Anda di halaman 1dari 2

Pengertian MIB yang merupakan ideologi negara ini memiliki tiga landasan pokok, yaiti Melayu,

Islam, dan Beraja yang ketiganya memiliki penafsiran masing-masing. Melayu dalam Konstitusi
Brunei Darussalam berbeda dengan penafsiran Melayu di Malaysia dan Indonesia. Melayu
berdasarkan konsteks MIB adalah bangsa Melayu yang termaktub dalam Konstitusi Brunei
Darussalam tahun 1959, yaitu tujuh etnis yang tinggal di Brunei, yaitu: Melayu Belait, Melayu
Bisaya, Melayu Brunei, Melayu Dusun, Melayu Kedayan, Melayu Murut, dan Melayu Tutong.
Warga suku Melayu Brunei Darussalam disebut dengan istilah rakyat Kebawah Duli sebagai
konsekuensi logis atas diakuinya hak-hak etnis Melayu Brunei tersebut dalam ideologi negara.
Sementara itu, bagi warga etnis lain di luar etnis Melayu Brunei disebut dengan istilah penduduk
Kebawah Duli seperti etnis Cina dan India yang telah disahkan sebagai warga negara Brunei.
Islam pada ideologi MIB mengandung pengertian bahwa Brunei Darussalam adalah kerajaan
Islam dan bukanlah negara sekuler. Penerapan nilai-nilai ajaran Islam di Brunei Darussalam
berpegang pada golongan Ahlussunnah wal Jamaah dan mazhab Imam Syafi’i. Hal ini kemudian
ditetapkan sebagai mazhab resmi Negara Brunei Darussalam.
Menurut Mufti Brunei, Pehin Abdul Aziz bin Juned, Ahlussunnah wal Jamaah adalah golongan
yang mendukung dan menganut pendapat-pendapat atau kepercayaan yang datang dari Nabi
Muhammad saw yang disebut juga dengan Sunnah Rasulullah, sebagaimana telah dirangkum
oleh Abu Hasan Al-Asy’ari dan Al-Maturidi. Sedangkan dalam tradisi Ahlussunnah wal Jamaah
mengakui adanya empat mazhab utama, yaitu Imam Syafi’i, Iman Hanafi, Imam Maliki, dan
Imam Hambali.
Unsur atau sila ketiga dari dasar negara MIB adalah Beraja, artinya Brunei merupakan negara
kerajaan (monarki) yang dipimpin oleh seorang raja secara absolut. Dalam konteks kebudayaan
Melayu, rakyat telah menyerahkan haknya secara bulat kepada raja untuk memerintah. Tentunya
raja harus dapat menjalankan amanat tersebut yang tidak hanya diberikan oleh rakyatnya, tetapi
juga dari Allah Swt untuk membawa rakyat kepada kesejahteraan dan kemakmuran.
Ketiga unsur atau sila dalam MIB tersebut merupakan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lainnya. Belumlah dapat dikatakan nasionalisme seorang rakyat Brunei
baik jika ia tidak mengakui salah satu dari tiga landasan ini, misalnya, ia hanya mengakui
Melayu dan Islam, tapi tidak mengakui Beraja.
Berdasarkan pengalaman sejarah Melayu Brunei, raja telah bertindak secara adil dan bijaksana,
sehingga tidak ada alasan bagi rakyat Brunei menolak kedaulatan raja. Raja telah menjalankan
tanggung jawabnya dengan penuh amanah. Kepedulian raja terhadap keperluan umat Islam
dibuktikan dengan pendirian berbagai perangkat hukum Islam dan lembaga keuangan Islam di
Brunei.
Melayu Islam Beraja setidaknya telah membuat Brunei semakin berdaulat dan mampu
mempertahankan identitas dan citranya yang kokoh di tengah negara sekuler dan nonsekuler
lainnya di dunia.
Dengan menjalankan Islam sebagai dasar negara, rakyat Brunei hidup dalam kedamaian dan
kemakmuran, tak terkecuali bagi mereka yang nonmuslim. Brunei telah mampu membuktikan
bahwa Islam adalah satu-satunya ajaran yang sempurna, rahmatan lil ‘alamin, dan sudah
seharusnya dijadikan ideologi negara.

Anda mungkin juga menyukai