Anda di halaman 1dari 13

ASPEK-ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM KESEHATAN KHUSUS DALAM PELAYANAN

KEBIDANAN

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menjelaskan aspek-aspek sosial budaya dalam kesehatan khusus dalam pelayanan kebidanan.

B. MATERI
1. Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Kesehatan Anak
a. Tradisi pemberian makanan pada keluarga
Salah satu faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kondisi kesehatan bayi adalah makanan
yang diberikan. Dalam setiap masyarakat ada aturan-aturan yang menentukan kuantitas, kualitas dan
jenis-jenis makanan yang seharusnya dan tidak seharusnya dikonsumsi oleh anggota-anggota suatu
rumah tangga, sesuai dengan kedudukan, usia, jenis kelamin dan situasi-situasi tertentu. Misalnya,
ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan atau dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tertentu;
ayah yang bekerja sebagai pencari nafkah berhak mendapat jumlah makanan yang lebih banyak dan
bagian yang lebih baik daripada anggota keluarga yang lain atau anak laki-laki diberi makan lebih
dulu daripada anak perempuan. Walaupun pola makan ini sudah menjadi tradisi ataupun
kebiasaan,namun yang paling berperan mengatur menu setiap hari dan mendistribusikan makanan
kepada keluarga adalah ibudengan kata lain ibu mempunyai peran sebagai gate-keeper dari keluarga.

b. Masa pemberian ASI


Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud
dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan pada bayi yang berbeda, dengan konsepsi
kesehatan modern. Sebagai contoh, pemberian ASI menurut konsep kesehatan moderen ataupun
medis dianjurkan selama 2 (dua) tahun dan pemberian makanan tambahan berupa makanan padat
sebaiknya dimulai sesudah bayi berumur 4 tahun.
Namun, pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin selain memberikan nasi pakpak (nasi
yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat.
Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi.
Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada usia sebulan bayi sudah diberi bubur
tepung, bubur nasi nasi, pisang dan lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi
yangsudah dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar.
Demikian pula halnya dengan pembuangan colostrum (ASI yang pertama kali keluar). Di beberapa
masyarakat tradisional, colostrum ini dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan
pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa
colostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara, colostrum
sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi.

c. Pola pemberian ASI


Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang besar
karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang menjadi permasalahan adalah pola
pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada
kesehatan dan pertumbuhan bayi. Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang.
Hal ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik pada saat
hamil maupun sesudah melahirkan. Sebagai contoh, pada masyarakat Kerinci ibu yang sedang
menyusui pantang untuk mengkonsumsi bayam, ikan laut atau sayur nangka.
Di beberapa daerah ada yang memantangkan ibu yang menyusui untuk memakan telur. Adanya
pantangan makanan ini merupakan gejala yang hampir universal berkaitan dengan konsepsi “panas-
dingin” yang dapat mempengaruhi keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh manusia -tanah, udara,
api dan air. Apabila unsur-unsur di dalam tubuh terlalu panas atau terlau dingin maka akan
menimbulkan penyakit. Untuk mengembalikan keseimbangan unsur-unsur tersebut maka seseorang
harus mengkonsumsi makanan atau menjalani pengobatan yang bersifat lebih “dingin” atau
sebaliknya. Pada, beberapa suku bangsa, ibu yang sedang menyusui kondisi tubuhnya dipandang

1|Handout sosial budaya


dalam keadaan “dingin” sehingga ia harus memakan makanan yang “panas” dan menghindari
makanan yang “dingin”. Hal sebaliknya harus dilakukan oleh ibu yang sedang hamil (Reddy, 1990).

