Anda di halaman 1dari 15

e-ISSN 2622-2655

(Journal Of Community Mental Health And Public Policy)

STUDI META-ANALISIS: FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA


BALITA DI INDONESIA TAHUN 2016-2021

Meta-Analysis Study: Risk Factors for Pneumonia Incidence at Toddlers in Indonesia


2016-2021

Rizky Novita Anjaswanti1 1, R. Azizah1, Acknes Leonita2


1 Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
2 Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, di Banyuwangi

azizah@fkm.unair.ac.id

ARTICLE ABSTRACT
INFO Pneumonia coverage in Indonesia from 2010-to 2014 ranged from 20-30%, and from
2015-to 2019 has increased. The increased incidence of pneumonia in toddlers can be
Article History: caused by various factors, including parental behavior, smoking habits by family
Received: members, and the environment around toddlers. So, more research is needed related to
December, 30th, several types of factors that trigger pneumonia in children. This meta-analysis study aims
2021 to study risk factors such as exclusive breast milk, family members' smoking behavior,
and home occupancy density against the incidence of pneumonia in toddlers. The
Revised: statistical methods in this study combined 44 selected articles of quantitative research
From results by looking for effect sizes using JASP software version 0.14.1. Selected papers
December, 30th , sourced from Google Scholar, Science Direct and Pubmed are sorted according to
2021 inclusion and exclusion criteria. The results of the meta-analysis showed that the number
of family members who smoked increased the odds 2,585 times greater for pneumonia in
Accepted: toddlers, exclusive breast milk increased the odds 1,934 times greater, and occupancy
March, 29th , density increased the chances by 1,934 times greater. The study concluded that all
2022 variables increase the likelihood of pneumonia in toddlers, so it is necessary to promote
and counsel about exclusive breast milk coverage, reduce the smoking behavior of family
Published members, and pay attention to home occupancy density and home sanitation.
online April, Keywords: Smoking, Pneumonia, Toddler Behavior
30th, 2022
ABSTRAK
Cakupan pneumonia di Indonesia pada tahun 2010-2014 berkisar antara 20-30%
dan sejak tahun 2015-2019 mengalami peningkatan. Meningkatnya kejadian pneumonia
pada balita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perilaku orang tua, kebiasaan
merokok oleh anggota keluarga, dan lingkungan di sekitar balita. Sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut terkait beberapa jenis faktor yang memicu terjadinya
pneumonia pada anak. Studi meta-analisis ini bertujuan untuk mempelajari faktor risiko
seperti ASI eksklusif, perilaku merokok anggota keluarga, dan kepadatan hunian rumah
terhadap kejadian pneumonia pada balita. Metode statistik dalam studi ini
menggabungkan 44 artikel yang terpilih hasil penelitian kuantitatif dengan mencari
ukuran efek atau effect size menggunakan perangkat lunak JASP versi 0.14.1. Artikel
yang terpilih bersumber dari Google Scholar, Science Direct, dan Pubmed, diurutkan
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil meta-analisis menunjukkan bahwa
terdapatnya anggota keluarga yang merokok 2.585 (95% CI:0.69-1.21; p=0.056), tidak
ASI eksklusif 1.934 (95% CI:0.46-0.86; p=0.512), kepadatan hunian meningkatkan
peluang 1.934 (95% CI:0.42-0.91; p=0.512) untuk terjadinya pneumonia pada balita.
Studi ini menyimpulkan bahwa semua variabel meningkatkan peluang terjadinya
pneumonia pada balita, sehingga perlu ditingkatan promosi dan konseling mengenai
cakupan ASI eksklusif, mengurangi perilaku merokok anggota keluarga, dan
memperhatikan kepadatan hunian rumah serta sanitasi rumah.
Kata Kunci: Perilaku Merokok, Pneumonia, Balita

56
Rizky, et al. STUDI META-ANALISIS: FAKTOR CMHP April 2022: Vol. 4 No. 2 (56-70)
RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
INDONESIA TAHUN 2016-2021

PENDAHULUAN menyumbang 15% dari seluruh kematian


anak di bawah 5 tahun, yang menewaskan
Pneumonia yang terjadi pada anak- sekitar 922.000 anak-anak. Berdasarkan
anak bertepatan dengan proses infeksi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
bronkial akut. Pneumonia merupakan yang telah dilaksanakan pada tahun 2001,
pembunuh utama balita pada dunia yang menyatakan bahwa angka kematian balita
paling banyak dibandingkan dengan akibat penyakit sistem pernapasan adalah
infeksi, campak, dan penyakit AIDS. 4,9/1.000 balita, yang berarti terdapat
Diperkirakan sekitar 1,2 juta anak di bawah sekitar 5 dari 1.000 balita yang meninggal
usia 5 tahun (balita) meninggal karena setiap bulan akibat pneumonia, atau setiap
pneumonia setiap tahun, daripada AIDS, tahun terdapat 140.000 balita yang
malaria dan TBC. Setiap tahunnya, meninggal akibat pneumonia. Data ini juga
pneumonia membunuh lebih dari 2 juta berarti bahwa rata-rata 1 anak balita
anak balita di Negara berkembang. Hal ini Indonesia meninggal akibat pneumonia
lebih parah apabila dibandingkan dengan dalam setiap 5 menit (Kaunang et al., 2016).
800.000 anak balita yang diperkirakan Prevalensi kasus pneumonia di Indonesia
meninggal karena malaria, dan sekitar pada tahun 2013 mencapai angka 4,5%
300.000 anak balita yang diperkirakan (Kemenkes RI, 2014). Sementara itu,
meninggal karena AIDS (S et al., 2018). pneumonia termasuk salah satu dari 10
Persentasenya sebesar 19% yang mana besar penyakit rawat inap yang ada di
berasal dari semua penyebab kematian rumah sakit, dengan proporsi kasus 46,05%
balita, kemudian disusul diare sebesar 17%, perempuan dan 53,95% laki-laki. Tingkat
sehingga World Health Oganization crude fatality rate (CFR) pada pneumonia
(WHO) menjulukinya menjadi “The terbilang tinggi, yaitu 7,6% (PDPI, 2014).
Leading Killer of Children Worldwide”. Berdasarkan pada data Riset Kesehatan
Pada tahun 2015, kematian pada balita Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi
akibat pneumonia sebanyak lebih dari 2500 pneumonia pada kelompok masyarakat usia
balita per hari atau dapat diperkirakan 2 lanjut mencapai 15,5% (Kemenkes RI,
balita meninggal setiap menit. WHO telah 2014). Hasil penelitian di atas menunjukkan
melaporkan bahwa 16% dari seluruh bahwa pneumonia menjadi masalah berat
kematian anak balita disebabkan oleh dan Pemerintah secara tidak langsung dapat
pneumonia pada tahun 2015. Pada tahun berperan untuk membantu menunjang
yang sama, UNICEF telah melaporkan sarana dan prasarana kesehatan seperti
kurang lebih 14% dari 147.000 balita di memperluas fasilitas kamar rumah sakit
Indonesia meninggal karena pneumonia atau rumah sakit khusus pneumonia di kota
(Budihardjo & Suryawan, 2020). Dari hasil besar.
penelitian diatas dapat dapat disimpulkan Pneumonia dapat ditandai dengan
bahwa pneumonia merupakan penyakit munculnya tanda-tanda kesulitan bernafas
yang sangat berbahaya dan menyebabkan dan tarikan dinding dada bagian bawah ke
kematian di berbagai kalangan terutama dalam serta batuk. Pneumonia dapat
balita. ditularkan melalui udara, dengan asal
Berdasarkan data dari World Health penularan dari seseorang yang menderita
Organization (WHO) dan Departemen pneumonia, kemudian menyebarkan kuman
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun dalam bentuk droplet ke udara pada saat
2008, menyatakan bahwa pneumonia batuk atau bersamaan dengan bersin
merupakan salah satu jenis ISPA yang sehingga masuk kepada kelompok penyakit
paling banyak menyebabkan terjadinya menular. Selanjutnya, kuman yang
kematian pada balita di dunia dan juga di menyebabkan pneumonia masuk ke saluran
Indonesia. Pada tahun 2015, WHO pernapasan melalui proses inhalasi
menyatakan bahwa pneumonia (menghirup udara) atau dengan cara

