Anda di halaman 1dari 42

GUBERNUR JAWA TIMUR

TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR


NOMOR 11 TAHUN 2016
TENTANG
PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 212 ayat (1)


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah dan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, perlu menetapkan
Peraturan Daerah tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan-peraturan
Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan
Undang–Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan
dalam Undang–Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan
Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);

5. Undang
-2-

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR


dan
GUBERNUR JAWA TIMUR

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN


PERANGKAT DAERAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:


1. Provinsi adalah Provinsi Jawa Timur.
2. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.
3. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Timur.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat
DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi
Jawa Timur.
5. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah Provinsi Jawa
Timur.

6. Sekretariat
-3-

6. Sekretariat Daerah adalah Sekretariat Daerah Provinsi Jawa


Timur.
7. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya
disebut Sekretariat DPRD adalah Sekretariat Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Timur.
8. Inspektorat adalah Inspektorat Daerah Provinsi Jawa Timur.
9. Dinas adalah Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur.
10. Badan adalah Badan Daerah Provinsi Jawa Timur.
11. Unit Pelaksana Teknis yang selanjutnya disingkat UPT
adalah unsur pelaksana teknis Dinas/Badan Daerah
Provinsi Jawa Timur yang melaksanakan kegiatan teknis
operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu.
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya
disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Provinsi Jawa Timur.

BAB II
ASAS

Pasal 2

Pembentukan Perangkat Daerah dilakukan berdasarkan asas:


a. Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah;
b. intensitas urusan pemerintahan dan potensi Daerah;
c. efisiensi;
d. efektivitas;
e. pembagian habis tugas;
f. rentang kendali;
g. tata kerja yang jelas; dan
h. fleksibilitas.

BAB III
PEMBENTUKAN

Pasal 3

(1) Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Perangkat Daerah,


meliputi:
a. Sekretariat Daerah;
b. Sekretariat DPRD;
c. Inspektorat;

d. Dinas
-4-

d. Dinas; dan
e. Badan.
(2) Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan Perangkat Daerah tipe A.

BAB IV
SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

Pasal 4

Susunan Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 3 meliputi:
a. Sekretariat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1) huruf a menyelenggarakan tugas membantu Gubernur
dalam penyusunan kebijakan dan pengkoordinasian
administratif terhadap pelaksanaan tugas Perangkat Daerah
serta pelayanan administratif, terdiri atas:
1. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat,
mengkoordinasikan:
a) Biro Administrasi Pemerintahan dan Otonomi Daerah;
b) Biro Administrasi Kesejahteraan Sosial; dan
c) Biro Hukum;
2. Asisten Perekonomian dan Pembangunan,
mengkoordinasikan:
a) Biro Administrasi Perekonomian;
b) Biro Administrasi Sumber Daya Alam; dan
c) Biro Administrasi Pembangunan;
3. Asisten Administrasi Umum, mengkoordinasikan:
a) Biro Organisasi;
b) Biro Umum; dan
c) Biro Hubungan Masyarakat dan Protokol;
b. Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1) huruf b menyelenggarakan administrasi kesekretariatan
dan keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
DPRD, serta menyediakan dan mengoordinasikan tenaga ahli
yang diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan hak dan
fungsinya sesuai dengan kebutuhan, terdiri atas 4 (empat)
bagian;

c. Inspektorat
-5-

c. Inspektorat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)


huruf c menyelenggarakan tugas membantu Gubernur dalam
membina dan mengawasi pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan
oleh Perangkat Daerah, terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 4
(empat) inspektur pembantu;
d. Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d,
terdiri atas:
1. Dinas Pendidikan menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang pendidikan terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 4
(empat) bidang;
2. Dinas Kesehatan menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang kesehatan terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 4
(empat) bidang;
3. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum terdiri atas
1 (satu) sekretariat dan 4 (empat) bidang;
4. Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan
umum terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 4 (empat)
bidang;
5. Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan
Cipta Karya menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang perumahan rakyat dan kawasan pemukiman,
penataan ruang serta bidang pertanahan terdiri atas 1
(satu) sekretariat dan 5 (lima) bidang;
6. Satuan Polisi Pamong Praja menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang ketentraman, ketertiban umum dan
perlindungan masyarakat terdiri atas 1 (satu) sekretariat
dan 4 (empat) bidang;
7. Dinas Sosial menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang sosial terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 4 (empat)
bidang;
8. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang tenaga kerja dan bidang
transmigrasi terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 5 (lima)
bidang;

9. Dinas
-6-

9. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan


Kependudukan menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang:
a) pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak;
b) pengendalian penduduk dan keluarga berencana; dan
c) administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 5 (lima) bidang;
10. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang pertanian dan bidang pangan
terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 4 (empat) bidang;
11. Dinas Lingkungan Hidup menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang lingkungan hidup terdiri atas 1
(satu) sekretariat dan 4 (empat) bidang;
12. Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
pemberdayaan masyarakat dan desa terdiri atas 1 (satu)
sekretariat dan 4 (empat) bidang;
13. Dinas Perhubungan menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang perhubungan terdiri atas 1 (satu)
sekretariat dan 4 (empat) bidang;
14. Dinas Komunikasi dan Informatika menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang:
a) komunikasi dan informatika;
b) statistik; dan
c) persandian;
terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 5 (lima) bidang;
15. Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang koperasi,
usaha kecil, dan menengah terdiri atas 1 (satu) sekretariat
dan 4 (empat) bidang;
16. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
penanaman modal terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 4
(empat) bidang;
17. Dinas Kepemudaan dan Olahraga menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang kepemudaan dan olahraga
terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 4 (empat) bidang;
18. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang kebudayaan dan bidang
pariwisata terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 5 (lima)
bidang;
19. Dinas
-7-

19. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan menyelenggarakan


urusan pemerintahan bidang perpustakaan dan bidang
kearsipan terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 5 (lima)
bidang;
20. Dinas Kelautan dan Perikanan menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang kelautan dan perikanan terdiri atas 1
(satu) sekretariat dan 4 (empat) bidang;
21. Dinas Perkebunan menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang pertanian terdiri atas 1 (satu)
sekretariat dan 4 (empat) bidang;
22. Dinas Peternakan menyelenggarakan urusan
pemerintahan bidang pertanian terdiri atas 1 (satu)
sekretariat dan 4 (empat) bidang;
23. Dinas Kehutanan menyelenggarakan urusan pemerintahan
bidang kehutanan terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 4
(empat) bidang;
24. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang energi dan sumber daya
mineral terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 4 (empat)
bidang;
25. Dinas Perindustrian dan Perdagangan menyelenggarakan
urusan pemerintahan bidang perindustrian dan bidang
perdagangan terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 5 (lima)
bidang;
e. Badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e
terdiri atas:
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah melaksanakan
fungsi penunjang perencanaan terdiri atas 1 (satu)
sekretariat dan 4 (empat) bidang;
2. Badan Pendapatan Daerah melaksanakan fungsi
penunjang keuangan terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan 4
(empat) bidang;
3. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
melaksanakan fungsi penunjang keuangan terdiri atas 1
(satu) sekretariat dan 5 (lima) bidang;
4. Badan Kepegawaian Daerah melaksanakan fungsi
penunjang kepegawaian terdiri atas 1 (satu) sekretariat
dan 4 (empat) bidang;
5. Badan Pendidikan dan Pelatihan melaksanakan fungsi
penunjang pendidikan dan pelatihan terdiri atas 1 (satu)
sekretariat dan 4 (empat) bidang; dan

6. Dinas
-8-

6. Badan Penelitian dan Pengembangan melaksanakan fungsi


penunjang penelitian dan pengembangan terdiri atas 1
(satu) sekretariat dan 4 (empat) bidang.