d. Pengobatan dan penyakit


Menurut Foster dan Anderson (1978: 37), masalah kesehatan selalu berkaitan dengan dua hal yaitu
sistem teori penyakit dan sistem perawatan penyakit. Sistemteori penyakit lebih menekankan pada
penyebab sakit, teknik-teknik pengobatan pengobatan penyakit. Sementara, sistem perawatan
penyakit merupakan suatu institusi sosial yang melibatkan interaksi beberapa orang, paling tidak
interaksi antar pasien dengan si penyembuh, apakah itu dokter atau dukun. Persepsi terhadap
penyebab penyakit akan menentukan cara pengobatannya. Penyebab penyakit dapat dikategorikan ke
dalam dua golongan yaitu personalistik dan naturalistik. Penyakit-penyakit yang dianggap timbul
karena adanya intervensi dari agen tertentu seperti perbuatan orang, hantu, mahluk halus dan lain-
lain termasuk dalam golongan personalistik. Sementara yang termasuk dalam golongan naturalistik
adalah penyakit- penyakit yang disebabkan oleh kondisi alam seperti cuaca, makanan, debu dan lain-
lain.
Dari sudut pandang sistem medis moderen adanya persepsi masyarakat yang berbeda terhadap
penyakit seringkali menimbulkan permasalahan. Sebagai contoh ada masyarakat pada beberapa
daerah beranggapan bahwa bayi yang mengalami kejang- kejang disebabkan karena kemasukan roh
halus, dan hanya dukun yang dapat menyembuhkannya. Padahal kejang-kejang tadi mungkin
disebabkan oleh demam yang tinggi, atau adanya radang otak yang bila tidak disembuhkan dengan
cara yang tepat dapat menimbulkan kematian.
Kepercayaan-kepercayaan lain terhadap demam dan diare pada bayi adalah karena bayi tersebut
bertambah kepandaiannya seperti sudah mau jalan. Ada pula yang menganggap bahwa diare yang
sering diderita oleh bayi dan anak-anak disebabkan karena pengaruh udara, yang sering dikenal
dengan istilah “masuk angin”. Karena persepsi terhadap penyebab penyakit berbeda-beda, maka
pengobatannyapun berbeda-beda. Misalnya, di suatu daerah dianggap bahwa diare ini disebabkan
karena “masuk angin” yang dipersepsikan sebagai “mendinginnya” badan anak maka perlu diobati
dengan bawang merah karena dapat memanaskan badan si anak.
Sesungguhnya pola pemberian makanan pada anak, etiologi penyakit dan tindakan kuratif penyakit
merupakan bagian dari sistem perawaatan kesehatanumum dalam masyarakat (Klienman, 1980).
Dikatakan bahwa dalam sistem perawatan kesehatan ini terdapat unsur-unsur pengetahuan dari
sistem medis tradisional dan moderen. Hal ini terlihat bila ada anak yang menderita sakit, maka si
ibu atau anggota keluarga lain akan melakukan pengobatan sendiri (self treatment) terlebih dahulu,
apakah itu dengan menggunakan obat tradisional ataupun obat moderen. Tindakan pemberian obat
ini merupakan tindakan pertama yang paling sering dilakukan dalam upaya mengobati penykit dan
merupakan satu tahap dari perilaku mencari penyembuhan atau kesehatan yang dikenal sebagai
“health seeking behavior”. Jika upaya ini tidak berhasil, barulah dicari upaya lain misalnya
membawa ke petugas kesehatan seperti dokter, mantri dan lain-lain.

2. Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Kesehatan Ibu


Permasalahan utama yang saat ini masih dihadapi berkaitan dengan kesehatan ibu di Indonesia adalah
masih tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan persalinan. Menghadapi masalah ini
maka pada bulan Mei 1988 dicanangkan program Safe Motherhood yang mempunyai prioritas pada
peningkatan pelayanan kesehatan wanita terutama paada masa kehamilan, persalinan dan pasca
persalinan.
a. Perawatan kehamilan
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk mencegah
terjadinya komplikasi dan kematian ketikapersalinan, disamping itu juga untuk menjaga
pertumbuhan dan kesehatan janin.
b. Memahami perilaku perawatan kehamilan (ante natal care)
Memahami perilaku perawatan kehamilan adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi
dan si ibu sendiri. Paca berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang

2|Handout sosial budaya


menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu
memeriksakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.
Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan
tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru
diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa
akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan
kurangnya informasi. Pada penelitian yang dilakukan yang dilakukan di RS Hasan Sadikin,
Bandung, dan 132 ibu yang meninggal, 69 diantaranya tidak pernah memeriksakan kehamilannya
atau baru datang pertama kali pada kehamilan 7 -9 bulan (Wibowo, 1993).
c. Menikah usia muda
Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-
permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda
yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi
terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami
kehamilan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu
mempunyai resiko tinggi pacta saat melahirkan.
d. Gizi wanita hamil dengan kebudayaan
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi. Hal ini
disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan- pantangan terhadap beberapa
makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah lagi dengan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil
tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janin. Tidak heran kalau anemia dan
kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di daerah pedesaan. Dari data SKRT 1986
terlihat bahwa prevalensi anemia pada wanita hamil di Indonesia sebesar 73,7%, dan angka menurun
dengan adanya program-program perbaikan gizi menjadi 33% pada tahun 1995. Dikatakan pula
bahwa penyebab utama dari tingginya angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena
kurangnya zat gizi yang dibutuhkan untuk pembentukan darah.
Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit
persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja
harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena
dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang makan
dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan
mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan
juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu,
larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil
juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan.
(Wibowo, 1993).
e. Ibu hamil lebih mempercayai dukun beranak
Memasuki masa persalinan merupakan suatu periode yang kritis bagi para ibu hamil karena segala
kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan kematian. Sejumlah faktor
memandirikan peranan dalam proses ini, mulai dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan ibu,
pemilihan penolong persalinan, keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan kesehatan, kemampuan
penolong persalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi keadaan gawat.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak untuk menolong
persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1992
rnenunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun beranak. Beberapa penelitian yang pernah
dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh dukun yang dapat
membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan beberapa tindakan/praktek yang
membawa resiko infeksi seperti “ngolesi” (membasahi vagina dengan rninyak kelapa untuk
memperlancar persalinan), “kodok” (memasukkan tangan ke dalam vagina dan uterus untuk
rnengeluarkan placenta) atau “nyanda” (setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandardan

3|Handout sosial budaya


kaki diluruskan ke depan selama berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan
pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa
alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat membantu dalam upacara
adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu
juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak
dukun beranak yang dilatih, namun praktek-praktek tradisional tertentu rnasih dilakukan. lnteraksi
antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil
persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup. Secara medis,penyebab klasik kematian ibu akibat
melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut
bila tidak ditangani secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses
persalinan. Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik
tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga.
Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih
harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua atau keputusan berada di tangan suami yang
seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi.
f. Jauhnya pelayanan kesehatan
Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan
yang seharusnya dilakukan dengan cepat. Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh
teman atau tetangga mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat
oleh faktor geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup jauh,
tidak tersedianya transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi dimana ada anggapan bahwa
membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal. Selain dari faktor keterlambatan
dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan kendala ekonomi, keterlambatan mencari
pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa
segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.
g. Anjuran-anjuran pasca melahirkan
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan juga pada masa
pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan dengan proses pemulihan
kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya dikonsumsi untuk memperbanyak
produksi ASI ada pula makanan tertentu yang dilarang karena dianggap dapat mempengaruhi
kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk
mengembalikan kondisi fisik dan kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk
mengembalikan rahim ke posisi semulamemasukkan ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam
vagina dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses
persalinanatau memberi jamu tertentu untuk memperkuat tubuh (Iskandar et al., 1996).

3. Hubungan Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Kesehatan


Untuk mencapai sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Kematian Ibu (AKI)
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000
KH pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini,
AKI 307 per 100.000 KH dan AKB 34 per 1.000 KH. Hal itu sambutan Menkes yang dibacakan
Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan dr. Ratna Rosita Hendardji, MPH dalam acara Kampanye
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dan Penggunaan Buku KIA,
bekerja sama dengan Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB).
Menurut Menkes, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya percepatan penurunan AKI
dan AKB antara lain mulai tahun 2010 meluncurkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ke
Puskesmas di Kabupaten/ Kota yang difokuskan pada kegiatan preventif dan promotif dalam program
Kesehatan Ibu dan Anak.
Kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsia), infeksi,
persalinan macet dan komplikasi keguguran. Sedangkan penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu
dan bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya.

4|Handout sosial budaya


Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini.
Beberapa hal tersebut mengakibatkan kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat
sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu
tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran). Keterlambatan pengambilan keputusan di
tingkat keluarga dapat dihindari apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan
persalinan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya di tingkat keluarga.
Salah satu upaya terobosan dan terbukti mampu meningkatkan indikator proksi (persalinan oleh tenaga
kesehatan) dalam penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi adalah Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program dengan menggunakan “stiker” ini,
dapat meningkatkan peran aktif suami (suami Siaga), keluarga dan masyarakat dalam merencanakan
persalinan yang aman. Program ini juga meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada saat
kehamilan, termasuk perencanaan pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca persalinan.
Selain itu, program P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin,
pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil termasuk skrining status
imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil. Kaum ibu juga didorong untuk melakukan inisiasi
menyusu dini (IMD) dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
Perencanaan persalinan dapat dilakukan manakala ibu, suami dan keluarga memiliki pengetahuan
mengenai tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas; asuhan perawatan ibu dan bayi; pemberian ASI;
jadwal imunisasi; serta informasi lainnya. Semua informasi tersebut ada di dalam Buku KIA yang
diberikan kepada ibu hamil setelah didata melalui P4K. Buku KIA juga berfungsi sebagai alat
pemantauan perkembangan kesehatan ibu hamil serta pemantauan pertumbuhan bayi sampai usia 5
tahun.

4. Pengertian Pembangunan Kesehatan


Pembangunan kesehatan nasional diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran
meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan.

5. Tujuan Pembangunan Masyarakat Desa dalam Bidang Kesehatan


Pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk tercapainya tujuan utama sebagai berikut :
a. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan.Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan
b. Peningkatan status gizi masyarakat.
c. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
d. Pengembangan keluarga sehat sejahtera, dengan makin diterimanyanorma keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera.

6. Nilai-nilai Filosofi dalam Pembangunan


a. Dasar Pijakan
1) Kesehatan adalah hak azasi bangsa
2) Kesehatan sebagai investasi bangsa
3) Kesehatan menjadi titik sentral pembangunan kesehatan
b. Landasan Idiil : Pancasila
c. Landasan Konstitusional: UUD 1945
1) Pasal 28 A berbunyi : setiap orang berhak hidup serta berhak mempertahankan kehidupannya.
2) Pasal 28 B ayat ( 2 ) setiap anak berhak atas kelangsungan, tumbuh dan berkembang.
3) Pasal 28 C ayat ( 1 ) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari pendidikan
tersebut.

5|Handout sosial budaya


d. Prinsip Dasar Pembangunan (SKN)
Perikemanusiaan
Penyelanggaraan pembangunan didasarkan pada prinsip kemanusiaan yang dijiwai, digerakan dan
dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pembangunan
kesehatan di Indonesia dirasionalkan dalam wujud PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa).

7. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat dalam Pembangunan


a. Mendorong perubahan kebudayaan
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, terutama unsur-unsur
teknologi dan ekonomi ( kebudayaan  material). Adanya individu-individu yang mudah menerima
unsure-unsur perubahan kebudayaan, terutama generasi muda. Adanya faktor adaptasi dengan
lingkungan alam yang mudah berubah.
b. Menghambat perubahan kebudayaan
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah seperti :adat istiadat dan
keyakinan agama ( kebudayaan non material). Adanya individu-individu yang sukar menerima
unsure-unsur perubahan terutama generasi tu yang kolot. Ada juga  faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya perubahan kebudayaan:
1) Faktor Internal:
a)     Perubahan Demografis
b)     Konflik Sosial
c)     Bencana Alam
d)    Perubahan Lingkungan Alam
2) Faktor Eksternal
a) Perdagangan
b) Penyebaran Agama
c) Peperangan

6|Handout sosial budaya


CARA-CARA PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA DALAM PRAKTEK KEBIDANAN

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mengidentifikasi cara-cara pendekatan sosial, budaya dalam praktik kebidanan.