57
Rizky, et al. STUDI META-ANALISIS: FAKTOR CMHP April 2022: Vol. 4 No. 2 (56-70)
RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
INDONESIA TAHUN 2016-2021

transmisi pribadi, menggunakan dan Kurangnya pengetahuan mengenai gizi dari


memegang benda-benda yang telah terpapar ASI eksklusif dan kesibukan ibu yang
sekresi dari saluran pernapasan penderita berkarir menjadi salah satu penyebabnya.
pneumonia. Percikan droplet bisa menjadi Di Indonesia, proporsi penduduk
salah satu pemicu balita tertular pneumonia tinggal di rumah yang memenuhi syarat
di dalam atau di luar rumah yang berasal rumah sehat masih rendah, yaitu 24,9%.
dari orang yang menderita pneumonia Dari laporan Riskesdas 2013, warga yang
(Anwar & Dharmayanti, 2014). Jadi perlu tinggal di rumah dengan dinding terbuat
diketahui lebih lanjut tentang cara dari tembok sebesar 69,6%, atap rumah
mencegah untuk mengatasi penyebab dan yang berplafon sebesar 59,4%, dan lantai
pemicu pneumonia pada balita. bukan dari tanah sebesar 93,1%. Risiko
Menurut Departemen Kesehatan RI polusi udara ruangan dipicu oleh timbulnya
tahun 2001, menyatakan bahwa secara berbagai kegiatan, seperti penggunaan
umum terdapar tiga faktor yang dapat bahan bakar yang tidak aman (minyak
memengaruhi kejadian pneumonia pada tanah, kayu bakar, arang, batu bara) dan
balita, baik dari perilaku orang tua (ibu), kebiasaan merokok di rumah, proporsinya
aspek individu anak serta lingkungan masih relatif tinggi. Sebesar 64,2% rumah
sekitar anak. Peningkatan risiko berbagai tangga pedesaan masih menggunakan kayu
penyakit seperti katarak, TB dan pneumonia bakar dan arang untuk memasak dan 76,6%
dapat dipicu oleh kondisi lingkungan fisik (dari 28,2% perokok) merokok di dalam
pada rumah yang tidak dapat memenuhi ruangan ketika berkumpul dengan anggota
kesehatan dan perilaku penggunaan bahan keluarga lainnya (Anwar & Dharmayanti,
bakar yang mengakibatkan terjadinya 2014).
pneumonia. Rumah padat penduduk dan Berdasarkan masalah yang telah
kebiasaan merokok orang tua sebagai faktor disajikan, penulis menyarankan bahwa
lingkungan yang dapat meningkatkan perlu diselidiki lebih lanjut tentang faktor
terjadinya pneumonia pada balita (Anwar & risiko riwayat balita, perilaku keluarga, dan
Dharmayanti, 2014). Dapat disimpulkan kepadatan hunian rumah terhadap kejadian
bahwa lingkungan yang higienis menjadi pneumonia balita pada 2016-2021. Studi
standar lingkungan yang baik untuk ini perlu dilakukan karena berbeda dengan
meminimalisir terserang penyakit penelitian sebelumnya yaitu banyaknya
pneumonia. bahan literature yang dapat digunakan.
Cakupan ASI eksklusif dengan Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis
angka yang masih rendah baik secara global faktor risiko ASI eksklusif, perilaku
maupun di Indonesia dapat meningkatkan merokok, dan kepadatan hunian rumah
risiko anak untuk menderita penyakit dengan kejadian pneumonia pada balita di
menular. Balita yang tidak mendapatkan Indonesia pada 2016-2021. Selain itu, juga
ASI eksklusif berpotensi lebih besar untuk melakukan uji sensitivitas antara variabel
menderita pneumonia dibandingkan balita ASI eksklusif, perilaku merokok, dan
yang mendapatkan ASI eksklusif. kepadatan hunian.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Hartati (2011), menunjukkan bahwa balita METODE PENELITIAN
yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
memiliki risiko 4,47 kali pneumonia Penelitian ini menggunakan metode
dibandingkan balita yang mendapatkan ASI meta-analisis, yaitu metode statistik yang
eksklusif (Nasir et al., 2019). Akan tetapi, secara kuantitatif menggabungkan beberapa
jika melihat di lapangan saat ini banyak (dua atau lebih) hasil penelitian dengan
sekali ibu muda yang baru melahirkan itu menentukan effect size atau nilai ringkasan
menyusui anaknya tidak menggunakan ASI dalam perangkat lunak jasp versi 0.14.1.
melainkan dengan susu formula.

58
Rizky, et al. STUDI META-ANALISIS: FAKTOR CMHP April 2022: Vol. 4 No. 2 (56-70)
RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
INDONESIA TAHUN 2016-2021

Google Schoolar Science Direct Pubmed


(n= 150) (n= 50) (n= 25)

Hasil artikel yang ditemukan (n= 225)

Artikel setelah Screening:


dilakukan screening 1. Rentang waktu 5 tahun
(n= 100) 2. Artikel tersedia full text