Pasal 5

Ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan, susunan


organisasi, tugas dan fungsi, serta tata kerja Perangkat Daerah
ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

BAB V
PEMBENTUKAN UPT

Pasal 6

(1) Pada Dinas dan Badan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 3 huruf d dan huruf e dapat dibentuk UPT.
(2) UPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk untuk
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional
dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu Perangkat
Daerah induknya.

Pasal 7

(1) Selain UPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 terdapat


UPT Dinas di bidang pendidikan berupa satuan pendidikan
Daerah Provinsi.
(2) Satuan pendidikan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berbentuk satuan pendidikan formal.

Pasal 8

(1) Selain UPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, terdapat


UPT Dinas di bidang kesehatan berupa Rumah Sakit Daerah
Provinsi sebagai unit organisasi bersifat fungsional dan unit
layanan yang bekerja secara profesional.

(2) Rumah Sakit


-9-

(2) Rumah Sakit Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) bersifat otonom dalam penyelenggaraan tata kelola
rumah sakit dan tata kelola klinis serta menerapkan pola
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

Pasal 9

Nomenklatur, susunan organisasi, uraian tugas dan fungsi UPT


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), Pasal 7 ayat (1)
dan Pasal 8 ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

BAB VI
PEMBENTUKAN CABANG DINAS

Pasal 10

(1) Pada Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan


pemerintahan di bidang:
a. pendidikan;
b. kelautan dan perikanan;
c. kehutanan; dan
d. energi dan sumber daya mineral;
dapat dibentuk cabang dinas di Kabupaten/Kota.
(2) Wilayah kerja cabang dinas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat meliputi 1 (satu) atau lebih Kabupaten/Kota.
(3) Nomenklatur, susunan organisasi, uraian tugas dan fungsi
cabang dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Gubernur.

BAB VII
BADAN PENGHUBUNG

Pasal 11

(1) Untuk menunjang koordinasi pelaksanaan urusan


pemerintahan dan pembangunan dengan Pemerintah Pusat,
dibentuk Badan Penghubung Daerah Provinsi.

(2) Badan
- 10 -

(2) Badan Penghubung Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) berkedudukan di Jakarta.
(3) Susunan organisasi Badan Penghubung Daerah Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas 1 (satu)
subbagian tata usaha dan 3 (tiga) subbidang.
(4) Kepala Badan Penghubung Daerah Provinsi merupakan
jabatan eselon IIIa atau jabatan administrator.
(5) Uraian tugas dan fungsi Badan Penghubung Daerah Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Gubernur.

BAB VIII
STAF AHLI

Pasal 12

(1) Gubernur dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh staf


ahli.
(2) Staf ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur, secara
administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah.
(3) Staf ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah
3 (tiga) orang.
(4) Staf ahli diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi
persyaratan.

BAB IX
JABATAN PERANGKAT DAERAH

Pasal 13

Perangkat Daerah diisi oleh pegawai Aparatur Sipil Negara


diangkat dan diberhentikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

BAB X
- 11 -

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 14

(1) Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan


dibidang kesatuan bangsa dan politik dengan susunan
organisasi dan tata kerja yang telah terbentuk sebelum
Peraturan Daerah ini diundangkan, tetap melaksanakan
tugasnya sampai dengan peraturan perundang-undangan
mengenai pelaksanaan urusan pemerintahan umum
diundangkan.
(2) Anggaran penyelenggaraan urusan pemerintahan dibidang
kesatuan bangsa dan politik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibebankan pada APBD sampai dengan peraturan
perundang-undangan mengenai pelaksanaan urusan
pemerintahan umum diundangkan.

Pasal 15

(1) Perangkat Daerah yang melaksanakan sub urusan bencana


dengan susunan organisasi dan tata kerja yang telah
terbentuk sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan, tetap
melaksanakan tugasnya sampai dengan dibentuknya
kelembagaan baru dengan Peraturan Daerah tersendiri,
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
(2) Anggaran penyelenggaraan sub urusan bencana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada APBD
sampai dengan dibentuknya kelembagaan baru yang
melaksanakan sub urusan bencana berdasarkan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 16

(1) Perangkat Daerah yang melaksanakan fungsi pemerintahan


bidang koordinasi wilayah pemerintahan dan pembangunan
dengan susunan organisasi dan tata kerja yang telah
terbentuk sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan, tetap
melaksanakan tugasnya sampai dengan adanya pengaturan
lebih lanjut.

(2) Anggaran
- 12 -

(2) Anggaran penyelenggaraan fungsi pemerintahan bidang


koordinasi wilayah pemerintahan dan pembangunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada APBD
sampai dengan adanya pengaturan lebih lanjut.

Pasal 17

Perangkat Daerah melaksanakan fungsi pembinaan dan


pengawasan umum dan teknis atas penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Kabupaten/Kota sampai dengan terbentuknya
Perangkat Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

Pasal 18

UPT dan Perangkat Daerah berbentuk Rumah Sakit dengan


susunan organisasi dan tata kerja yang telah ditetapkan
sebelum Peraturan Daerah ini diundangkan, tetap
melaksanakan tugasnya sampai dengan Peraturan Gubernur
tentang UPT yang baru ditetapkan.

