BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan membahas tentang kesenjangan antara kasus
nyata dan teori pada pengkajian, diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi.

4.1 Pengkajian
Pengkajian pada kasus nyata didapatkan data antara lain, pasien mengeluh
sesak mulai siang, pasien dilakukan posisi semifowler. TTV: TD: 126/93 mmHg,
S: 36ºC, N:85x/mnt, RR: 30x/mnt, SPO2 96%, BB: 71 Kg. pasien diberikan
oksigen 7 lpm dengan masker, pasien juga dilakukan nebul. Suara nafas
wheezing, batuk tidak berdahak, pasien juga memiliki riwayat asma. Sedangkan
pengkajian pada teori didapatkan data, pasien mengeluh batuk dengan atau tanpa
sputum, sering bertambah berat dimalam hari, pasien mempunyai riwayat asma,
keluarga pasien biasanya mempunyai riwayat asma nafas cepat, sianosis, jenis
pernafasan dyspnea, terdapat kesenjangan antara kasus nyata dan teori karena
pada teori terdapat/asma dikarenakan ada riwayat keluarga dan pada kasus nyata.
Pasien mengatakan keluarga tidak, karena pada kasus nyata, pasien sesak tapi
langsung diberikan oksigen sehingga tidak sampai terjadi sianosis
4.2 Diagnosa
Diagnose yang muncul pada kasus nyata antara kasus nyata antara lain,
ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan secret tidak keluar .
sedangkan diagnose yang muncul pada teori antara lain, ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan secret tidak keluar, ganguan pertukaran gas
berhubungan degan bronkus menyempit, ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan bronkospasme, cemas/ansietas berhubungan dengan gelisah. Terdapat
kesenjangan antara kasus nyata dan teori, diteori muncul diagnose pertukaran gas
tetapi pada kasus nyata tidak tertera pada kasus nyata. Pertukaran gas pasien tidak
mengalami gangguan dan masih dalam batas normal, pada teori muncul deiagnosa
ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan muncul karena pola nafas pasien
masih baik walaupun pernafasan pasien masih relative cepat, diagnose cemas
tidak muncul karena pada kasus nyata pasien masih tenang dan tidak ada tanda-
tanda kecemasan. Tidak semua diagnose yang diteori ada pada kasus nyata
disesuaikan dengan kondisi pasien, masalah yang paling mengancam jiwa pasien
yang harus ditangani terlebih dahulu.
4.3 Intervensi
Intervensi yang dilakukan pada kasus nyata antara lain, posisikan pasien
semifowler, jelaskan penyebab sesak, kolaborasi dengan dokter pemberian O2
masker 7 lpm, kolaborasi dengan dokter pemberian nebul combivent 1 : flikotide
1, lakukan batuk efektif dan observasi TTV. Sedangkan intervensi pada teori
dalam kasus ketidakefektifan bersihan jalan nafas antara lain auskultasi bunyi
napas dan catat adanya suara napas tambahan, berikan posisi semifowler, buka
jalan napas, keluarkan secret dengan batuk dan suction, atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan, monitor respirasi dan status O2, kolaborasi
dengan dokter pemberian O2, obat bronkodilator dan nebul. Terdapat kesenjangan
pada kasus nyata, pada kasus nyata tidak dilakukan auskultasi paru karena sudah
terdengar jelas suara sesak pasien, pasien juka tidak dilakukan pemasangan infus
karena pasien tidak mengalami gangguan pada kebutuhan cairannya.
4.4 Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada kasus nyata antara lain, memposisikan
pasien semi fowler, menjelaskan penyebab sesak nafas, kolaborasi dengan dokter
pemberian 02 masker 7 lpm, kolaborasi dengan dokter terapi nebul combivent 1 :
fixotide 1, melakukan batuk efektif, dan mengobservasi TTV. Tidak terdapat
kesenjangan antara kasus nyata dan teori karena. Implementasi adalah semua
tidakan dari karena yang dibuat untuk mempercepat penyembuhan pada pasien
dan mencatat semua perkembangan pasien saat dilakukan tindakan.
4.5 Evaluasi
Eveluasi setelah diberikan keperawatan diruang IGD, ketidak efektifan
bersihan jalan nafas pasien teratasi sebagaian dengan data, pasien mengatakan
sesak sudah berkurang, RR 24x/mnt, pasien menggunakan 02 nasal 3 lpm, pasien
diposisikan semifowler, pasien sudah diperbolehkan pulang setelah menebus
resep, pasien diberikan obat pulang, cefodroxil 2x1 dan obat racikan.