Anda di halaman 1dari 3

Nama : Renladi Bayu Saputro

NPM : 19810610

Kelas : Reg Pagi BJM 4D

Abstrak

Advokat merupakan profesi yang paling rentan menjadi Gatekeeper dalam tindak pidana
pencucian uang. Sesungguhnya profesi advokat merupakan bagian dari aparat penegak
hukum yang dapat berkontribusi lebih baik dalam mencegah aktifitas pencucian uang untuk
berkembang. Penegasan mengenai peran advokat yang dapat menekan terjadinya tindak
pidana pencucian uang, yaitu dengan diterbitkannya PP No. 43 Tahun 2015, yang
menempatkan advokat sebagai salah satu pihak pelapor dalam agenda pemberantasan tindak
pidana pencucian uang. Namun, substansi dari peraturan tersebut menuai kritik dari sebagian
advokat yang salah dalam mengintepretasi maksud dan tujuan pengaturan tersebut. Terlebih
lagi ada sebagian advokat yang menilai bahwa peraturan tersebut bertentangan dengan
peraturan yang mengatur hak imunitas pada profesi advokat. Misinterpretasi dari sebagian
advokat terkait dengan hak imunitas yang melekat pada profesinya tersebut, menyebabkan
hasil kerja dari profesi advokat dinilai tidak relevan, dan tidak pantas disebut sebagai profesi
yang luhur (Officium Nobile), melainkan sebagai profesi yang buruk dalam integritas dan
mengedepankan komersialisasi integritas dan mengedepankan komersialisasi.

Kata Kunci: Profesi Advokat; Gatekeeper; Tindak Pidana Pencucian Uang.

Upaya sebagai GateKeeper terhadap nasabah pajak

Peran advokat dalam tindak pidana pencucian uang adalah sebagai gatekeeper. Peran
advokat sebagai gatekeeper dalam tindak pidana pencucian uang dilakukan dengan
memanfaatkan keahlian, pengetahuan, dan hak serta kewajiban profesinya. Peran gatekeeper
dalam tindak pencucian uang dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Memutuskan hubungan antara pelaku kejahatan dengan tindak pidana;

b. Memutuskan hubungan antara tindak pidana dengan hasil tindak pidana

c. Memutuskan hubungan antara pelaku kejahatan dengan hasil tindak pidana


Peran gatekeeper diatas dilakukan dengan cara seperti membuat perjanjian fiktif dalam kasus
Gayus Tambunan dan membuat akta manipulatif atau fiktif dalam kasus Djoko Susilo.

Hal yang dapat dilakukan apabila terdapat transaksi yang mencurigakan

Kemampuan rezim anti pencucian uang di Indonesia dalam menjangkau peran advokat dan
notaris dalam tindak pidana pencucian uang sebenarnya memiliki kekuatan hukum yang kuat.
Dalam hal penindakan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, peran advokat dan
notaris sebagai gatekeeper dapat dilakukan penegakan hukum sebagaimana yang diatur dalam
delik pencucian uang. hal ini karena rumusan delik dalam rezim anti pencucian uang berlaku
bagi setiap orang dan kepada setiap orang yang turut serta, bahkan orang yang membantu
dapat dikenakan hukuman yang sama dengan pelaku utama. Namun dalam hal pencegahan
dan upaya mendeteksi tindak pidana pencucian uang, rezim anti pencucian uang belum
memilki landasan hukum yang kuat. Hal ini dikarenakan rezim anti pencucian uang yang
berlaku sekarang tidak memasukkan advokat dan notaris sebagai pihak pelapor dalam UU
No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Pengaturan advokat dan notaris sebagai pihak pelapor hanya terdapat dalam PP No. 43 Tahun
2015, sehingga kewajiban pelaporan dan tindakan-tindakan pencegahan bagi pihak pelapor
yang terdapat dalam undang-undang tidak dapat dilaksanakan terhadap advokat dan notaris.
Pengenaan gelar gatekeeper terhadap profesi advokat, merupakan bagian dari penyebutan
terhadap kriminal advokat yang menyalahi aturan hukum, dengan memanfaatkan profesinya
demi keuntungan pribadi atau pihak tertentu dengan cara yang tidak halal. Aktifitas kejahatan
yang rentan dilakukan oleh profesi advokat dimaksud adalah, tindak pidana pencucian uang
yang dilakukan secara bersamasama dengan kliennya. Menanggapi permasalahan di atas,
maka dipandang perlu untuk membentuk suatu regulasi yang menuntut profesi advokat,
sebagai pendukung dari upaya pemerintah untuk mencegah dan memberantas aktifitas tindak
pidana pencucian uang. Regulasi yang dimaksud tersebut, telah disahkan oleh pemerintah,
sehingga berlaku bagi profesi advokat dan profesi lainnya, yang karena profesinya dinilai
rentan menjadi gatekeeper dalam kasus tindak pidana pencucian uang. Regulasi yang
dimaksud adalah PP No. 43 Tahun 2015. PP No. 43 Tahun 2015, menetapkan profesi advokat
sebagai salah satu bagian dari pihak pelapor yang wajib melaporkan adanya transaksi
mencurigakan kepada PPATK.
Hal tersebut, tidak hanya merupakan kewajiban dari profesi advokat sebagai pihak pelapor,
namun juga merupakan suatu kewajiban yang melekat dari profesi advokat sebagai bagian
dari profesi hukum. Kewajiban profesi advokat sebagai pihak pelapor dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, melahirkan suatu konsekuensi
sanksi terhadap profesi advokat, jika tidak mematuhi kewajibannya sebagai pihak pelapor
dalam tindak pidana pencucian uang.

Anda mungkin juga menyukai