Pasal 19

(1) Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini, pejabat


yang ada tetap menduduki jabatannya dan melaksanakan
tugasnya sampai dengan ditetapkannya pejabat yang baru
berdasarkan Peraturan Daerah ini.
(2) Penetapan pejabat yang baru berdasarkan Peraturan Daerah
ini untuk pertama kali dilaksanakan pada akhir bulan
Desember Tahun 2016.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku :


a. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;

b. Peraturan
- 13 -

b. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008


tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi
Jawa Timur;
c. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 10 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah Provinsi Jawa Timur, kecuali ketentuan mengenai
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik;
d. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Daerah
Provinsi Jawa Timur;
e. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Provinsi
Jawa Timur, kecuali ketentuan mengenai Badan
Penanggulangan Bencana Daerah;
f. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 7 Tahun 2010
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Timur Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi Jawa Timur;
g. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2010
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Timur Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa Timur kecuali
ketentuan mengenai Badan Kesatuan Bangsa dan Politik;
h. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2012
tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong
Praja; dan
i. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2012
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Timur Nomor 2 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Lain Provinsi Jawa Timur kecuali ketentuan
mengenai Badan Penanggulangan Bencana Daerah;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 21

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Perangkat Daerah,


sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini dilaksanakan
mulai bulan Januari Tahun 2017.

Pasal 22
- 14 -

Pasal 22

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Timur.

Ditetapkan di Surabaya
Pada tanggal 27 September 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR

ttd

Dr. H. SOEKARWO

NOREG PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR : (12/235/2016)


- 15 -

Diundangkan di Surabaya
Pada tanggal 27 September 2016

SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI JAWA TIMUR

ttd

Dr. H. AKHMAD SUKARDI, MM

LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR


TAHUN 2016 NOMOR 1 SERI C

Sesuai dengan aslinya


a.n. SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI JAWA TIMUR
Kepala Biro Hukum

ttd

Dr. HIMAWAN ESTU BAGIJO, SH, MH


Pembina Utama Muda
NIP. 19640319 198903 1 001
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
NOMOR 11 TAHUN 2016
TENTANG
PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

I. UMUM

Dasar utama pembentukan Perangkat Daerah adalah adanya Urusan


Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan
Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib dibagi atas
Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan urusan
Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar.
Pembentukan Perangkat Daerah dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah dengan prinsip tepat fungsi dan tepat ukuran
(rightsizing) didasarkan pada beban kerja yang sesuai dengan kondisi nyata di
masing-masing daerah dan adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi,
simplifikasi serta komunikasi kelembagaan antara Pusat dan Daerah.

Dalam pembentukan Perangkat Daerah mempertimbangkan faktor luas


wilayah, jumlah penduduk, kemampuan keuangan Daerah serta besaran beban
tugas sesuai dengan Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah
sebagai mandat yang wajib dilaksanakan melalui Perangkat Daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016, Perangkat Daerah
Provinsi terdiri atas:
a. Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Dinas dan Badan tipe A;
b. Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Dinas dan Badan tipe B;
dan
c. Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Dinas dan Badan tipe C.
Penentuan Perangkat Daerah dalam tipelogi Perangkat Daerah didasarkan pada
perhitungan jumlah nilai variabel beban kerja yang terdiri dari variabel umum
dan variabel teknis.
Variabel umum meliputi jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah anggaran
pendapatan dan belanja daerah dengan bobot sebesar 20% (dua puluh persen)
dan variabel teknis yang merupakan beban utama dengan bobot sebesar 80%
(delapan puluh persen). Pada tiap-tiap variabel baik variabel umum maupun
variabel teknis ditetapkan 5 (lima) kelas interval, dengan skala nilai dari 200
(dua ratus) sampai dengan 1.000 (seribu).

Berdasarkan
-2-

Berdasarkan perhitungan jumlah nilai variebel beban kerja baik dari


variebel umum maupun dari variebel teknis, Perangkat Daerah Provinsi Jawa
Timur yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah ini semuanya merupakan
Perangkat Daerah tipe A.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.

Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan asas “Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah” adalah Perangkat Daerah hanya dibentuk
untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan berdasarkan asas
otonomi dan Tugas Pembantuan.

Huruf b
Yang dimaksud dengan asas “intensitas Urusan Pemerintahan dan
potensi Daerah” adalah penentuan jumlah dan susunan Perangkat
Daerah didasarkan pada volume beban tugas untuk melaksanakan
suatu Urusan Pemerintahan atau volume beban tugas untuk
mendukung dan menunjang pelaksanaan Urusan Pemerintahan.

Huruf c
Yang dimaksud dengan asas “efisiensi” adalah pembentukan
Perangkat Daerah ditentukan berdasarkan perbandingan tingkat
daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh.

Huruf d
Yang dimaksud dengan asas “efektivitas” adalah pembentukan
Perangkat Daerah harus berorientasi pada tujuan yang tepat guna
dan berdaya guna.

Huruf e
Yang dimaksud dengan asas “pembagian habis tugas” adalah
pembentukan Perangkat Daerah yang membagi habis tugas dan
fungsi penyelenggaraan pemerintahan kepada Perangkat Daerah
dan tidak terdapat suatu tugas dan fungsi yang dibebankan pada
lebih dari satu Perangkat Daerah.

Huruf f
-3-

Huruf f
Yang dimaksud dengan asas “rentang kendali” adalah penentuan
jumlah Perangkat Daerah dan jumlah unit kerja pada Perangkat Daerah
didasarkan pada kemampuan pengendalian unit kerja bawahan.

Huruf g
Yang dimaksud dengan asas “tata kerja yang jelas” adalah
pelaksanaan tugas dan fungsi Perangkat Daerah dan unit kerja
pada Perangkat Daerah mempunyai hubungan kerja yang jelas, baik
vertikal maupun horizontal.

Huruf h
Yang dimaksud dengan asas “fleksibilitas” adalah penentuan tugas
dan fungsi Perangkat Daerah dan unit kerja pada Perangkat Daerah
memberikan ruang untuk menampung tugas dan fungsi yang
diamanatkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan
setelah Peraturan Pemerintah ini ditetapkan.

Pasal 3
Cukup jelas.

Pasal 4
Cukup jelas.

Pasal 5
Cukup jelas.

Pasal 6
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan “kegiatan teknis operasional” adalah
kegiatan teknis yang secara langsung berhubungan dengan
pelayanan masyarakat.
Yang dimaksud dengan “kegiatan teknis penunjang tertentu” adalah
kegiatan untuk mendukung pelaksanaan tugas organisasi
induknya.

Pasal 7
Cukup jelas.

Pasal 8
-4-

Pasal 8
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “unit organisasi bersifat fungsional” adalah
unit organisasi yang dipimpin oleh pejabat fungsional dokter atau
dokter gigi termasuk dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang
menduduki jabatan fungsional dokter dan dokter gigi
Ayat (2)
Cukup jelas.

Pasal 9
Cukup jelas.

Pasal 10
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Perangkat Daerah yang melaksanakan
Urusan Pemerintahan bidang pendidikan” adalah perangkat daerah
yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang pendidikan sub
urusan manajemen pendidikan yang terkait dengan kewenangan
pengelolaan pendidikan menengah dan pendidikan khusus.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.

Pasal 11
Cukup jelas.

Pasal 12
Cukup jelas

Pasal 13
Cukup jelas.

Pasal 14
Cukup jelas.