Kriteria inklusi:
Artikel full text (n= a. Artikel merupakan penelitian
60) original research
b. Artikel memuat penelitian tentang
hubungan ASI eksklusif, perilaku
kebiasaan merokok, dan kepadatan
hunian rumah terhadap kejadian
pneumonia pada balita di Indonesia.
c. Artikel minimal Sinta 3 atau jurnal
internasional minimal ter-index
google scholar.
Artikel akhir yang d. Artikel penelitian dengan desain
terpilih sesuai dengan case control
kriteria inklusi (n= 44) e. Artikel yang diakses free /remote.
Kriteria Eksklusi:
a. Artikel penelitian yang
menggunakan desai case control
namun tidak terdapat tabel tabulasi
silang 2x2
b. Artikel penelitian dengan desain
selain case-control
c. Populasi penelitian selain pada anak
balita
Gambar 1. Kerangka Operasional Systematic Review.
Meta-analisis bersifat kuantitatif karena Karena meta-analisis umumnya tidak
menggunakan perhitungan numerik dan memiliki data penelitian primer, dimensi
statistik untuk tujuan praktis, yaitu ukuran efek yang diringkas dalam meta-
mengumpulkan dan mengekstraksi analisis hampir sama dengan artikel
informasi dari begitu banyak data sehingga gabungan.
tidak ada metode lain yang dapat (Asror, Dalam pencarian artikel sebagai
2018). Studi meta-analisis menggunakan acuan dari penelitian ini, digunakan metode
hasil penelitian serupa sebagai data primer PICOS. Seluruh artikel yang digunakan
untuk melakukan penelitian dan menarik dalam penelitian ini, memiliki stuktur
kesimpulan. Effect size, yang merupakan artikel yang lengkap dengan full text.
perbedaan dalam ukuran efek antara Artikel ilmiah yang ditelaah merupakan
kelompok eksperimental dan kelompok literature yang didapatkan dengan
kontrol dalam meta-analisis, merupakan penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa
kombinasi dari setiap penelitian yang telah Ingggris dari website resmi jurnal ilmiah
dilakukan. Effect size dilakukan dalam yakni Google Scholar, Science Direct, dan
kombinasi dengan metode statistik tertentu. Pubmed terkait subjek penelitian
59
Rizky, et al. STUDI META-ANALISIS: FAKTOR CMHP April 2022: Vol. 4 No. 2 (56-70)
RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
INDONESIA TAHUN 2016-2021

pneumonia pada balita dengan rentan waktu dengan gambaran gabungan setiap
5 tahun terakhir, yaitu 2016 sampai 2021. variable yang detiliti.
Kata kunci dalam pencarian tersebut yaitu 3. Uji bias publikasi. Untuk
“ASI eksklusif pada anak balita dengan mengidentifikasi keberadaan bias
kejadian pneumonia”, “kebiasaan merokok publikasi pada penelitian ini, digunakan
dengan kejadian pneumonia”, “kepadatan teknik funnel plot.
hunian rumah dengan kejadian 4. Uji sensitivitas. Dilakukanya uji
pneumonia”, dan “kepadatan hunian rumah sensitivitas yaitu untuk mengetahui
dengan kejadian pneumonia”. ASI sekaligus membuktikan hasil dari meta-
memiliki beberapa kandungan penting yang analysis relative stabil atau tidak
mengandung zat antibodi untuk membantu terhadap perubahan. Selanjutnya,
tubuh balita dalam melawan serangan membandingkan hasil analisis
infeksi. Perilaku kebiasaan merokok oleh menggunakan fixed effect model dengan
anggota keluarga dapat menyebabkan hasil yang dianalisasi dengan pooled
pencemaran polusi udara dalam rumah prevalence ratio.
yang mempengaruhi kasus pneumonia pada Artikel yang didapatkan melalui
balita. Kondisi kepadatan hunian rumah meta-analysis sebanyak 44 artikel
adalah paparan yang berada di dalam rumah penelitian. Untuk mendapatkan nilai pooled
dan dapat meningkatkan kecenderungan odds ratio estimate digunakan metode
terjadinya penyakit pneumonia pada balita. Mentel – Haenszel dan untuk analisis fixed
Pemilahan data dilakukan sesuai effect model digunakan metode
dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang DerSimonian-Laind. Meta-analisis
jelas, sehingga diperoleh 44 artikel sebagai menghitung nilai Odds Ratio (PR) sebagai
sampel penelitian. Terdapat 21 artikel berikut:
untuk variabel ASI eksklusif, sebanyak 14 1. Bila nilai OR > 1 dan CI 95% melewati
artikel variabel perilaku anggota keluarga angka 1, berarti variabel tersebut
yang merokok, dan sebanyak 16 artikel merupakan faktor risiko.
untuk variabel kepadatan hunian rumah. 2. Bila nilai OR < 1 dan CI 95% tidak
Pengolahan data menggunakan software melewati angka 1, berarti variabel
JASP version 0.14.1 dan kemudian tersebut merupakan faktor protektif.
dilakukan analisis data. Analisis data 3. Bila nilai OR = 1 dan CI 95% tidak
dilakukan pada 44 artikel penelitian yang melewati angka 1, berarti variabel
sesuai dengan kriteria inklusi. Berikut 4 tersebut tidak ada hubungan.
tahapan untuk melakukan meta-analysis
yaitu abstraksi data, analisis data, uji bias HASIL
publikasi, dan uji sensitivitas.
1. Abstraksi data. Dari seluruh informasi Analisis Faktor Risiko ASI Eksklusif
yang didapatkan dari setiap artikel Dengan Kejadian Pneumonia Pada
penelitian yang telah terpilih. Seluruh Balita.
data tersebut kemudian diubah kedalam
format tabel dengan tahun publikasi, Tabel 1. Uji Heterogenitas Meta-Analisis
lokasi, pajanan, dan outcome dari ASI Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia
masing-masing dengan seragam. Pada Balita.
2. Analisis data. Analisis data yang Keterangan Q dF P
digunakan adalah fixed effect model dan Omnibus test of 41.162 1 < .001
pooled prevalence ratio. Software yang Model Coefficients
digunakan untuk melakuakan meta- Test of Residual 74.944 20 < .001
analysis adalah JASP version 0.14.1. Heterogeneity
Untuk hasil dari pengolahan data Note. p -values are approximate
diuraikan dalam bentuk grafik forest plot

60
Rizky, et al. STUDI META-ANALISIS: FAKTOR CMHP April 2022: Vol. 4 No. 2 (56-70)
RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
INDONESIA TAHUN 2016-2021

Berdasarkan tabel. 1 diketahui


bahwa nilai p-value pada uji heterogeneity
lebih kecil dari 0.05 yaitu p = <.001 yang
berarti variasi antar penelitian adalah
heterogen, sehingga dalam analisis ini
menggunakan random effect model.

Gambar 3. Funnel Plot Faktor Risiko ASI


Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia
Pada Balita.
Berdasarkan gambar 3.
Menunjukkan hasil funnel plot terdapat
indikasi Publicaton bias karena model yang
terbentuk simetris yakni lingkaran hitam
sebagian keluar pada area segitiga.

