Anda di halaman 1dari 5

16

reproduksi. Dewasa secara psikologis, diartikan sebagai seseorang yang telah


memiliki tanggung jawab mengenai kehidupan dan keputusan yang telah diambil.
Terakhir adalah dewasa secara sosiologis, dimana seseorang telah mampu
melakukan berbagai peran sosial yang berlaku di masyarakat.
Berdasarkan beberapa pemaparan yang telah disampaikan tersebut orang
dewasa dapat artikan berdasarkan beberapa dimensi, yaitu biologis, psikologis,
dan sosial. Secara biologis, seseorang dikatakan jika telah mampu melakukan
reproduksi. Secara psikologis, seseorang dikatakan dewasa apabila memiliki
tanggung jawab, kekayaan pengetahuan, pengalaman, serta kecapakan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Dan secara sosial, seseorang
dikatakan dewasa, apabila telah mampu menjalankan berbagai peran sosial yang
berlaku di tengah masyarakat.
2.3.1 Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan orang dewasa atau yang dikenal sebagai andragogi telah
direpresentasikan oleh Knowles (dalam Nugraha, 2016) sebagai prinsip belajar
dari orang dewasa. Emifa (2021) yang mengungkapkan bahwa pendidikan orang
dewasa merupakan sebuah cara atau pendekatan yang dilakukan dalam proses
belajar orang dewasa, hal ini menekankan kepada teknik belajar untuk orang
dewasa agar sanggup dan ingin belajar berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.
Sementara itu Abdullah, dkk (2022) menyampaikan jika pembelajaran
orang dewasa mencangkup aspek yang kompleks mengenai pengalaman belajar
yang diperlukan oleh orang dewasa, entah itu pria ataupun wanita, sebagaimana
sesuai dengan bidang keahlian serta kemampuan masing-masing. Dimana
semakin bertambahnya usia dan kedewasaan proses belajar bukan lagi tekananan
akademik, melainkan menurut sebuah tuntutan perkembangan, perubahan tugas,
dan peran sosialnya.
Budiwan (2018) mengartikan andragogi sebagai suatu ilmu dengan
dimensi yang luas dan mendalam. Baik itu berkaitan dengan teori belajar ataupun
cara mengajar, dimana andragogi adalah sebuah dukungan yang penting untuk
proses pembelajaran orang dewasa.
17

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disampaikan di atas pendidikan


orang dewasa sebenarnya memiliki tujuannya untuk memenuhi kebutuhan yang
diperlukan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan Karwati (2016) bahwa
tujuan pembelajaran orang dewasa diperlukan sebagai tuntutan terhadap
kebutuhan yang sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan taraf hidup yang
lebih baik.
Mengacu kepada berbagai pendapat yang telah dipaparkan di atas, dapat
diketahui jika pendidikan bagi orang dewasa sejatinya memerlukan pendekatan
khusus. Sebagaimana Nurdiyanti (2020) yang menerangkan jika dalam prosesnya,
orang dewasa mempunyai masalahnya tersendiri, yang akan berkaitan dengan
kegiatan pembelajaran.
Dalam proses belajar orang dewasa juga bukan lagi bersifat gelas kosong
yang hanya harus diisi semata. Djumena (2016) menyatakan jika proses belajar
dari orang dewasa lebih cenderung kepada sifat transformasi yang bersifat
modifying (dalam bentuk mengubah), relearning (mempelajari kembali), up
dating (memperbarui), dan replacing (mengamati).
Sementara Knowles (dalam Sunhaji, 2013) telah mengembangkan bahwa
pembelajaran orang dewasa terdapat empat asumsi pokok yaitu konsep diri,
pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi belajar. Dimana konsep diri bagi
orang dewasa adalah bergerak menuju kebebasan, yang semula memiliki
ketergantungan mulai mengarah kepada diri sendiri. Sementara itu pengalaman
bagi orang dewasa adalah suatu sumber kekayaan dari dalam diri yang kemudian
akan memberikan dasar yang luas untuk belajar hal baru. Kesiapan belajar sendiri
bagi orang dewasa lebih bersifat sebagai pemenuhan kebutuhan dan melaksanakan
peran sosialnya. Sedangkan untuk orientasi belajar, orang dewasa lebih cenderung
bersifat pemecahan bagi masalah kehidupan.
Dalam karakteristiknya yang berbeda dengan anaik-anak, Tamat (dalam
Sihombing, 2019) juga menjabarkan karakteristik belajar orang dewasa. Pertama,
pembelajaran yang lebih mengarah kepada pendewasaan dan kemandirian. Kedua,
untuk mendukung prinsip belajar yang cenderung sebagai bertahan hidup,
pembelajaran lebih utama menggunakan eksperimen, diskusi, pemecahan
18