Pasal 15
Cukup jelas.

Pasal 16
Cukup jelas.

Pasal 17
-5-

Pasal 17
Cukup jelas.

Pasal 18
Cukup jelas.

Pasal 19
Cukup jelas.

Pasal 20
Cukup jelas.

Pasal 21
Cukup jelas.

Pasal 22
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 63.


GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR


NOMOR 63 TAHUN 2016

TENTANG

KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS


DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN
PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 Peraturan Daerah


Provinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah, perlu menetapkan Peraturan
Gubernur tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Uraian
Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Timur;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan


Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara
Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang -
Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-
Peraturan Negara Tahun 1950);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Aparatur Sipil
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5494);

4. Undang-Undang
-2-

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 1 Tahun 2016
Seri C, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur
Nomor 63);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN


ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA
DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan:


1. Provinsi adalah Provinsi Jawa Timur.
2. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Timur.
3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.
4. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa
Timur.
5. Dinas Peternakan yang selanjutnya disebut Dinas adalah
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur.
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disingkat UPT
adalah unsur pelaksana teknis Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Timur yang melaksanakan kegiatan teknis operasional
dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu.
7. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah Provinsi Jawa
Timur.

BAB II
-3-

BAB II
KEDUDUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI

Pasal 2

(1) Dinas merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan di


bidang pertanian.
(2) Dinas dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah
dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah Provinsi.

Pasal 3

(1) Susunan organisasi Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2,


terdiri atas:
a. Sekretariat, membawahi:
1. Sub Bagian Tata Usaha;
2. Sub Bagian Penyusunan Program dan Anggaran; dan
3. Sub Bagian Keuangan.
b. Bidang Perbibitan, Pakan dan Produksi Peternakan,
membawahi:
1. Seksi Perbibitan Peternakan;
2. Seksi Pakan dan Teknologi Peternakan; dan
3. Seksi Produksi dan Budidaya Ternak.
c. Bidang Kesehatan Hewan, membawahi:
1. Seksi Pengamatan Penyakit Hewan dan Kelembagaan
Kesehatan Hewan;
2. Seksi Pencegahan, Pengendalian dan Penanggulangan
Penyakit Hewan; dan
3. Seksi Pengawasan Peredaran Obat Hewan.
d. Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner, membawahi:
1. Seksi Hygiene Sanitasi dan Sertifikasi Produk Hewan;
2. Seksi Pengawasan Keamanan Produk Hewan; dan
3. Seksi Zoonosis dan Kesejahteraan Hewan.
e. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan,
membawahi:
1. Seksi Pengolahan dan Peningkatan Mutu Hasil Peternakan;
2. Seksi Pemasaran Hasil Peternakan; dan
3. Seksi Investasi Usaha dan Kelembagaan Peternak.
f. UPT; dan
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.

(3) Masing-masing
-4-

(3) Masing-masing Bidang dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada


dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.
(4) Masing-masing Sub Bagian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian
yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris.
(5) Masing-masing Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Bidang.

BAB III
URAIAN TUGAS DAN FUNGSI
Bagian Kesatu
Dinas

Pasal 4

(1) Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mempunyai tugas


membantu Gubernur melaksanakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi di bidang pertanian dan
tugas pembantuan.
(2) Dinas dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pertanian;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pertanian;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pertanian;
d. pelaksanaan administrasi Dinas di bidang pertanian; dan
e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur terkait
dengan tugas dan fungsinya.

Bagian Kedua
Sekretariat

Pasal 5

(1) Sekretariat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, mempunyai


tugas merencanakan, melaksanakan, mengoordinasikan dan
mengendalikan kegiatan administrasi umum, kepegawaian,
perlengkapan, penyusunan program, keuangan, hubungan
masyarakat dan protokol.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Sekretariat, mempunyai fungsi:
a. pengelolaan pelayanan administrasi umum dan perizinan;
b. pengelolaan administrasi kepegawaian;
c. pengelolaan administrasi keuangan;
d. pengelolaan administrasi perlengkapan;

e. pengelolaan
-5-

e. pengelolaan aset dan barang milik negara/daerah;


f. pengelolaan urusan rumah tangga, hubungan masyarakat
dan protokol;
g. pelaksanaan koordinasi penyusunan program, anggaran
dan perundang-undangan;
h. pelaksanaan koordinasi penyelesaian masalah hukum (non
yustisia) di bidang kepegawaian;
i. pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas
bidang;
j. pengelolaan kearsipan dan perpustakaan;
k. pelaksanaan monitoring serta evaluasi organisasi dan
tatalaksana; dan
l. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dinas.

Pasal 6

(1) Sub Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3


ayat (1) huruf a angka 1, mempunyai tugas:
a. menyiapkan bahan pelaksanaan penerimaan,
pendistribusian dan pengiriman surat-surat, penggandaan
naskah-naskah dinas, kearsipan dan perpustakaan;
b. menyiapkan bahan pelaksanaan urusan rumah tangga dan
keprotokolan;
c. menyiapkan bahan pelaksanaan tugas di bidang hubungan
masyarakat;
d. menyiapkan bahan penyusunan perencanaan kebutuhan
kepegawaian mulai penempatan formasi, pengusulan dalam
jabatan, usulan pensiun, peninjauan masa kerja, pemberian
penghargaan, kenaikan pangkat, Sasaran Kerja Pegawai,
Daftar Urutan Kepangkatan, Sumpah/Janji Aparatur Sipil
Negara, Gaji Berkala, kesejahteraan, mutasi dan
pemberhentian pegawai, diklat, ujian dinas, izin belajar,
pembinaan kepegawaian dan disiplin pegawai, menyusun
standar kompetensi pegawai, tenaga teknis dan fungsional
dan menyelenggarakan pengelolaan administrasi aparatur
sipil negara lainnya;
e. menyiapkan bahan pelaksanaan penyusunan kebutuhan
perlengkapan, pengadaan, perawatan, serta pengamanan
perlengkapan dan aset;
f. menyiapkan bahan penyelesaian masalah hukum (non
yustisia) di bidang kepegawaian; dan
g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Sekretaris.

