Anda di halaman 1dari 23

PERTEMUA IV

MENGENAL KEPERCAYAAN DAN AGAMA YANG ADA DI INDONESIA

A. KEPERCAYAAN MASYARAKAT INDONESIA


Kepercayaan masyarakat di Indonesia tidak terlepas dari kepercayaan asli masyarakat nenek
moyang yang bergeser menjadi ragam keagamaan di Indonesia. Pada umumnya kepercayaan asli
masyarakat Indonesia merupakan bentuk kerohanian khas mistis dan metafisik yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Oleh karena itu, kepercayaan asli sering disebut dengan istilah religi. Kepercayaan
manusia tidak terbatas pada dirinya sendiri saja, tetapi akan terpangaruh pada benda-benda dan
tumbuh-tumbuhan yang berada di sekitarnya. kepercayaan adalah sikap menganggap sesuatu sebagai
benar adanya. Dengan demikian, suatu kepercayaan merupakan ungkapan batin manusia akan
adanya sesuatu yang rohaniah. Dalam konteks ini, kepercayaan merupakan suatu pengakuan batin
mengenai adanya sesuatu, baik itu zat maupun roh, yang melampaui manusia sebagai seorang
pribadi. Keyakinan tersebut menimbulkan kesadaran manusia terhadap adanya makhluk halus atau
roh yang berbau mistik dan metafisik, yang dipercaya dapat mendatangkan kebaikan dan keburukan.
Jika diperhatikan, lukisan-lukisan yang terdapat di berbagai lapisan daerah dan di gua-gua
yang ada di Indonesia tidak hanya mempunyai nilai estetika, tetapi juga mengandung makna etika
magis. Beberapa ahli menyimpulkan bahwa cap-cap tangan dengan latar belakang cat merah
memiliki arti kekuatan atau perlindungan dari roh-roh yang erat sekali dengan mistis dan metafisik.
Kepercayaan dimaksudkan adalah keyakinan yang dianut umat sebelum datang agama-
agama yang sudah ada dan populer didunia ini. Namun demikian bukan tidak ada keyakinan dari
berbagai macam bawaan masing-masing daerah dan suku tersebut masih dipegang oleh sebagian
kecil masyarakat. Walaupun peradaban (civilization) dan budaya kehidupan sekarang sudah sangat
maju, modern yang memasuki gelobalisasi yang melenial dan agama-agama sudah jelas
identitasnya, namun kepercayaan sebagai peninggalan masyarakat primitif masih sangat banyak.
Pada prinsipnya ada tiga pola yaitu : pertama Animsime, kedua Dinamisme dan yang ketiga Aliran
Kebatinan.

1. ANIMISME
Animisme berasal dari kata anima, dari bahasa Latin ‘Animus’ dan bahasa Yunani
‘Avepos’, dalam bahasa Sansekerta disebut ‘Prana’, dalam bahasa Ibrani disebut ‘Ruah’ yang artinya
‘napas’ atau jiwa. Ia adalah ajaran atau doktrin tentang realitas jiwa.
Menurut Taylor, Animisme adalah perlambangan dari suatu jiwa atau roh pada beberapa
mahluk hidup dan objek bernyawa lainnya. Segala sesuatu hidup karena nyawa, roh atau jiwa, baik
aktif maupun tidak aktif. Masyarakat Kutai yang membuka zaman sejarah Indonesia pertama kalinya
menampilkan niai-nilai sosial politik dan ketuhanan, dalam bentuk kerajaan mengadakan kenduri
serta sedekah kepada para berahmana.
Kehidupan dan mahluk halus dapat dipisahkan dari tubuh dan jasad. Hidup itu sendiri dapat
pergi meninggalkan jasad seperti halnya pada waktu manusia pingsan, tidak sadar atau mati. Juga
mahluk halus tadi dapat menampakkan diri kepada manusia dari jarak jauh.
Para ahli filsafat di zaman itu memadukan antara hidup dan mahluk halus tsb, sampai pada
suatu konsep yang sangat terkenal yang dapat dideskripsikan sebagai suatu jiwa atau roh yang
merupakan mahluk seperti hantu atau setan yang sewaktu-waktu muncul dgn tiba-tiba pada orang
tertentu. Taylor menambahkan bahwa menurut mereka mahluk halus tadi dapat me-masuki tubuh
manusia, menguasainya dan dapat pula merasuk kedalam tu-buh binatang-binatang seperti burung,
reptil dan juga dapat berada pada tumbuhan dan lainnya.
Kepercayaan pada roh biasanya termasuk rasa kebutuhan akan suatu bentuk komunikasi
dengan roh, baik dalam bentuk pemujaan kepada roh individual dan kelompok untuk menyangkal
kejahatan, musibah dan menjamin keselamatan
Pada umumnya keyakinan masyarakat primitif mempercayai dua bentuk konsep tentang
jiwa-jiwa dan roh-roh yang sangat mempangaruhi kehidupan manusia, yaitu: Adanya jiwa pada
segala mahluk yang terus menerus berada pada mahluk tersebut walaupun tubuhnya telah mati.
Didalam alam ini diyakini banyak sekali roh-roh yang berpangkat dari yang rendah sampai
yang tinggi yang memiliki kehendak-kehendak yang dapat mempangaruhi kehidupan manusia itu
sendiri. Seperti dalam animisme terdapat suatu susunan keagamaan dengan suatu rangkaian upacara-
upacara dan bentuk-bentuk sesembahan yang melukiskan adanya mahluk halus, roh dan jiwa yang
mempunyai keinginan dan kehendak. Juga terdapat adanya daya kekuatan yang bekerja dalam
manusia karena keinginan dan kehendak tadi, juga terdapat kepercayaan bahwa mahluk halus tsb ada
disekitar manusia baik dihutan, dipepohonan, digunung dan lainnya dan kadang-kadang bersikap
baik terhadap manusia dan sebaliknya, sehingga manusia dikuasai rasa takut. Roh tadi bersifat super
manusiawi yang sangat menentukan kehidupan manusia.
Dari penjelasan diatas, kepercayaan masyarakat primitif, khususnya Animisme telah
memahami adanya roh halus/jiwa dalam diri mereka, walaupun manusia itu sudah mati roh/ jiwa
tersebut tetap ada pada tubuh mereka. Kepercayaan pada roh biasanya termasuk rasa kebutuhan akan
suatu bentuk komunikasi dengan roh, baik dalam bentuk pemujaan kepada roh individual dan
kelompok untuk menyangkal kejahatan, musibah dan menjamin keselamatan.
Mereka juga meyakini bahwa roh leluhurnya dapat melindungi dan menye-lamatkan
kehidupan generasi sesudahnya dari berbagai ancaman dan musi-bah yang mereka hadapi. Disisi lain
mereka juga meyakini bahwa di alam sekitarnya sangat banyak roh halus yang kadang bersifat baik
maupun tidak.
Dalam konsep pemikiran masyarakat primitif belum sampai kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, kalaupun ada pengakuan tentang Tuhan, hanya
terbatas pada kepercayaan dan keyakinan terhadap roh-roh halus yang meraka anggap sebagai Dewa.
Mereka meyakini bahwa yang melahirkan mereka adalah para leluhurnya, ma-ka penghormatan serta
pemujaan terutama ditujukan kepada leluhurnya dengan berbagai upacara dan persembahan tertentu
secara sakral. Demi-kian juga mereka memberikan penghormatan pada tempat tertentu yang di-
anggap dihuni oleh roh-roh halus tsb untuk dapat melindungi dan mense-jahterakan mereka.
Kepercayaan Animisme timbul berdasarkan penalaran manusia atas segala fenomena alam
dan experience (pengalaman) hidupnya, sehingga belum dapat disebutkan sebagai agama. Hanya
merupakan hasil budi daya mereka sehingga masuk unsur kebudayaan.
Secara definisi : Animisme adalah kepercayaan masyarakat primitif atas keyakinannya
bahwa setiap mahluk hidup memiliki jiwa dan roh yang selalu menetap pada jasadnya, dan bahwa
disekitarnya terdapat mahluk halus yang dapat mempangaruhi dan mengganggu manusia. Dialam
animisme terdapat masyrakat yang memiliki kepercayaan dengan yang disebut totem dan tabu.
Animisme pada masyarakat yang memiliki kepercayaan terhadap otem dan tabu ini
meyakini adanya hubungan kekerabatan atau pertalian kekeluargaan terhadap hewan-hewan tertentu,
dian-taranya ada yang menganggap bahwa nenek moyang mereka berasal dari binatang, sehingga
ada hubungan roh mereka dengan roh dan jiwa binatang tertentu seperti, singa, harimau, elang,
beruang dll. Mereka juga percaya bahwa roh binatang tersebut dapat menolong, melindungi ataupun
menyelamatkan mereka dari bahaya tertentu. Keyakinan demikian pada masyarakat Animisme
disebut Totemisme. Istilah Totem berasal dari suku Indian Ajibwa Utara “Ototemen”.
Istilah “Tabu” adalah berupa pantangan ataupun larangan sebagai pedoman pada
masyarakat primitif agar selalu selamat, terhindar dari bahaya agar kehidupan mereka selalu
sejahtera. Apabila Tabu tersebut dilanggar akan dapat menimbulkan bencana bagi mereka.
Di Indonesia sendiri masih ada terdapat penganut animisme hingga saat ini. Pada
kepercayaan animisme menganggap bahwa “enek moyang yang telah mati hanya badannya yang
hilang, adapun roh atau semangatnya masih tetap ada di sekeliling kita dan tempat tinggalnya yang
tertinggi dan mulia ialah kahyangan”. Hyang (Puyang) artinya adalah roh atau nenek moyang Sistem
kepercayaan animisme di Indonesia pada umumnya banyak di jumpai di provinsi Kalimantan Barat,
tepatnya tempat suku Dayak berada. Suku Dayak adalah salah satu suku yang masih memegang erat
dengan roh-roh nenek moyang yang ada. Prinsip kepercayaan animisme sendiri mempercayai bahwa
setiap benda di bumi ini, pohon, goa, batu besar, dan benda lainnya itu memiliki nyawa dan hidup
(abstrak) yang metafisik, namun mereka mempercayai kehidupan mereka tidak mengganggu
manusia, justru membantu manusia dari roh jahat.
Kepercayaan animism juga mempercayai bahwa roh orang yang telah meninggal bisa
merasuki hewan hidup dan pohon. Jika orang yang mati tersebut memiliki dendam kepada seseorang
maka, roh orang tersebut akan merasuki hewan, guna untuk membalas dendam kepada orang-orang
yang menyakiti hatinya selama masa hidupnya.