B. MATERI
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan manusia. Di era globalisasi sekarang ini
dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrim menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek
sosial budaya. Salah satu masalah yang kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian
ataupun kesakitan pada ibu dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya
dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka berada.
Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti konsepsi-konsepsi
mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab- akibat antara makanan dan kondisi sehat-sakit,
kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap
kesehatan ibu dan anak.
Menjadi seorang bidan bukanlah hal yang mudah. Seorang bidan harus siap fisik maupun mental, karena
tugas seorang bidan sangatlah berat. Bidan yang siap mengabdi di kawasan pedesaan mempunyai
tantangan yang besar dalam mengubah pola kehidupan masyarakat yang mempunyai dampak negatif
tehadap kesehatan masyarakat. Tidak mudah mengubah pola pikir ataupun sosial budaya masyarakat.
Apalagi masalah proses persalinan yang umum masih banyak menggunakan dukun beranak.
Ditambah lagi tantangan konkret yang dihadapi bidan di pedesaan adalah kemiskinan, pendidikan
rendah, dan budaya. Karena itu, kemampuan mengenali masalah dan mencari solusi bersama masyarakat
menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki bidan.
Untuk itu seorang bidan agar dapat melakukan pendekatan terhadap masyarakat perlu mempelajari
sosial-budaya masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan,
adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan hal-hal
lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.

CARA-CARA PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA PRAKTIK BIDAN YAITU DENGAN CARA:


1. PENDEKATAN MELALUI AGAMA
Agama dapat memberikan petunjuk/pedoman pada umat manusia dalam menjalani hidup meliputi
seluruh aspek kehidupan. Selain itu agama juga dapat membantu umat manusia dalam memecahkan
berbagai masalah hidup yang sedang dihadapi. Adapun aspek-aspek pendekatan melalui agama
dalam memberikan pelayanan kebidanan dan kesehatan diantaranya:
a. Agama memberikan petunjuk kepada manusia untuk selalu menjaga kesehatannya Agama
memberikan dorongan batin dan moral yang mendasar dan melandasi cita-cita dan perilaku
manusia dalam menjalani kehidupan yang bermanfaat baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat
serta bangsa.
b. Agama mengharuskan umat manusia untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha
Esa dalam segala aktivitasnya. Agama dapat menghindarkan umat manusia dari segala
hal-hal/perbuatan yang bertentangan dengan ajarannya.Berbagai aspek agama dalam
memberikan pelayanan kesehatan terdiri dari upaya-upaya pelayanan kesehatan yang ditinjau
dari segi agama, diantaranya
1) Upaya pemeliharaan kesehatan
Upaya dini yang dilakukan dalam pemeliharaan kesehatan dimulai sejak ibu hamil yaitu
sejak janin di dalam kandungan. Hal tersebut bertujuan agar bayi yang dilahirkan dalam
keadaan sehat begitu juga dengan ibunya. Kesehatan merupakan faktor utama bagi umat
manusia untuk dapat melakukan/menjalani hidup dengan baik sehingga dapat terhindari dari
berbagai penyakit dan kecacatan Ada beberapa langkah yang dapat memberikan tuntunan
bagi umat manusia untuk memelihara kesehatan yang dianjurkan oleh agama antara lain :
a) Makan makanan yang bergizi
b) Menjaga kebersihan (Hadist mengatakan : kebersihan sebagian dari iman)
c) Berolah raga

