Anda di halaman 1dari 28

OPTIMALISASI PROSEDUR EVAKUASI UNTUK

MENCEGAH TIMBULNYA KORBAN PADA KECELAKAAN


PESAWAT

Untuk memenuhi tugas PBL (Project Based Learning)

Disusun Oleh :

Habib Muhammad Rafi


NIT. 34318057

PROGRAM STUDI PERTOLOGAN KECELAKAAN PENERBANGAN


DAN PEMADAM KEBAKARAN
POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA CURUG
2020
OPTIMALISASI PROSEDUR EVAKUASI UNTUK
MENCEGAH TIMBULNYA KORBAN PADA KECELAKAAN
PESAWAT

Untuk memenuhi tugas PBL (Project Based Learning)

Disusun Oleh :

Habib Muhammad Rafi


NIT. 34318057

PROGRAM STUDI PERTOLOGAN KECELAKAAN PENERBANGAN


DAN PEMADAM KEBAKARAN
POLITEKNIK PENERBANGAN INDONESIA CURUG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

OPTIMALISASI PROSEDUR EVAKUASI UNTUK MENCEGAH


TIMBULNYA KORBAN PADA KECELAKAAN PESAWAT

DISUSUN OLEH
HABIB MUHAMMAD RAFI
D.III PKP 14 CHARLIE
NIT : 34318057

Menyetujui,

Ketua Program Studi Dosen Pembimbing


Pertolongan Kecelakaan Pesawat

Rany Adiliawijaya P., S.SiT, M.Si Emilia Rahajeng L, S.ST, M.MTr


NIP. 19890419 201012 2 005 NIP. 19890419 201012 2 00

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyusun makalah ini.
Untuk memenuhi salah satu pemenuhan pengganti nilai On The Job Training
(OJT) Semester 4 yaitu Project Based Learning (PBL) di Politeknik Penerbangan
Indonesia Curug Program Studi Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan
Pemadaman Kebakaran dengan judul “Optimalisasi Prosedur Evakuasi Untuk
Mencegah Timbulnya Korban Pada Kecelakaan Pesawat”.

Dalam penyusunan makalah ini, terdapat beberapa kendala yang sedikit


menghambat proses penulisannya. Namun berkat bantuan dari beberapa pihak
maka akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Oleh Karena itu, pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rany Adilia Wijaya P, S.SiT, M.Si, selaku Ketua Program Studi


Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadaman Kebakaraan
Politeknik Penerbangan Indonesia Curug,
2. Emilia Rahajeng L, S.ST, M.MTr, selaku Dosen Pembimbing selaku Dosen
Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan makalah,
3. Capt. Aviriyanto S, S.Pd, MM., selaku Direktur Politeknik Penerbangan
Indonesia Curug,
4. Damhuri, A.Md, selaku instruktur yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan, dan referensi dalam penyusunan makalah,
5. Seluruh dosen dan staf program studi Pertolongan Kecelakaan Pesawat
Politeknik Penerbangan Indonesia Curug,
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah mencurahkan do’a, cinta kasih,
serta dukungan moral dan material yang tak ternilai harganya,
7. Teman–teman Prodi Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadaman
Kebakaran Angkatan 14 dan semua pihak yang telah membantu penulisan
karya tulis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan dari pembaca. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Bogor, 14 Agustus 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN SAMPUL DALAM
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................... 3
1.4 Manfaat ......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Optimalisasi Evakuasi................................................................... 5
2.1.1 Petugas Lalu Lintas Udara........................................................ 6
2.1.2 PKP-PK....................................................................................... 7
2.1.3 Aviation Security....................................................................... 8
2.2 Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Proses Evakuasi ................... 10
2.3 Menentukan Prioritas Korban Saat Proses Evakuasi.................... 11
2.4 Cara Membawa Korban Kecelakaan Pesawat ............................. 12
2.3.1 Type of Fireman Carry.............................................................. 12
2.4 Cara Memisahkan Korban Setelah di Evakuasi............................ 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 21
3.2 Saran ........................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan pesawat dapat digambarkan sebagai peristiwa atau rangkaian


peristiwa yang mengganggu dan mengancam kehidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam atau non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis. Namun, dalam dunia penerbangan terdapat 3 macam
pengertian kecelakaan pesawat terbang yakni kecelakaan (accident), kejadian
serius (serious incident) dan kejadian/insiden (incident). Accident adalah suatu
peristiwa yang terjadi diluar dugaan manusia yang berhubungan dengan
pengoperasian pesawat yang berlangsung sejak penumpang naik pesawat
(boarding) dengan maksud melakukan penerbangan sampai waktu semua
penumpang turun dari pesawat, dimana dalam peristiwa tersebut mengakibatkan
orang meninggal dunia atau luka parah baik secara langsung maupun tidak
langsung atau pesawat mengalami kerusakan-kerusakan struktural yang berat dan
pesawat memerlukan perbaikan yang besar atau pesawat hilang sama sekali.
Sementara itu, serious incident adalah suatu incident yang menyangkut keadaan
dan yang mengindikasikan bahwa suatu accident nyaris terjadi. Perbedaan antara
suatu accident dengan suatu serious incident hanya terletak pada akibatnya.
Sedangkan incident adalah peristiwa yang terjadi selama penerbangan
berlangsung yang berhubungan dengan operasi pesawat yang dapat
membahayakan terhadap keselamatan penerbangan.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh KNKT (Komite Nasional Keselamatan


