TINJAUAN PUSTAKA
Scabies adalah salah satu kondisi dermatologis yang paling umum, yang menyebabkan
sebagian besar penyakit kulit di Negara berkembang. Secara global, di perkirakan memengaruhi
lebih dari 200 juta orang setiap saat, meskipun di perlukan upaya lebih lanjut untuk menilai
beban penyakit ini. Estimasi prevalensi dalam literatur terkait scabies baru baru ini berkisar dari
Scabies adalah penyakit kulit yang sangat menular pada manusia dan mamalia lain yang
disebabkan oleh tungau parasit Sarcoptes scabiei (Griana, 2013). Wabah kudis scabietic secara
berkala terjadi pada berbagai macam spesies hewan domestik dan liar dan dapat menyebabkan
morbiditas dan mortalitas pada banyak spesies. Sarcoptes scabies terus menyebabkan masalah
kesehatan pada sebagian besar hewan dan manusia (chandler & Fuller, 2019)
pengaturan panti jompo, pondok pesentren bahkan semua bentuk pendidikan boarding
school termasuk pembersihan yang memadai dari pakaian, tempat tidur dan peralatan yang
terkontaminas. Pada kombinasi dengan merawat semua pasien yang diduga scabies serta
isolasi kontak adalah penting jika telah terjadi penularan penyakit tersebut (Marotta, Toni,
disetrika terlebih dahulu sebelum digunakan, seprei penderita harus sering diganti dengan
yang baru maksimal tiga hari sekali. Benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan air seperti
bantal, guling, dan selimut disarankan dimasukkan kedalam kantung plastik selama tujuh
hari, selanjutnya dicuci kering atau dijemur dibawah sinar matahari sambil di bolak-balik
minimal dua puluh menit sekali (Mading & Bule Sopi, 2019).
Perilaku pencegahan sakbies dapat dipengaruhi oleh umur seseorang. Karena umur
mencerminkan kedewasaan seseorang. Semakin bertambah umur maka semakin matang pola
pikirnya (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan dan sikap anak di umur remaja mempengaruhi
perilaku hidup bersih dan sehatnya (Suryani et al., 2020). Jika dikaitkan dengan pencegahan
skabies, dimana umur lebih dewasa lebih tahu dan paham mengenai cara pencegahan skabies.
Skabies merupakan penyakit kulit menular yang dapat menyerang manusia dan
binatang. Etiologi skabies pada manusia adalah Sarcoptes scabiei varian hominis.
Penyakit ini ditemukan pertama kali pada tahun 1687 oleh Benomo dan sejak itu dikenal
bawah kulit mengeluarkan sekreta maupun ekskreta sehingga memicu respons imun host
dan menyebabkan gatal serta ruam. Skabies seringkali diabaikan karena dianggap tidak
mengancam jiwa, namun kondisi yang menahun dan berat dapat menyebabkan infeksi
sekunder.
memiliki akar tradisi sangat kuat di lingkungan masyarakat. Pengakuan dan perhatian
pemerintah terhadap lembaga ini telah di mulai sejak awal-awal kemerdekaan Indonesia.
Ki hajar dewantara, bapak pendidikan nasional, adalah tokoh yang meyokong dan
pernah melaksanakan pendidikan dengan sistem pondok. Menurut beliau, sistem ini adalah
sistem nasional. Sisitem ini hidup di masyarakat semenjak zaman hindu-budha sampai
sekarang. Dalam sistem pengajaran dan pendidikan selalu berhubungan, sebab hubungan dan
murid berlangsung terus menerus, siang dan malam. Lagi pula, dalam sistem ini dapat berpadu
pada satu perguruan, kepemudaan, dan kekeluargaan sekaligus. Selain itu KH. A, Wahid
Hasyim, sewaktu menduduki jabatan mentri agama, telah meletakkan dasar-dasar kementrian
Pesantren bukan merupakan institusi pendidikan ke agamaan yang statis, agar ia bisa
bertahan dengan berbagai tantangan zamannya maka ia mengubah diri tanpa kehilangan
identitas khasnya. Awalnya pesantren didirikan sebagai lembaga dakwah atau penyiaran agama
islam. Dari misi dakwah islamiyah inilah kemudian muncul atau terbangun sistem pendidikan.
Di masa wali songo, unsur dakwah lebih dominan di banding unsur pendidikan. Dalam catatan
saridjo fungsi pesantren pada kurun wali songoadalah sebagai pencetak calon ulama dan
Jika sejarah pesantren di amati secara cermat, kita akan menemukan bahwa fungsi
pesantren itu ada tiga, yakni fungsi ke agamaan, fungsi kemasyarakatan, dan fungsi pendidikan.
Ketiga fungsi ini masih berlangsung hingga sekarang, ada juga yang menilai fungsi utama
pesantren adalah fungsi pendidikan untuk mencetak ahli-ahli agama, namun ternyata fungsi itu
di pandang belum sempurna karena tuntutan masyarakat menginginkan lebih dari itu, karena itu
sejak tahun 1970-an pesantren juga di dorong untuk memperluas fungsinya dari fungsi
bertahan di terpa berbagai badan perubahan zaman. Di muka telah di uraikan bagaimana
fungsinya yang demikian komprehensif dalam sejarah Indonesia, yang bukan hanya
memfungsikan diri sebagai pencetak masyarakat yang melek huruf dan budaya, akan tetapi ia
juga berfungsi sebagai mesin pertahanan spiritual dan moral serta juga memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia dan berperan serta membangun dan memajukan bangsa Indonesia.
Realitas sejarah memperlihatkan kepada kita bagaimana pesantren tetap eksis dalam perubahan
melandasinya.
a. Teosentesis
Teosentesis artinya sistem pendidikan pesantren mendasarkan falsafah pendidikannya
c. Kearifan
Kearifan yakni bersikap perilaku sabar, rendah hati, patuh kepada ketentuan hukum
agama, tidak merugikan orang lain, dan mendatangkan manfaat bagi kepentingan
bersama menjadi titik tekan dalam kehidupan pesantren dalam rangka mewujudkan
sikap arif.
d. Kesederhanaan
Salah satu nilai luhur pesantren dan menjadi pedoman perilaku warganya adalah
penampilan sederhana, dalam artian tetap berkemampuan, bersikap dan berpikir wajar,
e. Kolektivitas
prinsip ini, di pesantren berlaku pendapat bahwa dalam masalah hak seseorang harus
mendahulukan kepentingan orang lain, sedangkan dalam masalah kewajiban, dia harus
Merujuk kepada nilai-nilai pesantren yang bersifat relatif, santri, dengan bimbingan
ustad dan kiai, mengatur hampir semua kegiatan proses belajarnya sendiri.
g. Kebebasan terpimpin
h. Mandiri
Dalam kehidupan pesantren, sifat mandiri tampak jelas. Sikap ini dapat di lihat dari
aktivitas keseharian santri dalam mengatur dan bertanggung jawab atas keperluannya
sendiri.
Ilmu bersifat suci dan tidak berpisah dari bagian agama, sehingga modern berpikir pun
berangkat dari keyakinan dan berakhir pada kepastian. Ilmu tidak di pandang sebagai
k. Tanpa ijazah
dengan ijazah yang di tandai dengan angka-angka, tetapi di ukur dengan prestasi kerja
l. Restu kiai
Dalam kehidupan pesantren, semua aktivitas warga pesantren sangat tergantung pada
NIM : 14401.19.20017
pesantren