Gambar 2. Forest Plot Faktor Risiko ASI Tabel 2. Tabel Uji Egger's Test Meta-
Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia analisis Faktor Risiko ASI Eksklusif Pada
Pada Balita. FE Model mewakili nilai Balita.
prevalence ratop dan menunjukkan nilai Z p-value
95% CI. Egger’s Test
Keterangan: 4.650 < .001
: Bentuk persegi hitam Berdasarkan tabel diatas dapat
melambangkan bobot dari diketahui bahwa nilai p-value pada uji
masing-masing studi. Egger’s test lebih kecil dari 0.05 yaitu p-
: Bentuk diamond hitam value = < .001 yang berarti terindikasi
melambangkan pooled PR. Publication bias.
: Garis horizontal melambangkan
nilai 95% CI.
Analisis Faktor Risiko Perilaku Merokok
Dengan Kejadian Pneumonia Pada
Dapat di interpretasikan,
Balita
berdasarkan hasil dari forest plot pada
gambar 1 didapatkan nilai pooled OR = e0.66
Tabel 2. Uji Heterogenitas Meta-Analisis
= 1.934 (95% CI 0.46-0.86). Sehingga dapat
Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian
diketahui bahwa balita yang tidak
Pneumonia Pada Balita
mendapatkan ASI eksklusif memiliki risiko
sebesar 1.934 kali untuk terjadinya Keterangan Q dF P
pneumonia dibandingkan dengan balita Omnibus test of 51.874 1 < .001
yang mendapatkan ASI eksklusif, dengan Model Coefficients
nilai 95% CI tidak melewati angka 1 Test of Residual 48.298 13 < .001
sehingga perbedaan kedua kelompok kasus Heterogeneity
dan kontrol secara statistik bermakna. Note. p -values are approximate.

61
Rizky, et al. STUDI META-ANALISIS: FAKTOR CMHP April 2022: Vol. 4 No. 2 (56-70)
RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
INDONESIA TAHUN 2016-2021

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui


bahwa nilai p-value pada uji heterogeneity
lebih kecil dari 0.05 yaitu p = <.001 yang
berarti variasi antar penelitian adalah
heterogen, sehingga dalam analisis ini
menggunakan random effect model.

Gambar 5. Funnel Plot Faktor Risiko


Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian
Pneumonia Pada Balita.
Berdasarkan gambar diatas,
menunjukkan hasil funnel plot terdapat
indikasi Publication bias karena model
Gambar 4. Forest Plot Faktor Risiko yang berbentuk simetris yakni lingkaran
Status Gizi Dengan Keadian Pneumonia hitam sebagian di luar area segitiga.
Pada Balita. FE Model mewakili nilai
prevalence ratop dan menunjukkan nilai
95% CI. Tabel 3. Tabel Uji Egger's Test Meta-
Keterangan: analisis Faktor Risiko Kebiasaan Merokok
: Bentuk persegi hitam Pada Balita.
melambangkan bobot dari Z p-value
Egger’s Test
masing-masing studi -1.910 0.056
: Bentuk diamond hitam Berdasarkan tabel diatas dapat
melambangkan pooled PR diketahui bahwa nilai p-value pada uji
: Garis horizontal melambangkan Egger’s test lebih besar dari 0.05 yaitu p-
nilai 95% CI value = 0.056 yang berarti tidak terindikasi
Publication bias.
Dapat di interpretasikan dari hasil
forest plot pada gambar 4 didapatkan nilai Analisis Faktor Risiko Kepadatan
pooled OR = e0.95 = 2.585 (95% CI 0.69- Hunian Rumah Dengan Kejadian
1.21). Sehingga dapat diketahui bahwa Pneumonia Pada Balita.
perilaku anggota rumah yang merokok
lebih risiko 2.585 kali untuk terjadinya Tabel 4. Uji Heterogenitas Meta-Analisis
pneumonia dibanding dengan perilaku Kepadatan Hunian Dengan Kejadian
anggota rumah yang tidak memiliki Pneumonia Pada Balita
kebiasaan merokok. Namun pada variabel Keterangan Q dF P
ini tidak bermakna secara statistik karena
Omnibus test of 27.973 1 < .001
nilai 95% CI melewati angka 1, sehingga
Model Coefficients
hasil yang diperoleh dari sampel tidak dapat
Test of Residual 40.039 15 < .001
digeneralisasi ke dalam populasi balita.
Heterogeneity
Note. p -values are approximate.

62
Rizky, et al. STUDI META-ANALISIS: FAKTOR CMHP April 2022: Vol. 4 No. 2 (56-70)
RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
INDONESIA TAHUN 2016-2021

Berdasarkan tabel diatas, dapat


diketahui bahwa nilai p-value pada uji
heterogeneity lebih kecil dari 0.05 yaitu p =
<.001 yang berarti variasi antar penelitian
adalah heterogen, sehingga dalam analisis
ini menggunakan random effect model.

Gambar 1. Funnel Plot Faktor Risiko


Kepadatan Hunian Dengan Kejadian
Pneumonia Pada Balita.
Berdasarkan gambar diatas,
menunjukkan hasil funnel plot terdapat
indikasi Publication bias karena model
yang berbentuk simetris yakni lingkaran
hitam sebagian di luar area segitiga.
Gambar 6. Forest Plot Faktor Risiko
Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Tabel 5. Uji Egger's Test Meta-analisis
Pneumonia Pada Balita. FE Model Faktor Risiko Kepadatan Hunian Pada
mewakili nilai prevalence ratop dan Balita.
menunjukkan nilai 95% CI. Z p-value
Keterangan: Egger’s Test
-0.655 0.512
: Bentuk persegi hitam
melambangkan bobot dari Berdasarkan tabel diatas dapat
masing-masing studi diketahui bahwa nilai p-value pada uji
: Bentuk diamond hitam Egger’s test lebih besar dari 0.05 yaitu p-
melambangkan pooled PR value = 0.512 yang berarti tidak terindikasi
: Garis horizontal melambangkan Publication bias.
nilai 95% CI
Uji Sensitivitas Faktor Risiko ASI
Dapat di interpretasikan, dari hasil eksklusif, perilaku merokok, dan
forest plot pada gambar 6 didapatkan nilai kepadatan hunian rumah dengan
pooled OR = e0.66 = 1.934 (95% CI 0.42- kejadian pneumonia pada balita di
0.91). Sehingga dapat diketahui bahwa Indonesia tahun 2016-2021
kepadatan hunian rumah balita yang tidak Uji sensitivitas digunakan untuk
memenuhi syarat memiliki risiko sebesar menilai apakah satu hasil meta-analisis
1.934 kali untuk terjadinya pneumonia `robust' (relatif stabil terhadap perubahan).
dibanding dengan kepadatan hunian rumah Uji tersebut dilakukan dilakukan pada
balita yang memenuhi syarat, dengan nilai penelitian ini dengan cara membandingkan
95% CI tidak melewati angka 1 sehingga hasil bila dianalisis menggunakan fixed effet
perbedaan kedua kelompok kasus dan model dengan hasil yang dianalisis dengan
kontrol secara statistik bermakna. random effect model. Fixed effect model
digunakan apabila varian data bersifat
homogen (p-value > α), sedangkan random

63
Rizky, et al. STUDI META-ANALISIS: FAKTOR CMHP April 2022: Vol. 4 No. 2 (56-70)
RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
INDONESIA TAHUN 2016-2021

