1. Pemerintahan menurut Barbara Goodwin merupakan sistem sosial, dimana
menurutnya pemerintahan akan berjalan jika masyarakatnya menjalankan peraturan dari pemerintah. Sedangkan Mark Philip pemerintah sebagai sistem kekuasaaan yaitu kekuasaan berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut disebabkan antara lain lantaran pemerintah biasanya tidak menempatkan korupsi sebagai prioritas utama atau bagian dari sebuah strategi dalam pemerintahan. kedua pakar tersebut (Goodwin dan Philip) memberikan pandangan yang berbeda terhadap pemerintahan, karena pandangan menuru Goodwin menganggap bahwa adanya hak untuk mengadakan sanksi. Dalam menyelenggarakan kekuasaan, banyak upaya yang dilakukan dalam bentuk sanksi untukmenegakkan kekuasaan seperti koersi, persuasi dan cara lainnya. Sedangkan Philip menganggap pemerintahan sebagai sistem kekuasaaan yaitu kekuasaan berarti kekuasaan golongan, kekuasaanraja, kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untukmempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut.
2. Pemerintahan adalah gejala kekuasaan yang sah (kewenangan). Jadi kegiatan
pemerintah selalu berkaitandengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Gejala semacam itu dapat dipahami dengan pendekatan legalistik formal, dalam arti menggunakan rujukan sebagai peraturan yang digunakan pemerintah pada saat: 1) Membuat kebijakan, 2) Memberikan pelayanan kepada masyarakat, 3) Menegakkan aturan. Pada saat menggunakan pendekatan legalistik, kajian ilmu pemerintahan dapatmeminjam berbagai teori, paradigma, konsep, maupun definisi yang digunakan pula dalam ilmu hukum. Kelebihan pendekatan legalistik mengacu bahwa mereka melihat bahwa ekonomi infomal sbagai sebab munculnya sarang pengusaha, perekonomian informal dan dibatasi adanya undang undang.sedangkan Kekurangan pendekatan legalistik Neo-liberal marxis mempercayai bahwa sektor informal muncul bukan karena urbanisasi berlebihan tetapi untuk melakukan penghindaran undang undang tenaga kerja. 3. Fukuyama (2002) menyatakan bahwa membangun suatu bangsa membutuhkan trust (kepercayaan). Dalam pandangan Fukuyama (1995, 2002), trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan konstribusi pada peningkatan modal sosial. Di Indonesia kepercayaan publik terhadap pemerintah terbilang cukup baik, menurut data yang dilansiroleh OECD dalam Government at Glance 2017 tingkat kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap pemeritahmencapai 80% pada tahun 2016, meningkat 28% dibandingkan tahun 2007 yang hanya 52%. Tingginya tingkatkepercayaan publik merepresentasikan dukungan masyarakat terhadap kebijakan serta program-program pemerintah. Presiden Joko Widodo memberikan kepeduliannya kepada masyarakat dengan menampilkan branding politik sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat. Kebijakan- kebijakan pro-rakyat yang dirangkumdalam nawacita menumbuhkan harapan rakyat untuk kehidupan yang lebih baik. Kepercayaan publik yang dibangun oleh pemerintah mengesankan bahwa pemerintah memilikikapasitas yang mumpuni dalam mengelola pemerintahan. Selain figuritas presiden, keberadaan menteri-menteriyang berkompeten serta program-program pemerintah yang pro-rakyat mampu menaikkan kepercayaan rakayatsecara signifikan. Namun, kenyatannya kepercayaan tersebut tidak bertahan lama. Pasalnya ditahun yang samahasil survey yang dilakukan oleh Edelman Indonesia menunjukkan bahwa kepercayaan publik kepada pemerintah sebesar 58% turun 7% yang sebelumnya yaitu sebesar 65%. Ketidakpuasan muncul akibat dariserangkain program dinilai tidak sesuai dengan apa yang telah di janjikan. Masyarakat diposisikan sebagai pihakyang menjadi sasaran program, kesan tersebut membuat masyarakat tidak merasa memiliki dan tidak memahamisubstansi program tersebut dan canderung menjadi pihak penilai yang meresponse dengan standar kepuasan.Ketidakpuasan inilah yang menjadi akar permasalahan dalam menciptakan ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah.
4. Pendekatan paradigmatik mempelajari gejala pemerintahan di satu negara atau daerah,
perhatian paradigmayang digunakannya sehingga akan diperoleh analisis yang akurat, yang pada gilirannya akan diperoleh pengetahuan yang benar. Dalam hal ini kebenaran yang diperoleh bukan hanya menurut pendapat pengkaji saja,melainkan kebenaran menurut kaidah-kaidah ilmiah maupun kebenaran menurutr kalangan luas. Untuk memperoleh tatanan birokrasi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman ialah dengan menerapkan paradigma New Publik Service (NPS) atau Layanan Publik Baru. Paradigma ini berdasarkan citizen/ warga Negara, demokrasi, dan pelayanan kepentingan umum sebagai alternative model yang kini dominan yang didasarkan pada teori ekonomi dan kepentingan pribadi. Teori-teori, nilai, dan keyakinan adalah apa yang memfasilitasi atau menghambat jenis tindakan tertentu. Paradigm ini cair, tidak hanya tentang bagaimana kita melihat warga yang dilayani tapi juga perubahan dalam cara birokrat melihat dirinya sendiri dan tanggung jawab mereka, bagaimana mereka memperlakaukan satu sama lain, bagaimana mereka mendefinisikan tujuan dan sasaran, bagaimana pemerintah mengevaluasi diri sendiri dan yang lain, bagaimana pemerintah membuat keputusan, bagaimana mereka memandang kesuksesan dan kegagalan, bagaimana mereka berpikir tentang legitimasi tindakan mereka. Ini adalah perhatian pemerintah pada cita-cita demokrasi dan kepentingan publik, kewarganegaraan dan martabat manusia, pelayanan dan komitmen sebagai dasar dari segala yang pemerintah atau birokrat lakukan. Jadi, birokrasi pascareformasi ini harus mengikuti perkembangan yang ada. Ketika masyarakat semakin maju dengan pemikiran dan peradabannya, maka akan semakin besar tuntutan mereka untuk dapat mengakses pelayanan birokrasi yang memuaskan, efektif dan efisien.