1.1. Ritual Animisme


Negara Indonesia sangat terkenal dengan berbagai macam upacara ritual, entah upacara
keagamaan, upacara kebudayaan, dan banyak jenis lainnya. Salah satu ritual adalah ritual melakukan
persembahan dan berdoa di tempat yang di anggap keramat (Ini merupakan kepercayaan dan
kebudayaan animisme di mana mereka menganggap tempat tersebut merupakan tempat yang roh
yang dapat menjawab keinginan mereka), selain itu adanya upacara yang sering di lakukan untuk
memandikan dan memberi bunga, keris, tombak, dan kirap pusaka lainnya.
Terlepas dari percaya atau tidaknya akan ritual ini, tetap saja masih melakukannya. Benda
yang di anggap suci dan memiliki kekuatan gaib. (Ini adalah ciri kedua dari animisme, menyembah
dan mempercayai pada benda-benda pusaka.

2. DINAMISME
Dinamisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘dinamos’ (dynamic) yang diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia sebagai kekuatan, kekuasaan atau khasiat dan dapat juga diartikan dengan
daya. Di Yunani terdapat kepercayaan bahwa arwah leluhur tinggal di makam dan memiliki
kekuasaan atas baik dan buruk, sakit dan mati. Karena itu genos dalam masyarakat yunani sering
memiliki suatu status kepahlawanan yang di muliakan dan di sembah. Di mesir mempunyai
kepercayaan yang sama dengan di yunani.
Dalam ensiklopedi umum disebutkan bahwa Dinamisme sebagai kepercayaan keagamaan
primitif pada zaman sebelum kedatangan agama Hindu ke Indonesia (termasuk Polinesia dan
Melanesia), yang menyatakan bahwa dasar-nya adalah percaya adanya kekuatan yang maha ada
(kekuatan bathin) yang berada dimana-mana. Kekuatan bathin ini biasanya disebut Mana (dalam
bahasa Indonesia disebut Tuah).
Dinamisme disebut juga Preanimisme, yang mengajarkan bahwa setiap benda mempunyai
Mana. Lebih lanjut dikatakan bahwa Dinamisme adalah sebagai kepercayaan kepada suatu daya
kekuatan atau kekuasaan yang dianggap halus, maupun yang berjasad yang dimiliki benda, binatang
dan manusia.
Dari uraian diatas diketahui bahwa Dinamisme terbatas pada suatu keyakinan masyarakat
primitif terhadap adanya daya, kekuatan, kekuasaan yang bebas yang dapat dimiliki oleh manusia,
hewan, tumbuhan dan benda-benda alam lainnya. Kekuatan tersebut dapat bersifat positif maupun
negatif yang berpangaruh pada kehidupan manusia maupun masyarakat tertentu.
Bila dikaitkan dengan faham Animisme, maka Dinamisme adalah suatu keyakinan
praanimisme yang berkaitan dengan jiwa atau roh yang memiliki energi metafisika yang sakti
(memiliki daya, kekuatan, kekuasaan yang super natural).
Dengan keyakinan ini maka penganut Animisme dan Dinamisme mengadakan upacara-
upacara berupa persembahan ataupun ritual tertentu yang bersifat sakral. Kepercayaan dan keyakinan
tersebut pada perkembangannya kemudian menyembah bermacam Dewa sebagai Tuhan mereka.
R.H. Corrington dalam bukunya The Melanesians (1981) mengatakan bahwa Mana adalah
sebagai kekuatan supernatural atau supernatural power. Supernatural adalah suatu alam ghaib yang
suci tempat berada kekuatan-kekuatan yang telah dikenal manusia didalam alam sekitarnya dan yang
dihadapi oleh manusia dengan suatu rasa keagamaan. Juga dikatakan, bahwa Mana adalah suatu
kepercayaan terhadap adanya suatu kekuatan yang sama sekali berbeda dengan kekuatan fisik,
sesuatu kekuatan yang menonjol, menyimpang dari biasa, luar biasa.
Nenek moyang bangsa Indonesia telah mempunyai kepercayaan asli yaitu Dinamisme
“mereka percaya bahwa segala sesuatu ada rohnya atau semangatnya”. Sedangkan Animisme “nenek
moyang yang telah mati hanya badannya yang hilang, adapun roh atau semangatnya masih tetap ada
di sekeliling kita dan tempat tinggalnya yang tertinggi dan mulia ialah kahyangan”. Hyang (Puyang)
artinya adalah roh atau nenek moyang.
Mana dalam kepercayaan Dinamisme pada teknis serta pengembangannya dikenal beberapa
istilah seperti Fetish, Mag/Magis, dukun, syaman dan lain-lain.
Pemahaman serba roh dalam penjelasan yang berkaitan dengan Animisme dan Dinamisme
tidak dapat disamakan dengan istilah Roh yang khusus pada manusia menurut ajaran Agama
Samawi. Dalam Alquran dijelaskan bahwa roh yang diberikan Tuhan khusus kepada mahluk
manusia (Adam anak cucu keturunannya). Jadi tidak sama dengan nyawa binatang, atau mahluk
halus lainnya.
Prof. Kamil Kartapraja berpendapat bahwa selain kepada roh-roh yang telah meninggal
dunia, kebanyakan rakyat Indonesia percaya pula kepada dewa-dewa dan mahluk halus yang bukan
berasal dari manusia. Dewa-dewa dan mahluk halus itu yang dianggap menyebabkan terjadinya
bencana alam dan kecelakaan-kecelakaan, seperti tanah longsor atau gempa bumi, gunung meletus
dan sebagainya. Dewa-dewa dan mahluk halus itu sesekali menyu-sahkan manusia pada
kehidupannya sehari-hari. Bila demikian manusia menyerahkan urusan dewa-dewa dan mahluk halus
tersebut kepada dukun-dukun, yang kemudian terus berkembang dan mereka bersikap sedemikian
rupa dengan penuh rahasia.
Penyembah berhala di Indonesia mengenal dewa tertinggi yang sering dise-but dengan
menggunakan nama asing, seperti nama Batara Guru terdapat dalam bentuk yang berlainan pada
orang Batak, Bugis dan Filipina, sebutan Malaka pada orang Dayak dan Latahala di Buru yang
didalam bahasa Arab adalah Allah ta’ala.
Kepercayaan dewa tertinggi ini berasal dari bahasa Indonesia yang disebut Hyiang yang
memiliki kekuatan cipta dan pemeliharaan ciptaannya yang maksudnya adalah bahwa ia akan
menghukum orang yang menentang per-buatannya. Dalam konteks ini, kepercayaan merupakan
suatu pengakuan batin mengenai adanya sesuatu, baik itu zat maupun roh, yang melampaui manusia
sebagai seorang pribadi.
Penciptaan manusia kebanyakan berupa dongeng-dongeng tidak langsung dari padaNya,
seperti manusia keluar dari bambu dan rotan atau diturunkan dari langit.
Selain melalui dukun, para dewa menghubungi manusia melalui utusannya berupa binatang-
binatang atau burung-burung untuk memperingatkan ma-nusia atau memberikan pertolongan.
Ada golongan dewa yang tinggal diantara langit dan bumi namanya Sang-hyang. Semua
dewa tinggal diatas bumi, dilangit, di gunung-gunung yang tinggi. Penghormatan istimewa juga
diberikan kepada dewa-dewa digunung maupun dilautan, yang kepada mereka diberikan korban
manusia.
Diantara para dewa ada yang hingga sekarang dihormati ialah dewi (dewa perempuan) yang
menjaga lautan selatan pulau jawa, yang namanya Nyai Ratu Loro Kidul. Meskipun penduduk pantai
selatan sudah menganut agama Islam, namun Nyai Ratu Loro Kidul masih sangat ditakuti oleh
rakyat setempat, banyak orang mempunyai keyakinan bahwa Nyai Ratu Loro Kidul kaya raya dan
suka memberi kepada manusia, bila sesudah ia mati mau jadi pengikutnya.
Mahluk-mahluk halus yang derajatnya lebih rendah, tinggal dipohon-pohon atau tempat
yang lain. Mereka sering mengganggu manusia sehingga men-jadi sakit. Itulah sebabnya orang
memuliakan pohon-pohon besar. Kepercayaan-kepercayaan, yang terdiri dari syahadat-syahadat dan
mitos-mitos dan pengalaman-pengalaman yang terdiri dari upacara-upacara keagamaan dan
peribadatan, membantu untuk mencapai tujuannya. Kepercayaan keagamaan tidak hanya mengakui
keberadaan benda-benda dan makhluk-makhluk sakral tetapi seringkali memperkuat dan
mengokohkan keyakinan terhadapnya dan juga kepercayaan agama tidak hanya melukiskan dan
menjelaskan makhluk-makhluk sakral dan alam ghaib,Tuhan dan para malaikat, surga dan neraka
tetapi yang lebiih penting dari semuanya itu adalah bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut
memberitahukan bagaimana alam ghaib ini dapat dihubungkan dengan dunia manusia yang nyata.
Aliran kepercayaan tersebut sebagai produk budaya manusia dalam peraadaban pada tingkat
masyarakat primitif, namun hingga sekarang masih banyak dianut suku-suku terasing dibelahan
dunia. Hingga sekarang umat beragama belum secara potimal memberikan perhatian terhadap
kemakmuran suku-suku terasing ini kecuali Katolik.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kepercayaan serta keyakinan ma-syarakat primitif,
khususnya Dinamisme dan Animisme di Indonesia meningkat kepada keyakinan adanya mahluk
halus lain serta dewa-dewa yang bukan berasal dari roh-roh nenek moyang mereka yang sudah
meninggal. Dan mereka juga meyakini bahwa mahluk lain tersebut dapat menolong tetapi juga dapat
mencelakakan melalui kejadian alam seperti banjir, tanah longsor, letusan gunung dll, bahkan sampai
kepada kematian. Oleh karenanya masyarakat primitif membuat persembahan-persembahan serta
ritual-ritual melalui dukun-dukun.
Munculnya istilah sembahyang berasal dari Sembah Hyang, Menyembah Dewa tertinggi
namun sudah menjadi istilah bagi masyarakat Indonesia, sehingga terbawa pada masyarakat
beragama dalam melaksanakan menyembah Tuhannya.

2.1. Ritual Dinamisme


Ritual dinamisme sekilas tampak sama dan serupa dengan animisme, mereka memuja pada
benda dan tempat, namun prinsip utama yang mereka sembah jauh berbeda, Animisme percaya
hewan dan benda memiliki nyawa, dinamisme percaya nenek moyang atau leluhur yang tinggal pada
suatu tempat. Pandangan sosiologi agama yang tidak percaya kepada adanya yang gaib menafsirkan
yang gaib itu dengan simbol pemersatu yang diciptakan oleh masyarakat yang bersangkutan.
Durkheim mengatakan bahwa simbol itu mirip dengan kepercayaan suku Aborogin kepada gambar
hewan totem. Hewan totem dipercayai sebagai hewan atau tumbuh-tumbuhan yang menjadi nenek
moyang mereka. Sehingga kepercayaan mereka tetap bertahan.
Ritual dinamisme selalu mengadakan upacara keagamaan seperti dalam kejadian-kejadian
penting, contohnya; ada kelahiran bayi pada satu keluarga, maka seluruhnya akan mengadakan
upacara keagamaan, kedua ada kematian, pada kematian ini juga di adakan upacara keagamaan.
Yang ke tiga, mereka akan mengadakan upacara saat adanya panen hasil pertanian.
Pada masa panen pertanian tersebut merupakan hal yang sangat sakral sebab mereka masih
belum memiliki wawasan yang besar mengenai bercocok tanam, sangat berbeda dengan pemahaman
orang yang pemahaman agamanya sudah baik dan benar. Apalagi dengan orang zaman super modern
yang melenial dalam bercocok tanam kini memiliki faktor pendukung seperti teknologi yang canggih
yang kini terus berkembang.

