Anda di halaman 1dari 7

Peta Pemikiran Immanuel Kant

Apabila kita bertanya siapa filosof yang melakukan dobrakan kritis 500 tahun
terakhir , jawabannya adalah tokoh kritisisme. Tokoh utama Kritisisme adalah
Immanuel Kant yang melahirkan Kantianisme. Pendirian aliran rasionalisme dan
empirisme sangat bertolak belakang, Aliran Rasionalisme berpendirian bahwa
rasio merupakan sumber pengenalan atau pengetahuan, sedangkan Aliran
Empirisme berpendirian sebaliknya bahwa pengalaman menjadi sumber tersebut.
Kant berusaha Mengadakan penyelesaian atas pertikaian yang terjadi antara aliran
rasionalisme dan empirisme.

1. Biografi

Immanuel Kant lahir pada tanggal 22 April 1724 di Koninsberg, Prusia, Jerman.
Berasal dari keluarga kekurangan, Dipengaruhi oleh pieltisme ibumya dan
skeptisisme Hume. Pada tahun 1770, dia diangkat menjadi Guru Besar Logika
dan Metafisika di Konigsberg, Immanuel Kant meninggal pada 12 Februari
1804 di Konigsberg. Orang-orang menyukai Kant karena dia menjunjung tinggi
Moral, sangat santun, sering kali akrab berdialog dengan orang-orang pada saat
jalan-jalan sore di Koninsberg. Faktanya, Kant tidak terlalu menonjolkan
keilmuannya atau dengan kata lain Kant itu orang yang Rendah diri1

2. Kritisisme (Aliran Kritis)

Menurut Kant, pengetahuan yang dihasilkan aliran rasionalisme tercermin dalam


putusan yang bersifat analitik-Apriori. Putusan ini memang mengandung suatu
kepastian dan berlaku umum. Sedangkan pengetahuan yang dihasilkan aliran
empirisme tercermin dalam putusan Sintetik-Aposteriori . Yang sifatnya tidak
tetap. Kant memadukan keduanya dalam suatu bentuk putusan yang Sintetik-
Apriori. Di dalam putusan ini, akal budi dan pengalaman indrawi dibutuhkan
serentak. Cara kita untuk mendapatkan putusan Sintetik-Apriori, menurut Kant,
syarat rasio untuk dapat mencapai tahap rasionalitasnya yakni melewati tiga tahap.
Yaitu :

a. Tahap Inderawi ; disini peranan subjek lebih menonjol, tapi harus ada bentuk
rasio murni yaitu ruang dan waktu yang dapat diterapkan pada pengalaman. Hasil
pencerapan indrawi inderawi yang dikaitkan dengan bentuk ruang dan waktu ini
merupakan fenomena konkret. Namun pengetahuan yang diperoleh dalam bidang
inderawi ini selalu berubah-ubah tergantung pada subjek yang mengalami, dan
situasi yang melingkupinya.

b. Akal Budi ; apa yang telah diperoleh melalui bidang inderawi tersebut untuk
memperoleh pengetahuan yang bersifat objektif-universal haruslah dituangkan ke
dalam bidang akal.

c. Tahap Rasional ; pengetahuan yang telah diperoleh dalam bidang akal itu baru
dapat dikatakan sebagai putusan Sintetik-Apriori, setelah dikaitkan dengan tiga
macam ide, yaitu Allah (ide teologis) Jiwa (ide psikologis) dan dunia (ide
kosmologis). Namun ketiga macam ide itu sendiri tidak mungkin dapat dicapai
oleh akal pikiran manusia. Ketiga ide ini hanya merupakan petunjuk untuk
menciptakan kesatuan pengetahuan.
3. Karya-karya Immanuel Kant