(2) Sub Bagian


-6-

(2) Sub Bagian Penyusunan Program dan Anggaran sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a angka 2, mempunyai
tugas:
a. menyiapkan bahan penghimpunan data dan menyiapkan
bahan koordinasi penyusunan program;
b. menyiapkan bahan pelaksanaan pengolahan data;
c. menyiapkan bahan pelaksanaan perencanaan program;
d. menyiapkan bahan penataan kelembagaan, ketatalaksanaan
dan perundang-undangan;
e. menyiapkan bahan penghimpunan data dan menyiapkan
bahan perencanaan dan penyusunan anggaran serta
kebijakan;
f. menyiapkan bahan monitoring serta evaluasi organisasi dan
pelaporan; dan
g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Sekretaris.
(3) Sub Bagian Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf a angka 3, mempunyai tugas:
a. menyiapkan bahan pelaksanaan pengelolaan keuangan
termasuk pembayaran gaji pegawai;
b. menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan kegiatan
termasuk penyelesaian rekomendasi hasil pengawasan;
c. menyiapkan bahan pelaksanaan pengelolaan akuntansi
keuangan;
d. menyiapkan bahan pelaksanaan pengadministrasian dan
penatausahaan keuangan;
e. menyiapkan bahan penyusunan laporan pertanggung-
jawaban atas pelaksanaan pengelolaan keuangan;
f. menyiapkan bahan pelaksanaan pengadministrasian aset
dan menyusun laporan pertanggungjawaban atas barang-
barang inventaris;
g. menyiapkan bahan pelaksanaan koordinasi pemanfaatan dan
penghapusan serta penatausahaan barang milik
negara/daerah; dan
h. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Sekretaris.

Bagian Ketiga
Bidang Perbibitan, Pakan dan Produksi Peternakan

Pasal 7

(1) Bidang Perbibitan, Pakan dan Produksi Peternakan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b, mempunyai tugas
merencanakan, membina, melaksanakan dan mengoordinasikan
kegiatan bidang perbibitan, pakan dan produksi peternakan.

(2) Untuk
-7-

(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


Bidang Perbibitan, Pakan dan Produksi Peternakan, mempunyai
fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis perbibitan, pakan dan produksi
peternakan;
b. pelaksanaan kebijakan dan pedoman perbibitan, pakan dan
produksi peternakan;
c. pengelolaan Sumber Daya Genetik Hewan yang terdapat pada
lebih dari satu daerah Kabupaten/Kota;
d. pengawasan mutu benih/bibit ternak dan pakan ternak di
lintas daerah Kabupaten/Kota;
e. pengendalian peredaran benih/bibit ternak, dan hijauan
pakan ternak lintas daerah Kabupaten/Kota;
f. penyediaan dan pengendalian peredaran benih/bibit ternak
dan hijauan pakan ternak yang sumbernya dari dan ke daerah
provinsi lain;
g. pengelolaan wilayah sumber bibit ternak dan rumpun/galur
ternak yang wilayahnya lebih dari satu daerah
Kabupaten/Kota;
h. pelaksanaan pengembangan kawasan peternakan;
i. pelaksanaan pembinaan dan pengembangan teknologi
peternakan;
j. pelaksanaan koordinasi perbibitan, pakan dan produksi
peternakan;
k. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan perbibitan,
pakan dan produksi peternakan; dan
l. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dinas.

Pasal 8

(1) Seksi Perbibitan Peternakan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 3 ayat (1) huruf b angka 1, mempunyai tugas:
a. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan perbibitan;
b. menyiapkan bahan pelaksanaan pengelolaan Sumber Daya
Genetik Hewan serta rumpun/galur ternak yang terdapat pada
lebih dari satu daerah Kabupaten/Kota;
c. menyiapkan bahan pelaksanaan pengawasan mutu dan
peredaran benih/bibit ternak di lintas daerah
Kabupaten/Kota;
d. menyiapkan bahan pelaksanaan pengendalian peredaran
benih/bibit ternak, lintas daerah Kabupaten/Kota;
e. menyiapkan bahan pelaksanaan penyediaan dan pengendalian
peredaran benih/bibit ternak yang sumbernya dari dan ke
daerah provinsi lain;

f. menyiapkan
-8-

f. menyiapkan bahan pelaksanaan peningkatan kualitas


benih/bibit ternak;
g. menyiapkan bahan pelaksanaan pengelolaan wilayah sumber
bibit ternak dan rumpun/galur ternak yang wilayahnya lebih
dari satu daerah Kabupaten/Kota;
h. menyiapkan bahan pelaksanaan pengembangan kawasan
perbibitan Provinsi;
i. menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan kebijakan
perbibitan;
j. menyiapkan bahan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kegiatan perbibitan; dan
k. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bidang.

(2) Seksi Pakan dan Teknologi Peternakan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b angka 2, mempunyai tugas:
a. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan pakan dan
teknologi peternakan;
b. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan dan bimbingan
produksi, distribusi, sertifikasi serta pengawasan mutu dan
peredaran pakan/bahan pakan lintas Kabupaten/Kota;
c. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyediaan, perbanyakan dan penyaluran benih
hijauan pakan ternak lintas Kabupaten/Kota;
d. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
peredaran benih hijauan pakan ternak yang bersumber dari
provinsi lain;
e. menyiapkan bahan pelaksanaan pengembangan dan
optimalisasi penggunaan alat mesin produksi peternakan serta
pemanfaatan teknologi pengolahan hasil samping pertanian,
perikanan, perkebunan dan agroindustri sebagai bahan baku
pakan;
f. menyiapkan bahan pengujian dan pengawasan mutu pakan
ternak;
g. menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan kebijakan pakan
dan teknologi peternakan;
h. menyiapkan bahan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kegiatan pelaksanaan kebijakan pakan dan
teknologi peternakan; dan
i. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bidang.
(3) Seksi Produksi dan Budidaya Ternak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b angka 3, mempunyai tugas:
a. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan produksi dan
budidaya ternak;

b. menyiapkan
-9-

b. menyiapkan bahan pelaksanaan penyebaran dan


pengembangan ternak sesuai tata ruang dan penataan
kawasan peternakan;
c. menyiapkan bahan pelaksanaan pengembangan sistem
budidaya ternak terpadu/terintegrasi;
d. menyiapkan bahan pelaksanaan peningkatan aksesibilitas dan
bimbingan manajemen budidaya ternak bagi kelompok
peternak dalam peningkatan produktivitas usaha;
e. menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan kebijakan
produksi dan budidaya ternak;
f. menyiapkan bahan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kegiatan produksi dan budidaya ternak; dan
g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bidang.

Bagian Keempat
Bidang Kesehatan Hewan

Pasal 9

(1) Bidang Kesehatan Hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3


ayat (1) huruf c, mempunyai tugas merencanakan, membina,
melaksanakan dan mengoordinasikan kegiatan bidang kesehatan
hewan.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bidang Kesehatan Hewan, mempunyai fungsi:
a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan teknis kesehatan
hewan;
b. penjaminan kesehatan hewan, penutupan dan pembukaan
daerah wabah penyakit hewan menular lintas daerah
Kabupaten/Kota;
c. pengawasan pemasukan dan pengeluaran hewan lintas daerah
Provinsi;
d. pemberian rekomendasi penerbitan izin kesehatan hewan
pada hewan ternak, hewan kesayangan, hewan liar, hewan
konservasi serta telur tetas dari dan ke wilayah Provinsi;
e. pembinaan dan penerapan persyaratan teknis sertifikasi
zona/kompartemen bebas penyakit;
f. pemberian rekomendasi penerbitan izin pembangunan
laboratorium kesehatan hewan di daerah Provinsi;
g. pelaksanaan sertifikasi persyaratan teknis kesehatan hewan;
h. pelaksanaan pengawasan peredaran obat hewan;
i. pemberian rekomendasi teknis penerbitan izin usaha pelaku
usaha obat hewan;

j. pelaksanaan
- 10 -

j. pelaksanaan fasilitasi, pembinaan dan pengawasan


pengelolaan kelembagaan kesehatan hewan;
k. pengoordinasian pelaksanaan kebijakan kesehatan hewan;
l. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kebijkan kesehatan hewan; dan
m. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Dinas.

