Anda di halaman 1dari 1

Adanya fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 terhadap nilai filosofis pancasila sangatlah relevan.

Fatwa
tersebut relevan dengan sila 1, 2, 3, 4, dan 5. Terhadap sila pertama, bentuk keputusan MUI
berhubungan dengan ketuhanan. Meskipun cara peribadatannya berbeda, namun esensinya tetap
sama. Bagi daerah zona merah atau darurat, seperti kota, beribadah di rumah dan tidak di masjid atau
mushalla bukanlah hal yang melunturkan esensi ibadah. Esensi ibadah terletak pada ketakwaan hamba
kepada Tuhan saat melakukan ritual seperti salat. Sedangkan pada daerah non zona merah, seeprti
desa, tetap dilakukan peribadatan di masjid atau mushalla dengan menerapkan hidup bersih, seperti
menyediakan tempat cuci tangan pada masjid atau mushalla.

Aktivitas salat berjamaah lima waktu dan salat tarawih dilaksanakan seperti biasanya, seperti tidak ada
wabah yang harus ditakuti. Bukan berarti masyarakat pedesaan bebal atau tidak mau peduli dengan hal
itu. Memang dalam segi keadaan, di kota lebih cenderung adanya penularan wabah virus dibanding
desa, namun disisi lain salat berjamaah di mushalla atau langgar sudah menjadi sebuah tradisi.
Membiarkan mushalla kosong tanpa adanya jamaah menjadi hal yang ganjal dalam hati. Lekatnya
masyarakat desa pada masjid atau mushalla tidak dapat diartikan pembangkangan terhadap aturan atau
keputusan.

Selanjutnya terhadap sila ke-2, kemanusiaan yang adil dan beradab, dilihat dari nilai filosofi pancasila
fatwa yang dikeluarkan MUI memiliki kemudahan dan keadilan dalam beribadah bagi kalangan daerah
penularannya tinggi (perkotaan) maupun rendah (pedesaan). Di kota masyarakat Muslim mengalami
rukhsah (keringanan) beribadah agar tidak terjadinya penularan virus korona.

Sila ke-3, persatuan Indonesia, adanya diferensiasi cara peribadatan Muslim Indonesia antara kota dan
desa tidak menjadikan sesuatu hal yang harus dicemburui satu sama lain. Dalam kaidah pancasila,
perbedaan adalah upaya bersatunya negara untuk menghadapi permasalahan bersama. Kesadaran
tersebut akan tercipta dengan baik jika sesanti "Bhinneka Tunggal Ika" sungguh-sungguh dihayati. Pada
sila ke-4, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
berdasarkan pada nilai ini fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 adalah musyawarah dari lembaga-lembaga
perwakilan rakyat untuk rakyat hingga ditemukan keputusan mufakat.

Fatwa MUI dalam sila ke-5, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, memiliki suatu tujuan yaitu
untuk melindungi masyarakat dari bahaya wabah virus korona. Terciptanya kemakmuran dan
kesejahteraan secara lahiriah maupun batiniah dalam ancaman wabah. Inti dari sila terakhir ini, keadilan
dalam fatwa dapat dirasakan oleh setiap masyarakat, khususnya masyarakat Muslim Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai