Wahyu Setyorini
13010034046/ PLS 2013 B
1|Teori Pembelajaran
TEORI
PEMBELAJARAN
2|Teori Pembelajaran
WAHYU SETYORINI
TEORI
PEMBELAJARAN
3|Teori Pembelajaran
PENGANTAR PENULIS
Desember, 2014
Penulis
4|Teori Pembelajaran
DAFTAR ISI
PENGANTAR PENULIS
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB 1 (PENDAHULUAN)
A.
Pengantar
B.
C.
D.
15
18
A.
18
B.
19
C.
Ivan Pavlov
23
D.
26
E.
John B. Watson
29
F.
30
G.
Robert M. Gagne
32
H.
Edwin Guthrie
34
41
A.
41
B.
Arthur Combs
42
C.
Abraham Maslow
45
D.
Carl Rogers
47
5|Teori Pembelajaran
51
A.
51
B.
Jean Piaget
52
C.
Gestalt
55
59
A.
59
Robert M. Gagne
DAFTAR PUSTAKA
66
6|Teori Pembelajaran
1
PENDAHULUAN
Pengantar
Bagi
kebanyakan
siswa,
juga
mahasiswa,
belajar
berarti
proses
7|Teori Pembelajaran
membuktikan bahwa teori Hebb, sekalipun mungkin kurang benar dalam beberapa
hal, telah menunjukkannya.
Ini teori Hebb adalah bahwa semakin serig dua atau lebih neuron di otak
meletub pada saat bersamaan, semakin besar kecenderungan bagi neuron tersebut
untuk bekerja sama pada kesempatan berikutnya. Perlu diingat bahwa neuron
dapat melompati celah ini dalam bentuk bahan pemancar, yang kemudian
melepaskan impuls dari neuron berikutnya pada suatu rantai neuron. Kedua,
neuron yang dihubungkan oleh celah sinapsis, ada kemungkinan, tidak perlu
bekerja bersama- sama, karena masing- masing neuron tersebut menjadi anggota
pada sirkit yang berbeda otak.
Sesungguhnya masalah belajar itu demikian kompleksnya. Namun
menurut Alex Sobur (2003: 218) secara singkat belajar dapat diartikan sebagai
perubahan perilkau yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman. Di sini
tidak termasuk perubahan perilaku yang diakibatkan oleh kerusakan atau cacat
fisik, penyakit, obat- obatan, atau perubahan karena proses pematangan.
1.
Pengertian Belajar
Menurut Alex Sobur (2003: 221- 222), merumuskan beberapa unsur
penting yang menjadi ciri atas pengertian mengenai belajar, yaitu berikut ini:
1) Situasi belajar mesti bertujuan, dan tujuan- tujuan tersebut diterima, baik oleh
individu maupun masyarakat;
8|Teori Pembelajaran
2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam tingkah laku, dan
perubahan itu bisa mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, akan tetapi
juga ada kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk;
3) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan
pengalaman, dalam arti, perubahan- perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar;
4) Untuk bisa disebut belajar, perubahan itu harus relatif mantap, harus
merupakan hasil akhir daripada periode waktu yang cukup panjang. Seberapa
lama periode waktu itu berlangsung, sulit ditentukan dengan pasti, namun
perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin
berlangsung berhari- hari, berbulan- bulan, ataupun bertahun- tahun. Ini
berarti kita harus mengesampingkan perubahan- perubahan tingkah laku yang
disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adptasi, ketajaman perhatian atau
kecapekan seseorang yang biasanya hanya berlangsung sementara.
5) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut aspekaspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam
pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan, sikap,
ataupun kebiasaan.
2.
dirancang
sedemikian
rupa
oleh
pendidik
dengan
cara
Tujuan Belajar
9|Teori Pembelajaran
Proses belajar berlangung karena adanya tujuan- tujuan yang ingin dicapai.
Selain iu, proses belajar itu sendiri akan lebih efektif apabila siswa mengerti
tujuan dan manfaat sari materi pelajaran yang akan dipelajari.
b.
Materi Pelajaran
Tujuan belajar yang hendak dicapai akan mudah dicapai siswa apabila ada
sumber- sumber materi pelajaran. Artinya, ada bahan materi yang dipelajari
yang sudah tersusun dan siap dikembangkan.
c.
Kondisi Siswa
Kondisi siswa sebagai subjek belajar juga merupakan komponen penting.
Namun demikian, tanpa mengesampingkan segenap potensi dan perbedaan
individu, faktor- faktor yang mnejadi komponen dalam proses belajar sebagai
berikut:
a. Kesiapan siswa artinya, agar proses berhasil maka siswa perlu memiliki
kesiapan, baik fisik maupun psikis serta kematangan untuk melaksanakan
aktivitas- aktivitas belajar.
b. Kemampuan interprestasi siswa artinya, siswa mampu membuat
hubungan- hubungan di antara beberapa kondisi belajar, materi belajar
dengan pengetahuan sisiwa, serta kemungkinan- kemungkinan tujuan yang
akan dicapai dari sebuah materi pelajaran.
c. Kemampuan respons siswa artinya, siswa secara aktif melakukan aktivitas
belajar, sesuai dengan instruksi yang diberikan, baik dalam pengerjaan
tugas- tugas, kerja kelompok, maupun aktivitas belajar lainnya.
d. Situasi proses belajar artinya keberhasilan belajar siswa juga ditentukan
oleh situasi dan kondisi ketika proses belajar dilaksanakan. Hal ini tidak
lepas dari kondisi fisik dan psikis siswa serta kondisi kelas yang
digunakan, proses penyampaian materi oleh guru, peralatan dan media
yang
digunakan,
dan
sebagainya,
apakah
dalam
situasi
yang
10 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
demikian akan selalu ada hasil belajar yang positif dan negatif sebagai
sebuah konsekuensi dalam pelaksanaan belajar apakah sungguh- sungguh
ataukah asal- asalan.
f. Reaksi terhadap kegagalan artinya akan selalu ada reaksi yang muncul
terhadap hasil belajar yang telah diperoleh. Misalnya kegagalan dapat
menurunkan semangat dan motivasi, sedangkan keberhasilan dapat
meningkatkan semangat dan motivasi.
3.
Mendengarkan
Menurut Wasty Soemanto (2006: 107-108), mendengarkan merupakan salah
satu bentuk aktivitas belajar. Hal ini disebabkan dalam proses pembelajaran
selalu ada guru yang memberikan materi dengan ceramah, proses presentasi,
diskusi, seminar, dan sebagainya. Namun demikian, proses mendengar yang
tergolong belajar adalah apabila mendengar dilakukan secara aktif dan
bertujuan. Selain itu mndengarkan merupakan aktivitas belajar karena melalui
aktivitas mendengar terjadi interaksi individu dengan lingkungannya.
b.
c.
11 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
e.
Membaca
Menurut Wasty Soemanto (2006: 110), membaca merupakan aktivitas
belajar. Hal ini disebabkan dalam membaca selalu diawali dengan
memerhatikan judul- judul bab, topik pembahasan, dan sebagainya serta
menentukan topik yang relevan untuk dipelajari.
f.
g.
h.
Mengingat
Menurut Wasty Soemanto (2006: 112), mengingat merupakan aktivitas
belajar apabila proses mengingat tersebut didasari atas kebutuhan dan
12 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
kesadaran siswa untuk mencapai tujuan- tujuan belajar lebih lanjut, seperti
agar dapat mengerjakan soal- soal ujian sehingga nilainya baik dan dapat
lulus untuk segera melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi..
i.