Pasal 10

(1) Seksi Pengamatan Penyakit Hewan dan Kelembagaan Kesehatan


Hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c
angka 1, mempunyai tugas:
a. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan pengamatan
penyakit hewan dan kelembagaan kesehatan hewan;
b. menyiapkan bahan pelaksanaan pengamatan, penyidikan dan
pemetaan penyakit hewan lintas Kabupaten/Kota;
c. menyiapkan bahan pemberian rekomendasi penerbitan izin
pembangunan unit pelayanan kesehatan hewan di daerah
Provinsi;
d. menyiapkan bahan pembinaan, pengawasan dan penerapan
standar teknis minimal unit pelayanan kesehatan hewan;
e. menyiapkan bahan pelaksanaan fasilitasi sarana prasarana
pengelolaan kelembagaan kesehatan hewan;
f. menyiapkan bahan pembinaan dan melaksanakan peramalan
wabah penyakit hewan menular;
g. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
kesehatan hewan pada tempat konservasi, taman flora, dan
fauna serta perorangan atau badan hukum pemeliharaan
hewan konservasi untuk kesenangan;
h. menyiapkan bahan koordinasi, pembinaan dan pelaksanaan
kebijakan pengamatan penyakit hewan dan kelembagaan
kesehatan hewan;
i. menyiapkan bahan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kegiatan pengamatan penyakit hewan dan
kelembagaan kesehatan hewan; dan
j. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bidang.
(2) Seksi Pencegahan, Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit
Hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c
angka 2, mempunyai tugas:
a. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan pencegahan,
pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan;

b. menyiapkan
- 11 -

b. menyiapkan bahan pelaksanaan pengawasan penutupan dan


pembukaan daerah wabah penyakit hewan menular lintas
daerah Kabupaten/Kota;
c. menyiapkan bahan pelaksanaan pengendalian dan
penanggulangan wabah penyakit hewan menular lintas
Kabupaten/Kota;
d. menyiapkan bahan pelaksanaan pengawasan lalu lintas
hewan ternak, hewan kesayangan, hewan liar, hewan
konservasi dan telur tetas antar provinsi;
e. menyiapkan bahan pelaksanaan pemberian sertifikasi pada
lalu lintas hewan ternak, hewan kesayangan, hewan liar dan
hewan konservasi;
f. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
penerapan standar teknis penanggulangan, pencegahan dan
pemberantasan penyakit hewan;
g. menyiapkan bahan analisis resiko terhadap penyakit hewan
menular strategis dan melakukan tindakan mitigasi resiko di
wilayah asal dan tujuan;
h. menyiapkan bahan pelaksanaan fasilitasi sarana dan prasana
alat dan mesin kesehatan hewan;
i. menyiapkan bahan pembinaan dan penerapan persyaratan
teknis sertifikasi zona/kompartemen bebas penyakit;
j. menyiapkan bahan pelaksanaan fasilitasi, pembinaan dan
pengawasan lalu lintas ternak di pos pemeriksaan hewan
(check point);
k. menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan kebijakan
pencegahan, pengendalian dan penanggulangan penyakit
hewan;
l. menyiapkan bahan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kegiatan pencegahan, pengendalian dan
penanggulangan penyakit hewan; dan
m. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bidang.

(3) Seksi Pengawasan Peredaran Obat Hewan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c angka 3, mempunyai tugas:
a. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan pengawasan
peredaran obat hewan;
b. menyiapkan bahan pelaksanaan pengawasan penggunaan
obat hewan di unit pelayanan kesehatan hewan di wilayah
Provinsi;
c. menyiapkan bahan pelaksanaan pengawasan mutu obat
hewan guna penjaminan khasiat dan keamanannya di wilayah
Provinsi;

d. menyiapkan
- 12 -

d. menyiapkan bahan pelaksanaan pengawasan peredaran obat


hewan di tingkat distributor di wilayah Provinsi;
e. menyiapkan bahan pelaksanaan pengawasan pemeriksaan
terhadap dipenuhinya ketentuan perizinan usaha peredaran
obat hewan di wilayah Provinsi;
f. menyiapkan bahan pelaksanaan pengawasan pemeriksaan
obat hewan, sarana, tempat penyimpanan dan
pengangkutannya dalam peredaran obat hewan di wilayah
Provinsi;
g. menyiapkan bahan pelaksanaan pemberian rekomendasi
penerbitan izin usaha pelaku usaha obat hewan di wilayah
Provinsi;
h. menyiapkan bahan pelaksanaan identifikasi dan inventarisasi
kebutuhan obat hewan di wilayah Provinsi;
i. menyiapkan bahan pelaksanaan fasilitasi sarana prasarana
peredaran obat hewan;
j. menyiapkan bahan pelaksanaan fasilitasi dan pembinaan
pengawas obat hewan dan penanggungjawab teknis obat
hewan;
k. menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan kebijakan
pengawasan peredaran obat hewan;
l. menyiapkan bahan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kegiatan pengawasan peredaran obat hewan; dan
m. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bidang.

Bagian Kelima
Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner

Pasal 11

(1) Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d, mempunyai tugas merencanakan,
membina, melaksanakan dan mengoordinasikan kegiatan bidang
kesehatan masyarakat veteriner.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner mempunyai fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis kesehatan masyarakat veteriner;
b. pelaksanaan kebijakan penerapan hygiene sanitasi dan
sertifikasi produk hewan, pengawasan keamanan produk
hewan serta zoonosis dan kesejahteraan hewan;
c. pelaksanaan fasilitasi pemberian rekomendasi, pengujian dan
pengawasan mutu produk hewan;

d. pengawasan
- 13 -

d. pengawasan pemasukan dan pengeluaran produk hewan


lintas daerah provinsi, pengawasan praktek hygiene sanitasi
dan biosekuriti produsen produk hewan;
e. pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan tindak karantina
lalu lintas produk hewan;
f. pelaksanaan fasilitasi, pembinaan dan pengawasan lalu lintas
produk hewan di pos pemeriksaan hewan/produk hewan
(check point);
g. pembinaan dan pengawasan penerapan persyaratan teknis
sertifikasi kesehatan masyarakat veteriner dan kesejahteraan
hewan pada unit usaha produk hewan;
h. pemberian rekomendasi penerbitan izin laboratorium
kesehatan masyarakat veteriner di daerah provinsi serta
pelaksanaan pengelolaan laboratorium kesehatan masyarakat
veteriner;
i. pengawasan penerapan pedoman, norma standar unit usaha
produk hewan, sarana usaha, alat transportasi dan unit
penyimpanan produk hewan;
j. pemberian bimbingan teknis dan supervisi penerapan hygiene
sanitasi dan sertifikasi produk hewan, pengawasan keamanan
produk hewan serta zoonosis dan kesejahteraan hewan;
k. pengoordinasian pelaksanaan kebijakan kesehatan
masyarakat veteriner;
l. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
kebijakan kesehatan masyarakat veteriner; dan
m. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas.