3. Aliran Kebatinan
Prof. Kamil Kartapraja (petugas pencatatan Aliran Kepercayaan dan Kebatinan Departemen
Dalam Negeri 1949-1961 dan Guru Besar pada IAIN Sunan Kalijaga dan IAIN Syarif Hidayatullah)
adalah bahwa Aliran Kebatinan dan Kepercayaan di Indonesia ialah kepercayaan rakyat Indonesia
yang tidak termasuk kedalam salah satu agama rakyat Indonesia. Agama yang diakui oleh
pemerintah ada 6 (enam) yaitu Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Kong Fu-Tse atau kong
hu cu. Pengakuan itu bukan merupakan surat keputusan, tetapi suatu kenyatan di Departemen agama
RI ada petugas khusus yang melayani agama-agama tersebut.
Aliran Kepercayaan dapat digolongkan dua golongan besar :
a. Golongan kepercayaan yang animistis tradisional, tidak terdapat filosofinya dan tidak
ada mistiknya. Contohnya : Kaharingan adalah kepercayaan suku Dayak di Kalimantan,
Pelbegu dan Permalin adalah kepercayaan rakyat Tapanuli dan sebagainya.
b. Golongan kepercayaan rakyat yang ada filosofinya disertai ajaran mistik yang memuat
ajaran-ajaran bagaimana caranya manusia dapat bersatu dengan Tuhan atau sedikitnya
dapat sedekat mungkin. Ajarannya selalu membicarakan yang ada sangkut pautnya
dengan bathin atau hal-hal yang ghaib. Oleh karenanya golongan kepercayaan ini
disebut golongan Kebathinan. Contoh aliran kebatinan adalah Pangestu, Sapta Darma
dan lain-lain.
Dari uraian diatas terlihat perbedaan antara kepercayaan masyarakat primi-tif seperti
Dinamisme dan Animisme dengan aliran kebathinan. Bahkan aliran kebathinan banyak diikuti oleh
para intelektual. Sampai saat ini masih banyak orang yang memiliki kepercayaankepercayaan
tertentu terhadap benda-benda mati. Benda-benda mati tersebut seperti pohon beringin besar, batu,
keris, peninggalan nenek moyang, tempat pemakaman dan lain sebagainya. Mereka mempunyai
ritual serta adat istiadat yang berbeda pula dalam memperlakukan benda-benda tersebut disetiap
daerah. Adapun ritus tertentu tersebut dilakukan sesuai dengan adat yang telah dijalankan oleh nenek
moyang sebelumnya atau bersifat turun-temurun. Sehingga kepercayaan mereka tetap bertahan dari
generasi ke generasi. Manusia atau benda yang dimitoskan itu kemudian hidup dalam sejarahsejarah
lisan berbentuk cerita-cerita atau kisah yang meskipun tidak didukung oleh pembuktian kritis.
Mistifikasi pun terjadi jika manusia atau benda memiliki kekuatan yang diyakini sebagai kekuatan
lebih dibanding manusia atau benda lainnya. Misteri tersebut, misalnya terdapat pada sosok manusia
yang memiliki kelebihan di bidang tertentu yang sifatnya supranatural. Religi yang diyakini
masyarakat dapat menjadi bagian dari suatu sistem nilai yang ada di dalam kebudayaan masyarakat
bersangkutan. Sistem nilai ini kemudian menjadi pendorong atau penggerak serta pengontrol bagi
tindakantindakan para anggota masyarakat. Secara fungsional, religi menjadi pengatur untuk menata
kehidupan manusia, baik dalam hubungannya dengan semesta, alam sekitarnya, maupun kepada
Yang Maha Esa.
Tujuan utama dari Aliran Kebathinan adalah pendekatan bathiniahnya yang ingin beserta
dengan Tuhan. Secara sadar mereka memahami alam ghaib serta adanya Tuhan Yang Maha
Pencipta.
Hanya didalam upacara-upacara ritualnya tidak berdasarkan kaidah dan akidah agama yang
ada, oleh karenanya kepercayaan tersebut disebut Aliran Kebathinan.
Aliran ini tidak dapat disamakan dengan ajaran Kerohanian dalam Islam seperti
Thariqatullah dalam Tasauf/Sufi atau ajaran kerohanian dalam agama Nasrani. Pemahaman serta
ritualnya berdasarkan wahyu/firman Tuhan Yang Maha Esa.
Kesimpulannya, aliran Kebathinan adalah kepercayaan yang berdasarkan olah bathin untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan berlandaskan faham filosofis yang dianutnya, bukan berdasarkan
firman dan wahyu dalam kitab suci, walaupun diantara aliran Kebathinan ini ada juga yang
mencampur ba-urkan dengan aqidah agama tertentu, namun keutamaan konsepnya adalah
pendekatan bathiniah dengan Tuhan secara mistik. Khusus masalah ini dapat dikembangkan uraian
pada konsep Tasauf Islam.

B. AGAMA AGAMA YANG ADA DI INDONESIA


Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini
sesuai dengan ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ini adalah
merupakan kompromi antara gagasan negara yang terdiri dari pemeluk Islam terbanyak dengan
jumlah agama-agama lain yang ada di Indonesia. Sebagai agama yang mayoritas, agama Islam
mengendalikan keamanan dan rasa hidup kebersamaan dan berdampingan dengan agam agama yang
berbeda sangat luar biasa.
Walaupun ada riak-riak kecil yang timbul oleh tangan-tangan yang mengatas namakan
agama Islam. Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa "tiap-tiap penduduk diberikan
kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya" dan "menjamin semuanya akan
kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya". Dalam Penetapan Presiden No
1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, bagaimanapun,
secara resmi hanya mengakui enam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha Namun
baru-baru ini, agama khong Hucu aliran kepercayan telah diakui pula sesuai dengan
Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia tertanggal 7 November 2017
Banyaknya agama maupun aliran kepercayaan yang ada di Indonesia, tentu riak-riak kecil
konflik antar agama terkadang tidak terelakkan. Kepercayaan adalah sesuatu yang dipercayai, suatu
aliran yang dianut, iman dan sebagainya Dimana kepercayaan keagamaan tidak hanya mengakui
keberadaan benda-benda dan makhluk-makhluk sakral tetapi seringkali memperkuat dan
mengokohkan keyakinan terhadapnya. Oleh hal tersebut, peranan penting kepemimpinan dalam
menjaga hubungan yang harmonis dan mesra antar kelompok agama mayoritas dengan yang
minoritas dapat dikendalikan dengan nilai-nilai kebersamaan yang baik dan benar.