4.
hanya terdapat dua faktor yang memengaruhi proses belajar, segala sesuatu serta
kondisi yang berasal dari dalam dan segala sesuatu serta kondisi yang berasal dari
luar individu yang belajar. Penjelasan masing- masing faktor tersebut sebagai
berikut:
1.
Faktor Internal
a.
b.
Faktor Psikologis
Menurut Sri Rumini dkk (2006: 61), siswa yang mengalami gangguan
psikis, misalnya, tingkat kecerdasan yang terlalu rendah tentu akan
mengalami kesulitasn dalam mengikuti dan memahami materi pelajaran
meskipun materi dan cara penyampainnya cukup sederhana. Siswa yang
13 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
Faktor Eksternal
a. Faktor- Faktor Nonsosial
Segala sesuatu dan kondisi di sekitar siswa akan sangat memengaruhi
pencapaian hasil belajar belajar siswa tersebut. Menurut Sumadi
Suryabrata (2011: 233), faktor- faktor yang termasuk dalam kelompok
faktor non- sosial ini sangat banyak dan tidak terhingga. Misalnya cuaca,
suhu, udara, waktu belajar, dan pembelajaran (pagi, siang, sore atau
malam), tempat belajar (letak gedung, tata ruang), peralatan dalam
belajar.
b. Faktor- Faktor Sosial
Menurut Sumadi Suryabrata (2011: 234), yang dimaksud dengan faktor
sosial adalah faktor manusia, baik manusia yang hadir secara langsung
maupun yang tidak hadir, tetapi memengaruhi proses belajar dan
pembelajaran siswa.
(1) Faktor Lingkungan Keluarga
Faktor- faktor keluarga yang dapat memengaruhi proses belajar siswa,
antara lain pola asuh orang tua (misalnya demokratis, protektif,
permisif, dan sebagainya), cara orang tua mendidik (misalnya militer
ataukah sipil), relasi antaranggota keluarga (misalnya akrab, saling
tidak peduli, cekcok atau bertengkar, dan sebagainya), suasana rumah
(misalnya selalu ada keributan, damai, dan sebagainya), pengertian
orang tua (misalnya orangtua yang tidak mau mengalah, orang tua
mengalah, dan sebagainya), kebudayaan keluarga (misalnya disiplin
tinggi, kurang disiplin), serta keadaan sosial ekonomi keluarga dan
sebagainya.
(2) Faktor Lingkungan Sekolah
Faktor- faktor dari lingkungan sekolah yang dapat memengaruhi
proses belajar siswa, antara lain metode- metode mengajar yang
digunakan guru (misalnya berpusat pada guru atau berpusat pada
siswa), jenis kurikulum yang dikembangkan dan digunakan, pola
14 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
1.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran
menurut
Sugiyono
dan
Hariyanto
(2011:
183),
15 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
pengertian-
pengertian
tentang
pembelajaran
yang telah
16 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
Oleh sebab itu, guru dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki
sebanyak mungkin sehingga dapat menyampaikannya kepada siswa dalam
jumlah yang banyak pula, baik dari segi jenis dan bentuk pengetahuan.
b.
c.
2.
(2011:
17 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
Metode Ceramah
Menurut Sugihartono dkk. (2007: 82), metode ceramah merupakan metode
pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada siswa dengan cara guru
menyampaikan materi pelajaran secara bahasa lisan. Pelaksanaan metode
ceramah murni menuntut guru agar dapat menyampaikan materi pelajaran
dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Pada metode ini, peran guru
lebih aktif dibandingkan siswa karena proses komunikasi berjalan satu arah,
yaitu dari guru kepada siswa. Keberhasilan metode ini tidak semata- mata
karena kehebatan guru dalam mengolah kata, tetapi juga dukungan media
pembelajaran seperti gambar, film, dan sebagainya.
2.
Metode Latihan
Metode latihan merupakan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru
dalam
menyampaikan
materi
pelajaran
dengan
cara
menanamkan
keterampilan- keterampilan tertentu yang dilakukan melalui kegiatankegiatan latihan. Pelaksanaan metode ini diharapkan siswa dapat menyerap
materi secara lebih optimal. Metode latihan banyak digunakan pada mata
pelajaran yang menekankan pada keterampilan motorik seperti olahraga dan
kecepatan dalam melakukan sesuatu seperti mengerjakan soal- soal pada mata
pelajaran matematika, fisika, dan sebagainya.
3.
Metode Karyawisata
18 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang dilakukan guru
dengan cara memperlihatkan suatu proses atau cara kerja satu benda yang
berkaitan dengan bahan dan materi pelajaran (Sugihartono dkk. 2007: 83).
Penggunaan metode ini lebih banyak digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran yang berkaitan dengan cara kerja sesuatu, baik mesin, proses
terjadinya pelangi, proses terjadinya gerhana, dan sebagainya.
6.
dengan
metode
ini
adalah
materi-
materi
pelajaran
19 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dalam bentuk pemberian kesempatan pada siswa untuk melakukan
sebuah proses atau percobaan (Sugihartono dkk. 2007: 84). Metode
eksperimen sering digunakan dalam mempelajari kelompok- kelompok mata
pelajaran pengetahuan alam, seperti kimia, fisika, dan biologi yang lebih
praktis, meskipun pada dasarnya bisa juga dilakukan bidang- bidang ilmu
sosial.
9.
Meode Proyek
Menurut Sugihartono dkk. (2007: 84), metode proyek merupakan sebuah
metode pembelajaran dalam benuk guru menyampaikan dan menyajikan
kepada siswa materi pelajaran yang bertitik tolak dari suatu masalah yang
selanjutnya akan dibahas dari berbagai sisi atau sudut pandang yang relevan
sehingga diperoleh pemecahan masalah secara menyeluruh dan bermakna.
Prinsip pembelajaran proyek adalah membahas suatu materi pelajaran ditinjau
dari sudut pandang materi pelajaran lain. Penggunaan metode ini dapat
memantapkan pengetahuan yang diperoleh siswa, menyalurkan minat siswa,
dan melatih siswa untuk menganalisis suatu masalah dengan wawasan yang
luas.
b.
c.
20 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
d.
Kondisi sarana dan prasarana yang ada, yaitu apakah metode yang akan
digunakan didukung oleh sarana dan prasarana.
e.
21 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
a.
Teori belajar berfungsi sebagai petunjuk dan sumber- sumber stimulasi bagi
penelitian dan pemikiran ilmiah lebih lanjut.
b.
c.
Teori belajar menjelaskan secara konsep dasar apa itu belajar dan mengapa
proses belajar dan pembelajaran dapat berlangsung.
Adapun menurut Sugiharto dkk. (2007: 89- 90), keuntungan yang akann
diperoleh oleh guru atau pendidik dengan memahami teori- teori belajar sebagai
berikut;
a.
b.
c.
d.
e.
peningkatan yang sangat pesat. Masing- masing tokoh memiliki dasar dan sudut
pandang yang berbeda sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Namun
demikian, tanpa mengesampingkan berbagai bentuk pertentangan dan kritik
terhadap teori- teori tersebut, tidak dimungkiri bahwa teori- teori tersebut
memberikann kontribusi besar dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Bahkan,
tidak menutup kemungkinan kejeliann seorang pendidikan dalam memadukan
proses pembelajaran atas dasar berbagari teori- teori tersebut akan menjadikan
proses pembelajaran berjalan lebih baik.