7|Handout sosial budaya


d) Pengobatan diwaktu sakit
2) Upaya pencegahan penyakit
Dalam ajaran agama pencegahan penyakit lebih baik dari pada pengobatan di waktu sakit.
Adapun upaya-upaya pencegahan penyakit antara lain:
a) Dengan pemberian imunisasi, imunisasi dapat diberikan kepada bayi dan balita, ibu
hamil, WUS, murid SD kelas 1 - kelas 3.
b) Pemberian ASI pada anak sampai berusia 2 tahun, (Surah Al-Baqarah ayat 233). Ayat
tersebut pada dasarnya memerintahkan seorang ibu untuk menyusui bayinya dengan ASI
sampai ia berusia 2 tahun.
c) Memberikan penyuluhan kesehatan.
Dapat dilakukan pada kelompok pengajian, atau kelompok-kelompok kegiatan
keagamaan lainnya.
3) Upaya pengobatan penyakit
Nabi saw bersabda : ” Bagi setiap penyakit yang diturunkan Allah, ada obat yang diturunkan-
Nya.”Dalam hati ini umat manusia dinjurkan untuk berobat jika sakit.
Pandangan agama (agama Islam) terhadap pelayanan Keluarga Berencana. Ada dua pendapat
mengenai hal tersebui yaitu memperbolehkan dan melarang penggunaan alat kontrasepsi.
Karena ada beberapa ulama yang .mengatakan penggunaan alat kontrasepsi itu adalah
sesuatu/hal yang sangat bertentangan dengan ajaran agama karena berlawanan dengan
takdir/kehendak Allah. Pendapat/pandangan agama (agama Islam) dalam pemakaian IUD.
Ada dua pendapat yaitu memperbolehkan / menghalalkan dan melarang / mengharamkan.
Pendapat / pandangan agama yang memperbolehkan / menghalalkan pemakaian
kontrasepsi IUD :
a) Pemakaian IUD bertujuan menjarangkan kehamilan.
Dengan menggunakan kontrasepsi tersebut keluarga dapat merencanakan jarak kehamilan
sehingga ibu tersebut dapat menjaga kesehatan ibu, anak dan keluarga dengan baik.
b) Pemakaian IUD bertujuan menghentikan kehamilan.
Jika didalam suatu keluarga memiliki jumlah anak yang banyak, tentunya sangat
merepotkan dan membebani perekonomian keluarga. Selain itu bertujuan memberikan
rasa aman kepada ibu. Karena persalinan dengan factor resiko/resiko tinggi dapat
mengancam keselamatan jiwa ibu. Agar ibu dapat beristirahat waktu keseharian ibu tidak
hanya digunakan untuk mengurusi anak dan keluarga.
Pendapat/pandangan agama yang melarang/mengharamkan pemakaian kontrasepsi
IUD:
a) Pemakaian IUD bersifat aborsi, bukan kontrasepsi
b) Mekanisme IUD belum jelas, karena IUD dalam rahim tidak menghalangi pembuahan sel
telur bahkan adanya IUD sel mani masih dapat masuk dan dapat membuahi sel telur
(masih ada kegagalan).
c) Pemakaian IUD dan sejenisnya tidak dibenarkan selama masih ada obat-obatan dan alat
lainnya.
Pelayanan kotrasepsi system operasi yaitu MOP dan MOW juga mempunyai dua
pendapat/pandangan yaitu memperbolehkan dan melarang. Pendapat/pandangan yang
memperbolehkan:
a) Apabila pasangan suami istri dalam keadaan yang sangat terpaksa dalam kaedah hukum
(Islam) mengatakan ” Keadaan darurat memperbolehkan hal-hal yang dilarang dengan
alasan kesehatan/keselamatan jiwa “
b) Begilu. juga halnya mengenai melihat aurat orang lain apabila diperlukan
untukkepentingan pemeriksaan dan tindakan hal tersebut dapat dibenarkan.
Pandangan/pendapat yang melarang :
a) Sterilisasi berakhir dengan kemandulan. Hal ini bertentangan dengan tujuan utama
perkawinan yang mengatakan bahwa perkawinan bertujuan untuk mendapatkan
kebahagiaan dunia dan akhirat juga untuk mendapatkan keturunan

8|Handout sosial budaya


b) Mengubah ciptaan Tuhan dengan cara memotong atau mengikat sebagian tubuh yang
sehat dan berfungsi (saluran mani/tuba).
c) Dengan melihat aurat orang lain.

1. PENDEKATAN MELALUI KESENIAN TRADISIONAL


Bidan adalah seorang wanita yang tlah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan. Lulus dengan
persyaratan yang ditelah ditetapkan dan memperoleh kualifikasi untuk registrasi dnn memperole izin
untuk melaksanakan praktik kebidanan.
Praktik Bidan adalah serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada
pasien (individu, keluarga dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan kemampuannya.
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan saat ini dihadapkan pada masyarakat yang lebih
terdidik,dan mampu memberi pelayanan kesehatan yang di tawarkan atau dibutuhkan oleh
masyarakat. Masyarakat mengiginkan pelayanan kesehatan yang murah, nyaman,sehingga memberi
kepuasan ( sembuh dengan cepat dengan pelayanan yang baik ). Rumah sakit perlu mengembangkan
suatu sistem pelayanan yang didasarkan pada pelayanan yang berkualitas baik, biaya yang dapat
dipertanggung jawabkan dan diberikan pada waktu yang cepat dan tepat. Rumah sakit sebagai suatu
institusi pelayanan kesehatan, dalam memproduksi jasa pelayanan kesehatan ( pelayanan medis dan
pelayanan kebidanan), untuk masyarakat menggunakan berbagai sumber daya seperti ketenanagaan,
mesin, bahan, fasilitas, modal, energi dan waktu.
Pelayanan praktik kebidanan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pelayanan rumah sakit.
Oleh karena itu, tenaga bidan bertanggung jawab memberikan pelayanan kebidanan yang optimal
dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan kebidanan yang diberikan selama 24 jam
secara berkesinambungan. Bidan harus memiliki keterampilan professional, ataupun global. Agar
bidan dapat menjalankan peran fungsinya dengan baik, maka perlu adanya pendekatan sosial budaya
yang dapat menjembatani pelayanannya kepada pasien.
Program pelayanan kebidanan yang optimal dapat dicapai dengan adanya tenaga bidan yang
professional dan dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan kebidanannya berdasarkan kaidah-
kaidah profesi yang telah ditentukan,seperti memiliki berbagai pengetahuan yang luas mengenai
kebidanan, dan diterapkan oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada
masyarakat.
Bidan dapat menunjukan otonominya dan akuntabilitas profesi, melalui pendekatan sosial dan
budaya yang akurat. Terdapat beberapa bentuk pendekatan yang dapat digunakan atau diterapkan
oleh para bidan dalam melakukan pendekatan asuhan kebidanan kepada masyarakat misalnya
paguyuban, kesenian tradisional, agama dan sistem banjar. Hal tersebut bertujuan untuk
memudahkan masyarakat dalam menerima, bahwa pelayanan atau informasi yang diberikan oleh
petugas, bukanlah sesuatu yang tabu tetapi sesuatu hal yang nyata atau benar adanya.