1. AGAMA SAMAWI
Agama Samawi adalah istilah agama yang dianut oleh umatnya Nabi Adam AS sampai
dengan umat Nabi Muahammad SAW (dalam istilah lain adalah agama langit) Isitilah agama langit
dipakai kemungkinan berdasarkan latar belakang bahwa Nabi Adam AS sebagai manusia pertama
penghuni bumi ini diciptakan Allah SWT dilangit dan diturunkan ke bumi. Setelah Nabi Adam AS
meninggal (Adam AS hidup ± 1000 tahun), Allah SWT menurunkan Rasul-Rasul serta Nabi-Nabi,
sampai kepada Rasul/Nabi terakhir Muhammad SAW.
Dalam konsep/aqidah Islam, seluruh Rasul maupun Nabi yang diturunkan Allah SWT wajib
di-imani kebenarannya (6 Rukun Iman), hal ini berarti bahwa ajaran agama Samawi dan awal
manusia (normal), berada dibumi, Allah SWT telah memberi bimbingan pedoman hidup kepada
manusia sampai akhir zaman (akhirat). Umat Islam harus mengingat 25 Rasul/ Nabi pilihan, yang
berarti ajaran Nabi Adam AS, Nabi Ibrahim AS, Nabi Musa AS, Nabi Daud AS, Nabi Isa AS serta
ajaran Nabi Muhammad SAW mempunyai hubungan yang cukup signifikan, terutama enam rukun
iman.
Di Indonesia penganut ajaran agama Samawi terbanyak adalah Islam dan Nasrani, untu itu
yang di bahas dalam buku ini hanya Nasrani dan Islam saja.

1.1. Nasrani
Bahwa didunia terutama di Timur Tengah Asia (Palestina), lebih dahulu berkembang
Agama Nasrani yaitu abad 1 Masehi. Ajaran yang di-bawakan Nabi Isa AS, sekarang dianut umat
diseluruh dunia terutama dunia barat. Para Misionaris baratlah yang mengembangkan ajaran Nasrani
di Indonesia disekitar abad 16 Masehi (Portugis dan Spanyol), lalu disusul oleh bangsa Eropa
lainnya. Agama tidak harus melibatkan adanya konsep mengenai suatu makhluk supranatural, tetapi
agama tidak dapat melepaskan kedua unsur diatas, karena ia akan menjadi bukan agama lagi ketika
salah satu unsur tersebut terlepas..
Ajaran Nasrani memakai kitab suci Beybel (Al-Kitab) dan ajaran Tri-Nitas. Kitab suci
Beybel terdiri dari : Old Testament (Perjanjian Lama) dan New Testament (Perjanjian Baru)
Old Testament (Perjanjian Lama) yaitu:
1) Taurat: Kitab suci yang diterima Nabi Musa AS, bagi umat Yahudi yang terkenal
dengan nama Ten Commandement (Sepuluh Perintah) dan riwayat penciptaan alam
semesta dan manusia.
2) Mazmur (Dzabur): Kitab suci yang diterima oleh Nabi Daud AS (David). Terkenal
dengan doa-doa suci dan riwayat para Nabi.
3) New Testament (Perjanjian Baru) yaitu: Kitab Suci yang diterima Nabi Isa (Yesus).
Yang memiliki empat Injil yaitu:
a) Injil Yahya (Yohannes)
b) Injil Marcus,
c) Injil Lucas,
d) Injil Matius.
Sebelum Consili Nicea (± 325 M), ditemukan lebih dari empat Injil, karena semua
Penginjil diduga menulis Injil (murid Yesus Mesias), termasuk Injil Barnabas. Injil-Injil
selain yang empat diatas dibatalkan (dalam Consili Nicea).
4) Tri-Nitas (Tri Tunggal)
Istilah Trinitas atau Tritunggal berasal dari kata Latin “Trinitas”, yang
artinya “ketigaan”. Meskipun kata tersebut secara implisit tidak ada dalam Alkitab,
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru menyaksikan tentang Allah, yang esa
menyatakan diri dalam tiga pribadi berbeda.1 Dalam sidang Consili Constantinopel (381
M), setelah melalui proses perjalanan masa yang panjang dengan berbagai perbedaan
faham dikalangan umat Nasrani akhirnya diputuskan konsep sekolah Alexandria, yaitu
ajaran Paulus tentang Trinitas (Tritunggal) yaitu Ketuhanan Trinitas:
a) Allah Bapa
b) Yesus Putra Ketuhanan yang Tunggal dalam tiga
c) Roh Kudus
Konferensi Konstantinopel pertama tahun 381 M, mengambil keputusan bahwa Roh Kudus
adalah Tuhan juga.
Konferensi Nicea tahun 325 M, memutuskan Ketuhanan Al Masih sebagai balasan atas
seruan Arius tentang Ketunggalan Tuhan.

1 Yakub B. Susabda, Mengenal & Bergaul, Yogyakarta, Andi, 2010, h. 205.


Saat itu ajaran Nasrani diterima oleh dua gereja besar dunia, yaitu gereja Katolik Roma dan
gereja Ortodoks. Perbedaan utama kedua ajaran gereja tersebut adalah bahwa gereja Katolik
mempunyai pimpinan pusat di Roma, semua gereja-gereja di negara-negara didunia berpusat di
Roma (Vatikan) dengan pimpinan kerohaniannya pada Sri Paus, dan Roh Kudus dapat mengalir dari
Allah Bapa maupun dari Yesus Putra.
Pada gereja Ortodoks, tidak memiliki organisasi (kepengurusan terpusat), tiap-tiap gereja
memiliki kebebasan sendiri; kemudian ajarannya bahwa Roh Kudus hanya disampaikan oleh Allah
Bapa, tidak pada Yesus Putra. Kemudian lahir pula masa reformasi pada ajaran gereja (sekitar abad
15 M) yang dipelopori oleh Thomas Moore (1474-1535) di Inggris, Marthin Luther (di
Jerman), dan lain-lain.
Lahirnya reformasi adalah akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan didunia barat
(Cordova,Cyprus, Ashbilia) yang didukung kuat oleh Khalifah Al-Manum Al-Rasyid (oleh umat
Islam), siapa saja yang menulis, menterjemah bidang ilmiah apa saja terutama Kedokteran, Ilmu
Pasti, Ilmu Falak, Filsafat dll sehingga lahirlah Institut-institut A.l. Baitul Hikmah, yang pada
akhirnya mendorong lahirnya Renaisance di dunia barat.  Doktrin Trinitatis oleh Augustinus adalah
seorang Bapa Gereja yang pandangan-pandangan teologinya yang sangat berpangaruh dalam Gereja
Barat. Dilahirkan di Tagaste, Afrika Utara, tidak jauh dari Hippo Regius pada tanggal 13 November
354. Ayahnya bernama Patricius seorang kafir dan Ibunya bernama Monica seorang yang saleh dan
penuh kasih. Memulai pendidikannya di Tagaste dan kemudian belajar retorika dan Filsafat di
Kartago. Dan menjadi seorang teolog besar dalam sejarah gerejaZ
Augustinus menekankan keesaan Allah. Augustinus berkata bahwa itu adalah satu Allah,
bukan setiap pribadi dari tiga pribadi itu yang mempunyai satu hakikat, dan yang satu memiliki satu
keilahian, dan yang satu lagi keagungan, dan yang satu lagi kemuliaan, demikian juga yang satu
memiliki kehendak sedang yang lainnya kemungkinan untuk melaksanakan kehendak itu dalam
kegiatan. Karena itu kata Augustinus, tidak ada satu kegiatan di mana Allah Bapa saja, atau hanya
anak atau hanya roh kudus saja yang terlibat terhadap dunia ini.
Dari reformasi ajaran Gereja ini lahir suatu ajaran Gereja yang baru yaitu Gereja Protestan.
Pokok-pokok (prinsip) ajaran dari Gereja-Gereja tersebut adalah :
a) Gereja Katolik (disebut juga Gereja Barat; Latin; Patriach atau Rasuli; Gereja Roma).
 Sistem ke-Paus-an (dunia) di Roma (Vatikan),
 Katedral; gereja ditiap negara dibawah Kardinal,
 Bahwa Roh Kudus muncul dari Allah Bapa, bersama dengan Allah Anak (Al-
Masih),
 Allah Bapa memiliki keutamaan sama dengan Allah Anak,
 Sebagai Kitab Suci adalah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
 Gereja berwenang melakukan penghapusan dosa.
b) Gereja Ortodoks: Konstantinopel (Gereja Timur).
 Tidak ada sistem kePausan. Tiap negara bebas tanpa terikat organisasi, tetapi
memiliki kesamaan Aqidah.
 Roh Kudus hanya muncul dari Allah Bapa,
 Allah Bapa lebih utama dari Allah Anak (Al-Masih),
 Sebagai Kitab Suci adalah Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
 Gereja berwenang melakukan penghapusan dosa.
c) Gereja Protestan (dinamakan Gereja Injil),
 Kitab suci adalah sumber satu-satunya bagi agama Kristen, dan semua hukum yang
tidak tersebut didalamnya ditolak.
 Ada hak bagi penganutnya yang sanggup membaca untuk menafsirkannya sendiri.
 Gereja tidak mempunyai hak pimpinan umum. Tiap gereja mempunyai pimpinan
sendiri. Gereja tidak berwenang dalam mengampuni dosa.
 Menterjemahkan kitab suci kedalam bahasa lain sehingga dapat dibaca dan
dimengerti oleh berbagai macam suku bangsa. Tidak ada hubungan antara santapan
malam kerohanian, santapan rohani dengan tubuh dan darah Al-Masih, dan itu
peringatan belaka.
 Pendetanya boleh kawin.
 Tidak ada gambar dan patung di gereja, tidak ada penyembahan terhadap benda
tersebut, karena yang demikian mendekati wasaniah (penyembahan berhala).
Penganut Protestan hampir tidak mengakui Kitab Perjanjian Lama (Old
Testament),Taurat dan Zabur. Kitab sucinya hanya New Testament dan Kitab
Rasul-Rasul atau Injil yang empat.

