, pengajaran dan asesmennya hanya akan terfokus pada
mengingat elemen-elemen atau bagian-bagian dari pengetahuan, yang sering kali
terlepas dari konteksnya. Akan tetapi, manakala guru terfokus pada belajar yang
bermakna, mengingat pengetahuan terintegrasi dalam tugas yang lebih besar, yaitu
mengkonstruksi pengetahuan baru atau menyelesaikan masalah baru.
1.1. Mengenali
8
BAB 5
jawaban yang tepat atau "paling tepat". Pilihan ganda merupakan format yang paling
jamak.
Tugas-tugas asesmen untuk mengingat kembali juga berbeda-beda dalam hal jumlah
informasi yang harus diingat, atau sejauh mana butir-butir tes ditempatkan dalam
konteks yang bermakna dan lebih luas. Jika jumlah informasi yang harus diingat sedikit,
tugas asesmennya berupa sebuah peristiwa tunggal yang terpisah, sebagaimana dalam
contoh-contoh di atas. Jika jumlah informasi yang mesti diingat banyak, tugasnya berupa
pernyataan atau pertanyaan yang menyertakan konteks masalah yang lebih besar;
misalnya soal cerita yang meminta siswa untuk mengingat kembali rumus luas lingkaran.
9
BAB 5
2. Memahami (C2)
2.1. Menafsirkan
Menafsirkan terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi dari satu bentuk ke
bentuk lain. Menafsirkan berupa pengubahan kata-kata jadi kata-kata lain (misalnya,
memparafrasakan), gambar dari kata-kata, kata-kata jadi gambar, angka jadi kata-kata,
kata-kata jadi angka, not balok jadi suara musik, dan semacamnya. Nama-nama lainnya
adalah menerjemahkan, memparafrasakan, menggambarkan, dan mengklarifikasi.
Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya. Dalam Menafsirkan, ketika diberi
informasi dalam bentuk tertentu, siswa dapat mengubahnya jadi bentuk lain. Dalam
pelajaran ilmu-ilmu sosial, misalnya, tujuannya adalah belajar memparafrasakan
pidato-pidato dan dokumen-dokumen penting dalam sejarah Perang Kemerdekaan
Indonesia. Tugas asesmennya meminta siswa memparafrasakan sebuah pidato terkenal,
10
BAB 5
misalnya pidato Soekarno dalam rapat BPUPKI. Dalam pelajaran sains, tujuannya adalah
belajar menggambar berbagai fenomena alam di kertas. Asesmennya ialah meminta
siswa menggambar diagram-diagram yang menjelaskan fotosintesis. Siswa diberikan
teks yang menjelaskan tentang proses terjadinya fotosintesis kemudian siswa diminta
menggambarkan diagram-diagram yang menjelaskan fotosintesis. Atau, siswa
mengamati proses terjadinya fotosintesis kemudian siswa diminta menggambarkan
diagram-diagram yang menjelaskan fotosintesis. Atau dibalik, siswa diberikan diagram-
diagram yang menjelaskan fotosintesis, siswa diminta menjelaskannya dengan teks
narasi. Contoh soal TIMMS 2011 untuk Matematika kelas 4 SD
11
BAB 5
Format asesmennya. Format tes yang tepat adalah jawaban singkat (siswa
mencari jawaban) dan pilihan ganda (siswa memilih jawaban). Informasinya
disampaikan dalam satu bentuk, dan siswa diminta untuk menyusun atau memilih
informasi yang sama dalam bentuk yang berbeda. Contoh asesmen jawaban singkat:
"Tulislah persamaan matematika dari pernyataan berikut dengan menggunakan T
untuk total biaya dan K untuk jumlah kilogram. Total biaya pengiriman paket adalah Rp
20.000,00 untuk satu kilogram pertama dan Rp 15.000,00 untuk setiap satu kilogram
berikutnya." Contoh asesmen pilihan ganda: "Manakah persamaan yang sesuai dengan
pernyataan berikut, dengan T untuk total biaya dan K untuk jumlah kilogram? Total
biaya pengiriman paket adalah Rp 20.000,00 untuk satu kilogram pertama dan Rp
15.000,00 untuk setiap satu kilogram berikutnya. (a) T = Rp 35.000 + P, (b) T Rp 20.000
+ Rp 15.000 (P), (c) T = Rp 20.000 + Rp 15.000 (P-1)."