a. Kritik der Reinen Vernunft Reason, Critique of Pure Reason (Kritik Atas Rasio
Murni). Pada taraf indra, ia berpendapat bahwa dalam pengetahuan indrawi selalu
ada dua bentuk apriori yaitu ruang dan waktu. Pada taraf akal budi, Kant
membedakan akal budi dengan rasio. Tugas akal budi ialah memikirkan suatu hal
atau data-data yang ditangkap oleh indrawi. Pengenalan akal budi juga merupakan
sintesis antara bentuk dengan materi. Materi adalah data-data indrawi dan bentuk
adalah apriori, bentuk apriori ini dinamakan Kant sebagai kategori.Pada taraf rasio,
kant menyatakan bahwa tugas rasio adalah menarik kesimpulan dari keputusan-
keputusan. Dengan kata lain, rasio mengadakan argumentasi-argumentasi. Kant
memperlihatkan bahwa rasio membentuk argumentasi itu dengan dipimpin oleh
tiga ide, yaitu Allah, jiwa dan dunia. Apa yang dimaksud ide menurut Kant ialah
suatu cita-cita yang menjamin kesatuan terakhir dalam gejala psikis (jiwa), gejala
jasmani (dunia) dan gejala yang ada (Allah)

Akal murni adalah akal yang bekerja secara logis. Menurut Kant, pengetahuan
yang mutlak benarnya memang tidak akan ada bila seluruh pengetahuan datang
melalui indra.

Menurut Kant, jiwa kita merupakan organ yang aktif, dimaksudkan sebagai jiwa
yang inheren, secara aktif mengkoordinasi sensasi-sensasi yang masuk dengan
idea-idea kita. Karena dikoordinasi itulah maka pengalaman yang masuk, yang
tadinya kacau, menjadi tersusun teratur.

Apa makna kata sensasi dan persepsi menurut Kant? Sensasi ialah pengindraan,
sensasi itu hanyalah suatu keadaan jiwa menanggapi rangsangan (stimulus) .
Sensasai itu masuk melalui alat indra, melalui indra itu lalu masuk ke otak, lalu
objek itu diperhatikan,kemudian disadari. Akan tetapi, bagaimana caranya?
Ternyata, sensasi-sensasi itu masuk ke otak melalui saluran-saluran tertentu.
Saluran itu adalah hukum-hukum . Karena hukum-hukum itulah maka tidak semua
stimulus yang menerpa alat indra dapat masuk ke otak. Penangkapan itu diatur oleh
persepsi sesuai dengan tujuan. Contohnya, Jam berdetak, Anda tidak
mendengarnya, akan tetapi, detak yang sama bahkan lebih rendah, akan didengar
bila kita bertujuan ingin mendengarkannya.

Kemudian Jiwa (mind) yang memberi arti terhadap stimulus itu mengadakan
seleksi dengan menggunakan dua cara yang amat sederhana, Menurut Kant, Pesan-
pesan (dari Stimulus) disusun sesuai dengan ruang (tempat) datangnya sensasi, dan
waktu terjadinya itu. Mind itulah yang mengerjakan sesuatu itu, yang
menempatkan sensasi dalam ruang dan waktu, menyifatinya dengan ini atau itu.
Ruang dan waktu bukanlah sesuatu yang dipahami, ruang dan waktu itu adalah alat
persepsi. Oleh karena itu ruang dan waktu itu apriori.

Kant kemudian memberikan penjelasan lagi, Dunia mempunyai susunan seperti


yang kita pahami bukanlah oleh dirinya sendiri, melainkan oleh pikiran kita. Mula-
mula berupa klasifikasi sensasi, selanjutnya klasifikasi sains, seterusnya klasifikasi
filsafat. Hukum-hukum itulah yang mengerjakan klasifikasi itu.

Selanjutnya Kant membatasi sains, namun kepastian, keabsolutan dasar sains tetap
terbatas, Objek yang tampak merupakan fenomenon (penampakan) . Keutuhan
objek yang kita tangkap dengan daya struktur mental yang inheren, melalui
sensasi, terus ke persepsi lalu ke konsep idea, Contoh, Kita tidak tahu pasti dengan
bulan, yang kita tahu hanya idea tentang bulan.