Tabel 6. Uji Sensitivitas Perbandingan Pooled Prevalence Ratio Fixed Effects Model dan
Random Effects Model.
Fixed Effects Random Effects
Heterogeneity
No. Variabel Penelitian n Models Models
(p-value)
OR 95% CI OR 95% CI
1. ASI eksklusif 21 <. 001 1.934 0.46 - 0.86 2.339 0.43 - 1.28
2. Perilaku merokok 14 <. 001 2.585 0.69 - 1.21 2.316 0.29 - 1.38
Kepadatan hunian
3. 16 <. 001 1.934 0.42 - 0.91 1.896 0.21 - 1.08
rumah
effect model digunakan apabila varian data dengan nilai p heterogenitas < .001 artinya
bersifat heterogen (p-value < α). terdapat variasi antar penelitian. Hasil
Berdasarkan tabel 7 diatas, dapat penelitian menunjukkan bahwa pemberian
diketahui bahwa pada variabel ASI ASI eksklusif memiliki risiko terhadap
Eksklusif terlihat adanya perbedaan nilai kejadian pneumonia pada balita dengan
pooled OR dari fixed model ke random nilai OR = 1.934 (95% CI 0.46-0.86). Hal
model dan confident interval. Terdapat tersebut dapat diketahui bahwa balita yang
kenaikan nilai pooled OR yang semula nilai tidak mendapatkan ASI eksklusif memiliki
pooled OR dari 1.934 menjadi 2.339. Pada risiko sebesar 1.934 kali lebih besar untuk
variabel perilaku merokok terlihat adanya terjadi pneumonia pada tubuhnya
perbedaan nilai pooled OR dari fixed model dibandingkan dengan balita yang
ke random model dan confident interval mendapatkan ASI eksklusif. Nilai 95% CI
yang tidak berbeda jauh. Terdapat tidak melewati angka 1 sehingga perbedaan
penurunan nilai pooled OR yang semula kedua kelompok secara statistik tidak
nilai pooled OR dari 2.585 menjadi 2.316. bermakna.
Sedangkan untuk variabel kepadatan Pemberian ASI eksklusif sangat
hunian, terlihat adanya perbedaan nilai penting, karena ASI eksklusif merupakan
pooled OR dari fixed model ke random cairan yang mengandung zat kekebalan
model dan confident interval yang tidak tubuh yang dapat melindungi balita dari
berbeda jauh. Terdapat penurunan nilai berbagai infeksi bakteri virus maupun
pooled OR yang semula nilai pooled OR jamur. ASI merupakan makanan yang
dari 1.934 menjadi 1.896. terbaik bagi bayi yang berusia 6 bulan
pertama kehidupan. ASI memiliki beberapa
bahan penting yang mengandung zat
PEMBAHASAN antibodi yang membantu tubuh melawan
serangan infeksi, antibodi seperti IgA,
Terdapat 21 penelitian yang telah laktoferrin, komplemen, lactoglobulin,
digabungkan ke dalam perhitungan meta- interferon, lysozyme, limfosit, makrofag,
analisis faktor risiko ASI ekslusif dengan dan sebagainya. Zat antibodi yang
kejadian pneumonia pada balita. Hasil dari terkandung dalam ASI, seperti IgA dan IgG,
penelitian ini dianalisis kembali dengan berperan dalam menjaga integritas mukosa
membagi 2 kelompok menjadi kelompok saluran pernapasan sebagai akibat dari
kasus (berisiko) dan kelompok kontrol memiliki peran dalam melindungi tubuh
(tidak berisiko), yang mana pengambilan dari penyakit pernapasan (Kulsum et al.,
data diambil langsung dari peneliti asli. 2019).
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa Penelitian ini sejalan dengan
variasi antar penelitian dalam meta-analisis penelitian yang dilakukan (Ceria, 2016),
faktor risiko ASI eksklusif dengan kejadian yang menunjukkan bahwa terdapat
pneumonia pada balita bersifat heterogen hubungan antara pemberian ASI eksklusif

64
Rizky, et al. STUDI META-ANALISIS: FAKTOR CMHP April 2022: Vol. 4 No. 2 (56-70)
RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
INDONESIA TAHUN 2016-2021

dengan kejadian pneumonia pada balita dalam rumah merupakan salah satu faktor
ditunjukkan dengan nilai OR = 3,13 (CI risiko yang dapat menyebabkan terjadinya
95%: 1,08-9,10) p =0,031. Artinya, anak ISPA termasuk Pneumonia. Lama merokok
balita yang tidak diberikan ASI eksklusif dan jumlah konsumsi rokok mempunyai
berisiko mengalami pneumonia 3,13 kali hubungan bermakna dengan prevalensi
lebih besar dibandingkan anak balita yang penyakit ISPA, asma, pneumonia, serta
di berikan ASI Eksklusif. Selain itu, penyakit jantung. Asap rokok bukanlah
penelitian yang telah dilakukan oleh (Fikri, penyebab langsung pneumonia pada balita
2017), menyatakan bahwa ASI eksklusif tetapi merupakan faktor tidak langsung
memiliki risiko 7,407 kali lebih besar yang dapat menyebabkan penyakit paru
terkena pneumonia pada balita. akan melemahkan daya tahan tubuh balita
Terdapat 14 penelitian yang telah (Yuwono, 2008).
digabungkan ke dalam perhitungan meta- Penelitian ini sejalan dengan
analisis faktor risiko perilaku merokok penelitian yang dilakukan oleh (Suryani et
dengan kejadian pneumonia pada balita. al., 2018) menyatakan bahwa balita yang
Hasil dari penelitian ini dianalisis kembali tinggal di rumah dengan adanya anggota
dengan membagi 2 kelompok menjadi keluarga yang merokok dalam rumah,
kelompok kasus (berisiko) dan kelompok memiliki risiko untuk terkena pneumonia
kontrol (tidak berisiko), yang mana sebesar 2,76 kali lebih besar dibandingkan
pengambilan data diambil langsung dari dengan balita yang tinggal di rumah yang
peneliti asli. Berdasarkan tabel 3 dapat tidak ada anggota keluarga merokok di
diketahui bahwa variasi antar penelitian dalam rumah. Selain itu, penelitian yang
dalam meta-analisis faktor risiko ASI dilakukan oleh (Amin, 2015), menyatakan
eksklusif dengan kejadian pneumonia pada bahwa terdapat hubungan antara
balita bersifat heterogen dengan nilai p keberadaan perokok di dalam rumah
heterogenitas < .001 artinya terdapat variasi dengan kejadian pneumonia berulang pada
antar penelitian. Hasil penelitian balita dengan nilai OR 7,667, yang berarti
menunjukkan bahwa pemberian perilaku bahwa balita yang tinggal dalam rumah
merokok dari anggota keluarga memiliki dengan anggota keluarga yang merokok di
risiko terhadap kejadian pneumonia pada dalam rumah mempunyai risiko terkena
balita dengan nilai 2.585 (95% CI 0.69- pneumonia sebesar 7,667 kali lebih berisiko
1.21). Hal tersebut dapat diketahui bahwa dibandingkan dengan balita yang tinggal
perilaku anggota keluarga yang merokok dalam rumah tanpa anggota keluarga yang
mempunyai risiko 1.934 kali lebih besar merokok di dalam rumah.
untuk terjadi pneumonia pada tubuhnya Terdapat 16 penelitian yang telah
dibandingkan dengan balita yang tidak digabungkan ke dalam perhitungan meta-
tinggal dengan anggota keluarga yang analisis faktor risiko kepadatan hunian
merokok. Nilai 95% CI melewati angka 1 rumah dengan kejadian pneumonia pada
sehingga hasil yang diperoleh dari sampel balita. Hasil dari penelitian ini dianalisis
tidak dapat digeneralisasi ke dalam populasi kembali dengan membagi 2 kelompok
balita. menjadi kelompok kasus (berisiko) dan
Adanya perokok aktif didalam kelompok kontrol (tidak berisiko), yang
rumah dapat meningkatkan pajanan asap mana pengambilan data diambil langsung
rokok kepada anggota keluarganya. dari peneliti asli. Berdasarkan tabel 5 dapat
Konsumsi perokok di dalam rumah diketahui bahwa variasi antar penelitian
merupakan faktor risiko gangguan dalam meta-analisis faktor risiko kepadatan
pernafasan pada anak balita, apabila anak hunian rumah dengan kejadian pneumonia
balita sudah tercemar asap pembakaran dari pada balita bersifat heterogen dengan nilai
keluarga maka daya tahan tubuh nya akan p heterogenitas < .001 artinya terdapat
melemah (Suryani et al., 2018). Merokok variasi antar penelitian. Hasil penelitian