Guna memastikan bahwa yang diases adalah kemampuan untuk menafsirkan,
bukan untuk mengingat, informasi dalam tugas asesmennya harus baru. "Baru" di sini
berarti bahwa siswa belum pernah menjumpainya dalam aktivitas pembelajaran. Jika
informasinya tidak baru, kita tidak dapat memastikan apakah yang diases kemampuan
untuk menafsirkan atau mengingat. Jika tugas asesmennya serupa dengan tugas atau
contoh yang diberikan selama pembelajaran, kita mungkin malah mengases
kemampuan untuk mengingat, bukan untuk menafsirkan.
Syarat bahwa informasi dalam tugas asesmennya mesti baru juga berlaku untuk
menguji kemampuan-kemampuan dalam kategori-kategori proses dan proses-proses
kognitif di luar Mengingat. Untuk mengases proses-proses kognitif yang tinggi, tugas
asesmennya harus dapat menjamin bahwa siswa tidak akan bisa menjawab secara tepat
hanya dengan mengandalkan ingatan.
2.2. Mencontohkan
12
BAB 5
Diberikan salah satu sila pancasila, siswa dapat memberikan contoh penerapanya dalam
kehidupan sehari-hari.
2.3. Mengklasifikasikan
13
BAB 5
siswa menemukan konsep atau prinsip umum. Nama-nama lain dari mengklasifikasikan
adalah mengategorikan dan mengelompokkan.
Format asesmen. Dalam tes jawaban singkat, siswa diberi suatu contoh dan
diharuskan membuat konsep atau prinsip yang sesuai dengan contoh itu. Dalam tes
pilihan ganda, siswa diberi suatu contoh dan kemudian diharuskan memilih konsep
atau prinsipnya dari pilihan-pilihan konsep atau prinsip. Dalam tes pilihan, siswa diberi
sejumlah contoh dan diharuskan menentukan manakah yang termasuk dalam suatu
kategori dan manakah yang tidak, atau diharuskan menempatkan satu contoh ke dalam
salah satu dari banyak kategori
2.4. Merangkum
Proses kognitif merangkum terjadi ketika siswa mengemukakan satu kalimat
yang merepresentasikan informasi yang diterima atau mengabstraksikan sebuah tema.
Merangkum melibatkan proses membuat ringkasan informasi, misalnya makna suatu
14
BAB 5
Format asesmennya. Tugas asesmennya bisa berupa tes jawaban singkat atau
pilihan ganda, yang berkenaan dengan penentuan tema atau pembuatan rangkuman.
Secara umum, tema lebih abstrak ketimbang rangkuman. Misalnya, dalam tes jawaban
singkat, siswa diminta membaca sebuah paragraf tanpa judul tentang Kota Yogyakarta
dan kemudian menulis judul yang tepat. Dalam tes pilihan ganda, siswa diminta
membaca sebuah paragraf tentang Kota Yogyakarta dan kemudian memilih judul yang
paling tepat dari empat pilihan judul atau mengurutkan judul-judulnya dari yang
"paling tepat" sampai yang "tidak tepat".
2.5. Menyimpulkan
15
BAB 5
bentuk setiap digit atau apakah setiap digitnya ganjil atau genap. Mereka dapat
membedakan pola dalam susunan angka tersebut (yakni setelah dua angka pertama,
setiap angkanya merupakan jumlah dari dua angka sebelumnya).
16
BAB 5
Misalnya, siswa diberi tiga soal fisika, dua di antaranya berkenaan dengan satu
prinsip dan satunya berkenaan dengan prinsip yang berbeda. Untuk memfokuskan
asesmen hanya pada proses kognitif menyimpulkan, soalnya menyatakan konsep atau
prinsip dasar yang siswa gunakan untuk mencari atau memilih jawaban yang benar.
Kesimpulannya adalah............................................
Lihat pola data kedua variabel!
17
BAB 5
Pada kolom (Variabel) "Berat Beban" menunjukkan semakin ke bawah angka semakin
besar. Sedangkan pada kolom (Variabel) "Panjang Karet) menunjukkan semakin ke
bawah angka juga semakin besar.
Kesimpulannyan: "Semakin besar beban pada karet, semakin panjang karet."
Percobaan berikutnya adalah siswa meniup tiga botol dengan volumen air yang
berbeda-beda. Setelah melakukan percobaan meniup tiga botol dengan volume air yang
berbeda-beda, siswa dapat membuat kesimpulan dengan bahasa sendiri.