Banyaknya teori belajar dan pembelajaran tersebut secara garis besar
terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar
humanistik dan teori belajar kognitif. Pengelompokan teori- teori belajar tersebut
lebih lebih menekankan perbedaan pada sudut pandang terjadinya proses belajar
22 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
pada individu. Teori belajar behavioristik memandang belajar dari sudut pandang
hasil belajar yang terukur dan dapat diamati. teori belajar humanistik memandang
belajar dari sudut pandang kondisi dan potensi individu manusiannya sebagai
manusia yang memiliki berbagai potensi dan perbedaan. Sedangkan, teori belajar
kognitif memandang belajar dari sudut pandang proses belajar dengan berbagai
komponen yang memengaruhi dan kompleksitas prosesnya.
23 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
2
TEORI- TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
24 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
beberapa teori belajar saja yang akan dibahas karena dianggap cukup mewakili
teori belajar dari tokoh- tokoh behavioristik.
25 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
sekitar 20 jam sehari untuk membaca dan mendalami buku dan jurnal- ilmiah,
meskipun dia terutama lebih merupakan sosok periset ketimbang sarjana ilmuwan.
2.
b.
c.
Pada suatu ketika kucing tanpa sengaja menekan sebuah tombol sehingga
pintu kotak kerangkeng terbuka dan kucing dapat memakan daging yang ada
di depannya.
d.
eksperimen
dan
hasil
yang
diperolehnya,
Thorndike
26 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
dihasilkan akan dihasilkan setelah individu melalui proses dan usaha- usaha atau
percobaan dan kegagalan terlebih dahulu.
Hasil eksperimen tersebut menunjukkan bahwa bentuk yang paling
mendasar dari belajar adalah melalui latihan- latihan dan pengulangan dalam
bentuk trial and error learning atau selecting and connesting learning dan cobacoba. Namun demikian, atas dasar percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa
jika sebuah tindakan diikuti oleh perubahan kondisi dan situasi yang memuaskan,
tindakan tersebut akan cenderung untuk diulangi lagi. Namun sebaliknya, jika
tidak menguntungkan, akan dikurangi atau bahkan tidak dilakukan sama sekali.
Oleh karena itu, teori belajar yang dikemukakan Thorndike sering disebut dengan
Teori Belajar Koneksionisme atau Teori Asosiasi.
Hasil eksperimen tersebut memunculkan beberapa hukum dalam belajar
yang akan dilakukan dan akan terjadi pada siswa. Menurut Sugihartono dkk. (007:
92- 93), terjadinya proses asosiasi dalam belajar menurut Thorndike akan
mengikuti hukum- hukum kesiapan, latihan, akibat dan hukum reaksi bervariasi.
3.
tindakan
lain untuk
mengurangi ketidakpuasannya.
4.
merancang sebuah kotak teka- teki, sehingga kucing yang diletakkan di dalam
kotak tersebut dapat keluar dari kotak dengan cara menarik simpul tali, baik
dengan menggunakan kaki maupun dengan mulut. Dengan menarik simpul tali,
27 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
kait akan terlepas dan pegas akan menarik pintu hingga pintu terbuka. Setelah
meletakkan seekor kucing di dalam kotak, Thorndike mencatat waktu yang
dibutuhkan kucing untuk keluar dari kotak tersebut.Jika berhasil keluar, kucing
tersebut dimasukkan lagi ke dalam kotak untuk dicatat lagi waktu keberhasilan
kucing keluar dari kotak.Ketika hasil pencatatan waktu ini digambarkan,
Thorndike melihat bahwa pada umumnya hewan tersebut membutuhkan waktu
yang lebih singkat pada setiap percobaan berikutnya.Sesudah kira- kira dua puluh
kali percobaan, kucing mampu meloloskan diri secepat ketika dia dimasukkan ke
dalam kotak. Thorndike kemudian mengemukakan hipotesisnya: apabila suatu
respon berakibat menyenangkan, ada kemungkinan respons yang lain cenderung
berakibat sama. Hipotesisi ini dikenal sebagai hukum efek.
Hukum efek ini menunjukkan adanya perangsang dengan tindakan
pelatihan.Hukum tersebut memberi gambaran betapa pentingnya pelatihan untuk
menyongsong tingkah laku yang nyata. Prinsip utama hukum ini adalah dari apa
yang dialami sebelumnya sehingga individu dapat bertingkah laku secara benar
dan tepat.
Edward Lee Thoerndike dapat dianggap sebagai pencetus teori belajar
modern pertama, yang mencoba menunjukkan bahwa proses belajar pada hewan
merupakan proses yang terus menerus, sama seperti proses belajar pada manusia.
Dalam percobaannya banyak dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin.
5.
berbagai
eksperimen
Thorndike,
pembelajaran
adalah
28 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
mendalam. Dengan kata lain, belajar dilakukan dalam langkah- langkah kecil
yang sistematis, bukan langsung melompat ke pengertian mendalam. Thorndike
menolak campur tangan nalar dalam belajar dan ia lebih mendukung tindakan
seleksi langsung dan pengaitan dalam belajar dan dia juga menegaskan bahwa
proses belajar semua mamalia, termasuk manusia, mengikuti kaidah yang sama.
6.
b.
Guru perlu menyadari bahwa dalam proses belajar akan selalu ada kesalahan
sehingga guru tidak harus dan tidak selayaknya marah- marah karena
kesalahan merupakan bagian dari trial and error dalam belajar.
c.
C Ivan Pavlov
1.ABiografi Ivan Pavlov
pada 1936. Ayahnya adalah pendeta, dan Pavlov pada mulanya belajar untuk
menjadi pendeta. Dia berubah pikiran dan menghabiskan sepanjang hidupnya
untuk mempelajari fisiologi. Pada 1904 dia memenangkan hadiah Nobel untuk
karyanya di bidang fisiologi pencernaan. Dia baru memulai studi refleks yang
dikondisikan pada usia 50 tahun.
29 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
Pavlov
menggunakan
cara
pembedahan
pada
anjing
yang
memungkinkan cairan perut mengalir melalui suatu hiliran keluar dari tubuh, dan
cairan itu ditampung.
2.
berespons terhadap stimulus tertentu dapat dipindahkan pada stimulus lain. Ivan
Petrovich Pavlov adalah seorang psikolog yang mengadakan percobaan mengenai
anjing yang mengeluarkan air liur, hal ini sering kali dikutib karena dianggap
sebagai salah satu bentuk percobaan conditioning formal yang pertama. Hal
belajar yang dapat diambil dari percobaannya adalah
-
b.
30 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
c.
d.
penemuan
bersejarah
dalam
psikologi.
Barangkali
yang
menyebabkan
conditioning tersebut terkenal ialah kita sering pula merasakan diri kita terkondisi
pada macam- macam penglihatan dan bunyi, misalnya air liur keluar karena
melihat, mencium, ataupun memikirkan hal lezat. Kelemahan conditioning klasik,
antara lain, adalah sebagai berikut (Purwanto,1995):
a)
kehidupan binatang. Namun, pada manusia, teori ini hanya dapat kita terima
dalam hal belajar tertentu saja; umpamanya dalam hal belajar mengenai skills
(kecekatan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak- anak kecil
3.
ukuran
31 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
2.