Transportasi) Kementerian Perhubungan RI, selama kurun waktu 1988-2012 (per
Agustus 2012) telah terjadi 914 kali insiden dan kecelakaan penerbangan
sipil/komersial di tanah air. Di antaranya terjadi 414 kecelakaan (serious incident
dan accident), dari 414 kecelakaan presentase terjadinya accident adalah sebesar

1
77% dari total kejadian pesawat terbang, sedangkan 23% merupakan serious
incident.

Pada Sub bagian 139 H Peraturan Menteri Perhubungan nomer KM. 24 tahun
2009 tentang peraturan keselamatan penerbangan bagian 139 (CASR part 139)
tentang bandar udara telah mengatur penyelenggara bandar udara diwajibkan
untuk menyediakan pelayanan pertolongan kecelakaan pesawat dan pemadam
kebakaran (PKP-PK) sesuai standar minimum, seperti diketahui bahwa setiap
kecelakaan penerbangan baik dalam keadaan terbakar maupun tidak terbakar akan
menimbulkan kerugian yang bermacam macam, personil PKP-PK adalah bagian
yang berusaha mencegah dan mengurangi kerugian kerugian tersebut khususnya
korban jiwa manusia.

Penumpang pesawat udara dan orang-orang yang bukan penumpang pesawat


udara tetapi turut serta mengalami luka dan cedera ataupun meninggal dunia
akibat kecelakaan pesawat udara merupakan korban kecelakaan pesawat udara.
Oleh sebab itu, personil PKP- PK dalam pelaksanaan tugas pertolongan tidak
memilih antara penumpang dengan bukan penumpang dan yang paling penting to
save lives (menyelamatkan jiwa manusia) sesuai PKPS bagian 139 sebagai dasar
hukum tentang pelayanan PKP-PK.

Kecelakaan pesawat udara di dalam kawasan bandar udara ada yang terbakar
dan mungkin juga tidak terbakar. Demikian juga halnya dengan kondisi
penumpang dan awak pesawat, ada yang mengalami luka ringan, luka sedang,
luka berat, meningal, dan mungkin ada yang tidak luka dan selamat. Terlepas
dari dampak sebagaimana dimaksud di atas, personil PKP-PK tetap akan masuk
kedalam pesawat yang mengalami kecelakaan dan segera mengevakuasi para
korban. Untuk melancarkan operasi pertolongan, para tim penolong (rescue
team) harus mengetahui prosedur operasi pertolongan. Oleh karena itu, penting
untuk mengetahui bagaimana prosedur evakuasi korban kecelakaan pesawat agar
tidak terjadi kesalahan pada saat proses evakuasi.

2
Berdasarkan uraian dan kejadian tersebut, penulis akan membahas mengenai
“Optimalisasi Prosedur Evakuasi Untuk Mencegah Timbulnya Korban Pada
Kecelakaan Pesawat”.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian evakuasi?
b) Apa saja yang harus diperhatikaan saat proses evakuasi?
c) Bagaimana menentukan korban yang terlebih dahulu di evakuasi?
d) Bagaimana cara membawa korban kecelakaan pesawat?
e) Apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah bertambahnya korban?
f) Bagaimana cara memisahkan korban setelah evakuasi?

1.3 Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk pemenuhan tugas On The Job Training Semester 4
mengenai “Optimalisasi Prosedur Evakuasi Untuk Mencegah Timbulnya
Korban Pada Kecelakaan Pesawat” serta Taruna dapat mengetahui dan
mencegah terjadinya kesalahan pada saat proses evakuasi.

b) Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari evakuasi
2. Untuk mengetahui apa saja yang harus diperhatikan saat proses
evakuasi
3. Untuk mengetahui bagaimana menentukan korban yang terlebih
dahulu di evakuasi
4. Untuk mengetahui bagaimana cara membawa korban kecelakaan
pesawat
5. Untuk mengetahui apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah
bertambahnya korban
6. Untuk mengetahui cara memisahkan korban setelah evakuasi

3
1.4 Manfaat
a) Untuk Taruna
Makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan
tentang optimalisasi prosedur evakuasi untuk Taruna. Dan dapat dijadikan
referensi bagi taruna apabila mendapat tugas untuk membuat makalah
optimalisasi prosedur evakuasi.