Gambar di samping menunjukkan ketiga
botol yang sama berisi air berbeda-beda.
Saat ditiup masing-masing botong
menghasilkan nada bunyi yang berbeda-
beda.
Nada Nada Nada
Rendah Sedang Tinggi Kesimpulannya adalah ...................................
Untuk membuat kesimpulan pada hasil percobaan ini, siswa harus melibatkan konsep
bunyi yang telah dipelajari sebelum.
Konsep pertama: bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar. Pada kasus botol ditiup,
bunyi yang dihasilkan adalah dari udara yang bergetar. Berdasarkan data hasil
percobaan ketiga botol di atas dapat disimpulkan, "Semakin besar (banyak) udara yang
bergetar, semakin rendah bunyi yang dihasilkan."
2.6. Membandingkan
Proses kognitif membandingkan melibatkan proses mendeteksi persamaan dan
perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi, seperti
menentukan bagaimana suatu peristiwa terkenal (misalnya, skandal politik terbaru)
menyerupai peristiwa yang kurang terkenal (misalnya, skandal politik terdahulu).
Membandingkan meliputi pencarian korespondensi satu-satu antara elemen-elemen
dan pola-pola pada satu objek, peristiwa, atau ide dan elemen-elemen dan pola-pola
pada satu objek, peristiwa, atau ide lain. jika digunakan bersama menyimpulkan
(misalnya, pertama, mengabstraksikan suatu kaidah dari situasi yang familier) dan
mengimplementasikan (misalnya, kedua, menerapkan kaidah tersebut pada situasi yang
18
BAB 5
Dalam pelajaran sains, tujuannya ialah belajar membandingkan aliran listrik dengan
sistem yang lebih familier. Contoh pertanyaan asesmennya adalah "Bagaimana aliran
listrik dibandingkan dengan aliran air dalam pipa?"
Membandingkan juga melibatkan proses menentukan keterkaitan antara dua atau lebih
objek, peristiwa, atau ide yang disuguhkan. Dalam pelajaran matematika, contoh
tujuannya adalah belajar membandingkan soal-soal kalimat matematika yang serupa.
Tugas asesmennya ialah meminta siswa membandingkan soal kalimat matematika
dengan masalah pekerjaan.
2.7. Menjelaskan
19
BAB 5
dalam rangkaian peristiwa, dan proses menggunakan model ini untuk menentukan
bagaimana perubahan pada satu bagian dalam sistem tadi atau sebuah "peristiwa"
dalam rangkaian peristiwa tersebut memengaruhi perubahan pada bagian lain. Nama
lain dari menjelaskan adalah membuat model.
Dalam tugas desain ulang, siswa diminta mengubah sistem untuk mencapai
suatu tujuan. Misalnya, "Bagaimana cara Anda meningkatkan efisiensi kerja pompa
sepeda?" Untuk menjawab pertanyaan ini, siswa harus membayangkan perubahan satu
20
BAB 5
atau lebih komponen dalam sistemnya, misalnya "Memberi minyak pelumas pada
pompanya".
Dalam tugas prediksi, siswa ditanya bagaimana perubahan pada satu bagian sistem
akan memengaruhi bagian lain pada sistem tersebut. Misalnya, "Apa yang akan terjadi
jika Anda memperbesar diameter silinder pompa sepeda?" Pertanyaan ini
mengharuskan siswa "mengoperasikan" model pompa dalam benaknya untuk me-
ngetahui bahwa jumlah udara yang masuk ke dalam pompa dapat ditambah dengan
memperbesar diameter silindernya.
3. MENGAPLIKASIKAN (C3)
21
BAB 5
3.1. Mengeksekusi
Dalam mengeksekusi, siswa secara rutin menerapkan prosedur ketika
menghadapi tugas yang sudah familier (misalnya, soal latihan). Familiaritas tugas acap
kali memberikan petunjuk yang cukup untuk memilih prosedur yang tepat dan
menggunakannya. Mengeksekusi lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan
keterampilan dan algoritme ketimbang dengan teknik dan metode (lihat pem-
bahasan tentang Pengetahuan Prosedural). Keterampilan dan algoritme memiliki dua
sifat yang sesuai dengan proses mengeksekusi. Pertama, keterampilan dan algoritme
berisikan rangkaian langkah yang jamaknya harus dilalui dengan urutan yang tetap.