65
Rizky, et al. STUDI META-ANALISIS: FAKTOR CMHP April 2022: Vol. 4 No. 2 (56-70)
RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
INDONESIA TAHUN 2016-2021

menunjukkan bahwa kepadatan hunian Terdapat beberapa keterbatasan


rumah memiliki risiko terhadap kejadian dalam penelitian ini. Penelitian ini tidak
pneumonia pada balita dengan nilai 1.934 dilakukan kontak secara langsung dengan
(95% CI 0.42-0.91). Hal tersebut dapat peneliti, sehingga menyebabkan adanya
diketahui bahwa balita yang tinggal di beberapa artikel penelitian yang tidak dapat
rumah padat penduduk mempunyai risiko dianalisis karena data yang ditampilkan
1.934 kali lebih besar untuk terjadi tidak memadai untuk dianalisis. Artikel-
pneumonia pada tubuhnya dibandingkan artikel penelitian yang digabungkan dalam
dengan balita yang tinggal di rumah yang systematic review adalah penggabungan
tidak padat penduduk. Nilai 95% CI tidak artikel penelitian dengan desain case
melewati angka 1 sehingga perbedaan control, kemudian dilakukan seleksi sesuai
kedua kelompok secara statistik tidak dengan kriteria inklusi sehingga beberapa
bermakna. artikel selain desain tersebut harus diekslusi
Kepadatan penghuni rumah yang menyebabkan jumlah artikel
merupakan luas lantai dalam rumah dibagi penelitian yang dapat dianalisis sangat
dengan jumlah anggota keluarga penghuni sedikit.
tersebut. Risiko balita terkena pneumonia
akan meningkat jika tinggal di rumah SIMPULAN DAN SARAN
dengan tingkat hunian padat. Kepadatan
hunian yang tidak memenuhi syarat Dari hasil perhitungan meta-
disebabkan oleh luas rumah yang tidak analysis, dapat disimpulkan bahwa faktor
sebanding dengan jumlah keluarga yang risiko tertinggi penyebab pneumonia pada
menempati tempat tinggal tersebut. balita di Indonesia adalah perilaku merokok
Sempitnya area tempat tinggal dengan anggota keluarga. Variabel tersebut
jumlah anggota keluarga yang banyak memiliki risiko 2.585 kali lebih besar untuk
mengakibatkan rasio penduduk terhadap terjadinya pneumonia dibanding dengan
area tempat tinggal tidak seimbang. Risiko perilaku anggota keluarga yang tidak
balita lebih besar pada pneumonia di tempat merokok. Beberapa upaya yang dapat
tinggal yang huniannya lebih padat dilakukan dalam meminimalisir faktor
daripada tempat tinggal yang memenuhi risiko dengan cara melakukan penyuluhan
syarat. Hal ini sangat erat kaitannya dengan maupun promosi secara berkala mengenai
penggunaan belum maksimal daya tahan bahaya merokok terhadap balita dengan
tubuh balita, yang menyebabkan dia rentan cara mengatasinya, bagi keluarga yang
terhadap penyakit (Nursalam, 2016, 2013). mempunyai balita diharapkan dapat
Penelitian ini sejalan dengan menghentikan kebiasaan merokok terutama
penelitian yang dilakukan oleh (Jannah et di dalam rumah atau didekat balita.
al., 2020) menyatakan bahwa balita yang
bertempat tinggal di hunian yang padat UCAPAN TERIMA KASIH
memiliki risiko 1.57 kali menderita
pneumonia dibandingkan responden yang Puji syukur saya panjatkan kepada
bertempat tinggal di hunian tidak padat. Allah SWT atas segala limpahan rahmat
Sementara itu, sebuah penelitian oleh dan karunia-Nya sehingga artikel ini dapat
(Yuwono, 2008) di Kabupaten Cilacap terselesaikan hingga akhir penulisan.
menyatakan bahwa anak balita yang tinggal Terima kasih kepada dosen pembimbing
di rumah dengan tingkat hunian padat dan kakak tingkat saya yang telah
memiliki risiko 2,7 kali lebih besar terkena membimbing dan memberikan saran serta
pneumonia daripada anak balita yang masukan selama proses pengerjaan artikel
tinggal di rumah dengan tingkat hunian ini.
tidak padat.

66
Rizky, et al. STUDI META-ANALISIS: FAKTOR CMHP April 2022: Vol. 4 No. 2 (56-70)
RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
INDONESIA TAHUN 2016-2021

