1
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA
dan
BUPATI SUMBAWA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN
YANG MENJADI KEWENANGAN DAERAH KABUPATEN
SUMBAWA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang dibantu oleh
Wakil Presiden dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Daerah adalah Kabupaten Sumbawa.
3. Provinsi adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
4. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sumbawa.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumbawa.
6. Bupati adalah Bupati Sumbawa.
7. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan Tugas
Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
8. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan DPRD dalam
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah.
9. Daerah Otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai
batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus Urusan
Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
10. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian
negara dan penyelenggara Pemerintahan Daerah untuk melindungi,
melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.
11. Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
12. Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh semua Daerah.
13. Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.
14. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada
Daerah untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang
2
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah
Provinsi kepada Daerah untuk melaksanakan sebagian urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi.
15. Pelayanan Dasar adalah pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan
dasar warga Negara.
Pasal 2
(1) Peraturan Daerah ini bermaksud sebagai pedoman dalam penetapan
kebijakan, kelembagaan, perencanaan dan penganggaran dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah.
(2) Peraturan Daerah ini bertujuan untuk menjamin kejelasan urusan,
kewenangan dan menciptakan hubungan yang harmonis antara
Pemerintah, Daerah Provinsi dan Daerah.
BAB II
URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI
KEWENANGAN DAERAH
Pasal 3
(1) Urusan pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan
pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.
(2) Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat
(3) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat dan
daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota.
(4) Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi
dasar pelaksanaan otonomi daerah.
(5) Urusan pemerintahan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai
kepala pemerintahan.
Pasal 4
(1) Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), menjadi dasar
pelaksanaan otonomi daerah.
(2) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
terdiri atas:
a. Urusan Pemerintahan Wajib; dan
b. Urusan Pemerintahan Pilihan.
Pasal 5
(1) Urusan Pemerintahan Wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(2) huruf a, terdiri atas :
a. Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar;
dan
b. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan
Dasar.
3
(2) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi :
a. urusan pendidikan;
b. urusan kesehatan;
c. urusan pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. urusan perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
e. urusan ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan
masyarakat; dan
f. urusan sosial.
(3) Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan
Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi :
a. urusan tenaga kerja;
b. urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
c. urusan pangan;
d. urusan pertanahan;
e. urusan lingkungan hidup;
f. urusan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
g. urusan pemberdayaan masyarakat dan desa;
h. urusan pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
i. urusan perhubungan;
j. urusan komunikasi dan informatika;
k. urusan koperasi, usaha kecil, dan menengah;
l. urusan penanaman modal;
m. urusan kepemudaan dan olah raga;
n. urusan statistik;
o. urusan persandian;
p. urusan kebudayaan;
q. urusan perpustakaan; dan
r. urusan kearsipan.
(4) Urusan Pemerintahan Pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
(2) huruf b, meliputi :
a. urusan kelautan dan perikanan;
b. urusan pariwisata;
c. urusan pertanian;
d. urusan kehutanan;
e. urusan energi dan sumber daya mineral;
f. urusan perdagangan;
g. urusan perindustrian; dan
h. urusan transmigrasi.
(5) Setiap Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat
(3), dan ayat (4) terdiri atas sub urusan dan rincian sub urusan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
4
BAB III
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN
Pasal 6
(1) Pemerintah Daerah memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan
Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) berpedoman pada standar pelayanan minimal
yang ditetapkan oleh Pemerintah.
(2) Dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan
Pemerintahan Pilihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2),
ayat (3), dan ayat (4), Pemerintah Daerah berpedoman pada norma,
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah.
(3) Dalam hal Pemerintah belum menetapkan norma, standar, prosedur dan
kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Daerah dapat
menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
(4) Dalam hal Pemerintah belum menetapkan norma, standar, prosedur dan
kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintahan Daerah
dapat menyelenggarakan langsung Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangannya dengan berpedoman pada peraturan perundang-
undangan.
