Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN UJIAN

1. a. Analisis perbedaan pengertian hukum Pidana internasional dengan hukum Pidana


transnational!
b. Intepretasikan kata internasional sebagai dimensi-dimensi internasional dalam hukum
Pidana internasional!
c. Jelaskan mengapa korusi di Indonesia telah menjadi bagian extraordinary crime dan
kaitkan penegakannya dalam hukum Pidana internasional!
JAWABAN :
a. Perbedaan antara Hukum Pidana Internasional dengan Hukum Pidana Transnasional
akan tampak bahwa di dalam Hukum Pidana Intemasional lebih menekankan pada
aspek-aspek internasionalnya yang berdiri sendiri, sedangkan dalam Hukum Pidana
Transnasional lebih menekankan pada aspek nasional atau domestik yang ke luar
batas-batas wilayah suatu negara yang merdeka dan berdaulat. Selanjutnya, menurut I
Wayan Parthiana penggunaan istilah kejahatan transnasional dimaksudkan untuk
menunjukkan adanya kejahatan-kejahatan yang sebenarnya nasional yang
mengandung aspek transnasional atau lintas batas wilayah negara satu dengan
lainnya. Dengan demikian, maka terjadinya suatu kejahatan itu sendiri sebenarnya
didalam batas-batas wilayah nasional suatu negara akan tetapi dalam beberapa hal
terkait dengan kepentingan negara-negara yang merdeka dan berdaulat lainnya
sehingga tampak adanya dua atau lebih negara yang berkepentingan atau terkait
dengan kejahatan tersebut. Dalam hal ini kejahatan yang terjadi bisa saja dalam
wilayah nasional suatu negara akan tetapi dampak dari kejahatan tersebut juga terkait
dengan kepentingan dua atau lebih negara merdeka dan berdaulat lainnya, sehingga
sifat dan kejahatannya tersebut dapat dimakan masuk dalam kategori kejahatan
Transnasional.
b. Dimensi-dimensi internasional dalam hukum pidana internasional adalah sebagai
berikut :
1) Dimensi-dimensi internasional dari Hukum Pidana Nasional, bisa saja pada
Hukum Pidana Nasional itu diberlakukan ke luar batas-batas wilayah negara yang
bersangkutan, misalnya pemberlakuan Hukum Pidana Nasional terhadap
kejahatan yang terjadi di dalam wilayah negara tetapi menimbulkan korban yang
berada di luar wilayah negara, seperti korban-korban di Laut Lepas.
2) Dimensi-dimensi internasional dari kejahatannya adalah kejahatan dengan segala
akibatnya itu tidak terjadi semata-mata di dalam batas wilayah negara yang
bersangkutan, tetapi juga di wilayah negara lain sehingga tersangkut kepentingan
atau Hukum Nasional negara atau negara-negara lainnya. Suatu kejahatan yang
dilakukan di suatu negara ternyata dapat pula menimbulkan korban di berbagai
negara, dalam hal ini dapat dikemukan suatu contoh kejahatan Pemalsuan Mata
Uang yang dilakukan di wilayah suatu negara dan kemudian diedarkan ke negara-
negara yang mata uangnya dipalsukan.
3) Bahkan dimensi internasionalnya itu bisa terjadi pada subyek hukumnya, baik
subyek hukum sebagai si pelaku maupun korban dari kejahatan tersebut. Dalam
hal ini dapat dikemukakan suatu contoh, misalnya beberapa orang yang berada di
wilayah negara yang berbeda-beda bekerja sama melakukan kejahatan wang jenis
kejahatan yang menimbulkan korban juga di berbagai negara maka dalam hal ini
tersangkut kepentingan lebih dari satu negara dengan Hukum Nasionalnya
masing-masing,
4) Kombinasi dari pertama kedua dan ketiga, yang mana dalam kenyataan hidup
sehari-hari dapat dijumpai berbagai jenis kejahatan yang boleh jadi menampakan
semua aspek seperti dipaparkan di atas.
c. Korupsi bersifat tindak pidana yang luar biasa (extra ordinary crimes) karena bersifat
sistemik, endemik yang berdampak sangat luas (systematic danwidespread) yang
tidak hanya merugikan keuangan negara tetapi juga melanggar hak sosial dan
ekonomi masyarakat luas sehingga penindakannya perlu upaya comprehensive extra
ordinary measures sehingga banyak peraturan, lembaga dan komisi yang di bentuk
oleh pemerintah untuk menanggulanginya. Kaitannya dengan penegakan hukum
Pidana Internasional karena korupsi di indonesia bersifat transnasional para pelaku
yang dengan mudah melakukan penyimpanan hasil korupsi ke luar negeri, atau
melarikan diri ke luar negeri sehingga sangat sulit untuk dilacak.