b) Untuk Kampus
Makalah ini dapat menjadi tambahan bahan bacaan di
perpustakaan. Dan dapat di gunakan juga sebagai bahan acuan untuk
mencari referensi tentang optimalisasi prosedur evakuasi.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Optimalisasi Evakuasi


Optimalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah tertinggi,
paling baik, sempurna, terbaik, paling menguntungkan dan proses pencarian
solusi yang terbaik. Optimalisasi evakuasi yaitu mengurangi jumlah korban
atau mengurangi cidera pada korban. Beberapa faktor penting dalam
optimalisasi evakuasi yaitu :
1. Kondisi Fisik
Pada saat kecelakaan pesawat pasti kondisi luka penumpang selalu
berbeda dan postur badan korban pun berbeda-beda, sehinga berat tubuh
penumpan pun tidak bisa di tentukan. Pada saat melakukan evakuasi
sangat diperlukan memiliki kondisi fisik yang sehat dan bugar, hal ini
dikarenakan penolong harus dapat mengangkat korban apabila diperlukan
untuk menuju ke tempat yang aman. Agar kondisi fisik sehat dan bugar
harus di lakukan latihan fisik seperti olahraga rutin dan tetap menjaga pola
makan agar tubuh tetap dalam kondisi sehat.
2. Teknik Evakuasi
Ada 3 jenis korban yaitu korban tidak luka, korban luka ringan,
dan korban luka berat. Pada teknik evakuasi sudah di tentukan jenis
angkutan-angkutan yang dapat digunakan untuk melakukan proses
evakuasi berdasarkan kondisi korban.
3. Kondisi Korban
Pada saat melakukan evakuasi diharuskan bagi personil PKP-PK
untuk dapat memahami kondisi korban dengan cepat dan tepat, agar

5
personil PKP-PK dapat mengetahui jenis angkutan dan jenis pertolongan
untuk korban tersebut. Oleh karena itu, personil PKP-PK perlu memahami
dengan serius mengenai teknik evakuasi, proses pertolongan, dan kondisi
korban.

Pada saat terjadinya kecelakaan pesawat ataupun terjadi keadaan darurat di


area bandar udara beberapa pihak turut serta membantu, bekerjasama, dan
berkoordinasi satu sama lain agar proses evakuasi dapat dilaksanakan dengan
optimal. Apabila proses evakuasi dilakukan tanpa adanya koordinasi dan
kerjasama antara berbagai pihak, maka proses evakuasi tidak akan optimal,
efisien, dan efektif dan dapat membahayakan nyawa korban. Adapun
beberapa pihak yang turut serta dalam membantu pada saat proses evakuasi
agar dapat dilaksanakan dengan optimal adalah sebagi berikut :
2.1.1 Petugas Lalu Lintas Udara
Petugas lalu lintas penerbangan bertugas dalam memberikan layanan
pemanduan lalu lintas di udara, terutama terhadap lalu lintas
penerbangan pesawat udara, seperti pesawat terbang, helikopter dan
lainnya.
1. Pemandu Lalu Lintas Penerbangan
Pada saat terjadi kecelakaan pemandu lalu lintas penerbangan
memiliki beberapa tugas yaitu :
a. Mengaktifkan alarm kecelakaan;
b. Menginformasikan keadaan darurat kepada unit PKP-PK dan
Aviation Security;
c. Menginformasikan kecelakaan kepada Pimpinan Petugas
Pemandu Lalu Lintas Penerbangan;
d. Mengatur semua pergerakan di daerah pergerakan pesawat
udara sesuai dengan kondisi;
e. Mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu sesuai
dengan kewenangannya.
2. Pimpinan Pemandu Lalu Lintas Penerbangan

6
Pimpinan lalu lintas penerbangan pada saat kecelakaan memiliki
beberapa tugas yaitu :
a. Menginformasikan kecelakaan kepada Kepala Bandar Udara;
b. Menginformasikan kepada Emergency Operation Center
(EOC) atau Pusat Pengendalian Operasi Gawat Darurat;
c. Memantau keadaan darurat dan berkoordinasi dengan Kantor
Otoritas Bandar Udara Wilayah dan Kepala Bandar Udara;
d. Berkoordinasi dengan kepala Bandar Udara untuk menutup
landasan pacu bila dibutuhkan;
e. Mengajukan penerbitan NOTAM melalui instansi yang
berwenang setelah mendapatkan persetujuan Kepala Bandar
Udara.
2.1.2 PKP-PK
1. Petugas Watch Room
Pada saat terjadi kecelakaan petugas watch room memiliki
beberapa tugas yaitu :
a. Mengaktifkan alarm kecelakaan (crash alarm) yang ada di
ruangan watch room;
b. Meneruskan informasi kepada Kepala Unit PKP-PK;
c. Menginformasikan kepada unit PKP-PK sebagaimana
disebutkan pada butir;
d. Meminta kepada semua petugas unit PKP-PK yang sedang
tidak bertugas untuk datang ke Bandar Udara bila dibutuhkan;
e. Meneruskan informasi kepada unit/instansi terkait sesuai
dengan kebutuhan setelah mendapat izin Kepala Unit PKP-
PK.
2. Kepala Unit PKP-PK
Pada saat terjadi kecelakaan petugas watch room memiliki
beberapa tugas yaitu :
a. Menginstruksikan personil PKP-PK ke lokasi keadaan
darurat;
b. Menuju lokasi untuk memimpin operasi;

