BUPATI POSO
PROVINSI SULAWESI TENGAH
TENTANG
BUPATI POSO,
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
BAB III
PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS
Pasal 9
Pasal 10
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi dan tata kerja
Satuan Pendidikan Formal dan Non Formal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 11
BAB IV
PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN
Pasal 12
BAB V
STAF AHLI
Pasal 13
(4) Staf Ahli Bupati diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang
memenuhi persyaratan.
Pasal 14
BAB VI
KEPEGAWAIAN
Pasal 15
BAB VII
PERUBAHAN PERANGKAT DAERAH
Pasal 16
Pasal 17
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
BAB IX
PENUTUP
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Ditetapkan di Poso
pada tanggal 15 November 2016
BUPATI POSO,
ttd
Diundangkan di Poso
pada tanggal 18 November 2016
SINSIGUS SONGGO
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO
NOMOR 13 TAHUN 2016
TENTANG
I. PENJELASAN UMUM
Implementasi dari konsep strategis berlakunya Undang-Undang
tentang Pemerintahan Daerah dan diikuti dengan peraturan
pelaksanaanya yang memberikan ruang kewenangan bagi daerah untuk
melaksanakan urusan di daerah. Sebagaimana diketahui sejak reformasi
sampai sekarang telah terjadi tiga kali perubahan fundamental dalam
Undang-undang Pemerintahan Daerah (UU Nomor 22 Tahun 1999, UU
Nomor 32 Tahun 2004, dan UU Nomor 23 Tahun 2014) sebagai upaya
mengakomodasi dinamika kepentingan yang berkembang dalam
masyarakat. Adapun substansi pengaturan tersebut meliputi hubungan
pemerintah pusat dan daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah,
urusan pemerintahan, pembinaan dan pengawasan, penataan daerah,
perangkat daerah, keuangan daerah dan juga pengembangan demokrasi
lokal.Aspek-aspek inilah yang dianggap penting untuk diatur sehingga
penyelenggaraan desentralisasi memberikan dampak kesejahteraan bagi
masyarakat di daerah.
Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah membawa perubahan yang signifikan terhadap
pembentukan Perangkat Daerah, yakni dengan prinsip tepat fungsi dan
tepat ukuran (rightsizing) berdasarkan beban kerja yang sesuai dengan
kondisi nyata di masing-masing Daerah. Hal ini juga sejalan dengan
prinsip penataan organisasi Perangkat Daerah yang rasional,
proporsional, efektif, dan efisien.
Pengelompokan organisasi Perangkat Daerah didasarkan pada
konsepsi pembentukan organisasi yang terdiri atas 5 (lima) elemen, yaitu
Kepala Daerah (strategic apex), Sekretaris Daerah (middle line), Dinas
Daerah (operating core), Badan/fungsi penunjang (technostructure), dan
staf pendukung (supporting staff). Dinas Daerah merupakan pelaksana
fungsi inti (operating core) yang melaksanakan tugas dan fungsi sebagai
pembantu kepala Daerah dalam melaksanakan fungsi mengatur dan
mengurus sesuai bidang urusan pemerintahan yang diserahkan kepada
Daerah, baik urusan wajib maupun urusan pilihan.Badan Daerah
melaksanakan fungsi penunjang (technostructure) yang melaksanakan
tugas dan fungsi sebagai pembantu Kepala Daerah dalam melaksanakan
fungsi mengatur dan mengurus untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan fungsi inti (operating core).
Dalam rangka mewujudkan pembentukan Perangkat Daerah sesuai
dengan prinsip desain organisasi, pembentukan Perangkat Daerah yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah ini didasarkan pada asas efisiensi,
efektivitas, pembagian habis tugas, rentang kendali, tata kerja yang jelas,
fleksibilitas, Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, dan
intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi Daerah.
13
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
15
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.