Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rahmatan Rajendra P.

NIM : 21410717

Sejarah lahirnya UUPA adalah dikarenakan dalam batang tubuh maupun Penjelasan
UUD RI 1945, tidak terdapat penjelasan mengenai sifat dan lingkup Hak Menguasai dari
Negara yang meliputi bumi, air, dan kekayaan alamyang terkandung didalamnya. Hanya
diberikan penegasan, bahwa karena merupakan pokok-pokok kemakmuran rakyat, bumi, air,
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya harus dikuasai oleh Negara.
Baru dengan kelahiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok -Pokok Agraria, yang lebih dikenal sebagai Undang-Undang Pokok Agraria
(UUPA) pada tanggal 24 September 1960, diberikan penjelasan resmi (autentik) mengenai
sifat dan lingkup Hak Menguasai dari Negara tersebut.
Pasal 1 UUPA menyatakan bahwa: “Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan
tanah air dari rakyat Indonesia, yang Bersatu sebagai bangsa Indonesia. Seluruh bumi, air,
dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah
Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, adalah bumi, air dan ruang
angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.”
Pernyataan tersebut merumuskan isi konsepsi khas Hukum Agraria Nasional
Indonesia, yang dikenal sebagai konsepsi komunalistikreligius, yang menegaskan hubungan
kepunyaan bersama rakya/bangsa Indonesia dengan bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya yang bersifat perdata tetapi bukan hubungan pemilikan.
Sekaligus mengandung unsur hubungan public dalam rangka mewujudkan amanat dalam
Pembukaan UUD RI 1945 seperti dikemukakan sebelumnya. Dalam rangka mewujudkan
amanat itulah, maka dilimpahkan kepada Negara Republik Indonesia serangkaian
kewenangan, yang dirumuskan dalam Pasal 2, yang menegaskan sifat public sekaligus
lingkup Hak Menguasai dari Negara dimaksudkan dalam Pasal 33 ayat (3) UUD RI 1945.
Dalam Pasal 2 ayat (2) UUPA dinyatakan, bahwa Hak Menguasai dari Negara
meliputi kewenangan untuk:
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan persediaan dan
pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa Indonesia.
b. Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air,
dan ruang angkasa tersebut.
c. Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan
hukum mengenai bumi, air, dan ruang angkasa tersebut.
Berdasarkan kewenangan tersebut, sepanjang mengenai tanah oleh Negara telah
disusun Hukum Tanah Nasional. Terdiri atas satu perangkat hukum perundang-undangan
yaitu Hukum Tanah Nasional tertulis dilengkapi dengan ketentuan hukum adat setempat yang
masih berlaku, lalu Hukum Tanah Nasional tidak tertulis, serta lembaga-lembaga baru yang
diperlukan dalam melayani masyarakat.
Dalam ayat (4) dinyatakan bahwa: “Hak menguasai dari Negara tersebut
pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada Daerah-daerah Swatantra dan masyarakat hukum
adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut
ketentuan Peraturan Pemerintah.”
Dalam penjelasan ayat dinyatakan, bahwa: “Ketentuan ayat (4) adalah bersangkutan
dengan asas otonomi dan medebewind dalam penyelenggaraan pemerintaha daerah. Soal
agraria menurut sifatnya dan pada asasnya merupakan tugas Pemerintah Pusat (Pasal 33
ayat (3) Undang-Undang Dasar). Dengan demikian maka pelimpahan wewenang untuk
melaksanakan Hak Menguasai dari Negara atas tanah merupakan medebewind. Segala
sesuatunya akan diselenggarakan menurut keperluannya dan sudah barang tentu tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan nasional. Wewenang dalam bidang agraria merupakan
sumber keuangan bagi daerah itu.”

Anda mungkin juga menyukai