7
c. Memonitor melalui radio dan meneruskan informasi baru
kepada pihak yang memerlukan;
d. Menentukan lokasi pos komando (bila prioritas pertama
pemadaman api).
e. Segera bergabung dengan Emergency Operation Center
(EOC) bilamana diperlukan;
f. Meminta bantuan pemadam kebakaran;
g. Memerintahkan personil PKP-PK untuk kembali ke fire
station bila operasi pemadaman dan pertolongan selesai
dilakukan untuk mempersiapkan kendaraan dan peralatan
PKP-PK untuk siap beroperasi kembali;
h. Menginformasikan kepada pemandu lalu lintas penerbangan
bahwa fasilitas PKP-PK telah kembali ke fire station dan siap
beroperasi kembali;
i. Membuat laporan kepada Kepala Bandar Udara
halhal/tindakan yang dilakukan oleh unit PKP-PK saat mulai
mendapatkan/mengetahui adanya keadaan darurat penuh
sampai dikatakan aman.
2.1.3 Aviation Security
1. Komandan Aviation Security
Pada saat terjadi kecelakaan petugas aviation security memiliki
beberapa tugas yaitu :
a. Memerintahkan anggotanya menuju ke lokasi keadaan darurat
untuk pengamanan;
b. Menginstruksikan anggotanya untuk melakukan pemasangan
security line setelah ada persetujuan dari unit PKP-PK;
c. Memimpin pengawasan agar masyarakat tidak mendekati
tempat kecelakaan;
d. Menginstruksikan anggotanya untuk mengatur jalur lalu
lintas, pengawasan, dan pemeriksaan bagi pihak yang akan
terlibat untuk menuju tempat tertentu yang disediakan untuk
bertemu atau berkumpulnya personil dan kendaraan PKP-PK

8
sebelum menuju staging area dinamakan rendezvous point,
staging area, sampai dengan lokasi kecelakaan;
e. Melaporkan perkembangan kondisi dilapangan secara berkala
kepada Emergency Operation Center (EOC);
f. Mengambil alih posisi on-scene commander dari komando
PKPPK apabila api telah berhasil dipadamkan dan usaha
pertolongan/evakuasi korban dari pesawat udara yang
mengalami kecelakaan telah selesai dilakukan;
g. Meminta bantuan kepada untuk membantu pengamanan bila
diperlukan.
2. Personil Aviation Security di Lokasi Kecelakaan Pesawat Udara
Personil Aviation Security di Lokasi Kecelakaan Pesawat Udara
bertugas sebagai berikut :
a. Mengamankan jalan sepanjang jalur yang akan dilalui
kendaraan PKP-PK dan kendaraan lainnya;
b. Memasang security line di lokasi keadaan darurat.;
c. Menjaga agar masyarakat tidak memasuki bandar udara;
d. Menjaga dan mengamankan barang-barang yang ada
disekeliling kecelakaan;
3. Personil Aviation Security di Rendezvous Point
Personil Aviation Security di Rendezvous Point bertugas sebagai
berikut :
a. Mencegah agar orang-orang yang tidak berkepentingan
memasuki daerah bandar udara;
b. Mengarahkan tenaga bantuan yang datang ke rendezvous point
menuju staging area yang telah ditentukan;
c. Menjaga rendezvous point hingga penanggulangan keadaan
darurat selesai;
4. Personil Aviation Security di Staging area
Personil Aviation Security di Staging area bertugas sebagai
berikut:

9
a. Mencegah agar orang-orang yang tidak berkepentingan
memasuki lokasi keadaan darurat;
b. Mengarahkan tenaga bantuan yang datang agar menunggu
sampai dengan ada panggilan untuk menuju ke lokasi keadaan
darurat;
c. Menjaga staging area hingga ada pemberitahuan selesai;
d. Menjaga keamanan lokasi keadaan darurat sampai tim KNKT
sampai ke lokasi
5. Personil Aviation Security di Pos Komando
Personil Aviation Security di Pos Komando memiliki 2 (dua) tugas
yaitu :
a. Mencatat semua berita/informasi yang masuk;
b. Berkoordinasi dengan pimpinan Aviation Security yang
bertugas di lapangan.
2.2 Hal Yang Harus Diperhatikan Saat Proses Evakuasi.
Evakuasi adalah pemindahan makhluk hidup dari daerah yang berbahaya,
misalnya bahaya perang, bahaya banjir, meletusnya gunung berapi,
kecelakaan, dan suatu tindakan untuk membuat makhluk hidup menjauh dari
ancaman atau kejadian yang sangat berbahaya termasuk kecelakaan pesawat.
Seseorang yang melakukan evakuasi wajib mengetahui prosedur evakuasi dan
teknik teknik evakuasi. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat proses
evakuasi adalah sebagai berikut :
1. Pertolongan korban