2. a. Analisis pengaruh “ekstradisi” dalam kasus hukum Pidana internasional!
b. Mengapa pencucian uang memenuhi karakteristik kejahatan transnational terorganisir?
c. Interpretasi kualifikasi delic jure gentium dalam hukum Pidana internasional beserta
contohnya!
JAWABAN :
a. Ekstradisi merupakan salah satu bentuk kerjasama internasional dalam mengatasi
kejahatan. Ekstradisi adalah proses resmi dimana suatu negara memindahkan seorang
yang diduga atau dihukum pidana ke negara lain. Kerjasama internasional harus
didasarkan pada kesepakatan dan dilakukan melalui hubungan diplomatik. Sebagai
contoh seorang WNA di jerman telah menghina martabat presiden RI melalui surat
kabar. Pemerintah indonesia agar dapat mengadili pelaku penghinaan tersebut maka
harus melakukan kerja sama internasional dengan meminta bantuan ekstradisi pada
pemerintah Jerman.
b. Pencucian uang/money laundering dikatakan bersifat transnasional terorganisasi
karena kejahatan ini tidak hanya melibatkan satu warga negara dari suatu negara,
namun lebih dari beberapa warga negara. Cara dan sarana untuk melakukan
kejahatannya melampaui batas-batas wilayah negara lain. Money laundering
cenderung merupakan bentuk kejahatan transnasional terorganisasi, dengan
melibatkan kelompok-kelompok kejahatan yang tersebar di berbagai negara.
Tindakan pencucian uang ini telah menimbulkan korban bagi suatu negara baik dari
segi bisnis, maupun segi lainnya.
c. Berdasarkan pada hukum kebiasaan internasional, maka kejahataninternasional yang
dimaksud adalah kejahatan perbudakan, pembajakan dilaut lepas, dan kejahatan
perang. Ketiga jenis kejahatan tersebut sesuaidengan hukum kebiasaan internasional
dikualifikasikan sebagai delic juregentium,yang dapat diadili di manapun si pelaku
berada, melalui penerapanasas universal. Adapun berdasarkan pada hukum kebiasaan
internasionalkejahatan internasional yang dikualifikasikan sebagai delic jure
gentiummeliputi : perbudakan, piracy (pembajakan di laut lepas) dan kejahatanperang
sekarang pelanggaran Ham berat atau most serious crime.
3. a. Uraikan singkat alasan lain yang melatar belakangi pembentukan hybrid tribunal!
b. Analisis alasan The Sierra Leone Special Court dibentuk dengan cara yang berbeda
dari ICTY dan ICTR!
c. Interpretasikan istilah hybrid tribunal sebagai pengadilan yang independen dan tidak
memihak!
JAWABAN :
a. Alasan lain terbentuk nya hybrid tribunal adalah sebagai berikut :
1) Biaya operasional dua pengadilan pidana internasional ad hoc (ICTY dan ICTR)
meningkat mencapai USD 250 juta per tahun.
2) Banyak para penegak hukum nasional di Rwanda dan bekas Yugoslavia merasa
bahwa proses pengadilan pidana internasional yang dilaksanakan tersebut patut
dipertanyakan.
3) Para korban mendapatkan sedikit akses untuk informasi sehubungan dengan
persidangan. Dimana masyarakat lokal merasa pengadilan tersebut merupakan hal
yang asing; jauh di luar pemahaman merka; dan berlokasi di tempat yang jauh
4) Meskipun banyak halangan dalam pembentukan pengadilan pidana internasional
negara-negara seperti Sierra Leone, timor leste, dan kamboja merasa perlu adanya
satu bentuk pertangungjawaban atas hal yang telah terjadi.
5) Situasi politik dalam negeri menciptakan tantangan untuk mencapai kemerdekaan,
pengadilan imparsial.