Kedua, ketika langkahlangkah tersebut dilakukan dengan benar, hasilnya adalah
jawaban yang sudah diketahui sebelumnya. Nama lain untuk mengeksekusi adalah
melaksanakan.
22
BAB 5
3.2. Mengimplementasikan
Mengimplementasikan berlangsung saat siswa memilih dan menggunakan
sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familier. Lantaran dituntut
untuk memilih, siswa harus memahami jenis masalahnya dan alternatif-alternatif
prosedur yang tersedia. Maka, mengimplementasikan terjadi bersama kategori-
kategori proses kognitif lain, seperti Memahami dan Mencipta.
Oleh karena siswa menghadapi masalah yang tidak familier, mereka tidak segera
mengetahui mana prosedur (dari alternatif-alternatif yang ada) yang mesti dipakai.
Perlu diingat bahwa tidak ada prosedur tunggal yang "sempurna" untuk menyelesaikan
masalah; barangkali prosedurnya perlu dimodifikasi. Mengimplementasikan lebih
sering diasosiasikan dengan penggunaan teknik dan metode ketimbang keterampilan
dan algoritme (lihat pembahasan perihal Pengetahuan Prosedural di bab terdahulu).
Teknik dan metode memiliki dua sifat yang sesuai dengan proses mengimplemen-
tasikan. Pertama, prosedur lebih menyerupai "kartu catatan kegiatan" daripada urutan
yang tetap; prosedur mengandung "poin-poin keputusan" (misalnya, setelah melewati
Langkah 3, apakah saya harus melakukan Langkah 4A atau 4B?). Kedua, acap kali tiada
jawaban tunggal yang tetap ketika prosedurnya diterapkan dengan tepat.
23
BAB 5
4. MENGANALISIS (C4)
Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil
dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan
struktur keseluruhannya. Kategori proses Menganalisis ini meliputi proses-proses
kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Tujuan-tujuan
24
BAB 5
4.1. Membedakan
Membedakan melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan
atau penting dari sebuah struktur. Membedakan terjadi sewaktu siswa
mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan tidak
penting, dan kemudian memerhatikan informasi yang relevan atau penting.
25
BAB 5
26
BAB 5
menyelesaikan masalah ini: Ada beberapa kotak pensil yang setiap kotaknya berisi 12
batang pensil dan harga setiap kotak Rp 12.000. John mempunyai uang Rp 30.000 dan
ingin membeli 24 pensil. Berapa kotak yang harus dia beli?" Dalam soal pilihan, siswa
diberi sebuah kalimat matematika dan kemudian diminta untuk memilih bagian-bagian
yang paling penting atau relevan. Misalnya, "Ada beberapa kotak pensil yang setiap
kotaknya berisi 12 pensil dan harga setiap kotak Rp 12.000. John memiliki uang Rp
30.000 dan ingin membeli 24 pensil. Berapa kotak yang harus dia beli?" (a) 2, (b) 3, (c)
4, (d) 5."
4.2. Mengorganisasi
Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen
komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen ini
membentuk sebuah struktur yang koheren. Dalam mengorganisasi, siswa membangun
hubungan-hubungan yang sistematis dan koheren antarpotongan informasi.
Mengorganisasi biasanya terjadi bersamaan dengan proses membedakan. Siswa mula-
mula mengidentifikasi elemen-elemen yang relevan atau penting dan kemudian
menentukan sebuah struktur yang terbentuk dari elemen-elemen itu. Mengorganisasi
juga bisa terjadi bersamaan dengan proses mengatribusikan, yang fokusnya adalah
menentukan tujuan atau sudut pandang pengarang. Nama-nama lain untuk
mengorganisasi adalah menstrukturkan, memadukan, menemukan koherensi, mem-
buat garis besar, dan mendeskripsikan peran.
27
BAB 5
matematika, contoh tujuannya adalah belajar menunjukkan garis besar buku teks.
Tugas asesmennya meminta siswa membaca sebuah buku teks tentang statistika dasar
dan kemudian membuat matriks yang berisikan nama setiap statistika, rumusnya, dan
ciri-ciri penelitian yang menggunakan statistika tersebut.