a. Personil PKP-PK harus memiliki keterampilan teknik pertolongan


sebagaimana diketahui bahwa tugas utama PKP-PK adalah
menyelamatkan jiwa manusia sebagai korban kecelakaan pesawat
udara dan gedung fasilitas bandar udara. Oleh sebab itu sudah
semestinya personil PKP-PK harus dibekali teknik pertolongan
korban
b. Penumpang pesawat udara dan orang orang yang bukan penumpang
pesawat udara tetapi surut serta mengalami luka maupun cidera
ataupun meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat udara

10
merupakan korban kecelakaan pesawat udara. Oleh sebab itu
personil PKP-PK dalam tugas penolongan tidak memilih antara
penumpang dengan bukan penumpang dan yang paling penting to
save live (menyalamatkan jiwa manusia)
2. Prosedur ke dalam pesawat yang mengalami kecelakaan

a. Usahakan masuk melalui normal door;

b. Beralih ke emergency exit (emergency door dan emergency window


jika normal door tidak dapat dibuka);

c. Bila emergency exit tidak bisa dibuka, tidak ada cara lain kecuali
membobok / memotong badan pesawat agar rescue team masuk
dengan paksa;

d. Jangan sampai melukai korban yang ada di dalam pesawat udara.

3. Cara membuat force entry

Force entry adalah jalan masuk secara paksa yang dibuat oleh
rescue team dan hanya dapat dibuat pada daerah yang bertanda di titik
potong (cutting point) ataupun sepanjang badan pesawat (fuselage)
biasanya diberikan tanda garis membentuk siku siku warna merah atau
kuning. Berikut ini adalah cara membuat pintu masuk paksa (force entry):

a. Sekurang kurangnya menggunakan kapak untuk


memotong/membobok kulit badan pesawat udara;
b. Menggunakan gergaji listrik dan pahat listrik;
c. Potong sebelah kiri atau kanan dan atas, serta potongannya ditarik
keluar dan dilipat kebawah agar bagian bawah tidak tajam;
d. Waktu yang diperlukan tergantung jenis pesawat udara yang
mengalami kecelakaan, akan tetapi ketahanan korban didalam
pesawat udara yang penuh tidak boleh dari 4 menit.
4. Faktor yang harus diperhatikan dalam membuat tangga saat membuat
force entry
Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan dalam membuat
tangga saat membuat force entry adalah sebagai berikut :

11
a. Percikan bunga api ketika pemotongan badan pesawat;
b. Tidak mengenai penumpang yang ada didalam pesawat udara;
c. Hindari hal hal yang menyebabkan kebakaran.

2.3 Menentukan Prioritas Korban Saat Proses Evakuasi


Memprioritaskan korban pada saat melakukan prosedur evakuasi
merupakan hal yang sangat penting. Jika salah dalam memprioritaskan
korban, maka proses evakuasi akan memakan waktu lebih lama bahkan dapat
berakibat fatal. Pada saat proses evakuasi sangat diwajibkan untuk memahami
tentang prioritas korban dengan mendahulukan penumpang tidak luka yang
dapat mengevakuasi dirinya sendiri, kemudian korban luka ringan, setelah itu
korban luka berat, dan korban yang meninggal. Berikut ini adalah jenis-jenis
luka pada korban kecelakaan pesawat :

1. Korban Luka Ringan

a. Hanya terdapat luka goresan


b. Kondisi korban tidak lemas
c. Masih dapat berdiri dengan kuat
2. Korban Luka Sedang

a. Mengalami patah tulang

3. Korban Luka Berat

a. Mengalami gegar otak atau pendarahan dikepala


b. Tidak sadarakan diri

2.4 Cara Membawa Korban Kecelakaan Pesawat


Dalam melakukan proses evakuasi diwajibkan untuk mengetahui prosedur
evakuasi untuk mengoptimalkan proses evakuasi dan meminimalisir
pertambahan korban, dalam sebuah kecelakaan pesawat jumlah korban
dipastikan banyak dengan luka atau cidera yang berbeda, setiap cidera
memiliki cara masing masing untuk mengevakuasinya berdasarkan type yaitu
Type of Fireman Carry.