b. Perang saudara yang dimulai sejak 23 marel 1991 di akhiri dengan adanya suatu
perjanjian perdamaian yang disebut dengan the Abidijan Peace Accord yang dibuat
tanggal 30 November 1996. Selanjutnya, pada tanggal 7 Juli 1999 dikeluarkan
keputusan pemberian amnesti yang dikenal dengan sebagai The Lome Peace
Agreement (Lome Amnesti) terhadap pelaku pelanggaran berat HAM selama perang
saudara. Perjanjian tersebut dianggap kontroversial karena memberikan amnesti
kepada para pelaku tersebut. Namun, keputusan yang kontroversial tersebut oleh
perwakilan khusus Sekjen PBB dianggap tidak berlaku bagi kejahatan internasional
seperti genosida, kejahatan kemanusiaan, kejahatan perang, kejahatan serius hukum
humaniter internasional lainnya. Oleh karena itu pemerintah Sierra Leone membentuk
pengadilan khusus yang dikenal dengan The Sierra Leone Special court (SCSL) untuk
mengadili orangorang yang paling bertanggung jawab atas kasus-kasus pelanggaran
hukum humaniter internasional dan pelanggaran-pelanggaran lainnya yang terjadi
sejak 30 November 1966. Special court of Sierra Leone merupakan pengadilan yang
berunsur ganda dengan didirikan melalui perjanjian di antara PBB dan pemerintah
setempat berbeda dengan pengadilan internasional yang telah ada, seperti (ICTY) dan
(ICTR) yang didirikan oleh Dewan Keamanan PBB dengan mengeluarkan resolusi
berdasarkan Bab VII dari Piagam PBB.
c. hybrid tribunal pengadilan yang independendn tidak memihak yaitu Sifat independen
hybrid tribunal tidak memungkinkan adanya tekanan dan manipulasi politik dari
negara yang bersangkutan. Wujud independensi dari hybrid tribunal adalah dimana
dalam pelaksanaan hybrid tribunal, hukum yang digunakan untuk mengadili para
pelaku pelanggaran berat HAM adalah perpaduan antara hukum internasional dan
hukum nasional serta komposisi pejabat pengadilan yaitu hakim, jaksa dan penuntut
umum terdiri atas elemen internasional dan nasional sehingga hybrid tribunal
dianggap dapat lebih menjamin pengadilan yang fair (fairtrial) berdasarkan standar
keadilan internasional sehingga praktik-praktik impunitas yang selama ini banyak
terjadi di pengadilan nasional dapat diminimalisasi.
4. a. Analisis asas ratione temporis dan asas melekat /inherent dalam mengkategorikan
yurisdiksi ICC most serious crime!
b. Intepretasikan penerapan asas-asas bekerjanya international criminal court!
c. Jelaskan singkat yurisdiksi international criminal court!
JAWABAN :
a. Jurisdiksi Ratione Temporis artinya bahwa Pengadilan hanya mempunyai yurisdiksi
setelah berlaku statuta secara efektif, yaitu sejak tanggal 17 Juli 2002, karena Statuta
telah diratifikasi lebih dari 60 negara dan Pengadilan hanya mempunyai yurisdiksi
sebatas empat jenis kejahatan tersebut. Di luar kejahatan yang termasuk dalam
yurisdiksi ICC, maka ICC tidak mempunyai kewenangan untuk mengadilinya. Asas
melekat/inherent artinya bahwa setiap negara yang meratifikasi Statuta Roma 1998,
secara otomatis tunduk pada berlakunya yurisdiksi ICC terhadap kejahatan yang
disebutkan dalam Statuta Roma yaitu kejahatan perang, kejahatan genocide dan
kejahatan terhadap kemanusiaan. Dengan kata lain negara yang telah meratifikasi
tidak bisa mengajukan reservasi, bahwa negara tersebut akan mengesampingkan salah
satu kejahatan yang berada di bawah yurisdiksi ICC.
b. Asas Complementary dan asas Operasional merupakan dua asas pokok mendasari
bekerjanya ICC. Selanjutnya, asas operasional inidapatdibedakan dalam suatu asas
yakni meliputi asas hukum pidana dan asasinherent dan propiou motu. Asas
complementary menunjukkan bahwa keberadaan ICC merupakan pelengkap dari
Pengadilan HAM Nasional yang dibentuk di negara dalam mengadili pelanggaran
HAM berat kejahatan most serious crime yang berada di bawah yurisdiksi ICC.
Sesuai dengan sifat complementary, maka ICC baru dapat melaksanakan
yurisdiksinya apabila Negara yang telah mengadili pelanggaran HAM tersebut, dinilai
telah Unwilingness dan Unable sebagaimana diuraikan dalam Article 17 paragraf 2
dan 3 Statuta Roma 1998. Asas operasional didasarkan pada berlakunya prinsip-
prinsip umum hukum pidana yang berlaku secara universal yaitu asas :
1) Nullum Crimen Sine Lage
2) Nulla Poena Sine Lage
3) Ratione Personae Non Rektroaktif
c. Yuridiksi internasional crime courd meliputi :
1) Kejahatan genocide
2) Kejahatan terhadap kemanusiaan
3) Kejahatan perang
4) Kejahatan agresi

Anda mungkin juga menyukai