Format asesmennya. Mengorganisasi melibatkan proses menyusun sebuah
struktur (misalnya, garis besar, tabel, matriks, atau struktur organisasi). Maka, tugas
asesmennya dapat berupa jawaban singkat atau soal pilihan. Dalam soal jawaban
singkat, siswa diminta menulis garis besar sebuah tulisan. Dalam soal pilihan, siswa
diminta memilih salah satu dari empat struktur organisasi yang paling sesuai
dengan organisasi yang dipaparkan dalam tulisan.
4.3. Mengatribusikan
28
BAB 5
5. MENGEVALUASI (C5)
Perlu diingat bahwa tidak semua keputusan bersifat evaluatif. Misalnya, siswa
membuat keputusan apakah suatu contoh sesuai dengan suatu kategori. Siswa
membuat keputusan tentang kesesuaian suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah
tertentu. Siswa membuat keputusan apakah dua objek itu sama atau berbeda. Sebagian
besar proses kognitif sebenarnya mengharuskan pembuatan keputusan. Perbedaan
yang paling mencolok antara Mengevaluasi dan keputusan-keputusan lain yang dibuat
siswa adalah penggunaan standar-standar performa dengan kriteria-kriteria yang jelas.
Apakah mesin ini bekerja secara efektif sebagaimana yang seharusnya? Apakah
metode ini merupakan yang paling baik untuk mencapai tujuan? Apakah pendekatan ini
29
BAB 5
5.1. Memeriksa
5.2. Mengkritik
30
BAB 5
Contoh mengkritik adalah menilai kelebihan (efektivitas dan efisiensi) suatu solusi
untuk menyelesaikan masalah hujan asam (misalnya, mengharuskan semua pembangkit
tenaga listrik di suatu daerah untuk membatasi emisi asapnya sampai batas tertentu).
Nama lain dari mengkritik adalah menilai.
6. MENCIPTA (C6)
31
BAB 5
bukanlah ekspresi kreatif yang bebas sama sekali dan tak dihambat oleh tuntutan-
tuntutan tugas atau situasi belajar.
32
BAB 5
Kita tahu bahwa menulis karangan kerap kali, tetapi tidak selalu, melibatkan
proses-proses kognitif yang termasuk dalam kategori Mencipta. Misalnya, Mencipta
tidak terlibat dalam menulis karangan yang hanya perlu mengingat ide atau
menafsirkan materi pelajaran. Kita pun tahu bahwa pemahaman yang mendalam dan
melampaui pemahaman dasar bisa jadi melibatkan proses-proses kognitif yang
termasuk dalam kategori Mencipta. Sejauh pemahaman yang mendalam merupakan
proses membuat, di sini terlibat proses-proses kognitif yang termasuk dalam kategori
Mencipta.
Proses mencipta (kreatif) dapat dibagi jadi tiga tahap: penggambaran masalah, yang
di dalamnya siswa berusaha memahami tugas asesmen dan mencari solusinya;
perencanaan solusi, yang di dalamnya siswa mengkaji kemungkinan-kemungkinan dan
membuat rencana yang dapat dilakukan; dan eksekusi solusi, yang di dalamnya siswa
berhasil melaksanakan rencananya dengan baik. Maka, dapatlah dikatakan bahwa
proses mencipta dimulai dengan tahap divergen yang di dalamnya siswa memikirkan
berbagai solusi ketika berusaha memahami tugas (merumuskan). Tahap selanjutnya
adalah berpikir konvergen, yang di dalamnya siswa merencanakan metode solusi dan
mengubahnya jadi rencana aksi (merencanakan). Tahap terakhir ialah melaksanakan
rencana dengan mengkonstruksi solusi (memproduksi). Alhasil, tidaklah mengejutkan
bahwa Mencipta berisikan tiga proses kognitif: merumuskan, merencanakan, dan mem-
produksi.
6.1. Merumuskan
33
BAB 5
menjelaskan. Akan tetapi, tujuan Memahmiti paling sering bersifat konvergen (yakni
menangkap sebuah makna). Sebaliknya, tujuan merumuskan dalam Mencipta
bersifat divergen (yaitu mereka-reka berbagai kemungkinan). Nama lain dari
merumuskan adalah membuat hipotesis.