Mendorong dan mengaktifkan siswa yang pemalu, tetapi pandai dengan cara
memintanya membantu siswa lain yang tertinggal materi mengenai cara
memahami materi pelajaran atau trik dan cara mempelajari materi- materi
tertentu.
3.
Membuat tahap- tahap rencana jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka
panjang, misalnya melalui kegiatan tes atau ulangan harian, mingguan, dan
sebagainya agar siswa menguasai pelajaran dengan baik
4.
Apabila ada siswa yang merasa takut atau minder berbicara di depan kelas,
dapat kelas, dapat dibantu melalui aktivitas- aktivitas sedehana mulai dari
membaca laporan di dalam sebuah kelompok sambil duduk kemudian sambil
berdiri, serta kemudian berpindah ke kelompok yang lebih besar sampai
berani membacakan laporan di depan kelas.
D
1.
gelar master pada 1930 dan Ph.D. pada 1931 dari Hardvard University. Gelar B. A
diperoleh dari Hamilton, College, New York, dimana dia mengambil jurusan
Sastra Inggris. Selama bertahun- tahun Skinner adalah penulis yang prolifik. Salah
satu perhatian utamanya adalah menghubungkan temuan laboratoriumnya dengan
32 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
2.
dan memiliki arti umum conditioning perilaku. Istilah operan disini berarti operasi
yang pengaruhnya mengakibatkan organisme melakukan suatu perbuaatan pada
lingkungannya, misalnya perilaku motor yang biasanya merupakan perbuatan
yang dilakukan nsecara sadar (Hardy & Hayes,1985; Reber,1988).
Skinner menciptakan sebuah alat yang sederhana, ia memasukkan tikus
ke dalam sebuah kotak yang tidak berisi apa- apa kecuali pengungkit dan baki
makanan. Dengan menekan pengungkit tersebut, sebutir makanan secara otomatis
disimpan pada baki tersebut.Tikus berusaha mendapatkan makanan dan dengan
cepat mempelajari hubungan antara kerja dan makanan.
Perilaku manusia selalu dikendalikan oleh factor luar (factor lingkungan,
rangsangan, atau stimulus). Dengan memberikan ganjaran yang positif maka suatu
perilaku akan ditumbuhkan dan dikembangkan. Sebaliknya, jika diberikan
ganjaran yang negative, suatu perilaku akan dihambat.
Sebagai contoh, anak yang buang air di celana, selalu dimarahi ibunya.
Sebaliknya, jika ia mengatakan terlebih dahulu kepada ibunya bahwa ia akan
buang air besar sehingga ibu bisa membawanya ke WC, maka anak itu akan dipuji
ibunya (ganjaran positif). Lama- kelamaan anak itu belajar buang air di WC saja,
bukan di sembarang tempat. Kelemahan pada teori belajar conditioning operan
adalah sebagai berikut (Syah, 1995:108) :
a)
Proses belajar dapat diamati secara langsung, padahal belajar adalah proses
kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar, kecuali sebagai
gejalanya
33 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat
sulit diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis
antara manusia dan hewan
3.
benar, pada dasarnya akan menjadikan proses belajar dan mengajar bagi siswa
lebih berhasil. Oleh sebab itu, untuk melaksanakan atau menerapkan teori belajar
Operant Conditioning dalam proses pembelajaran, menurut Sugihartono dkk.
(2007: 99), perlu memerhatikan prinsip- prinsip berikut:
a.
b.
Dalam proses belajar dan pembelajaran, guru harus mengikuti irama siswa
yang belajar. Dengan kata lain, pendidik tidak dapat memaksakan
kehendaknya pada siswa.
c.
d.
e.
Apabila tingkah laku yang diinginkan pendidik muncul, siswa dengan segera
diberi hadiah sebagai bentuk penguatan.
f.
Dalam pembelajaran digunakan shaping yaitu pembentukan pembiasaanpembiasaan atas dasar pengalaman belajar dari rangkaian stimulus respons.
34 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
E
1.
John B. Watson
John B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner.
Behavioristik lahir sebagai reaksi terhadap introspeksiosm. Kaum behavioristik,
khususnya Watson
2.
penyelidikan-
penyelidikan
psikologi.
Instropeksi
menggambarkan
berlangsungnya berbagai hal dalam organism yang tidak dapat dilihat atau diukur
secara objektif. Watson mengakui bahwa memang ada tingkah laku yang tidak
dapat langsung terlihat dari luar, misalnya berfikir atau beremosi. Tingkah laku
seperti ini dinamakan covert behavior ( tingkah laku tertutup ). Ada pula overt
behavior ( tingkah laku terbuka ), yang dapat dengan jelas dilihat dari luar.
Watson berpendapat bahwa covert behavior merupakan tingkah laku sebagai
akibat kontraksi otot-otot atau sekresi kelenjar-kelenjar, sama halnya dengan overt
behavior , jadi berfikir menurut Watson, adalah implicit speech lidah bergerakgerak secara halus, selama kita berfikir itu.
Menurut Watson, kepribadian manusia dapat dibentuk melalui pemberian
rangsangan-rangsangan tertentu. Salah satu ucapan Watson yang terkenal adalah
berikan kepadaku selusin anak yang sehat, aku akan membuat mereka seperti
yang aku kehendaki, yaitu menjadi dokter, pemberani, bahkan menjadi penjahat
atau pemalu.
Menurut Watson, berfikir haruslah merupakan suatu tingkah laku
motoris. Anak-anak, bahkan juga orang dewasa, sering berfikir dengan bersuara.
Berfikir dengan bersuara adalah untuk membisiki diri sendiri. Pada fase
35 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
selanjutnya, berbicara terhadap diri sendiri ini menghilangkan dan diganti dengan
gerakan-gerakan pada lidah yang tidak dapat dilihat dari luar. Seorang anak
belajar berbicara terhadap diri sendiri bukan hanya mengenai apa yang sedang
dikerjakan, tetapi juga apa yang telah atau akan diperbuat. Oleh karena itu, ia
dapatv mencapai bentuk berfikir pada orang dewasa. Orang tuli yang berbicara
dengan tangan, menurut Watson juga berfikir dengan gerakan, yaitu gerakan
tangan yang tidak tampak atau implicit hand movement.
Watson juga mengadakan eksperimen mengenai perasaan takut pada
anak dengan menggunakan tikus dan kelinci. Dari hasil percobannya, dapat ditarik
kesimpulan bahwa perasaan takut pada anak dapat diubah atau dilatih. Anak
percobaan Watson yang mula-mula tidak takut kepada kelinci, dibuat menjadi
takut kepada kelinci. Kemudian anak tersebut dilatihnya pula sehingga tidak
menjadi takut lagi kepada kelinci. Jadi, belajar adalah suatu proses perubahan
yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang kemudian menimbulkan respon.
Untuk menjadikan seorang itu belajar, menurut teori conditioning, ialah adanya
latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah hal belajar
yang terjadi secara otomatis.
Watson berpendapat bahwa hampir semua perilaku merupakan hasil dari
pengondisian, dan lingkungan membentuk perilaku kita dengan memperkuat
kebiasaan tertentu. Respons yang terkondisikan dipandang sebagai unit perilaku
terkecil yang tidak dapat dibagi lagi, suatu atom perilaku dari tempat perilaku
yang lebih rumit dapat dibangun. Semua tipe perilaku kompleks yang berasal dari
latihan atau pendidikan khusus, tidak berarti lebih dari rangkaian respons
terkondisikan.