Dalam memberikan pelayanan kebidanan, seorang bidan lebih bersifat :


a. Promotif, bidan yang bersifat promotif berarti bidan berupaya menyebarluaskan informasi
melalui berbagai media Metode penyampaian, alat bantu, sasaran, media, waktu ideal, frekuensi,
pelaksana dan bahasa serta keterlibatan instansi terkait maupun informal leader tidaklah sama di
setiap daerah, bergantung kepada dinamika di masyarakat dan kejelian kita untuk menyiasatinya
agar informasi kesehatan bisa diterima dengan benar dan selamat. Penting untuk diingat bahwa
upaya promotif tidak selalu menggunakan dana negara, adakalnya diperlukan adakalanya tidak.
Selain itu, penyebaran informasi hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dengan
memanfaatkan media yang ada dan sedapat mungkin dikembangkan agar menarik dan mudah
dicerna. Materi yang disampaikan seyogyanya selalu diupdate seiring dengan perkembangan
ilmu kesehatan terkini.
b. Preventif berarti bidan berupaya pencegahan semisal imunisasi, penimbangan balita di Posyandu
dll. Kadang ada sekelompok masyarakat yang meyakini bahwa bayi berusia kurang dari 35 hari
(jawa: selapan) tidak boleh dibawa keluar rumah.
c. Kuratif berarti bidan tidak dikehendaki untuk mengobati penyakit terutama penyakit berat.

9|Handout sosial budaya


d. Rehabilitatif berarti bidan melakukan upaya pemulihan kesehatan, terutama bagi pasien yang
memerlukan perawatan atau pengobatan jangka panjang.
e. Serta seorang bidan juga harus mampu menggerakkan Peran serta Masyarakat khususnya,
berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, bufas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia
lanjut. Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran
serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik atau pelayanan kebidanan
dengan baik,hendaknya bidan melakukan beberapa pendekatan misalnya pendekatan melalui
kesenian tradisional. Pengertian dari seni pada mulanya berasal dari kata Ars (latin) atau Art
(Inggris) yang artinya kemahiran.Tetapi beberapa juga ada yang mengatakan bahwa kata seni
berasal dari bahasa belanda yang artinya genius atau jenius. Sementara kata seni sendiri dalam
bahasa Indonesia berasal dari kata sangsekerta yang berarti pemujaan atau persembahan. Namun
dalam bahasa tradisional jawa, seni mempunyai rti Rawit pekerjaan yang rumit – rumit / kecil.
Dibawah ini terdapat beberapa hal tentang seni baik pendapat dari para ahli budaya,maupun arti
kesenian secara umum.
Seni menurut para ahli budaya
a. Drs. Popo Iskandar : Seni adalah suatu hasil dari ungkapan emosi yang ingin disampaikan
oleh seseorang kepada orang lain dalam kesadaran hidup bermasyarakat / berkelompok.
b. Ahdian karta miharja: Seni adalah kegiatan rohani yang merefleksikan suatu realitas dalam
suatu karya seni yang bentuk dan isinya, mempunyai kemampuan untuk membangkitkan
pengalaman tertentu dalam rohani penerimanya.Dan menurut beliau Kesenian Merupakan
produk dari manusia sebagai homeostetiskus. Setelah manusia merasa cukup atau dapat
mencukupi kebutuhan fisiknya, maka manusia tersebut perlu dan akan selalu mencari
pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya. Manusia semata-mata tidak hanya memenuhi
isi perut, tetapi perlu juga memenuhi pandangan indah serta suara merdu, semua kebutuhan
manusia tersebut dapat dipenuhi melalui kesenian.
Kesenian secara umum
Secara umum kesenian dikenal dengan suatu rasa keindahan karena diperuntukkan guna
melengkapi kesejahteraan hidup manusia. Rasa keindahan yang dirasakan oleh seseorang
tersebut, dapat dimiliki dan disalurkan oleh setiap orang ke orang lain lagi.