1.1.1. Pandangan Agama Nasrani Terhadap Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha
Esa)
Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha Esa), sama sekali tidak bertentangan dengan aqidah
agama Nasrani. Hal ini dapat dilihat dalam keempat Injil yang ada dalam ajaran Nasrani.
1) Injil Markus :
S:12; A:29 : “Maka dijawab oleh Yesus kepadanya “Hukum yang ter utama inilah :
Dengarlah olehmu hai Israil, adapun Allah, Tuhan kita, ialah Tuhan Yang Esa”.
S:12; A:32 : “Lalu kata ahli Taurat itu kepada Nya : ya Guru amat benarlah segala kata
Guru bahwa Allah itu Esa adanya, dan tiada yang lain melainkan Allah”.
2) Injil Lukas :
S:1 ; A:32 :“Maka ia akan banyak mengembalikan Bani Israel kepada Allah Tuhannya
itu”.
S:4 ; A:8 :“Maka dijawab Yesus serta berkata kepadanya : “Adalah tersurat bahwa
wajiblah engkau sujud menyembah Allah, Tuhanmu dan beribadat hanya kepadaNya
saja”.
3) Injil Matius :
S:4 ; A:10 :“Maka kata Yesus kepadanya: Nyahlah engkau dari sini hai Iblis, karena
telah tersurat : Hendaklah engkau menyembah Allah, Tuhan mu, dan beribadat, hanya
kepadaNya sahaja”.
4) Injil Yahya (Yohannes) :
S:5 ; A:44 :“Bagaimana boleh kamu percaya selagi kamu mencari kehormatan dari
antara sama sendirimu tetapi tiada kamu menuntut kehormatan dari pada Allah Yang
Esa”
Berdasarkan kutipan diatas, jelas terlihat tentang keesaan Allah; kekuasaanNya serta
penciptaanNya.
Keputusan Consili (Konferensi Konstantinopel 381 M) didukung Kaisar Konstantin,
memutuskan dan menyempurnakan Aqidah Trinitas (Tritunggal) Ketuhanan yi : Allah Bapa, Yesus
Putra dan Roh Kudus, bagi umat Kristiani diseluruh dunia, yang pada waktu itu umat Nasrani
terbagi atas dua ajaran yaitu Gereja Katolik Roma di Barat dan Gereja Ortodoks di Timur, kemudian
pada abad 15 timbul ajaran reformasi gereja dan lahirlah ajaran Gereja Protestan.
Penghayatan Trinitas oleh Martin Luther, yaitu sesuai dengan keputusan Nicea. Bahwa ada
satu hakikat ilahi, yang disebut Allah dan sesungguhnya Allah. Dan ada tiga pribadi dalam satu
hakikat ilahi ini, setara dalam kuasa dan sama-sama kekal; Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh
Kudus. Ketiganya adalah satu hakikat ilahi, kekal, tidak terbagi-bagi, tidak berakhir, mahakuasa,
mahaarif dan mahabaik, satu pencipta dan pemelihara segala Sesutu yang kelihatan dan yang tidak
kelihatan. Istilah “pribadi” haruslah dimengerti sebagaimana Bapa-bapa Gereja menggunakan kaitan
ini, bukan sebagai suatu bagian dari yang lain, melainkan sebagai yang ada dari dirinya sendiri. 2
Pada hakikatnya umat Nasrani secara filosofis dapat memahami serta menghayati Ketuhanan Yang
Maha Esa sebagai Aqidah dan filosofis sebagai berikut:
1) Menurut analisis Personalitas :

2Teodore G. Tappert, Buku Konkord Konfesi gereja Lutheran, Jakarta, Gunung Mulia, 2004, h. 36-37.
a) Tuhan Yang Maha Esa adalah Allah Yang Esa.
b) Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Trinitas :
- Allah – Bapa
- Yesus – Putra
- Roh - Kudus
2) Menurut analisis penciptaan:
Maka Tuhan Allah menciptakan alam semesta, termasuk bumi dan manusia sebagai
ciptaan serta kepemilikan Ketuhanan; seluruh yang diciptakanNya adalah milik Nya.
Dengan kata lain pemahaman KeTuhanan Yang Maha Esa pada hakikatnya adalah
bermakna kepada penciptaanNya serta kepemilikanNya.
3) Menurut analisis Manejerial dan Kekuasaan: Bahwa Tuhan Allah mempergunakan
Malaikat-Malaikat, Nabi-Nabi, serta utusan–utusan dalam mengatur seluruh ciptaan-
Nya didunia ini agar dapat sesuai dengan yang diingini oleh Sang Pencipta, bahkan
diturunkan Wahyu lewat Nabi dan Kitab Suci sebagai pedoman dalam pengaturan
kehidupan didunia dan akhirat.
Bilamana semua analisis diatas dihubungkan dengan Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang
Maha Esa), sama sekali tidak bertentangan dengan aqidah agama Nasrani; bahkan menjadi motivasi
bagi umat Nasrani untuk meningkatkan ajaran.