Pasal 7
Dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangannya, Daerah dapat :
a. menyelenggarakan sendiri; atau
b. menugaskan dan/atau menyerahkan sebagian Urusan Pemerintahan
kepada pemerintahan desa berdasarkan asas tugas pembantuan.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten
Sumbawa Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi
Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sumbawa (Lembaran Daerah
Kabupaten Sumbawa Tahun 2008 Nomor 1, Lembaran Daerah Kabupaten
Sumbawa Nomor 530), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 9
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Sumbawa.
Ditetapkan di Sumbawa Besar
pada tanggal 31 Oktober 2017
BUPATI SUMBAWA,
TTD
M. HUSNI DJIBRIL
5
Diundangkan di Sumbawa Besar
pada tanggal 31 Oktober 2017
TTD
RASYIDI
6
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN DAERAH
KABUPATEN SUMBAWA
I. UMUM
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu
organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan,
namun tidak berarti bahwa setiap penanganan urusan pemerintahan
harus dibentuk kedalam organisasi tersendiri. Pembentukan Perangkat
Daerah dilakukan berdasarkan asas urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah, intensitas Urusan Pemerintahan dan
potensi Daerah, efisiensi, efektifitas, pembagian habis tugas, rentang
kendali, tata kerja yang jelas dan fleksibilitas. Sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi
urusan Pemerintah.
Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah tersebut, pemerintahan daerah menjalankan
otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurs sendiri urusan
pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah dan
Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/kota telah dirinci dalam
Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah.
Urusan Pemerintahan terbagi atas urusan pemerintahan absolut,
urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.
Urusan pemerintahan absolut adalah urusan pemerintahan yang
sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat. Urusan
pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan yang dibagi
antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah
kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke
daerah menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah. Urusan
pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan pemerintahan
daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pilihan.
Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas urusan pemerintahan wajib
yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan urusan pemerintahan
wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar.
Namun mengingat terbatasnya sumber daya dan sumber dana
yang dimiliki oleh Daerah, maka prioritas penyelenggaraan urusan
Pemerintahan Daerah difokuskan pada Urusan Pemerintahan Wajib
dan Urusan Pemerintahan Pilihan yang benar-benar mengarah pada
penciptaan kesejahteraan masyarakat yang disesuaikan dengan
kondisi, potensi dan kekhasan Daerah.
7
II. PASAL DEMI PASAL.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
huruf a
Meskipun urusan pemerintahan bidang kelautan
merupakan urusan yang dibagi antara Pemerintah Pusat
dan Daerah Provinsi, tetapi Daerah masih dapat
melaksanakan kewenangan bidang kelautan sepanjang
yang berkaitan dengan perikanan tangkap dan perikanan
budidaya.
huruf b
Cukup jelas.
huruf c
Cukup jelas.
huruf d
Meskipun urusan pemerintahan bidang kehutanan
merupakan urusan yang dibagi antara Pemerintah Pusat
dan Daerah Provinsi, tetapi Daerah masih dapat
melaksanakan kewenangan bidang kehutanan sepanjang
yang berkaitan dengan pengelolaan taman hutan raya.
huruf e
Meskipun urusan pemerintahan bidang energi dan sumber
daya mineral merupakan urusan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi, tetapi Daerah
masih dapat melaksanakan kewenangan bidang energi dan
sumber daya mineral sepanjang yang berkaitan dengan
pemanfaatan langsung panas bumi.
huruf f
Cukup jelas.
huruf g
Cukup jelas.
8
huruf h
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
9
LAMPIRAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA
NOMOR 8 TAHUN 2017
TENTANG
URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN DAERAH
KABUPATEN SUMBAWA
A. URUSAN PENDIDIKAN
6 Bahasa dan Sastra Pembinaan bahasa dan sastra yang penuturnya dalam Daerah.
9
B. URUSAN KESEHATAN
10
(1) (2) (3)
5 Drainase Pengelolaan dan pengembangan sistem drainase yang terhubung langsung dengan
sungai dalam Daerah.