Kesenian tradisional
Kesenian tradisional adalah kesenian yang dipegang teguh pada norma dan adat kebiasaan,yang
ada secara turun menurun atau kesenian baru,hasil dari pengembangan kebudayaannya.
Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang di anugerahi pikiran, perasaan dan kemauan secara
naluriah. Memerlukan prantara budaya, untuk menyatakan rasa seninya, baik secara aktif dalam
kegiatan kreatif, maupun secara pasif dalam kegiatan apresiatif. Maksud dari menyatakan rasa
seni secara aktif adalah seseorang jika memiliki suatu rasa seni, harus dikembangkan atau
diapresikan kepada orang lain agar bermanfaat bagi orang lain. Agar rasa seni tersebut dapat
disalurkan atau diberikan kepada orang lain supaya rasa seni yang dimiliki dapat bermanfaat bagi
orang lain.
Dalam kegiatan apresiatif, maksudnya yaitu mengadakan suatu pendekatan terhadap kesenian
seolah – olah kita memasuki suatu alam rasa yang kasat mata. Kesenian sebagai karya kasat
mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah seseorang dalam pembabaran ide yang
bersifat batiniah dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian seluruh panca indera kita,
khususnya penglihatan, perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan asiknya terhadap bentuk
kesenian itu yang terdiri dari aneka warna, garis, bidang, tekstur dan sebagainya, yang bersifat
lahiriah untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar dalam karya kesenian itu, serta ide yang
melatar belakangi kehadirannya.
Maka itu dalam mengadakan pendekatan terhadap kesenian, kita tidak cukup hanya bersimpati
terhadap kesenian itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati. Empati berasal dari kata yunani
berarti merasa sama. Jadi dalam menghayati suatu karya seni secara empati berarti kita
menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu.

10 | H a n d o u t s o s i a l b u d a y a
a. Apresiasi Seni
Apresiasi Seni adalah kesadaran akan nilai seni yang meliputi pemahaman dan kemampuan
untuk menghargai karya seni, seseorang yang memiliki rasa apresiasi seni berarti orang
tersebut memiliki kesadaran akan nilai dari sebuah karya seni sehingga orang tersebut mampu
menghargai karya seni tersebut Yang menjadi sumber apresiasi seni adalah :
1) Kepekaan eksistensi yang berkembang pada diri masing-masing, yang tidak disadari
sesuai dengan lingkungan yang membinanya.
2) Pengetahuan kesenian yang meliputi pengetahuan mengenai karya seni, sejarah seni,
perkembangan kesenian dan estetika manusia. Hakikat karya seni adalah wujud dari hasil
dan usaha untuk mengungkapkan gagasan persepsi citreu pemecahan bentuk dan
penemuan-penemuan baru. Hakekat karya seni adalah wujud dari hasil dan usaha.
b. Peranan Seni
Seni memliki beberapa peranan, diantaranya :
1) Seni sebagai kebutuhan berarti seni merupakan salah satu dari beberapa kebutuhan bagi
manusia yang perlu dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan hidup maka manusia
melengkapi dirinya dengan berbagai perlengkapan dan peralatan sebagai penunjang atau
pelengkap untuk penyempurnaan pekerjaannya.
2) Seni sebagai ungkapan gagasan dan alat komunikasi
a) Sebagai ungkapan gagasan berarti seni dapat digunakan untuk mengungkapkan buah
pikiran dalam suatu wujud, yang nyata dan dapat ditanggapi atau dipergunakan oleh
orang lain.
b) Alat komunikasi berisi pesan yang diinformasikan pada orang lain, dan masyarakat
baik dalam bentuk buah pikiran, perasaan, maupun segala harapan dapat juga berupa
pernyataan kritik, ketidaksetujuan atau ketidaksepahaman biasanya diungkapkan
dalam bentuk karton dan nyanyian dalam drama modern.
c) Kesenian Sebagai Pembentuk Peradaban Manusia, Kesenian dalam kehidupan
manusia ikut mendidik manusia dan masyarakat menjadi beradab, agar kehidupan
manusia menjadi lebih harmonis. Seni menjadikan manusia berbudi luhur.
3) Kesenian sebagai media penyuluhan kesehatan
Dalam penyuluhan kesehatan maupun dalam praktik kebidanan, seni dapat digunakan
sebagai media dalm melakukan pendekatan kepada masyarakat, Seorang petugas bisa
menyelipkan pesan-pesan kesehatan didalamnya, misalnya:
a) Dengan Kesenian wayang kulit : Melalui pertunjukan ini diselipkan pesan-pesan
kesehatan yang ditampilkan di awal pertunjukan dan pada akhir pertunjukan, dapat
diisi dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pesan-pesan yang telah
disampaikan di awal pertunjukan atau pertanyaan – prtanyaan yang diberikan oleh
penonton.
b) Menciptakan lagu-lagu berisikan tentang permasalahan kesehatan dalam bahasa
daerah setempat.
4) Kesenian sebagai seni terapi
Kesenian sebagai terapi pada kejiwaan,sebagai pelipur rala. Kita ketahui kehidupan
zaman sekarang ini permasalahan semakin kompleks, tubuh dan jiwa manusia
mempunyai batas untuk dapat mengatasinya. Untuk itu dengan seni diharapkan akan
memberikan dampak positif dalam mengatasi stress tersebut baik stres fisik maupun
batin. Misalnya dengan menyanyi, menciptakan lagu, seni memahat patung, dll.

