15 20
15 20
langsung oleh indra penglihatan. Seperti halnya ketika materi yang disajikan
memiliki bentuk visualisasi seperti gambar ataupun grafik. Gaya pembelajar ini
biasanya juga lebih suka mencatat informasi untuk lebih mudah mengingat
informasi yang telah diterima.
Seseorang yang memiliki tipe belajar visual memang cenderung memiliki
ketertarikan yang tinggi pada informasi yang dikemas dalam bentuk gambar,
grafik, peta konsep dan ide peta, plot, ataupun ilustrasi visual lainnya. Sehingga
teknik belajar yang dapat digunakan oleh pembelajar visual sebaiknya adalah
teknik yang lebih mengedepankan mata atau indra penglihatan sebagai cara
terbaik untuk memahami suatu informasi (Rusman, 2017: 106).
Penggunaan media untuk gaya belajar ini sebenarnya cukup beragam.
Sebagaimana pernyataan Uno (2018) jika proses belajar individu dengan gaya
belajar visual sebenarnya akan lebih maksimal jika dalam pelaksanaan dibantu
dengan media yang bisa diamati visualnya, seperti foto, video, chart, diagram, dan
grafik. Kebiasaan yang biasanya muncul ada individu dengan gaya belajar visual
adalah sering mencoret atau membuat catatan kecil saat menggali informasi. Hal
ini juga didukung oleh Mulyani & Solihah (2018) dimana gaya belajar visual
adalah suatu cara agar lebih mudah dalam menerima informasi atau pelajaran
yang telah visualisasikan, seperti dalam bentuk gambar, grafik, tabel, diagram,
peta pikiran, goresan, dan simbol.
Sementara itu pembelajar gaya visual juga memiliki kesulitan belajar.
Arylien, dkk (dalam Yuliaci, 2020) memaparkan jika proses pembelajaran yang
hanya dilakukan dengan metode ceramah, dengan lebih mengutamakan indera
pendengaran dalam menerima informasi akan membuat gaya pembelajar visual
mengalami kesulitan untuk menerima informasi yang disampaikan.
Berdasarkan pemaparan di atas gaya belajar visual dapat disimpulkan
sebagai suatu cara belajar yang lebih menekankan keoptimalan belajarnya dengan
indra penglihatan. Hal tersebut dapat dikenali melalui beberapa ciri umumnya
yaitu lebih memahami informasi yang dikemas secara visual dalam bentuk
gambar, grafik, tulisan, tabel, diagram, peta konsep, simbol, mencatat agar detail
12
informasi yang diterima agar lebih mudah untuk diingat, dan lebih suka membaca
daripada dibacakan oleh orang lain untuk memperoleh dan memahami informasi.
2.2.2 Gaya Belajar Auditorial
Menurut Putra, dkk (2020) seorang yang memiliki gaya belajar auditorial
merupakan seorang anak yang menggunakan indera pendengarannya dalam
menerima informasi. Uno (dalam Rambe, 2018) juga mengungkapkan jika gaya
belajar auditorial lebih mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami dan
memproses informasi atau pengetahuan dalam suatu proses pembelajaran.
Gaya ini sangatlah mengandakan telinga. Sebagaimana menurut Asriyanti,
dkk (2018) yang mengungkapkan jika gaya belajar auditorial adalah gaya belajar
yang dilakukan untuk memperoleh informasi dengan memanfaatkan indera
telinga, sehingga dalam mencapai kesuksesan belajar, tipe ini sangat
mengandalkan telinga. Zagoto, dkk (2019) juga menerangkan jika tipe pembelajar
dengan gaya ini memang benar-benar menggunakan indera pendengaran sebagai
alat yang esensial untuk menyerap informasi. Artinya seorang pembelajar yang
memiliki gaya belajar ini harus mendengarkan terlebih dahulu, barulah
selanjutnya dapat memahami ataupun mengingat informasi yang diterima.
Berkaca kepada penggunaan telinga yang optimal, maka gaya ini sangatlah
membutuhkan penyampaian yang jelas. Hal tersebut didukung dengan pendapat
dari Rahmi & Samsudi (2020) yang mengungkapkan jika gaya belajar auditorial
yang cenderung mengandalkan pendengaran untuk mendapatkan pengetahuan
baru atau informasi, membutuhkan penyampaian yang jelas dan baik agar bisa
dipahami dengan baik.
Bahkan ada hal yang menarik dari gaya belajar ini. Dimana menurut
Ritonga & Rahma (2021) seorang pembelajar auditorial yang menggunakan
indera pendengarannya untuk menyerap informasi, juga akan berusaha memahami
suatu informasi yang berupa teks. Caranya adalah membacanya dengan suara
yang keras, agar turut melibatkan indera pendengarannya secara lebih dominan.
Menggunakan suara untuk mendominasi penggunaan indera pendengaran.
Seperti yang Ula (dalam Rambe, dkk, 2019) nyatakan jika tipe pembelajar ini
akan lebih optimal dalam mempelajari sesuatu ketika informasi yang diberikan
13
berbentuk suara, seperti melalui kaset audio, instruksi ataupun perintah. Media
yang mendukung gaya belajar dengan indera telinga ini juga telah berkembang.
Parbawa (2018) mengungkapkan jika gaya pembelajar auditorial lebih cenderung
mengakses informasi melalui jenis bunyi dan kata yang diciptakan, seperti halnya
yang sedang marak beredar saat ini adalah buku yang telah dikemas dalam bentuk
suara atau yang biasa dikenal sebagai audiobook.
Dari aspek lain Marpaung (2016) menyatakan jika anak dengan gaya belajar
auditorial dapat belajar dengan lebih cepat menggunakan diskusi verbal dan
mendengarkan apa yang diterangkan oleh guru. Hal serupa juga dinyatakan oleh
Yusuf & Amin (2016) jika gaya belajar auditorial ini cenderung menyukai
penyajian materi lewat metode ceramah dan diskusi. Dimana akan diawali dengan
proses mendengar informasi terlebih dahulu, kemudian memahami, dan
mengingat informasi yang telah diberikan. Salah satu ciri umum seorang dengan
jenis gaya belajar ini yakni mampu mengingat dengan baik materi yang dijelaskan
oleh guru saat di kelas ataupun saat melalui diskusi dan cenderung memiliki
kemampuan mendengar informasi dengan baik.
Sari & Sufri (dalam Putra, dkk, 2020) menyatakan jika sebenarnya
pembelajar yang memiliki gaya belajar auditorial biasanya akan lebih cepat dalam
menangkap maksud informasi ataupun materi yang diterima melalui diskusi
verbal dan mendengarkan penyampaian dari guru. Pernyataan tersebut juga
didukung oleh Fitriyani dalam Rizaldi, dkk (2019) yang menyatakan jika seorang
pembelajar dengan tipe auditorial akan lebih memahami materi yang disampaikan
oleh guru, asalkan materi tersebut dapat dijelaskan dengan baik dan jelas.
Sementara itu, gaya auditorial ini sebenarnya cenderung memiliki kesulitan jika
harus dipaksa menerima dan memahami informasi yang berbentuk gambar, teks,
ataupun grafik. Sehingga salah satu metode yang dianggap cocok bagi pembelajar
auditorial ini adalah dengan menggunakan metode ceramah, baik secara langsung
ataupun melalui audio materi yang telah disiapkan.
Berdasarkan hal-hal di atas gaya belajar auditorial dapat diartikan sebagai
cara belajar yang menumpukan kemampuan belajarnya secara lebih optimal, pada
indera pendengaran daripada indera lainnya. Hal ini dapat dikenali dari salah satu
14