masalah, latian, simulasi, dan praktik lapangan. Ketiga, orang dewasa akan siap
belajar jika hal tersebut dirasakan penting untuk memecahkan permasalahan
hidupnya. Keempat, pengembangan kemampuan lebih diorientasikan lebih
terpusat kepada kegiatannnya.
Berdasarkan aspek psikologis orang dewasa memiliki sikap tertentu dalam
belajar. Sebagaimana dikemukakan oleh Lunandi (dalam Yusri, 2013). Pertama,
orang dewasa tidak diajar, melainkan dimotivasi atau diarahkan untuk mencari
pengetahuan yang lebih mutakhir. Kedua, orang dewasa belajar jika menemukan
arti untuk dirinya serta memiliki hubungan dengan kebutuhannya. Ketiga, belajar
bagi orang dewasa merupakan hal yang menyakitkan, sebab harus berusaha
merubah perilaku yang meninggalkan kebiasaan, norma, dan cara berpikir yang
sudah melekat. Keempat, orang dewasa akan memperoleh hasil belajar dari
mengalami atau melakukan. Kelima, bagi orang dewasa belajar merupakan hal
yang khas dan bersifat individual. Keenam, sumber belajar yang luas bagi orang
dewasa adalah pengalaman yang tersimpan di dalam dirinya. Ketujuh, orang
dewasa menganggap jika belajar adalah proses emosional dan intelektual
sekaligus. Kedelapan, orang dewasa akan mampu belajar lebih banyak dengan
bekerja sama. Kesembilan, bagi orang dewasa belajar merupakan sebuah proses
yang bergerak dan bertahap.
Kondisi ataupun iklim belajar yang pas untuk orang dewasa cenderung lebih
bersifat bebas, aman, dan tidak menghakimi. Sebagaimana pernyataan yang
diungkapkan oleh Emifa, dkk (2021) jika orang dewasa mempunyai sistem nilai
yang berbeda, pendapat, serta pendirian yang berbeda. Dengan adanya iklim yang
baik, orang dewasa akan mengemukakan pendapat ataupun pengalamannya
masing-masing tanpa adanya rasa takut atau khawatir dipermalukan dan menerima
sanksi.
Melihat berbagai aspek dan pemaparan yang telah disebutkan sebelumnya
maka dapat diperoleh kesimpulan mengenai pendidikan orang dewasa. Dimana
secara pengertian pendidikan orang dewasa adalah sebuah proses belajar yang
dilaksanakan secara tersturuktur dan memperhatikan kebutuhan orang dewasa
sebagai bagian dari prinsip mengajar orang dewasa itu sendiri. Adapun secara
19

sifatnya pendidikan orang dewasa memiliki sifat modifying (dalam bentuk


mengubah), relearning (mempelajari kembali), up dating (memperbarui), dan
replacing (mengamati). Sedangkan secara prinsip pokok, pendidikan orang
dewasa berkaitan erat dengan empat hal yakni konsep diri, pengalaman, kesiapan
belajar, dan orientasi belajar.
20

BAB 3. METODE PENELITIAN


Pada bab ini diuraikan tentang 3.1 Pendekatan Penelitian, 3.2 Tempat dan
Waktu, 3.3 Situasi Sosial, 3.4 Rancangan Penelitian, 3.5 Teknik dan Alat
Perolehan Data, 3.6 Teknik Pemerikasaan Keabsahan Data, 3.7 Teknik Analisis
Data

3.1 Pendekatan Penelitian


Moleong (dalam Tulastri, 2019) metode kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian misalnya perilaku, motivasi, persepsi, tindakan, dan lain-lain, dengan
cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks yang
ilmiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang sangat menekankan aspek pendalaman pada pemahaman sebuah
permasalahan daripada hanya melihat permasalahan sebagai penelitian secara
umum (Masyhud, 2014: 8).
Penelitian deskriptif kualitatif merupakan sebuah langkah penelitian untuk
mendeskripsikan suatu keadaan dan suatu kondisi secara ilmiah (Masyhud, 2014:
104). Hal tersebut serupa dengan yang Nasution (dalam Megawati, 2013) yang
mendeskripsikan jika metode deskriptif kualitatif digunakan dalam rangka
mengungkapkan gambaran kenyataan yang ada di lapangan, sehingga
permasalahan yang ada dapat dipahami secara lebih mendalam agar mendapatkan
temuan yang juga lebih mendalam. Bungin (2015: 65) mengatakan jika dalam
penelitian kualitatif ada proses analisis dari mencari makna dari suatu pola dari
berbagai rupa kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang bergerak dalam
kehidupan sehari-hari melalui proses ilmiah.
Berkaitan dengan tujuan dari penelitian kualitatif, Bungin (2015: 44)
menerangkan jika tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk memahami suatu
fenomena sosial. Tidak diletakkan dan diarahkan untuk menjelaskan serentetan

Anda mungkin juga menyukai