Sains tidak mengetahui noumenon (tidak tampaknya suatu) ia hanya tahu


fenomenon saja. Dari sini jelas bahwa Kant mampu memisahkan fenomenon
dengan noumenon .
Dalam bukunya ini ia “membatasi pengetahuan manusia”. Atau dengan kata lain
“apa yang bisa diketahui manusia.” Ia menyatakan ini dengan memberikan tiga
pertanyaan:

* Apakah yang bisa kuketahui?

* Apakah yang harus kulakukan

* Apakah yang bisa kuharapkan?

Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut:

* Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca
indra. Lain daripada itu merupakan “ilusi”(noumenon) saja,

* Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah
peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh:
orang sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan
umum, maka apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan

* Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya.

b. The Critique of Practical Reason (Pembahasan tentang Akal Praktis)

Kahidupan memerlukan kebenaran, Kebenara tidak dapat seluruhnya diperoleh


dengan indra dan akal, indra dan akal itu terbatas kemampuannya. Menurut Kant,
dasar apriori itu ada pada sains, akan tetapi, indra (sains) itu terbatas, disinilah
Critique of The Practical Reason berbicara, Kant bertanya”Bila akal dan indra
tidak dapat diandalkan dalam mempelajari agama, apa selanjutnya? Jawabannya
adalah akal atau indra dapat terus berkembang dan dikembangkan, namun setelah
semua itu, moral merupakan ukuran kebenaran.

Apa moral itu? Moral adalah suara hati, Perasaan, menentukan sesuatu itu benar
atau salah . Moral itu Imperatif Kategori, Perintah tanpa syarat yang ada dalam
kesadaran kita. Kata hati itu memerintah, perintah itu ialah perintah untuk berbuat
sesuai dengan keinginan tetapi dalam batas kewajaran. Hukum kewajaran bersifat
universal. Ia merincikan moral sebagai berikut ;

Menurut Kant, apa yang dianggap sebagai sikap moral sering kali merupakan sikap
yang secara moral justru harus dinilai negatif. Heteronomi moral adalah sikap
dimana orang memenuhi kewajibannya bukan karena ia insaf bahwa kewajiban itu
pantas dipenuhi, melainkan karena tertekan, takut berdosa, dan sebagainya. Dalam
tuntutan agama, Moralitas heteronom berarti bahwa orang menaati peraturan tetapi
tanpa melihat nilai dan maknanya. Heteronomi moral ini merendahkan pandangan
terhadap seseorang, dan merupakan penyimpangan dari sikap moral yang sebenar-
benarnya.

Sikap moral yang sebenarnya adalah sikap otonomi moral, otonomi moral berarti
bahwa manusia menaati kewajibannya karena ia sadar diri, bukan karena terbebani,
terkekang, tuntutan, dsb . Otonomi juga menuntut kerendahan hati untuk menerima
bahwa kita menjadi bagian dari masyarakat dan bersedia untuk hidup sesuai
dengan aturan-aturan masyarakat yang berdasarkan hukum. Hukumadalah tatanan
normatif lahiriah masyarakat .
c. Critique of Judgement (kritik atas daya pertimbangan)

Buku ini tentang persesuaian antara keperluan bidang duniawi (alam) dengan
tingkah laku manusia,. Dengan menggunakan konsep finalitas (tujuan).
Menjelaskan ulang secara lengkap tentang buku pertama dan kedua Finalitas dapat
bersifat subjektif dan objektif. Kalau finalitas bersifat subjektif, manusia
mengarahkan objek pada diri manusia itu sendiri. Dengan finalitas yang bersifat
objektif dimaksudkan keselarasan satu sama lain dari benda-benda.

Anda mungkin juga menyukai