6 Permukiman Penyelenggaraan infrastruktur pada permukiman di Daerah.
7 Bangunan Gedung Penyelenggaraan bangunan gedung di wilayah Daerah, termasuk pemberian Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) dan sertifikat laik fungsi bangunan gedung.
8 Penataan Bangunan dan Lingkungannya Penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungannya di Daerah.
9 Jalan Penyelenggaraan jalan Daerah.
10 Jasa Konstruksi a. Penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi.
b. Penyelenggaraan sistem informasi jasa konstruksi cakupan Daerah.
c. Penerbitan izin usaha jasa konstruksi nasional (nonkecil dan kecil).
d. Pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan dan tertib pemanfaatan jasa
konstruksi.
11 Penataan Ruang Penyelenggaraan penataan ruang Daerah.
11
(1) (2) (3)
4 Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Penyelenggaraan PSU perumahan.
(PSU)
5 Sertifikasi, Kualifikasi, Klasifikasi, dan Sertifikasi dan registrasi bagi orang atau badan hukum yang melaksanakan perancangan
Registrasi Bidang Perumahan dan Kawasan dan perencanaan rumah serta perencanaan prasarana, sarana dan utilitas umum PSU
Permukiman tingkat kemampuan kecil.
12
F. URUSAN SOSIAL
2 Penanganan Warga Negara Migran Korban Pemulangan warga negara migran korban tindak kekerasan dari titik debarkasi di
Tindak Kekerasan Daerah untuk dipulangkan ke desa/kelurahan asal.
3 Rehabilitasi Sosial Rehabilitasi sosial bukan/tidak termasuk bekas korban penyalahgunaan Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya(NAPZA), dan orang dengan Human
Immunodeficiency
Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) yang tidak memerlukan
rehabilitasi pada panti, dan rehabilitasi anak yang berhadapan dengan hukum.
4 Perlindungan dan Jaminan Sosial a. Pemeliharaan anak-anak terlantar.
b. Pendataan dan pengelolaan data fakir miskin cakupan Daerah.
5 Penanganan Bencana a. Penyediaan kebutuhan dasar dan pemulihan trauma bagi korban bencana kabupaten.
b. Penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat terhadap kesiapsiagaan bencana
kabupaten.
13
II. URUSAN PEMERINTAHAN WAJIB YANG TIDAK BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR
14
B. URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
2 Penyelenggaraan a. Penyediaan dan penyaluran pangan pokok atau pangan lainnya sesuai kebutuhan
Ketahanan Pangan Daerah dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan.
b. Pengelolaan cadangan pangan Daerah.
c. Penentuan harga minimum daerah untuk pangan lokal yang tidak ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerahprovinsi.
d. Pelaksanaan pencapaian target konsumsi pangan perkapita/tahun sesuai dengan
angka kecukupan gizi.
3 Penanganan Kerawanan Pangan a. Penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan kecamatan.
b. Penanganan kerawanan pangan Daerah.
c. Pengadaan, pengelolaan dan penyaluran cadangan pangan pada kerawanan pangan
yang mencakup dalam Daerah.
D. URUSAN PERTANAHAN
2 Kajian Lingkungan Hidup KLHS untuk Keterangan Rencana Peruntukan (KRP) Daerah.
Strategis (KLHS)
3 Pengendalian Pencemaran Pencegahan, penanggulangan dan pemulihan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
dan/atau Kerusakan Lingkungan dalam Daerah.
Hidup
4 Keanekaragaman Hayati (Kehati) Pengelolaan Kehati Daerah.
3 Administrasi Pemerintahan Desa Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan administrasi pemerintahan Desa.
4 Lembaga Kemasyarakatan dan Lembaga a. Pemberdayaan lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang pemberdayaan
Adat Desa dan lembaga adat di Daerah.
b. Pemberdayaan lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat tingkat Desa.