Pasal 12

(1) Seksi Hygiene Sanitasi dan Sertifikasi Produk Hewan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d angka 1,
mempunyai tugas:
a. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan Hygiene Sanitasi
dan sertifikasi produk hewan;
b. menyiapkan bahan dan melaksanakan pembinaan dan
pengawasan praktek hygiene sanitasi pada unit usaha produk
hewan, penerapan standar teknis alat dan mesin kesehatan
masyarakat veteriner serta alat angkut/transportasi produk
hewan;
c. menyiapkan bahan dan melaksanakan sertifikasi dan
surveilans Nomor Kontrol Veteriner (NKV) unit usaha
peternakan dan unit usaha produk hewan yang memenuhi
persyaratan;
d. menyiapkan bahan dan melaksanakan pengawasan
pemotongan hewan yang terintegrasi;

e. menyiapkan
- 14 -

e. menyiapkan bahan koordinasi teknis penerapan standar


teknis Rumah Potong Hewan;
f. menyiapkan bahan pelaksanaan pengembangan dan
harmonisasi standar hygiene dan sanitasi dalam rangka
pemenuhan persyaratan keamanan dan mutu produk hewan;
g. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan penanganan
limbah dampak usaha produk hewan;
h. menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan kebijakan hygiene
sanitasi dan sertifikasi produk hewan;
i. menyiapkan bahan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kegiatan hygiene sanitasi dan sertifikasi produk
hewan; dan
j. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bidang.
(2) Seksi Pengawasan Keamanan Produk Hewan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d angka 2, mempunyai
tugas:
a. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan pengawasan
keamanan produk hewan;
b. menyiapkan bahan pengujian dan pengawasan mutu dan
keamanan produk hewan;
c. menyiapkan bahan penguatan sistem manajemen mutu
laboratorium dan standardisasi pengujian produk hewan;
d. menyiapkan bahan pemberian rekomendasi teknis hasil
penilaian dokumen pengeluaran dan/atau pemasukan produk
hewan antar Provinsi;
e. menyiapkan bahan analisis resiko pemasukan atau
pengeluaran produk hewan, penyiapan sertifikat veteriner
pengeluaran produk hewan;
f. menyiapkan bahan pelaksanaan pengawasan pemasukan dan
pengeluaran produk hewan lintas wilayah Provinsi, pembinaan
dan pengawasan tindak karantina lalu lintas produk hewan di
pos pemeriksaan hewan/produk hewan (check point);
g. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
penggunaan bahan baku pakan asal hewan;
h. menyiapkan bahan pelaksanaan fasilitasi proses registrasi
produk hewan, pengembangan dan pengelolaan data base
registrasi dan sertifikasi produk hewan pada unit usaha skala
kecil dan menengah;
i. menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan kebijakan
pengawasan keamanan produk hewan;
j. menyiapkan bahan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan pengawasan keamanan produk hewan; dan
k. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bidang.
(3) Seksi Zoonosis
- 15 -

(3) Seksi Zoonosis dan Kesejahteraan Hewan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d angka 3, mempunyai tugas:
a. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan zoonosis di unit
usaha produk hewan dan kesejahteraan hewan (kesrawan);
b. menyiapkan bahan pelaksanaan pengendalian,
penanggulangan dan surveilance penyakit zoonosis di unit
usaha produk hewan;
c. menyiapkan bahan komunikasi, informasi dan edukasi dalam
pencegahan penularan zoonosis dan kesrawan di unit usaha
produk hewan;
d. menyiapkan bahan koordinasi, komunikasi dan kolaborasi
penanganan kesrawan pasca bencana;
e. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan dan penataan
penerapan kesrawan di unit usaha produk hewan,
pemotongan hewan qurban serta pembentukan jejaring
penerapan kesrawan;
f. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan
penerapan pengendalian pemotongan ternak betina produktif
di Rumah Potong Hewan Ruminansia;
g. menyiapkan bahan koordinasi pelaksanaan kebijakan
zoonosis di unit usaha produk hewan dan kesrawan;
h. menyiapkan bahan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan kebijakan zoonosis di unit usaha produk hewan dan
kesrawan; dan
i. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bidang.

Bagian Keenam
Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan

Pasal 13

(1) Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e,
mempunyai tugas merencanakan, membina, melaksanakan dan
mengoordinasikan kegiatan bidang pengolahan dan pemasaran
hasil peternakan.
(2) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan, mempunyai
fungsi:
a. penyusunan kebijakan pengolahan dan pemasaran hasil
peternakan;
b. pemberian rekomendasi teknis penerbitan izin usaha
peternakan;
c. pelaksanaan
- 16 -

c. pelaksanaan pembinaan manajemen usaha dan fasilitasi


permodalan/ investasi usaha agribisnis peternakan;
d. pembinaan dan penyebarluasan informasi dan promosi
komoditas peternakan;
e. pelaksanaan pemantauan dan penyebarluasan harga komoditi
peternakan;
f. pelaksanaan pembinaan dalam rangka peningkatan kapasitas
penyuluh peternakan;
g. pelaksanaan pembinaan dan pengembangan kelembagaan
peternak;
h. pelaksanaan pembinaan pengembangan pasar hewan dan
pengawasan tataniaga hasil peternakan;
i. pelaksanaan koordinasi pelaksanaan kebijakan pengolahan
dan pemasaran hasil peternakan;
j. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan
pengolahan dan pemasaran hasil peternakan; dan
k. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas.

