Anda di halaman 1dari 2

Kasus pelanggaran HAM berat

Kronologi Terungkapnya Kasus Guru Perkosa 12 Santri Hingga Hamil dan Melahirkan

Merdeka.com - Seorang guru di pondok pesantren, Herry Wirawan (36), memperkosa 12 santrinya.
Bahkan, tujuh santri yang jadi korbannya melahirkan sembilan bayi.

Kronologi

Korban diketahui merupakan santriwati di pesantren TM yang ada di Cibiru, Kota Bandung. Usia para
korban juga masih di bawah umur. Rata-rata usia 16-17 tahun.

Polisi membeberkan kronologi tidak terungkapnya kasus tersebut. Polda Jabar mendapat laporan pada
Mei 2021. Kasus ini langsung dikebut hingga berkas perkara dilimpahkan kejaksaan. Namun mengenai
dugaan eksploitasi anak korban yang dilakukan oleh Herry, pihak kepolisian menunggu laporan dan
pengaduan.

"Berawal di bulan Mei hanya menerima laporan terkait dengan pencabulan terhadap anak di bawah
umur, nah kemudian di situ kita lakukan penyelidikan dan penyidikan kemudian setelah lengkap berkas
perkara dengan adanya P21 kita limpahkan ke kejaksaan," kata dia, Kamis (9/21).

Polisi menjelaskan alasan tidak mengungkap kasus ini ke media. Karena Dampak psikologis dan sosial
korban. Meski tidak mengungkap ke permukaan, proses hukum kasus ini tetap berjalan.

"Kasihan kan mereka itu. Tapi kita tetap menyelesaikan kasus yang dilaporkan kepada kita dan faktanya
sudah berkas dan tersangka sudah kejaksaan dan sekarang sudah disidangkan," katanya.
Kasus ini tak terungkap ke permukaan hingga akhirnya terbongkar saat persidangan. Persidangan
dimulai 17 November 2021 dan hingga kini masih berjalan. Perbuatan dilakukan dalam waktu 2016
hingga 2021.

LPSK mengungkap fakta persidangan Fakta persidangan, anak-anak yang dilahirkan oleh para korban
diakui sebagai anak yatim piatu. Mereka dieksploitasi oleh pelaku untuk meminta dana kepada sejumlah
pihak. Polisi belum mencatat kasus-kasus dugaan eksploitasi.

Wakil Ketua (LPSK), Livia Istania DF Iskandar menyampaikan dalam persidangan fakta, pelaku
mengeksploitasi anak dari korban sebagai alat untuk meminta dana.

"Fakta persidangan mengungkap bahwa anak-anak yang dilahirkan sebagai korban diakui sebagai anak
yatim piatu dan alat oleh pelaku untuk meminta dana kepada sejumlah pihak. Dana Program Indonesia
Pintar (PIP) untuk para korban juga diambil pelaku," tulis dia melalui pers yang diterima .

Salah satu saksi memberikan keterangan bahwa Ponpes mendapatkan dana BOS yang penggunaannya
tidak jelas serta para korban yang dipekerjakan dan dipekerjakan sebagai kuli bangunan saat
membangun gedung pesantren di daerah Cibiru.

Solusi

Terdakwa pemerkosa 12 santriwati Herry Wirawan mendapatkan vonis hukuman mati dari Pengadilan
Tinggi Bandung. Vonis yang dijatuhkan pada Senin, 4 April 2022, tersebut lebih berat dari putusan
Pengadilan Negeri Bandung.

Anda mungkin juga menyukai