F
1.
Wisconsin pada 1918, tempat dia mengajar dari 1916 sampai 1929. Pada 1929 dia
pindah ke Yale dan tetap di sana sampai meninggal. Karier Hull dapat dibagi
36 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
menjadi tiga bagian terpisah. Perhatian utama pertamanya adalah tes bakat atau
kecakapan. Dia mengumpulkan materi tentang tes bakat saat mengajar topik itu di
University of Wiconsin, dan sia memublikasikan buku berjudul Aptitude Testing
pada 1928.
Perhatian utama kedua Hull adalah hipnosis, dan setelah mempelajari
proses hinotik, dia menulis buku berjudul Hypnosis and Suggestibility (1933b).
Perhatian ketiganya, dan karya yang membuatnya terkenal adalah studi proses
belajar. Buku utama pertama Hull mengenai belajar, Principles of Behavior
(1943) mengubah studi tentang belajar secara radikal.
Hull menderita cacat fisik. Dia menderita kelumpuhan sebagian karena
folio sejak kecil. Pada 1948 dia terkena serangan jantung koroner dan empat tahun
kemudian dia meninggal. Dalam buku ketiga (A Behavior System), dia
mengekspresikan penyesalannya karena buku ketiga tentang belajar yang ingin
ditulisnya tidak pernah terwujud.
2.
37 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
yang bersangkutan meminta bantuan ibunya, bila ada teman yang datang agar
diberi tahu ia tidak ada di rumah.
G
1.
Robert M. Gagne
Massachusetts dan wafat pada tanggal 28 April 2002. Dia meraih gelar A.B. dari
Yale pada tahun 1937 dan Ph.D. dariBrown University tahun 1940. Dia adalah
seorang profesor psikologi dan psikologi pendidikan di Connecticut College untuk
Wanita (1940-1949), Pennsylvania State University(1945-1946), Princeton (19581962), dan University of California di Berkeley (1966-1969)dan seorang profesor
di Departemen Penelitian Pendidikan di Florida State University diTallahassee
mulai
tahun
1969.
Gagne
juga
menjabat
sebagai
direktur
penelitian
oleh
Gagne,
kejadian-kejadian
belajar,
kejadian-kejadian
2.
38 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
2.
3.
4.
5.
Memberikan kesempatan pada siswa untuk mencoba dan melakukan apa yang
telah dipelajari. Misalnya, biarkan siswa membuat es krim sendiri.
6.
7.
Menilai hasil kerja. Artinya, memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa.
Misalnya, apabila es krim yang dibuat baik dan layak maka diperbolehkan
memakannya.
8.
Memperkuat ingatan atas proses belajar yang telah dilalui. Artinya, bantulah
siswa dalam mengingat-ingat dan menerapkan keterampilan baru hasil
belajarnya. Misalnya, berikan siswa tugas untuk membuat es krim pada waktu
liburan.
Proses belajar yang dilakukan siswa menurut pandangan Gagne akan
terlihat berhasil atau tidaknya dalam lima kategori atau lima taksonomi hasil
belajar. Kelima taksonomi hasil belajar tersebut meliputi informasi verbal,
ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan intelektual,
strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik. Artinya, keberhasilan proses
belajar siswa akan terwujud dalam bentuk-bentuk kemampuan di antara lima
kategori tersebut.
39 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
Edwin Guthrie
40 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
2.
ratus kali tidak melepaskan diri dari kotak teka-teki yang dilakukan oleh kucing
yang kemudian observasi ini dilaporan dalam sebuah buku yang berjudul cats in a
Puzzle Box. Kotak yang mereka pakai sama dengan yang dipakai Thorndike
dalam melakukan eksperimennya. Guthrie dan Horton menggunakan banyak
kucing sebagai subyek percobaan, akan tetapi mereka melihat kucing kelar dari
kotak dengan cara sendiri-sendiri dan berbeda-beda.
Dari percobaan diatas respon khusus yang dipelajari oleh hewan
tertentu adalah respon yang dilakukan hewan sebelum ia keluar dari kotak. Karena
respon ini cenderung diulang lagi saat kucing diletakkan di kotak di waktu yang
lain, maka ia dinamakan stereotyped behavior (perilaku strereotip).
Guhtrie dan Horton mengamati bahwa seringkali hewan, setelah
bebas dari kotak akan mengabaikan ikan yang diberikan kepadanya. Meskipun
hewan itu mengabaikan obyek yang disebut penguatan tersebut, kucing dapat
keluar dari kotak dengan lancar ketika diwaktu yang lain ia dimasukkan lagi ke
dalam kotak. Observasi ini, menurut Guthrie memperkuat pendapatnya bahwa
penguatan hanyalah aransemen mekanis yang mencegah terjadinya unlearning.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap kejadian yang diikuti dengan respons
yang diinginkan dari hewan akan mengubah kondisi yang menstimulasi dan
karenanya mempertahankan respons di dalam kondisi yang menstimulasi
sebelumnya.
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu
gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul
kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama. Hukum kontiguiti adalah
satu prinsip asosionisme yaitu respon atas suatu situasi cendrung diulang,
bilamana individu menghadapi suatu yang sama. Kunci teori guthrie terletak pada
prinsip tunggal bahwa kontiguitas merupakan fondasi pembelajaran.
Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon
untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan
terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon
41 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang
baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh
karena itu dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sering diberi stimulus agar
hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap dan karena itu pula
diperlukan pemberian stimulus yang sering agar hubungan itu menjadi lebih
langgeng. Selain itu, suatu respon akan lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan)
bila respon tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus.
Hukum tersebut diusulkan oleh Guthrie karena menganggap kaidah
yang dikemukakan oleh Thorndike dan Pavlov terlalu rumit dan berlebihan.
Thorndike mengemukakan bahwa, jika respons menemukan kondisi yang
memuaskan maka koneksi S-R akan menguat. Disisi lain Pavlov mengemukakan
dengan hukum belajarnya dengan model kondisional berupa CR-CS-US-UR.
Unsur- unsur itulah yang dianggap oleh guthrie berlebihan.
Stimulus dan respon cendrung bersifat sementara, persetujuan umum
di kalangan psikolog, bahwa kontiguitas stimulus dan respon merupakan kondisi
yang penting bagi proses belajar, maka dari itu diperlukan pemberian stimulus
yang sering, agar hubungan itu menjadi lebih langgeng, suatu respon akan lebih
kuat dan menjadi kebiasaan bila respon tersebut berhubungan dengan
berbagaimacam stimulus, situasi belajar merupakan gabungan stimulus dan
respon, akan tetapi asosiasi ini bisa benar dan bisa salah.
Meskipun
Guthrie
menekankan
keyakinannya
pada
hukum
selanjutnya
mengatasi
problem
tersebut
dengan
42 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
sebagai stimulus. Kita tetap bergerak karena ada stimuli dari gerakan kita sendiri
menuju pesawat telepon.
43 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
tingkah laku yang terus menerus. Jadi pada proses conditioning ini pada umumnya
terjadi proses asosiasi antara unit-unit tingkah laku satu sama lain yang berurutan.
Ulangan-ulangan atau latihan yang berkali-kali memperkuat asosiasi yang
terdapat antara unit tingkah laku yang satu dengan unit tingkah laku yang
berikutnya.
2.
dengan
tepat
dalam
kehadiran
stimuli
tertentu.