2.4.1 Type of Fireman Carry

12
Type of Fireman carry atau dapat diartikan sebagai jenis-jenis
angkutan pemadam kebakaran dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu :

A. Angkutan Perorangan

Angkutan perorangan adalah jenis angkutan yang dapat


dilaksanakan oleh satu orang petugas. Jenis-jenis angkutan
perorangan anara lain :

1. Assist to Walk

Assist to walk dapat digunakan apabila korban tidak


mengalami luka serius dan korban dalam keadaan sadar
ataupun mengalami luka ringan pada kaki atau paha.
Pada saat melakukan proses evakuasi rescue team
meletakkan tangan dengan dilingkarkan pada bahu dan
tangan korban, serta memegang disekitar badannya dan
tangan penolong yang satu lagi memegang tangan korban
pada leher dan bahu penolong. Biarkan tumpuan beratnya
diatas penolong dan dapat dilakukan oleh satu orang.

2. Craddle in Arms

Angkutan ini sangat efektif untuk anak-anak dan orang


dewasa yang bertubuh kecil dan tidak praktis untuk orang
dewasa yang pingsan.

Pada saat melakukan proses evakuasi rescue team


menempatkan satu tangan penolong dibawah tangan korban
dan menyilang ke belakang untuk menahan punggung
korban, tangan penolong yang satu lagi memegang kaki
korban dibawah lutut dan korban diangkat /digendong.

3. Pack Strap Carry

Angkutan ini untuk membawa korban pingsan dan dapat


dilakukan dengan menggunakan tangan yaitu dengan
membaringkan korban dan penolong berlutut disebelah

13
korban. Penolong menggenggam kedua tangan korban
melingkar mengelilingi leher penolong dan posisi korban
diatas punggung penolong dan berjalanlah dengan
merangkak/berjongkok.

4. Fireman Carry/Fireman Lift

Penolong membaringkan dahulu korban selanjutnya


diangkat dengan cara menahan punggung korban setelah
korban dalam keadaan berdiri. Penolong memegang
tangannya (salah satu tangannya) serta ditahan, lalu
penolong memasukan pundaknya di selangkangan korban
dan setelah itu posisi penolong dapat mengangkat korban
dengan tumpuan angkutan pada kedua kaki penolong bukan
pada punggung.

5. One Man Drag

Pertolongan dapat dilaksanakan untuk menggerakkan


korban pingsan dan sangat cepat untuk membawa korban
turun atau mendaki.

Penolong (rescue team) dapat membaringkan korban


dengan posisi penolong jongkok di atas kepala dan
memasukkan tangannya di bawah tangan korban.
Sselanjutnya menyilangkan ke dada korban serta
menggenggam pergelangan tangan korban dan angkat ke
posisi berdiri lalu korban diseret.

6. Fireman Drag

Proses evakuasi dilaksanakan pada lokasi yang sempit dan


tidak memungkinkan berdiri, serta sangat efektif di ruangan
berasap dan dapat digunakan untuk mengangkut korban
yang sadar ataupun pingsan.

Penolong (rescue team) mengikat kedua tangan korban


dengan tali, sapu tangan atau alat pengikat lainnya. Letak

14
kan korban pada posisi berbaring atau telentang.
Setelah itu masukkan kedua tangan korban yang sudah di
ikat ke atas leher penolong (kalungkan melingkar) lalu
korban diseret dengan merangkak dengan posisi penolong
diatas korban (roll in).

7. Blanket Drag

Pertolongan dengan menggunakan blanket drag untuk


mengangkut korban baik sadar atau pingsan dapat dilakukan
dengan meletakkan korban terlentang di atas selimut dan
sejenisnya, lalu korban diseret dan cara ini sangat mudah
dan dapat dilakukan dengan seorang penolong.

8. Clothes Drag

Pertolongan dengan menggunakan clothes drag untuk


mengangkut korban sadar ataupun pingsan di ruangan
berasap yaitu dengan korban dibaringkan dengan posisi
terlentang, lalu penolong jongkok diatas kepala korban dan
penolong memegang baju korban pada bagian pundak agar
korban dapat diseret.

9. Carrying Asstride Ride

Penolong (rescue team) menggendong korban dengan


posisi tangan korban disilangkan di dada penolong. Tangan
penolong juga memegang tangan korban dan menahan paha
korban.

B. Angkutan Beregu

Angkutan beregu adalah jenis angkutan yang dapat dilaksanakan


oleh lebih dari satu orang petugas pertolongan (rescue team).
Jenis-jenis angkutan beregu antara lain :

1. Two Man Seat Carry/ Two Handed Chair

15
Penolong berlutut membuat kedua tangan masing- masing
penolong berpegangan untuk membuat kursi. Penolong
pertama membuat sandaran dan penolong kedua membuat
tempat duduk. Setelah itu korban di dudukan dan diangkut
dengan posisi kedua tangan korban merangkul leher
penolong.

2. Three Handed Chair

Jenis pertolongan dengan menggunakan angkutan three


handed chair dapat dilakukan dengan kedua tangan
penolong membentuk seperti kursi. Penolong pertama
menggunakan kedua tangannya untuk tumpuan tempat
duduk korban dan penolong kedua meletakkan salah satu
tangannya untuk menunjang kedua tangan, penolong ketiga
membuat tempat duduk korban dan tangan penolong yang
lain digunakan untuk memegang kaki korban. Setelah itu
dua orang penolong tersebut jongkok untuk mendudukan
korban pada tangannya lalu korban diangkat bersama sama.

3. Four Handed Chair

Kedua penolong membentuk tangan seperti kursi dengan


melipat salah satu tangannya dan tumpangkan pada siku
tangan yang lain setelah itu dihubungkan sehingga
membentuk seperti kursi lalu kedua penolong tersebut
jongkok untuk mengangkat korbannya.

4. Chair Carry

Chair carry sangat efektif digunakan untuk mengangkut


korban patah tulang paha jika tidak ada tandu yaitu dengan
cara seorang penolong meletakkan kursi disamping korban
setelah itu penolong bersama-sama mengangkat korban.

Korban diletakkan dikursi yang tersedia dengan cara


mengangkatnya, penolong yang berada didepan mengangkat

16
kaki kursi depan ke atas pinggulnya, penolong di belakang
mengangkat sandaran kursi dengan posisi korban lebih
kurang 45% sudutnya.

5. Extremities Carry

Extremities carry dapat digunakan untuk korban sadar


ataupun pingsan, namun tidak diperkenankan untuk
mengangkut korban patah tulang yaitu dengan cara
penolong pertama mengangkat kedua tangan korban dan
penolong kedua memasukan kedua tangan korban melingkar
di atas dada korban dengan menggenggam kedua
pergelangan tangan korban. Penolong yang satu lagi
memasukan tangannya pada posisi kaki/ paha korban dan
secara bersama – sama mengangkat korban.

2.5 Cara Memisahkan Korban Setelah Di Evakuasi

Pada saat melakukan proses evakuasi dari dalam pesawat tindakan


selanjutnya yaitu pemilihan korban kecelakaan. Pada saat proses pemilihan
korban kecelakaan terdapat 3 (tiga) alur penanganan korban yaitu crash area,
collection area, triage area, care area, dengan pengertian sebagai berikut :

1. Crash area adalah lokasi tempat terjadinya kecelakaan pesawat udara.


2. Collection area adalah tempat atau lokasi pengumpulan awal korban
kecelakaan yang akan di evakuasi dari lokasi kejadian.

3. Triage area adalah suatu daerah di lokasi kecelakaan pesawat udara di


dalam bandar udara yang digunakan untuk mengidentifikasi korban
dan sekaligus pemberian label sesuai prioritas korban untuk
memudahkan tim medis dalam penanganan korban. Pada alur
penangan korban di dalam triage area terbagi menjadi 4 jenis yaitu :

a. P1. Emergency (keadaan darurat)

b. P2. Urgensy (keadaan yang mendesak)

17
c. P3. Non Urgen

d. P4/0. Meninggal

Pada triage area untuk mengidentifikasi korban kecelakaan dan


memudahkan proses evakuasi tim medis melakukan proses pemberian
label untuk menentukan prioritas korban. Pemberlian label tersebut
terbagi menjadi 4 (empat) jenis yaitu :

a. P1. Merah
Warna merah menandakan korban dalam keadaan gawat
darurat dengan waktu respon 0 menit. Korban dengan label warna
merah memiliki ciri ciri sebagai berikut :
1) Masalah Airway (jalan nafas)-Breathing (nafas)-Circulation
(sirkulasi) atau disingkat dengan A-B-C;
2) Kesulitan bernafas;
3) Cidera kepala berat;
4) Korban mengalami kejang.

Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas korban


dengan label warna merah dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1) Korban terancam akan mati jika tidak dilakukan proses


evakuasi segera;
2) Korban harus didahulukan;
3) Korban harus segera ditangani;
4) Waktu tunggu 0 menit.
b. P2. Kuning
Warna kuning menandakan korban dalam keadaan darurat
namun tidak gawat dengan waktu respon 30 menit. Korban
dengan label warna kuning memiliki ciri ciri sebagai berikut :
1) Korban merasa nyeri dapat diakibatkan karea gangguan pada
paru-paru;
2) Luka bakar dengan LLB <30%;
3) Diare dengan dehidrasi sedang;
4) Panas tinggi >39 dan tidak di sertai kejang;

18
5) Korban merasa pusing dan kepala terasa seperti berputar
putar.

Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas korban


dengan label warna kuning dapat dideskripsikan sebagai
berikut :
1) Korban memerlukan tindakan medis dalam waktu beberapa
jam bila tidak korban akan meninggal ataupun terjadi cidera
yang irreversible;
2) Pasien dengan penyakit akut;

3) Waktu tunggu 30 menit;

4) Area critical care.

c. P3. Hijau
Warna hijau menandakan korban dalam keadaan tidak
darurat dan tidak darurat dengan waktu respon 60 menit. Korban
dengan label warna hijau memiliki ciri ciri sebagai berikut :

1) Korban mengalami fraktur tertutup yang merupakan jenis


patah tulang dengan kondisi tulang tidak menonjol pada
permukaan kulit;

2) Dislokasi yang merupakan cedera pada sendi yang terjadi


ketika tulang bergeser dan keluar dari posisi normal;

3) Luka bakar minor atau luka bakar ringan adalah cedera yang


mengenai lapisan pertama kulit, sehingga tidak begitu
memerlukan perawatan medis dengan gejala kulit kemerahan,
nyeri, dan pembengkakan;

4) Batuk ataupun pilek;

5) Kram yang merupakan kontraksi kuat atau mengencangnya


otot, yang terasa sakit dan muncul tiba-tiba serta berlangsung
dari beberapa detik hingga hitungan menit.

Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas korban

19
dengan label warna hijau dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1) Korban dapat dirujuk ke dokter praktik atau klinik rawat jalan;


2) Korban dapat berjalan;
3) Luka yang lama;
4) Kondisi yang timbul sudah lama;
5) Waktu tunggu 60 menit.
d. P4/0. Hitam
Warna hitam menandakan korban dalam keadaan
meninggal dengan waktu respon 120 menit. Korban dengan label
warna hitam memiliki ciri ciri sebagai berikut :
1) Korban tidak merespon dari segala rangsangan seperti
rangsangan suara ataupun rangsangan fisik yang diberikan
oleh penolong;
2) Tidak ada respirasi spontan;
3) Tidak ada bukti aktivitas jantung;
4) Hilangnya respon pupil terhadap cahaya.

4. Care area

Suatu daerah tertentu yang berjarak lebih kurang 500 feet dari
lokasi kecelakaan/kebakaran pesawat udara yang dipergunakan
sebagai tempat untuk memberikan pertolongan pertama bagi korban
kecelakaan pesawat.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Optimalisasi prosedur evakuasi untuk mencegah timbulnya korban pada


kecelakaan pesawat tidak boleh dianggap sepele. Meskipun personil PKP-PK
sudah memahami tentang prosedur evakuasi pelaksanaan evakuasi harus tetap
dilaksanakan dengan serius, hal ini dikarenakan pesawat udara di Indonesia
berbeda-beda. Pada saat terjadinya kecelakaan pesawat tentu tidak akan
diketahui jumlah korban pada saat terjadinya kecelakaan pesawat, selain itu
cidera pada korban akan berbeda-beda. Personil PKP-PK harus memahami
teknik angkutan korban dan prioritas korban, karena jika salah dalam
melakukan teknik angkutan ataupun prioritas akan menyebabkan cidera pada
korban semakin parah dan bahkan menambah korban meninggal.

3.2 Saran

Personil PKP-PK harus memegang prinsip tubuh sehat dan bugar, hal ini
dikarenakan proses evakuasi merupakan sesuatu yang sangat fatal jika dilakukan

21
dengan salah. Oleh karena itu sebagai seseorang yang langsung berhubungan
dengan korban maka diperlukan pengetahuan tentang prosedur evakuasi.

Penulis berharap karya tulis ilmiah tentang “Optimalisasi Prosedur Evakuasi


Untuk Mencegah Timbulnya Korban Pada Kecelakaan Pesawat” ini dapat
bermanfaat bagi banyak orang terutama taruna PKP – PK PPI Curug dan
personil PKP – PK di bandar udara seluruh indonesia. Penulis juga menyadari
bahwa penulisan karya ilmiah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu
penulis harap pembaca bisa memberi kritik dan saran yang membangun agar
karya tulis ini kedepannya bisa lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Rhesa wagiyu.2019. Materi Triage


https://id.scribd.com/presentation/427551075/Materi- Triage (diakses tanggal
21 juli 2020)

Maxmanroe.com. Pengertian evakuasi, dan contohnya, tujuan, urutan


evakuasi bencana https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-
evakuasi.html (diakses tanggal juli 2020)

Andry kurnianto. Makalah airport rescue work


https://www.academia.edu/8182907/Makalah_Airport_Rescue_Work (diakses
tanggal 21 juli 2020)

Saputra,Abady Dwi; Priyanto, Sigit; Muthohar, Imam; dan Bhinnety, Magda.


Studi Tingkat Kecelakaan Pesawat Terbang di Indonesia Dari Tahun 1988-
2012 27(4): 272.

Kukuh Power point mata kuliah evakuasi. Curug.

22

Anda mungkin juga menyukai