34
BAB 5
6.2. Merencanakan
35
BAB 5
6.3. Memproduksi
36
BAB 5
Kita telah membahas setiap proses kognitif secara sendiri-sendiri (yakni proses-
proses kognitif yang tidak kontekstual). Dalam bagian berikutnya ini, kita akan
membicarakan proses-proses kognitif dalam konteks tujuan pendidikan tertentu (yakni
proses-proses kognitif yang kontekstual). Membicarakan proses kognitif yang
kontekstual berarti menyatukan kembali proses kognitif dengan dimensi penge-tahuan.
Berbeda dengan proses-proses kognitif yang tidak konteks-tual (misalnya,
merencanakan), proses-proses kognitif yang kontekstual berlangsung dalam suatu
konteks akademis (misalnya, me-rencana kan penulisan cerita pendek, merencanakan
penyelesaian soal kalimat matematika, atau merencanakan eksperimen ilmiah).
37
BAB 5
Dalam bahasa yang sangat sederhana, kerangka pikir revisi ini dimaksudkan
untuk membantu guru-guru mengajar, membantu siswa-siswa belajar, dan membantu
asesor-asesor mengases. Misalnya, guru terbantu untuk merumuskan tujuan pengajaran
yang terlalu umum: Guru ini ingin siswa-siswanya belajar hukum Ohm. Ia kemudian
merancang unit pengajararanya. Lantaran tujuan pengajarannya terlalu umum, unit
pengajarannya dapat mencakup empat jenis pengetahuan: Pengetahuan Faktual,
Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif. Contoh Pengetahuan Faktual adalah bahwa
satuan arus listrik ialah ampere, satuan voltase ialah volt, dan satuan tahanan adalah
ohm. Contoh Pengetahuan Prosedural adalah langkah-langkah dalam menggunakan
rumus hukum Ohm (voltase = arus x tahanan) untuk menentukan nilai numeriknya.
Kendati dua jenis pengetahuan ini jelas termasuk dalam unit pengajaran tersebut,
untuk memahami hukum Ohm secara lebih mendalam diperlukan dua jenis pengetahuan
lain, yakni Konseptual dan Metakognitif. Contoh Pengetahuan Konseptual adalah struktur
dan cara kerja rangkaian listrik yang terdiri dari beberapa baterai, kabel, dan lampu
38
BAB 5
39
BAB 5
menemukan jawaban gagal, mereka ingat untuk berhenti dan kemudian mencari
pendekatan-pendekatan lain. Sekali lagi, bila titik tekannya adalah Mengingat, siswa
sekadar ditanya apakah, ketika pendekatan pertama mereka untuk menyelesaikan
masalah gagal, mereka ingat pepatah tadi. Apabila jawaban siswa dinilai, siswa akan
memberikan jawaban yang, mereka tahu, diinginkan gurunya (misalnya, "Tentu saja, saya
ingat"), sehingga tugas asesmen ini hanya akan bekerja bila siswa menyadari bahwa
tujuannya adalah membantunya meningkatkan pembelajarannya.
40
BAB 5
Kita dapat merangkum semua tujuan pada unit pelajaran hukum Ohm dengan
menggunakan Tabel Taksonomi (lihat Tabel 5.2). Tanda silang (X) menunjukkan tujuan-
tujuan yang termasuk dalam unit pelajaran ini sesuai dengan contoh di atas. Tak semua
kotak diberi tanda silang, yang berarti tak semua kombinasi proses kognitif dan
pengetahuan masuk dalam unit pelaja ran tersebut. Namun, terlihat jelas bahwa unit
pelajaran ini mencakup beragam tujuan yang melampaui mengingat pengetahuan
faktual. Contoh-contoh tujuan pada unit pelajaran tersebut mendedahkan bahwa cara
yang paling efektif untuk mengajarkan dan mengases tujuan-tujuan pendidikan adalah
menempatkan tujuan-tujuan itu pada konteksnya (misalnva, dalam sebuah unit
pelajaran), bukan memfokuskan pada setiap tujuan secara terpisah. Kita akan
membicarakan lagi masalah ini nanti di belakang.
KESIMPULAN
Tujuan pokok dari bab ini adalah membahas bagaimana mengajar dan mengases
dapat diperluas sehingga melampaui proses kognitif Mengingat Kami telah
memaparkan dan menjelaskan 19 proses kognitif yang dikelompokkan dalam enam
kategori proses. Dua proses kognitif termasuk dalam kategori Mengingat; 17 proses
kognitif lainnya termasuk dalam kategori-kategori: Memahami, Mengaplikasikan ,
Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta.
41
BAB 5
42