REFERENSI Chairunnisa, P., Nugrohowati, N., &


Chairani, A. (2021). Analisis Faktor
Adawiyah, R., & Duarsa, A. B. S. (2016). Risiko Kejadian Pneumonia Pada
Faktor-faktor Yang Berpengaruh Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Terhadap Kejadian Pneumonia Pada Cinere Kota Depok Tahun 2018.
Balita di Puskesmas Susunan Kota Jurnal IKRA-ITH Humaniora, 5(2),
Bandar Lampung Tahun 2012. 1–10.
Jurnal Kedokteran Yarsi, 24(1), 50– Efni, Y., Machmud, R., & Pertiwi, D.
68. (2016). Faktor Risiko yang
Alnur, R. D., Ismail, D., & Padmawati, R. Berhubungan dengan Kejadian
S. (2017). Kebiasaan merokok Pneumonia pada Balita di
keluarga serumah dan pneumonia Kelurahan Air Tawar Barat Padang.
pada balita. Berita Kedokteran Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2),
Masyarakat, 33(3), 119. 365–370.
https://doi.org/10.22146/bkm.1283 https://doi.org/10.25077/jka.v5i2.5
2 23
Andriyani, R., & Ristica, O. D. (2017). Fajar, Sulistiyani, & Setiani, O. (2019).
Hubungan Status Imunisasi, Asi Faktor – Faktor Yang
Ekslusif, Dan Status Gizi Dengan Mempengaruhi Kejadian
Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Pneumonia Pada Balita Di Wilayah
Puskesmas Rejosari. Jurnal Dunia Kerja Puskesmas Mijen Kota
Kesmas, 6(2), 93–96. Semarang. Jurnal Kesehatan Ibnu
Anwar, A., & Dharmayanti, I. (2014). Sina, 1(1), 1–10.
Pneumonia pada Anak Balita di Farmani, P. I. (2020). The Relationship of
Indonesia. Jurnal Kesehatan Natural Illumination With
Masyarakat Nasional, 29, 359–365. Pneumonia Cases Among Babies
Armina, A., & Wulansari, A. (2020). And Under-Five Children In The
Korelasi Faktor yang Berhubungan Area of South Denpasar II Primary
dengan Kejadian Pneumonia Balita Health Centre. Jurnal Genta
di Dua Puskesmas Kota Jambi. Kebidanan, 10(1), 27–32.
Jurnal Ilmiah Universitas https://doi.org/10.36049/jgk.v10i1.
Batanghari Jambi, 20(1), 272. 15
https://doi.org/10.33087/jiubj.v20i1 Fikri, B. A. (2017). Analisis Faktor Risiko
.801 Pemberian Asi Dan Ventilasi Kamar
Asror, A. H. (2018). Meta-Analisis : PBL. Terhadap Kejadian Pneumonia
PRISMA Prosiding Seminar Balita. The Indonesian Journal of
Nasional Matematika, 508–513. Public Health, 11(1), 14.
Budihardjo, S. N., & Suryawan, I. W. B. https://doi.org/10.20473/ijph.v11i1.
(2020). Faktor-faktor resiko 2016.14-27
kejadian pneumonia pada pasien Handiny, F., & Hermawati, E. (2018).
pneumonia usia 12-59 bulan di Pajanan Pm2,5 Terhadap Kejadian
RSUD Wangaya. Intisari Sains Pneumonia Pada Balita Di Kawasan
Medis, 11(1), 398. Pemukiman Industri Dan Non
https://doi.org/10.15562/ism.v11i1. Industri Kota Padang Tahun 2017.
645 Jik- Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2),
Ceria, I. (2016). Hubungan Faktor Risiko 11–17.
Intrinsik Dengan Kejadian https://doi.org/10.33757/jik.v2i2.91
Pneumonia Pada Anak Balita. Hasanah, U., & Santik, Y. D. P. S. (2021).
Jurnal Medika Respati, 11(4), 44– Faktor Intrinsik dan Extrinsik yang
52. Berhubungan dengan Kejadian

67
Rizky, et al. STUDI META-ANALISIS: FAKTOR CMHP April 2022: Vol. 4 No. 2 (56-70)
RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
INDONESIA TAHUN 2016-2021

Pneumonia di Wilayah Puskesmas Indonesia. In


Rembang. Jurnal Kesehatan Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.
Masyarakat Indonesia, 16(2), 84– Khasanah, M. S. D. (2018). HUBUNGAN
90. KONDISI LINGKUNGAN
Hayati, A. M., Suhartono, & Winarni, S. DALAM RUMAH DENGAN
(2017). Hubungan Antara Faktor KEJADIAN PNEUMONIA PADA
Lingkungan Fisik Rumah Dengan BALITA DI WILAYAH KERJA
Kejadian Pneumonia Pada Anak PUSKESMAS PURING
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas KABUPATEN KEBUMEN
Semin I Kabupaten Gunung Kidul. Mufidatul. Sereal Untuk, 51(1), 51.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e- Kulsum, U., Astuti, D., & Wigati, A.
Journal), 5(5), 441–450. (2019). Kejadian Pneumonia Pada
Hidayah. dkk. (2018). Analisis Faktor Balita Dan Riwayat Pemberian Asi
Risiko Lingkungan Fisik terhadap Di Upt Puskesmas Jepang Kudus.
Kejadian Pneumonia pada Balita. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Jurnal Kesehatan, 1(4), 328–336. Kebidanan, 10(1), 130.
http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.ph https://doi.org/10.26751/jikk.v10i1.
p/woh/article/view/woh1403 636
Hidayani, W. R. (2018). Faktor-Faktor Larasati, F., & Hargono, A. (2019).
Risiko Yang Berhubungan Dengan Perbedaan Risiko Pneumonia
Kejadian Pneumonia Pada Balita Di Berdasarkan Pola Asuh dan Paparan
Wilayah Kerja Puskesmas Asap Rokok. Jurnal PROMKES,
Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya 7(2), 163.
Tahun 2018. Jurnal Kesehatan https://doi.org/10.20473/jpk.v7.i2.2
Bidkesmas Respati, 1(9), 39–51. 019.163-172
https://doi.org/10.48186/bidkes.v1i Linda. (2018). Hubungan Pemberian ASI
9.82 Eksklusif dan Bayi Berat Lahir
Jannah, M., Abdullah, A., Hidayat, M., & Rendah (BBLR) dengan Kejadian
Asrar, Q. (2020). Analisis Faktor Pneumonia Pada Balita Umur 12-59
Risiko Yang Berhubungan Dengan Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Kejadian Pneumonia Balita Di Kamonji. Husada Mahakam: Jurnal
Wilayah Kerja Uptd Puskesmas Kesehatan, 4(5), 277.
Banda Raya Kota Banda Aceh https://doi.org/10.35963/hmjk.v4i5.
Tahun 2019. Jukema (Jurnal 101
Kesehatan Masyarakat Aceh), 6(1), Luthfiyana, N. U., Rahardjo, S. S., & Murti,
20–28. B. (2018). Multilevel Analysis on
https://doi.org/10.37598/jukema.v6i the Biological, Social Economic,
1.797 and Environmental Factors on the
Kaunang, C. T., Runtunuwu, A. L., & Risk of Pneumonia in Children
Wahani, A. M. . (2016). Gambaran Under Five in Klaten, Central Java.
karakteristik pneumonia pada anak In Journal of Epidemiology and
yang dirawat di ruang perawatan Public Health (Vol. 03, Issue 02, pp.
intensif anak RSUP Prof. Dr. R. D. 128–142). jepublichealth.com.
Kandou Manado periode 2013 – https://doi.org/10.26911/jepubliche
2015. E-CliniC, 4(2). alth.2018.03.02.03
https://doi.org/10.35790/ecl.4.2.201 Martayani, A. A. S. D. D., Dwipayanti, N.
6.14399 M. U., & Yuliyatni, P. C. D. (2020).
Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Hubungan Paparan Asap Rokok
Indonesia. Kementrian Kesehatan dengan Risiko Pnenumonia pada
Balita di Kabupaten Gianyar. Jurnal

68
Rizky, et al. STUDI META-ANALISIS: FAKTOR CMHP April 2022: Vol. 4 No. 2 (56-70)
RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
INDONESIA TAHUN 2016-2021