1.2. ISLAM
Agama Islam adalah agama Samawi yang terakhir, dengan Rasul Muhammad yang
merupakan Rasul dan Nabi terakhir dari agama Samawi. Hal ini berarti Islam lahir setelah melalui
proses yang sangat panjang, dari awal manusia pertama (Rasul dan Nabi Pertama) hingga Rasul
Muhammad, sehingga umat Islam harus mengakui proses ajaran 25 Rasul dan Nabi Pilihan yang
diutus Tuhan. Agama Islam memiliki azas yang sangat mendasar, mendalam dan meluas secara
terintegrasi yaitu Iman, Ilmu dan Ibadah, sehingga manusia dapat menjadi khalifah yang sukses
didunia dan akhirat. Inilah misi Islam sesung-guhnya, terbukti mulai dari abad 1 H (abad 7 M)
hingga abad 7 H (abad 14 M).
Islam adalah agama Rahmatan lil 'alamin menebar rahmat dan kebaikan tidak untuk
menebar kebencian sesama umat. Tidak ada paksaan seseorang untuk memluk agama islam, setiap
orang di beri kebebasan untuk memluk agama apapun. Allah berfirman "tidak ada paksaan dalam
menganut agama, sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dan sesat."
Pada Haji Wada’ yaitu pelaksanaan Haji terakhir, Rasulullah menerima wahyu yang
terakhir, yang tercantum dalam Alquran sebagai Kitab Suci yang terakhir, yang diturunkan Allah
SWT yang Maha Rahman dan Maha Rahim, sebagai Kitab Suci yang masih otentik hingga saat ini,
untuk pedoman hidup bagi kesejahteraan umat manusia yang berbudaya, berilmu pengetahuan,
beriman dalam koridor Ridho Allah SWT sampai akhir zaman sebagai umat yang insaniah serta
Illahiah.
Dalam Alquran Q.S. Al-Maidah/5:3 akhir dari ayat tersebut mengatakan bahwa Pada hari
ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Kuridhoi Islam itu jadi agama bagimu . Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa turunnya firman Allah SWT yang terakhir ini
menunjukkan bahwa Allah SWT telah meridhoi Islam sebagai agama setelah disempurnakan-Nya
dan Allah SWT memberikan nama agama itu Islam. Ini berarti bahwa tugas Nabi Muhammad adalah
menerima dan melaksanakan penyempurnaan ajaran/aqidah agama Samawi yang berlaku sampai
akhir zaman (kiamat).
Dengan demikian maka agama Islam itu telah dipersiapkan Allah SWT seba-gai pedoman
hidup umat manusia dari kehidupan dan peradaban tradisional limabelas abad yang lalu sampai
kepada kehidupan super modern (kiamat). Bila tidak maka agama tersebut akan ditinggal, karena
karakteristik peradaban manusia mendatang ditandai dengan super IPTEK.
Dalam Alquran serta Al Hadist tercantum ayat-ayat tentang Iman dan Islam. Ajaran agama
Islam intinya adalah sebelas rukun yang disempurnakan dengan ikhsan Q.S. Al Baqarah/2:208. Yang
artinya: Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan
janganlah kamu ikuti langkah-langkah syaitan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu.
a) Enam Rukun Iman:
Rukun Iman adalah pilar-pilar keimanan di dalam Islam yang harus dimiliki setiap
muslim. Jumlah Rukun Iman itu sendiri ada enam, dan keenam rukun iman ini berdasarkan ayat -
ayat Alquran dan juga hadits-hadits jibril yang ada di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih
Muslim yang telah diriwayatkan oleh Umar bin Khattab. Sementara itu, Rukun Iman ini merupakan
enam Rukun Iman dan penjelasannya yang telah dituliskan di bawah ini.
(1) Iman kepada Allah SWT Yang Maha Esa (Tuhan Yang Maha Esa),
(2) Iman kepada Malaikat-Malaikat,
(3) Iman kepada Rasul-Rasul/Nabi-Nabi-Nya,
(4) Iman kepada kitab-kitab-Nya,
(5) Iman kepada Qada dan Qadar (takdir),
(6) Iman kepada hari akhir/kiamat dan kebangkitan.
b) Lima Rukun Islam
Rukun Islam adalah lima pondasi dasar di dalam Ajaran Islam dan dapat dianggap
sebagai Pondasi yang wajib bagi Orang-Orang Yang Beriman (Muslim dan Muslimah)
karena Rukun Islam ini dapat digunakan sebagai dasar dari manusia Muslim. Rukun Islam yang ada
di sini adalah lima Rukun Islam yang harus dilakukan oleh Setiap Umat Muslim dan Muslimah di
Seluruh Dunia,
(1) Syahadat,
(2) Shalat,
(3) Puasa,
(4) Zakat dan Fithrah,
(5) Ibadah Haji.

1.2.1. Pandanag Agama Islam Terhadap Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha
Esa)
Pandangan Islam pada sila pertama Pancasila yakni Ketuhanan Yang Maaha Esa pada kitab
suci umat Islam didalam beberapa surah dan ayatnya selalu meminta kepada umatnya agar selalu
mengesakan Tuhan. Hal ini dapat dilihat dalam Q.S. AlBaqarah/2:163. Yang artinya; Dan Tuhan
Kamu adalah Tuhan Yang maha Esa. Karena itu, sila pertama dari Pancasila jelas sangat bersesuaian
sekali dengan pandangan Islam dan semangat kemahaesaan Tuhan yang digaungkan dalam berbagai
ayat-ayat Alquran. Hal lain tentang ke-esaan Tuhan dapat dilihat pada beberapa ayat seperti Q.S. An-
Nisa/4:36, Q.S. Al-An’am/6:151, Q.S. An-Nur/24:55, Q.S. Yusuf/12:40, Q.S. Ali Imran/3:64 dan
masih banyak lainnya. Semua ayat ini mengandung arti perintah selalu untuk mengesakan Tuhan.

2. NON SAMAWI
Adalah agama yang kitab sucinya diluar kitab suci yang 4 (empat), yaitu, Taurat, Zabur, /
Mazmur, Injil dan Alquran. Di Indonesia penganut agama ini termasuk sedikit, bila dibandingkan
umat Islam dan Nasrani. Agama Non Samawi yang dianut di Indonesia adalah agama Hindu
Dharma/dan Bali, Budha, serta Kong Fu tze, namun juga banyak sekte-sektenya.