2. PENDEKATAN MELALUI PAGUYUBAN DAN SISTEM BANJAR


a. Pendekatan dalam sistem Banjar
Bentuk kesatuan sosial yang berdasarkan kesatuan wilayah ialah,desa .
Kesatuan - kesatuan sosial yang diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara - upacara keagamaan
yang keramat. Pada umum nya tampak beberapa perbedaan antara desa dipegunungan dan desa
adat ditanah datar . menjadi warga desa adat dan mendapat tempat duduk yang khas dibalai desa

11 | H a n d o u t s o s i a l b u d a y a
yang disebut Bale Agung, dan berhak mengikuti rapat - rapat desa yang diadakan secara teratur
pada hari tetap.
Cara Cara Pendekatan Bidan dalam wilayah Banjar Bali Para bidan mempunyai berbagai
cara untuk pendekatan diantara nya :
1) menggerakan dan membina peran serta masyarat dalam bidang kesehatan dengan melakukan
penyuluhan kesehatan sesuai kebutuhan dan masalah kesehatan setempat.
2) Pemerintah memberikan ,menerapkan dan menjalalnkan PosKesDes (pos kesehatan Desa)
yang ditujukan kepada seluruh masyarakat setempat sampai kedaerah pedalaman.
3) Penyuluhan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
4) Membina dan memberikan bimbingan (peran bidan sebagai pendidik).Bersama sampa Kelas
3.
b. Pendekatan dalam sistem Paguyuban
Paguyuban adalah suatu kelompok atau masyarakat yang diantara para warganya di warnai
dengan hubungan sosial yang penuh rasa kekeluargaan , bersifat batiniah dan kekal serta jauh dan
pamri- pamri ekonomi.
Ø Pelayanan Kebidanan dengan pendekatan paguyuban
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan -
pendekatan khususnya paguyuban. untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan khusisnya calon bidan
agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatan peran aktif
masyarakakt agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan. misalnya saja denagn mengadakan
kegiatan posyandu di puskesmas .
Ø Ciri - ciri Paguyuban
1. Intimate : hubungan menyeluruh yang mesra
2. Private : hubungan bersifat pribadi .
3. Exclusive : bahwa hubungan tersebut hanyalah untuk "kita" saja dan tidak untuk orang lain
diluar kita.
Ø Ciri - Ciri umum
1. adanya hubungan perasaan kasih sayang
2. adanya kenginan untuk meningkatkan kebersamaan
3. Hubungan kekeluargaan masih kental
4. sifat gotong royong masih kuat
Ø Tipe Paguyuban Memiliki tiga tipe di masyarakat yaitu:
1. Paguyuban karena ikatan darah Yaitu paguyuban berdasarkan keturunan. contoh kelompok
kekeluargaan,keluarga besar.
2. Paguyuban karena tempat Yaitu paguyuban yang terdiri dari orang yang berdekatan tempat
tinggal.Contoh arisan RT,RW,dan karang taruna.
3. Paguyuban karena jiwa pikiran Yaitu paguyuban yang terdiri dari orang - orang yang tidak
punya hubungan darah atau tempat tinggalnya tidak berdelatan tetapi mereka mempunyai
jiwa dan pikiran yang sama. contohnya organisasi.
Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan pendekatan-pendekatan
khususnya paguyuban.untuk itu kita sebagai tenaga kesehatan khususnya calon bidan agar mengetahui
dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat
sadar pentingnya kesehatan.misalnya saja dengan mengadakan kegiatan posyandu di puskesmas
puskesmas.
Posyandu merupakan suatu forum komunikasi alih teknologi dan sarana pelayanan kesehatan
masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini
MANFAAT POSYANDU
a. sebagai sarana pelayanan terdekat di masyarakat dan mudah dijangkau oleh masyarakat setempat.
b. Sebagai sarana pendidikan dan pelatihan bagi,masyarakat dalam pembentukan kader leader dari
masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat.
c. Memberikan nilai strategis untuk pembangunan sumber daya manusia sejak dini.
d. Mendorong peran serta masyarakat sehingga aktif dalam meningkatkan kesehatan.

12 | H a n d o u t s o s i a l b u d a y a
5 Meja Posyandu
a. Meja pertama pendaftaran 
b. Meja kedua penimbangan 
c. Meja ketiga pencatatan
d. Meja keempat penyuluhan
e. Meja kelima pelayanan

PENDEKATAN SEORANG BIDAN DARI ASPEK SOSIAL BUDAYA


1. Asuhan yang berkesinambungan (continuity care )
2. Asuhan yang berpusat pada keluarga (family centered care )
3. Penyuluhan dan konseling sebagai bagian dari asuhan
4. Asuhan yang bersifat non-intervensi
5. Fleksibel /keluwesan dalam memberikan asuhan
6. Asuhan yang partisipasif
7. Pembelaan / advokasi konsumen
8. Waktu

Komponen tambahan
• Teknik terapeutik dijelaskan sebagai proses komunikasi yang menguntungkan atau mendorong
pertumbuhan dan penyembuhan. Hal ini diukur dengan indikator: mendengarkan secara aktif,
penyelidikan, klarifikasi,humor, sikap tidak menghakimi, mendorong, fasilitas / mempermudah dan
memberikan permisi/izin.
• Pemberdayaan adalah suatu proses memberipower kekuatan dan penguatan. Bidan melalui
penampilan dan pendekatan akan meningkatkan energi dan sumber dari dalam diri klien.indikatornya
antara lain : penguatan/penegasan (affirmation), memvalidasi, meyakinkan kembali, dukungan
(support).
• Hubungan lateral diartikan sebagai : bidan meningkatkan interaksi yang mempunyai ciri keterbukaan
(self of opennes), saling menghargai di antara bidan dan klien, indikator hubungan lateral adalah :
kesejajaran, empati, berbagi pengalaman /perasaan.

13 | H a n d o u t s o s i a l b u d a y a

Anda mungkin juga menyukai