Penelitian Dan Kajian Ilmiah Pusvitasary, N. A., Firdaus, A. R., &


Kesehatan, 6(1), 66–74. Ramdan, M. I. (2017). Faktor-
Masfufatun, J., Nurjazuli, & Suhartono. Faktor yang Berhubungan dengan
(2016). The correlation between the Kejadian Pneumonia Pada Balita di
quality of the house environment Wilayah Kerja Puskesmas
factors with the incidence of Wonorejo Samarinda Tahun 2017.
pneumonia on infant in the working Jurnal Kesehatan Masyarakat, 76-87
area community health center Ramadhani, D., Nurhaidah, & Narwati.
Banjarmangu 1, Banjarnegara (2021). Hubungan Kondisi Fisik
District. Jurnal Kesehatan Rumah dan Tingkat Ekonomi
Lingkungan Indonesia, 15(1), 6–13. Orangtua Terhadap Kejadian
Nasir, M., Su’udi, A., Rohmawati, N., & Pneumonia Pada Balita (Studi
Ronoatmodjo, S. (2019). Hubungan Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Sukodono)). Gema Lingkungan
dengan Riwayat Sakit Bayi 0–6 Kesehatan, 19(1), 29–34.
bulan di Indonesia. Media https://doi.org/10.36568/kesling.v1
Litbangkes, 29(1), 25–30. 9i1.1401
Nuraeni, T., & Rahmawati, A. (2019). Rigustia, R., Zeffira, L., & Vani, A. T.
PNEUMONIA PADA BALITA (2019). Faktor Risiko yang
DAN FAKTOR YANG Berhubungan dengan Kejadian
MEMPENGARUHINYA : STUDI Pneumonia pada Balita di
KASUS DI SALAH SATU Puskesmas Ikur Koto Kota Padang.
PUSKESMAS. Jurnal Gema Health & Medical Journal, 1(1), 22–
Wiralodra, 10(2), 155–164. 29.
Nursalam, 2016, metode penelitian. (2013). https://doi.org/10.33854/heme.v1i1.
Hubungan Kepadatan Hunian Dan 215
Luas Ventilasi Dalam Ruangan Riyanto, A., & Megasari, M. (2021).
Dengan Kejadian Pneumonia Pada Pneumonia pada Balita Tidak
Balita Di Desa Batu Mekar Wilayah Diberikan ASI Eksklusif dan
Kerja Puskesmas Lingsar Imunisasi DPT-HB-HIB. 5(2), 197–
Kabupaten. Journal of Chemical 202.
Information and Modeling, 53(9), S, R. K., Febriana, E. T., S, R. J. U., &
1689–1699. Hijriyany, M. (2018).
Prajadiva, G., & Ardillah, Y. (2019). PENGELOMPOKKAN JUMLAH
Determinan Lingkungan Fisik KASUS PENYAKIT
Rumah Terhadap Pneumonia pada PNEUMONIA PADA BALITA
Balita di Pinggiran Sungai Musi. MENURUT PROVINSI DAN
Jurnal Kesehatan, 7621(1), 1–11. KELOMPOK UMUR DI
https://doi.org/10.23917/jk.v0i1.75 INDONESIA TAHUN 2016 ISSN :
82 2502-6526 Book of KNPMP III
Pusparini, H., Cahyono, T., & Budiono, Z. 2018. 748–756.
(2017). Risiko Kondisi Fisik Rumah Samosir, K., & Eustasia, E. (2019).
Dengan Kejadian Pneumonia Pada Hubungan Faktor Lingkungan Fisik
Balita Di Wilayah Puskesmas Ii Rumah dengan Kejadian
Sumpiuh Kabupaten Banyumas Pneumonia di Wilayah Kerja
Tahun 2016. Buletin Keslingmas, Puskesmas Jatibarang Kabupaten
36(1), 75–82. Indramayu. Jurnal Kesehatan
https://doi.org/10.31983/keslingma Terpadu (Integrated Health
s.v36i1.3007 Journal), 10(2), 36–43.

69
Rizky, et al. STUDI META-ANALISIS: FAKTOR CMHP April 2022: Vol. 4 No. 2 (56-70)
RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI http://cmhp.lenterakaji.org/index.php/cmhp
INDONESIA TAHUN 2016-2021

https://doi.org/10.32695/jkt.v10i2.4 Trisiyah, C. D., & W, C. U. (2018).


3 Hubungan kondisi lingkungan
Sari, R. D. I. (2018). Faktor-Faktor Yang rumah dengan kejadian pneumonia
Berhubungan Dengan Kejadian pada balita di wilayah kerja
Pneumonia Pada Balita. Jurnal Puskesmas Taman Kabupaten
Media Kesehatan, 9(2), 127–133. Sidoarjo. The Indonesian Journal of
https://doi.org/10.33088/jmk.v9i2.3 Public Health, 13(1), 119–129.
03 https://www.e-
Sary, A. N. (2017). Analisis faktor risiko journal.unair.ac.id/IJPH/article/vie
intrinsik dan ekstrinsik dengan w/6629
kejadian pneumonia pada balita di Yuwono, T. A. (2008). Faktor- Faktor
wilayah kerja puskesmas andalas Lingkungan Fisik Rumah Yang
kota padang. Jurnal Kesehatan Berhubungan Dengan Kejadian
Medika Saintika, 8 Nomor 1, 11 Pneumonia Pada Anak Balita di
Halaman. Wilayah Kerja Puskesmas
Soetrisno, D., & Yoku, O. (2019). Kawunganten Kabupaten Cilacap.
Hubungan Faktor Lingkungan Fisik In Universitas DIponegoro.
Rumah dengan Kejadian http://eprints.undip.ac.id/18058/1/T
Pneumonia di Wilayah Kerja ulus_Aji_Yuwono.pdf
Puskesmas Jatibarang Kabupaten
Indramayu. Tjyybjb.Ac.Cn, 10(2),
58–66.
http://www.tjyybjb.ac.cn/CN/article
/downloadArticleFile.do?attachTyp
e=PDF&id=9987
Sumiyati. (2016). Hubungan Pemberian Asi
Dengan Kejadian Pneumonia Pada
Balita Usia 7-24 Bulan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Metro Utara.
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai,
9(1), 30–36.
Suryani, S., Hadisaputro, S., & Zain, S.
(2018). Faktor Risiko Lingkungan
Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Pneumonia Pada Balita
(Studi di Wilayah Kerja Kerja Dinas
Kesehatan Kota Bengkulu).
HIGIENE: Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 4(1), 26–31.
http://103.55.216.56/index.php/higi
ene/article/view/5836
Tanjung, W. W., Batubara, N. S., & Siregar,
P. K. (2017). Faktor-Faktor Risiko
yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian Pneumonia Pada Balita di
Rumah Sakit Tentara Nasional
Indonesia Angkatan Darat (TNI-
AD) Kota Padangsidimpuan. Jurnal
Kesehatan Indonesia, 2(3), 1–10.

70

Anda mungkin juga menyukai