45 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
46 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
3
TEORI- TEORI BELAJAR HUMANISTIK
lingkungan serta dirinya sendiri. Teori belajar humanistik melihat proses dan
perilaku belajar dari sudut pandang pengamatannya. Oleh sebab itu, tujuan utama
proses pembelajaran dalam pandangan teori belajar humanistik adalah bertujuan
agar siswa dapat mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing- masing
individu untuk mengenali diri mereka, yaitu membantu masing- masing individu
untuk mengenali diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu
mewujudkan dan mengembangkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka
masing- masing. Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya untuk
kepentingan memanusiakan siswa sebagai manusia itu sendiri (Budiningsih, 2005:
68).
Penganut aliran humanistik ini meyakini adanya perasaan, persepsi,
keyakinan dan maksud- maksud tertentu sebagai perilaku- perilaku batiniah yang
menyebabkan seseorang berbeda dengan orang lain. Oleh sebab itu, aliran teori
belajar hunmasnistik lebih cenderung disebut sebagai teori belajar yang paling
ideal. Hal ini disebabkan setiap individu memiliki perbedaan dan kondisi
individual yang sangat kompleks sehingga teori belajar humanistik ini pada
dasarnya menghendaki pemanfaatan bahkan memadukan berbagai teori belajar
dari aliran apa pun asal tujuan utamanya adalah memanusiakan manusia dalam
bentuk pengembangan potensi- potensi siswa tersebut.(Budiningsih, 2005: 69).
47 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
B
1.
Arthur Combs
memulai karir akademis sebagai profesor ilmu biologi dan psikolog sekolah di
sekolah umum di Alliance, Ohio (1935-1941). Ia menerima gelar MA dalam
Konseling, sekolah di The Ohio State University (1941) dan diterima di program
doktor dalam psikologi klinis pada lembaga, di mana Carl Rogers menjabat
sebagai guru dan mentor. Dia menyelesaikan gelar doktor pada tahun
1945(http://www.oac.cdlib.org/data/13030/1x/ft8r29p11x/files/ft8r29p11x.pdf 15
April 2010).
Arthur W. Combs began his professional career in the public schools of
Alliance, Ohio in 1935. To improve his skills in helping students, he sought a
doctorate in clinical Psychologi at Ohio state and spent the next ten years
operating a psychological clinic and training students and counceling and
psychoterapy at syracuse University (Arthur W. Combs, 2006, hlm. ii). (Arthur
W. Combs memulai karir profesionalnya di sekolah umum, Alliance, Ohio pada
tahun 1935. Untuk meningkatkan keahliannya dalam membantu siswa, ia mencari
gelar doktor di Klinik Psikologi di negara bagian Ohio dan menghabiskan sepuluh
tahun berikutnya untuk mengoperasikan klinik dan pelatihan siswa dan konseling
psikologis di Syracuse University dan psychoterapy).
Pada tahun 1949 ia terpilih sebagai Presiden Asosiasi Psikologi di New
York dan pada tahun yang sama ia turut menulis (dengan Donald L. Snygg)
perilaku individu: kerangka kerja baru untuk psikologi. Buku ini menyajikan
48 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
suatu kerangka komprehensif dan sistematis untuk membuat rasa terbaik dari
pengalaman manusia, perilaku dan hubungan antara keduanya.
2.
adalah meaning (makna atau arti). Konsep ini menganggap bahwa proses belajar
pada siswa akan benar-benar terjadi apabila sesuatu yang dipelajari memiliki arti
bagi individu siswa yyang bersangkutan. Oleh sebab itu, guru juga tidak bisa dan
tidak akan dapat memaksakan para siswa untuk belajar atau mempelajari suatu
materi yang tidak disukai dan mungkin tidak relevan dengan kehidupan siswaa.
Dengan demikian, kebanyakan kasus para siswa yang tidak mau dan tidak bisa
menguasai sebuah materi pelajaran atau bahkan siswa berperilaku buruk (seperti
membolos atau tidak mengikuti proses belajar dengan sungguh-sungguh) bukan
karena mereka bodoh, melaikan tida memiliki alasan yang kuat untuk
mempelajarnya.
Perilaku-perilaku buruk yang muncul pada siswa selama proses
pemeblajaran lebih banyak disebabkan siswa tidak memperoleh atau merasakan
kepuasan dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Combs, Avila, dan
Purkey dalam Sri Rusmini dkk. (2006: 103) perilaku yang keliru atau tidak baik
pada individu siswa dalam proses terjadi karena tidak adanya kesediaan dari
individu untuk melakukan apa yang seharunya dilakukan. Hal tersebut disebabkan
adanya sesuatu yang lebih menarik dan memuaskan siswa di luar kegiatan belajar
mengajar itu sendiri. Misalnya guru yang mengeluh karena siswanya tidak minat
dalam belajar. Hal itu sebenarnya disebabkan tidak berminat melakukan apa yang
dikehendaki oleh guru. Oleh sebab itu guru harus mengadakan aktivitas
pembelajaran lain dengan model dan metode yang lebih menarik bagi siswa.
Dengan demikian, diharapkan siswa akan lebih berminat dan merasa pelu untuk
mengikuti proses pembelajaran.
Konsep pembelajaran yang berarti menurut Gayne dan Briggs dalam
Sugihartono dkk. (2007:117) ialah bagaiman siswa mampu memperoleh arti atau
mengambil manfaat bagi diri pribadi siswa dari materi yang dipelajari tersebut
49 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
3.
Aplikasi Teori
Berdasarkan konsep dasar humanistik tentang pembelajaran yang
baerarti tersebut, dapat dijelaskan bahwa semakin jauh sebuah materi pengajaran
atau pengtahuan dari persepsi diri atau keberartiannya bagi siswa akan semakin
berkurang pengaruhnya terhadap perilaku siswa dalam bentuk keaktifan
mengikuti proses pembelajaran maupun kesediaannya utuk mengikuti seluruh
proses pembelajaran. dengan demikian, apabila materi pelajaran atau pengetahuan
yang hanya mempunyai sedikit hubungan dengan diri sendiri, pengetahuan
tersebut akan mudah teruapakan dan hilang. Begiupun sebaliknya, apabila semkin
dekat pengetahuan dengan persepsi siswa maka akan semkin kuat tersimpan
dalam memory.
Artinya, semakin hal-hal yang dipelajari ( duia luar) oleh siswa
(persepsi guru), akan semakin kurang pengaruhnya terhadap individu tersebut.
Sebaliknya, semakin dekat hal-hal yang dipelajari tersebut dengan pusat
lingkaran, akan semakin besar pengaruhnya terhadap seseorang dalam berperilaku
(Rmmini, dkk, 2006:104) jadi, dapat dipahami mengapabanyak hal yang
dipelajari, akan segera terlupakan adalah karena sedikit sekali kaitannya dengan
dirikita atau kita tidak dapat memahami atau mengambil makna dan keberartian
materi pelajaran tersebut. Oleh sebab itu, dalam proses pembelajaran terutama
pada proses pendahuluan guru harus menempuh hal-hal berikut.
1.
2.
50 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
3.
4.
5.
6.
Meredakan rasa gelisah, rasa tahut, dan sebagainya dan mungkin dimiliki
siswa sebelum proses pembelajaran dimulai.
7.
C
1.
Abaraham Maslow
2.
51 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
Kedua
Ketiga
Keempat
52 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
Kelima
3.