18
H. URUSAN PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
2 Keluarga Berencana (KB) a. Pelaksanaan advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pengendalian
penduduk dan KB sesuai kearifan budaya lokal.
b. Pendayagunaan tenaga penyuluh KB/petugas lapangan KB.
c. Pengendalian dan pendistribusian kebutuhan alat dan obat kontrasepsi serta
pelaksanaan pelayanan KB di Daerah.
d. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan tingkat
Daerah dalam pelaksanaan pelayanan dan pembinaan KB.
I. URUSAN PERHUBUNGAN
19
(1) (2) (3)
f. Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas untuk jaringan jalan Daerah.
g. Persetujuan hasil analisis dampak lalu lintas untuk jalan Daerah.
h. Audit dan inspeksi keselamatan LLAJ di jalan Daerah.
i. Penyediaan angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang dalam Daerah.
j. Penetapan kawasan perkotaan untuk pelayanan angkutan perkotaan dalam 1 (satu) Daerah.
k. Penetapan rencana umum jaringan trayek perkotaan dalam 1 (satu) Daerah.
l. Penetapan rencana umum jaringan trayek pedesaan yang menghubungkan 1 (satu) Daerah.
m. Penetapan wilayah operasi angkutan orang dengan menggunakan taksi dalam kawasan
perkotaan yang wilayah operasinya berada dalam Daerah.
n. Penerbitan izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek perdesaan dan perkotaan dalam
1 (satu) Daerah.
o. Penerbitan izin penyelenggaraan taksi dan angkutan kawasan tertentu yang wilayah operasinya
berada dalam Daerah.
p. Penetapan tarif kelas ekonomi untuk angkutan orang yang melayani trayek antarkota dalam
Daerah serta angkutan perkotaan dan perdesaan yang wilayah pelayanannya dalam Daerah.
2 Pelayaran a. Penerbitan izin usaha angkutan laut bagi badan usaha yang berdomisili dalam Daerah dan
beroperasi pada lintas pelabuhan di Daerah.
b. Penerbitan izin usaha angkutan laut pelayaran rakyat bagi orang perorangan atau badan usaha
yang berdomisili dan yang beroperasi pada lintas pelabuhan dalam Daerah.
c. Penerbitan izin usaha penyelenggaraan angkutan sungai dan danau sesuai dengan domisili
orang perseorangan warga negara Indonesia atau badan usaha.
d. Penerbitan izin trayek penyelenggaraan angkutan sungai dan danau untuk kapal yang melayani
trayek dalam Daerah yang bersangkutan.
e. Penerbitan izin usaha penyelenggaraan angkutan penyeberangan sesuai dengan domisili badan
usaha.
f. Penetapan lintas penyeberangan dan persetujuan pengoperasian kapal dalam Daerah yang
terletak pada jaringan jalan Daerah.
g. Penetapan lintas penyeberangan dan persetujuan pengoperasian untuk kapal yang melayani
penyeberangan dalam Daerah.
20
(1) (2) (3)
h. Penerbitan izin usaha jasa terkait dengan perawatan dan perbaikan kapal.
i. Penetapan tarif angkutan penyeberangan penumpang kelas ekonomi dan kendaraan beserta
muatannya pada lintas penyeberangan dalam Daerah.
j. Penetapan rencana induk dan Daerah Lingkungan Kerja/Daerah Lingkungan Kepentingan
(DLKr/DLKp) pelabuhan pengumpan lokal.
k. Penetapan rencana induk dan DLKr/DLKp untuk pelabuhan sungai dan danau.
l. Pembangunan, penerbitan izin pembangunan dan pengoperasian pelabuhan pengumpan lokal.
m. Pembangunan dan penerbitan izin pembangunan dan pengoperasian pelabuhan sungai dan
danau.
n. Penerbitan izin usaha badan usaha pelabuhan di pelabuhan pengumpul lokal.
o. Penerbitan izin pengembangan pelabuhan untuk pelabuhan pengumpan lokal.
p. Penerbitan izin pengoperasian pelabuhan selama 24 (dua puluh empat) jam untuk pelabuhan
pengumpan lokal.
q. Penerbitan izin pekerjaan pengerukan di wilayah perairan pelabuhan pengumpan lokal.
r. Penerbitan izin reklamasi di wilayah perairan pelabuhan pengumpan lokal.
s. Penerbitan izin pengelolaan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) di dalam DLKR/DLKP
pelabuhan pengumpan lokal.