Pasal 14

(1) Seksi Pengolahan dan Peningkatan Mutu Hasil Peternakan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e angka 1,
mempunyai tugas:
a. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan pengolahan dan
peningkatan mutu hasil peternakan;
b. menyiapkan bahan pelaksanaan identifikasi dan fasilitasi
sarana dan peralatan pengolahan hasil peternakan;
c. menyiapkan bahan pelaksanaan penyebarluasan, pembinaan,
pemantauan dan pengendalian penerapan teknologi pasca
panen dan pengolahan hasil peternakan;
d. menyiapkan bahan pelaksanaan kerjasama di bidang teknologi
pengolahan hasil peternakan;
e. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
mutu hasil olahan peternakan;
f. menyiapkan bahan pelaksanaan promosi produk olahan hasil
peternakan;
g. menyiapkan bahan koordinasi pengolahan dan peningkatan
mutu hasil peternakan;
h. menyiapkan bahan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan pengolahan dan peningkatan mutu hasil
peternakan; dan
i. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bidang.

(2) Seksi Pemasaran


- 17 -

(2) Seksi Pemasaran Hasil Peternakan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 3 ayat (1) huruf e angka 2, mempunyai tugas:
a. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan pemasaran hasil
peternakan;
b. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan pengembangan
pasar hewan dan hasil peternakan;
c. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
tataniaga hasil peternakan;
d. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan dan pemantauan
harga pasar hasil peternakan;
e. menyiapkan bahan pelaksanaan promosi pemasaran hasil
peternakan;
f. menyiapkan bahan pelaksanaan fasilitasi dan kerjasama
pemasaran hasil peternakan;
g. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan dan
penyebarluasan informasi komoditas peternakan;
h. menyiapkan bahan pelaksanaan pemantauan dan
penyebarluasan informasi harga komoditi peternakan;
i. menyiapkan bahan koordinasi pemasaran hasil peternakan;
j. menyiapkan bahan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan
pelaporan pemasaran hasil peternakan; dan
k. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
Kepala Bidang.

(3) Seksi Investasi Usaha dan Kelembagaan Peternak sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e angka 3, mempunyai
tugas:
a. menyiapkan bahan penyusunan kebijakan investasi usaha
dan kelembagaan peternak;
b. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan dan fasilitasi
permodalan dan kemitraan usaha peternakan;
c. menyiapkan bahan pelaksanaan penyusunan analisa usaha
peternakan;
d. menyiapkan bahan pelaksanaan fasilitasi dan promosi
investasi usaha peternakan;
e. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis dan
fasilitasi usaha investasi permodalan dan asuransi
peternakan;
f. menyiapkan bahan pelaksanaan pembinaan dan
pengembangan kelembagaan peternak;
g. menyiapkan bahan pembinaan dalam rangka peningkatan
kapasitas penyuluh peternakan;
h. menyiapkan bahan koordinasi investasi usaha dan
kelembagaan;

i. menyiapkan
- 18 -

i. menyiapkan bahan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan


pelaporan pelaksanaan investasi usaha dan kelembagaan;
dan
j. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Bidang.

BAB IV
UPT

Pasal 15

Jumlah, nomenklatur, susunan organisasi, uraian tugas dan fungsi


UPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf f,
ditetapkan dalam Peraturan Gubernur tersendiri.

BAB V
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Pasal 16

(1) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 3 ayat (1) huruf g, terdiri atas sejumlah tenaga dalam
jenjang jabatan fungsional tertentu yang terbagi dalam berbagai
kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.
(2) Setiap Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional
senior.
(3) Jenis jenjang dan jumlah jabatan fungsional ditetapkan oleh
Gubernur berdasarkan kebutuhan dan beban kerja, sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI
TATA KERJA

Pasal 17

(1) Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Kepala Dinas,


Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dan
Kelompok Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan
masing – masing maupun antar satuan organisasi di lingkungan
Pemerintah Provinsi serta Instansi lain diluar Pemerintah Provinsi
sesuai dengan tugas pokoknya masing - masing.

(2) Setiap
- 19 -

(2) Setiap pimpinan satuan organisasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), wajib mengawasi bawahannya masing - masing dan bila
terjadi penyimpangan agar mengambil langkah - langkah yang
diperlukan.
(3) Setiap pimpinan satuan organisasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), bertanggungjawab memimpin dan mengkoordinasi
bawahan masing - masing dan memberikan bimbingan serta
petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.
(4) Setiap pimpinan satuan organisasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan
bertanggungjawab pada atasannya masing – masing serta
menyampaikan laporan berkala tepat waktu.
(5) Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi
dan bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan
untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan
petunjuk kepada bawahannya.
(6) Dalam menyampaikan laporan masing - masing kepada atasan,
tembusan laporan wajib disampaikan pula kepada satuan
organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan
kerja.

BAB VII
PENGISIAN JABATAN

Pasal 18

(1) Kepala Dinas Peternakan diangkat dan diberhentikan oleh


Gubernur dari Pegawai Aparatur Sipil Negara yang memenuhi
syarat atas usul Sekretaris Daerah Provinsi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang - undangan.
(2) Perangkat Daerah diisi oleh pegawai Aparatur Sipil Negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pegawai Aparatur Sipil Negara yang menduduki jabatan
pimpinan tinggi, jabatan administrator dan jabatan pengawas
pada Perangkat Daerah wajib memenuhi persyaratan
kompetensi:
a. teknis;
b. manajerial; dan
c. sosial kultural.
(4) Selain memenuhi kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), pegawai Aparatur Sipil Negara yang menduduki jabatan
Perangkat Daerah harus memenuhi kompetensi pemerintahan.

(5) Kompetensi
- 20 -

(5) Kompetensi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a


diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis
fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis yang dibuktikan
dengan sertifikasi.
(6) Kompetensi manajerial sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau
manajemen dan pengalaman kepemimpinan.
(7) Kompetensi sosial kultural sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf c, diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya
sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
(8) Kompetensi pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
antara kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
terkait dengan kebijakan Desentralisasi, hubungan Pemerintah
Pusat dan Daerah, pemerintahan umum, pengelolaan keuangan
daerah, Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah,
hubungan Pemerintah Provinsi dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi, serta etika pemerintahan.
(9) Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4)
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

Bagan Struktur Organisasi Dinas sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 3 ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 20

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, Peraturan


Gubernur Jawa Timur Nomor 93 Tahun 2008 tentang Uraian
Tugas Sekretariat, Bidang, Sub Bagian dan Seksi Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Timur, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 21

Peraturan Gubernur ini mulai dilaksanakan pada saat dilakukan


pelaktikan pejabat struktural sesuai dengan Peraturan Gubernur
ini.

Pasal 22
- 21 -

Pasal 22

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita
Daerah Provinsi Jawa Timur.

Ditetapkan di Surabaya
pada tanggal 21 Oktober 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR

ttd

Dr. H. SOEKARWO
- 22 -

Diundangkan di Surabaya
Pada tanggal 21 Oktober 2016

an. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI


JAWA TIMUR
Kepala Biro Hukum

ttd

Dr. HIMAWAN ESTU BAGIJO, SH, MH


Pembina Utama Muda
NIP 19640319 198903 1 001

BERITA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016 NOMOR 63, SERI E.

Anda mungkin juga menyukai