D
1.
Carl Rogers
53 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
2.
terakhir.
Misalnya,
menghubungkan
proses
pembelajaran
54 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
3.
4.
55 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
bergairah untuk belajar terus. Oleh sebab itu, pemberian motivasi dan
dorongan pada siswa agar mau belajar secara mandiri menjadi penting.
5.
3.
2.
Memahami bahwa siswa hanya akan mempelajari hal- hal yang bermakna bgi
dirinya,
3.
4.
Memahami
bahwa
pengorganisasian
bahan
pengajaran
berarti
mengorganisasikan barang dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi
siswa
56 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
4
TEORI- TEORI BELAJAR KOGNITIF
yang mementingkan proses belajar itu sendiri dari pada hasil belajarnya. Aliran
kognitif pada awalnya muncul sebagai bentuk respons ketidaksepakatan terhadap
konsep- konsep belajar behavioristik yang menganggap belajar hanya masalah
hubungan stimulus dengann respons (S- R). Menurut Asri Budiningsih (2005:34),
belajar dalam pandangan penganut aliran kognitif tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respons saja. Akan tetapi, merupakan aktivitas yang
melibatkan proses berfikir secara kompleks, artinya terdapat aktivitas yang
melibatkan proses berfikir secara kompleks, artinya terdapat aktivitas selama
proses belajar yang terjadi di dalam otak individu.
Menurut Teori Soekamto dan Udin Saripudin (1997: 21), teori kognitif
lebih menekankan pada gagasan bahwa masing- masing bagian dari sebuah
informasi dan situasi selama proses pembelajaran akan saling berhubungan
dengan keseluruhan konteks pengetahuan tersebut sehingga akan lebih bermakna.
Oleh sebab itu, pemahaman kunci terhadap teori pembelajaran kognitif menurut
Sugiyono dan Hariyanto (2011: 75) adalah
a.
Sistem ingatan atau memori di dalam otak selama individu belajar merupakan
suatu prosesor informasi yang aktif dan terorganisasi dan
b.
57 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
B Jean Piaget
1. Biografi Jean Piaget
A
adalah ahli sejarah yang mengkhususkan diri di bidang sejarah literatur abad
pertengaha. Piaget pada awalnya tertarik pada biologi, dan ketika dia berusia 11
tahun, dia memublikasikan artikel satu halaman tentang burung pipit albino yang
dilihatnya di taman. Antara usia lima belas tahun, dia memublikasikan sejumlah
artikel tentang kerang. Piaget mencatat bahwa karena publikasinya banyak, dia
ditawari posisi kurator koleksi kerang di Museum Geneva saat masih duduk di
sekolah menengah.
Piaget mendapat Ph. D. di bidang biologi saat masih berumur 21 tahun,
dan sampai usia 30 tahun dia telah memublikasikan lebih dari 20 paper, terutama
tentang kerang- kerangandan beberapa topik lainnya. Piaget memublikasikan
sekitar 30 buku dan lebih dari 200 artikel dan terus melakukan riset produktif di
University of Geneva sampai di meninggal pada 1980. Teori perkembangan
intelektual anak adalah teori yang ekstensif dan rumit.
menyedot,
melihat,
menggapai,
dan
memegang.
Alih-
alih
58 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
59 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
3. Tahap-Tahap Perkembangan
Meskipun perkembangan intelektual berkelanjutan selama masa kanakkanak, Piaget memilih untuk menyusun tahap perkembangan intelektual. Dia
mendeskripsikan empat tahap utama:
1. Sensorimotor, dimana anak berhadapan langsung dengan lingkungan dengan
menggunakan refleks bawaan mereka;
2. Pra- operasional, dimana anak mulai menyusun konsep sederhana,
3. Operasi
konkret,
dimana
anak
menggunakan
tindakan
yang
telah
60 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
61 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
2.
learning atau field theory. Adapula istilah lain yang identik dengan teori ini, yaitu
organismic, pattern, holistic, integration, configuration, dan closure.
Dalam proses eksperimen Wolfgang Kohler, pendiri aliran psikologi
Gestalt menepatkan seekor simpanse yang bernama Sultan ke dalam sangar yang
di dalamnya berisi dua potong bambu yang satu berukuran kecil satunya lagi lebih
besar garis tengahnya. Di luar sangkat tersebut diletakkan sebuah pisang yang
jaraknya tidak terjangkau baik oleh tangan Sultan maupun oleh salah satu bambu
itu.
Selanjutnya Sultan yang telah mengerti cara meraih pisang ke dalam
sangkar dengan sepotong bambu, tidak berhasil mendapatkan pisang tersebut
dengan salah satu bambu yang tersedia. Kemudian diletakkannya sepotong bambu
di tanah dan didorongnya dengan sepotong bambu lain, sehingga menyentuh
pisang itu. Hal ini tidaklah memecahkan problemnya tetapi sekedar memberikan
kepuasan karena ia dapat mengadakan kontak dengan pisang itu. Kemudian kedua
bambu itu ditariknya kembali lantas dipermaikannya sampai akhirnya, secara
kebetulan Sultan meletakkan ujung bambu yang satu ke ujung bambu yang lain.
Segera setelah itu bambu yang satu dimasukkannya ke bambu yang lain, sehingga
berujud sebuah tongkat yang cukup panjang, lalu larilah Sultan ke tepi sangkar
dan menarik pisang tersebut.
Tingkah laku Sultan berbeda sekali dengan tingkah laku kucing
percobaan Thorndike seperti telah diuraikan dimuka.
Sultan menyadari pertautan-pertautan yang relevan, yang terkandung di
dalam pemecahan tugasnya dengan pasti dan segera. Tampaknya, ia
mengombinasikan ingatannya mengenai menarik pisang ke dalam sangkar dan
persepsi tentang sambugan bambu. Untuk bisa melakukan ini, ia harus mereconditioning dirinya; dia harus melepaskan tentang mengeluarkan sepotong
bambu keluar sangkar dan menghubungkannya dengan gambaran sintensis
tentang mengulurkan bambu yang disambungkan.
Dalam kasus Sultan diatas berlaku apa yang disebut dengan hukum
closure dan hukum proksimitas yaitu adanya kecenderungan yang kuat untuk
62 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
Dalam
memecahkan
problem
semacam
itu,
binatang
3.
belajar
ini
lebih
merupakan
trangkuman
atau
63 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
(1) Belajar dimulai dari suatu keseluruhan, kemudian baru menuju bagianbagian. Dari hal-hal yang sangat kompleks ke hal-hal yang lebih sederhana.
(2) Keseluruhan memberi makna pada bagian-bagian. Bagian-bagian terjadi
dalam suatu keseluruhan. Bagian-bagian itu hanya bermakna dalam rangka
keseluruhan tersebut.
(3) Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Seseorang belajar jika ia
dapat bertindak dan berbuat sesuai dengan yang dipelajarinya.
(4) Belajar akan berhasil bila tercapai kematangan untuk memperoleh pengertian.
Pengertian adalah kemampuan hubungan antara berbagai faktor dalam situasi
yang problematis.
(5) Belajar akan berhasil jika tujuan yang berarti bagi individu.
(6) Dalam proses belajar itu individu selalu merupakan organisme yang aktif,
bukan bejana yang harus diisi oleh orang lain.
64 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
5
TEORI BELAJAR PENGELOLAAN
INFORMASI
A
1.