3 Penerbangan Penerbitan izin mendirikan bangunan tempat pendaratan dan lepas landas helikopter.
2 Aplikasi Informatika a. Pengelolaan nama domain yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan sub domain di
lingkungan Pemerintah Daerah.
b. Pengelolaan e-government di lingkungan Pemerintah Daerah.
21
K. URUSAN KOPERASI, USAHA KECIL, DAN MENENGAH
2 Pengawasan dan pemeriksaan a. Pemeriksaan dan pengawasan koperasi yang wilayah keanggotaan dalam Daerah.
b. Pemeriksaan dan pengawasan koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam koperasi
yang wilayah keanggotaan dalam Daerah.
3 Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Penilaian kesehatan KSP/USP koperasi yang wilayah keanggotaan dalam Daerah.
Pinjam/Unit Simpan Pinjam (KSP/USP)
Koperasi
4 Pendidikan dan Latihan Perkoperasian Pendidikan dan latihan perkoperasian bagi koperasi yang wilayah keanggotaan dalam
Daerah.
5 Pemberdayaan dan Perlindungan Koperasi Pemberdayaan dan perlindungan koperasi yang keanggotaannya dalam Daerah.
6 Pemberdayaan Usaha Mikro, Usaha Kecil, Pemberdayaan usaha mikro yang dilakukan melalui pendataan, kemitraan, kemudahan
dan Usaha Menengah (UMKM) perizinan, penguatan kelembagaan dan koordinasi dengan para pemangku kepentingan.
7 Pengembangan UMKM Pengembangan usaha mikro dengan orientasi peningkatan skala usaha menjadi usaha
kecil.
22
L. URUSAN PENANAMAN MODAL
23
N. URUSAN STATISTIK
O. URUSAN PERSANDIAN
P. URUSAN KEBUDAYAAN
24
Q. URUSAN PERPUSTAKAAN
R. URUSAN KEARSIPAN
25
III. URUSAN PEMERINTAHAN PILIHAN
B. URUSAN PARIWISATA
26
C. URUSAN PERTANIAN
27
D. URUSAN KEHUTANAN
F. URUSAN PERDAGANGAN
28
(1) (2) (3)
2 Sarana Distribusi Perdagangan a. Pembangunan dan pengelolaan sarana distribusi perdagangan.
b. Pembinaan terhadap pengelola sarana distribusi perdagangan masyarakat di wilayah kerjanya.
3 Stabilisasi Harga Barang a. Menjamin ketersediaan barang kebutuhan pokok dan barang penting di tingkat Daerah.
Kebutuhan Pokok dan Barang b. Pemantauan harga dan stok barang kebutuhan pokok dan barang penting di tingkat pasar
Penting Daerah.
c. Melakukan operasi pasardalam rangka stabilisasiharga pangan pokok yang dampaknya dalam
Daerah.
d. Pengawasan pupuk dan pestisida tingkat Daerah dalam melakukan pelaksanaan pengadaan,
penyaluran dan penggunaan pupuk bersubsidi di wilayah kerjanya.
4 Pengembangan Ekspor a. Penyelenggaraan promosi dagang melalui pameran dagang nasional, pameran dagang lokal dan
misi dagang bagi produk ekspor unggulan yang terdapat pada1 (satu) Daerah.
b. Penyelenggaraan kampanye pencitraan produk ekspor skala Daerah provinsi (lintas Daerah
kabupaten/kota).
5 Standardisasi dan Perlindungan Pelaksanaan metrologi legal berupa tera, tera ulang dan pengawasan.
Konsumen
G. URUSAN PERINDUSTRIAN
29
H. URUSAN TRANSMIGRASI
BUPATI SUMBAWA,
TTD
M. HUSNI DJIBRIL
30