Massachusetts dan wafat pada tanggal 28 April 2002. Dia meraih gelar A.B. dari
Yale pada tahun 1937 dan Ph.D. dariBrown University tahun 1940. Dia adalah
seorang profesor psikologi dan psikologi pendidikan di Connecticut College untuk
Wanita (1940-1949), Pennsylvania State University(1945-1946), Princeton (19581962), dan University of California di Berkeley (1966-1969)dan seorang profesor
di Departemen Penelitian Pendidikan di Florida State University diTallahassee
mulai
tahun
1969.
Gagne
juga
menjabat
sebagai
direktur
penelitian
oleh
Gagne,
kejadian-kejadian
belajar,
kejadian-kejadian
65 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
2.
Transfer Positif
Transfer positif dapat terjadi dalam diri seorang siswa apalagi guru membantu
untuk belajar dalam situasi tertentu yang mempermudah siswa tersebut
belajar dalam situasi-situasi lainnya. Dalam hal ini, transfer positif menurut
Barlow (1985) adalah learning in one situation helpful in other situations,
yakni belajar dalam suatu situasi yang dapat membantu belajar dalam situasisituasi lain.
b.
Transfer Negatif
Transfer negatif dapat dialami seorang siswa apalagi ia belajar dalam situasi
tertentu yang memilki pengaruh merusak terhadap keterampilan/pengetahuan
yang dipelajari dalam situasi-situasi lainnya. Pengertian ini diambil dari
Education Psychology: The Teaching Learning Process oleh Daniel Lenox
Barlow yang menyatakan bahwa tranfer negatif itu berarti, learning in one
situation has a damging effect in other situations.
Dengan demikian, pengaruh keterampilan atau pengetahuan yang telah
dimiliki oleh siswa sediri tak ada hubungannya dengan kesulitan yang
dihadapi siswa tersebut ketika mempelajari pengetahuan atau keterampilan
lainnya. Menghadapi kemungkinan transfer negatif, yang penting bagi guru
ialah menyadari dan sekaligus menghindarkan para siswanya dari situasi-
66 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
Tranfer Vertikal
Tranfer Vertikal (tegak lurus) dapat terjadi dalam diri seorang siswa apabila
pelajaran yang telah sipelajari dalam situasi tertentu membantu siswa tersebut
dalam menguasai pengetahuan/keterampilan yang paling tinggi atau rumit.
Misalnya, seorang siswa SD yang telah menguasai prinsip penjumlahan dan
pengurangan pada waktu menduduki kelas II akan mudah mempelajari
perkalian pada waktu dia menduduki kelas III. Sehubungan dengan hal ini,
penguasaan materi pelajaran kelas II merupakan prasyarat untuk mempelajari
materi kelas III.
Agar memperoleh tranfer vertikal, guru sangat dianjurkan untuk menjelaskan
kepada para siswa secara eksplisit mengenai faidah materi yang sedang
dianjarkannya bagi kegiatan belajar materi lainnya lebih kompleks. Upaya ini
penting sebab kalau siswa tidak memiliki alasan yang benar mengapa ia harus
mempelajari materi yang sedang diajarkan gurunya itu (antara laun untuk
transfer vertikal), mungkin ia tak akan mampu memanfaatkan materi tadi
untuk mempelajari materi lainnya yang lebih rumit. Padahal, learning in one
situation allow mastery of more complex skill in other situations yang berarti
bahwa belajar dalam suatu situasi memungkinkan siswa menguasai
keterampilan-keterampilan yang lebih rumit dalam situasi yang lain.
d.
Transfer lateral
Transfer lateral (ke arah samping) dapat terjadi dalam diri seorang siswa
apabila ia mampu mengunakan materi ang telah sipelajari untuk mempelajari
materi yang sama kerumitannya dalam situasi-situasi yang lain. Dalam hal
ini, perubahan waktu dan tempat tidak mengurangi mutu hasil belajar siswa
tersebut.
Contoh: seorang lulusan STM yang telah menguasai teknologi X dari
sekolah dapat menjalankan mesin tersebut di tempat kerjanya. Di samping itu,
ia juga mampu mengikuti pelatihan menggunakan teknologi mesin-mesin
lainnya yang mengandung elemen dan kerumitan yang kurang lebih sama
dengan mesin X tadi. Alhasil, transfer lateral itu dapat dikatakan sebagai
67 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
gejala wajar yang memang sangat diharapkan baik oleh pihak pengajar
maupun pihak pelajar. Namun, idealnya hasil belajar siswa tidak hanya dapat
digunakan dalam konteks yang sama rumitnya dengan belajar, tetapi juga
dapat digunakan dalam konteks kehidupan yang lebih kompleks dan penuh
persaingan.
3.
68 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
69 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
berlawanan dengan hakikat belajar itu sendiri, yakni perbuatan siswa yang sedik
atau banyak selalu melibatkan ranah kognitif.
Bagaimana pula dengan transfer negatif yang sering dikhawatirkan
orang itu? Transfer negatif menurut Anderson dan Lawson tak perlu dirisaukan
lantaran sangat jarang terjadi. Kesulitan belajar siswa yang selama ini diduga
terjadi karena adanya transfer negatif, sebenarnya masih memerlukan penelitian
lebih lanjut. Sebab, sementara gangguan konflik antara ingatan fakta dalam
memori hampir tak pernah terjadi atau mengganggu perolehan keterampilan baru.
Alhasil, kesulitan belajat yang dialami siswa mungkin disebabkan oleh faktorfaktor antara lain seperti yang akan penyusun bahas segera setelah pembahasan ini
usai.
Sebagai catatan akhir pembahan ini, perlu diutarakan beberapa contoh
peristiwa belajar yang secara lahiriah tampak seperti transfer tetapi sesungguhnya
bukan. Contoh-contoh ini penting untuk diketahui agar siswa dan guru tidak
terkecoh oleh timbulnya sesuatu yang baru dan baik sebagai sesuatu yang sedang
diharapkan, yakni transfer positif.
Pertama, sekolah siswa yang telah berkemampuan menulis dengan
menggunakan tangan kanan, lalu suatu saat dia juga mampu menulis emngunkan
tangan kirinya. Kejadian ini sama halnya dengan kemampuan seorang sisswa
memantul-mantulkan bola dengan tangan kanannya, kemudian ternyata seorang
siswa itu mampu juga memantul-mantulkan bola dengan tangan kirinya walaupun
tanpa latihan khusus. Peristiwa-peristiwa itu tampaknya seperti tranfer karena
kemampuan tangan kanan seakan-akan memberi pengaruh pada munculnya
kemampuan tangan kirinya, padahal mungkin transfer. Peristiwa-peristiwa tadi
hanya merupakan bukti bahwa perilaku belajar itu bersifat organik, meskipun
siswa tadi tidak tampak memikirkan bagaimana cara memantulkan bola dengan
tangan kirinya.
Kedua seorang siswa SD yang mengenal huruf u dalam kata gula
suatus saat dapat pula mengenal huruf tersebut dalam kata guru atau madu
dan sebaginya. Seorang siswa SLTP yang telah menguasai sebuah rumus dalam
matematika, kemudian mampu menyelesaikan soal-soal matematika yang
berhubungan dengan rumus yang telah dikuasainya itu. Kasus yang terjadi pada
70 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
71 | T e o r i P e m b e l a j a r a n
DAFTAR PUSTAKA
15
April 2010).
72 | T e o r i P e m b e l a j a r a n