2.1. Agama Hindu Dharma/Bali


Agama Hindu di Bali sampai saat ini terus berkembang dan mendapat pembinaan secara
teratur, sehingga menurut keterangan jumlah penganutnya sekitar 95%. Perlu diketahui bahwa agama
Hindu Bali percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam praktiknya dapat dicapai melalui
perantaraan dewa. Orang Hindu Bali juga mengenal dewa Brahma, Wisnu, dan Syiwa, hanya saja
dalam agama Hindu Bali lebih memuliakan dewa Syiwa dari pada dewa lainnya.
Mereka percaya kepada satu Tuhan Yang Maha Esa. Soal nama Tuhan, tergantung pada
cara mereka menyembutkannya. Kadang-kadang disebut dewa Brahma, Hyang Widhi, Hyang Wasa,
dan lain-lain, namun yang memegang kekuasaan tertinggi itu hanya satu saja.
Dalam Weda disebutkan: “Ekan Eva Adwiyam Brahman” yang artinya: “hanya satu tiada
dua-Nya, yaitu Brahman”.
Meskipun Tuhan satu tapi dapat dimanifestasikan dalam bermacam-macam nama menurut
sifat dan kekuasaan yang ada padaNya. Bila dilihat dari fungsi-fungsinya Sang Hyang Widhi itu
dapat disebut dengan nama utama dari Trisaykti yaitu Brahma, yaitu Sang Hyang Widhi dalam
fungsi sebagai pencipta. Wisnu, Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai pemelihara, dan Syiwa,
Sang Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai pelebur/ perusak dunia beserta isinya.
Ajaran agama Hindu tentang Ketuhanan Yang Maha Esa dapat dibaca pada ayat-ayat
berupa sloka-sloka dalam kitab suci Bhagavadgita. Seperti yang telah diterangkan, Yatna berarti
bakti, pengabdian atau persembahan. Dalam kategorinya Yatna dapat dibagi sbb:
a) Brahma Yatna = berbakti kepada Brahman, Yang Maha Esa.
b) Deva Yatna = berbakti kepada Dewata, yaitu kekuatan yang mengatur kosmos ini.
c) Pitri Yatma = berbakti kepada nenek moyang dan orang-orang tua.
d) Viri Yatma = memberi sedekah kepada yang msikin dan sengsara.
e) Bhuta Yatna = memberikan makan kepada binatang.
Pemujaan dan penghormatan dewata bukanlah persoalan Polytheisme atau Monotheisme
seperti yang diinterpretasikan para sarjana, tetapi Dewata yang dimaksud adalah kekuatan-kekuatan
yang mengatur fungsi kosmos yang tiada lain adalah bagian dari Brahman, Yang Maha Esa dan
absolut. Sebab dengan pujaan ini Dewata akan memberkahi kebahagiaan bagimu, dia yang tidak
membalas rahmat ini kepadaNya sesungguhnya adalah pencuri.
Pimpinan upacara pemujaan terhadap dewa-dewa yang sakral dan metafisik disebut:
pedanda. Tugasnya ialah membuat air suci pada tiap-tiap upacara. Adapun caranya ialah dengan
mengosongkan rohnya (bersemedi) agar dimasuki oleh dewa Siwa yang kemudian membuat air suci.
Sesusah itu buah-buahan dan sajian-sajian yang hendak dipersembahkan kepada dewa tadi diperciki
dengan air suci ini sambil mengucapkan mantera-mantera.
Kekuatan-kekuatan metafisik yang mengatur fungsi kosmos ialah yang disebut Brahman,
Yang Maha Esa, tiada permulaan, yang ada dan yang tiada. Pertumbuhan (perkembangan) agama
Hindu Brahma, seperti penguraiannya terdapat dalam Mahabrata dan Ramayana, dalam Purana dan
Darmasastra dari Manu, Yad nya walkya dan sebagainya, dalam sekte-sekte yang berbeda itu , antara
lain yang terpenting golongan Wisnu dan Siwa sekalipun terdapat perbedaan faham akan anggapan
dogmatis perbedaan Tuhan, terdapat suatu kesepakatan antara mereka yang beragama Hindu, bahwa
mereka mengakui ajaran perpindahan atau kelahiran kembali. Pemahamannya adalah bahwa roh
manusia adalah sebagian (percikan) dari Zat Ketuhanan yang meliputi seluruh alam yaitu
Mahabrahma, disebut juga Maharoh (paraatman) dan tidak dapat mencapai kebahagiaan yang
tertinggi (sejati) yaitu kesadaran bahwa roh manusia itu bersatu dengan Zat Tuhan.
Tuhan-Tuhan (dewa-dewa) dari Hinduisme adalah Siwa dan Durga, Wisnu dan Sri, Brahma
(pencipta), Ganesha, Surya (dewa Matahari), Skanda (dewa perang), Saraswati (dewi kebijaksanaan
dan kecantikan).

2.1.1. Pandanag Agama Hindu Terhadap Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha
Esa)
Dari kutipan-kutipan baik dari terjemahan Sloka dan penjelasan para ahli, pandangan agama
hindu yang berkaitan dengan aqidah agama Hindu tentang Ketuhanan Yang Maha Esa;
a) Berdasarkan analisa personalitas berarti: Tuhan Yang Maha Esa adalah Brahman Yang
Maha Esa. Sedangkan Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Brahmana dan para Dewata;
karena dewa-dewa adalah bagian dari Brahman.
b) Berdasarkan analisa Manajerial dan Kekuasaan adalah Ketuhanan Yang Maha Esa;
karena para Dewata memiliki wewenang mengatur kosmos dan kehidupan manusia.
c) Berdasarkan analisa Penciptaan dan Kepemilikan, bahwa Brahman Yang Maha Esa
sebagai Pencipta, berarti sebagai pemilik. Tetapi kepemilikan ini diawasi dan diatur oleh
para Dewata dan manusia, dan dewata adalah bagian dari Brahman Yang Maha Esa.
Ajaran Hindu Dharma dengan Hindu Bali berdasarkan aqidah yang prinsip tidak berbeda,
perbedaannya hanya pada Hindu Bali tidak mengenal kasta.
Sang Hyang Widi Wase pada Hindu Bali adalah Sang Brahman YME. Penghapusan kasta
pada ajaran Hindu Bali terjadi pada waktu Patih Gajah Mada menundukkan Bali pada waktu
kekuasaan Majapahit, dan Pada sekte-sekte tertentu didalam ajaran Hindu bahwa kedudukan hewan
adalah setara dengan manusia.

2.2. Agama Budha


Ajaran Budha mulai berkembang sebagai agama ± 500 tahun SM. Dikembangkan oleh putra
raja (bangsawan) bernama Sidharta Gautama, yang terakhir dikenal dengan Sakyamuni atau Sang
Budha; karena beliau dalam ibadahnya (meditasi) mencapai alam Ketuhanan (kebenaran hakiki pada
kondisi Budha).
Lahirnya agama Budha berlatar belakang reformasi dari ajaran agama Hindu. Masuknya ke
Indonesia hampir bersamaan dengan agama Hindu. Kerajaan Melayu di Malaka dan Jambi ± abad 4-
6 M hingga awal kerajaan Sriwijaya yang beragama Budha, terakhir kerajaan Majapahit dengan
Hayam Wuruk sebagai Raja dan Patih Gajah Mada bergama Budha. Paqtih Gajah Mada merubah
umat Hindu di Bali dengan melarang sistem Kasta sehingga terkenal dengan Agama Hindu Bali.
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Budha dapat dikutip dari Corneless Wawar MA
sbb: Ketahuilah para Bhikku, ada sesuatu Yang Tidak Dilahirkan, Yang tidak Menjelma, Yang Tidak
Tercipta, Yang Mutlak.
Duhai para Bhikku, apabila tidak ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma,
Yang Diciptakan, Yang Mutlak, maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran,
penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lain.
Tetapi para Bhikku, karena ada Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak
Tercipta, Yang Mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan dari sebab
yang lain”.
Ungkapan diatas adalah pernyataan sang Buddha yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Udana
VIII.3 yang merupakan konsep Ketuhanan Yang Maha Esa dalam agama Buddha. Ketuhanan Yang
Maha Esa dalam bahasa Pali adalah ‘Atti Ajatam Abhutam Akamatam Asamkhatam’ yang artinya
‘suatu yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptkan dan Yang Mutlak,
Dalam hal ini, Ketuhanan Yang Maha Esa adalah suatu yang tanpa aku (anatta), yang tidak
dapat dipersonifikasikan dan yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apapun. Tetapi dengan
adanya Yang Mutlak, yang tak berkondisi (asamkhata) maka manusia yang berkondisi (samkhata)
dapat mencapai kebebasan dari lingkaran kehidupan (samsara) dengan bermeditasi.
Tentang keberadaan manusia dan alam semesta, maka manusia yang ada didunia/bumi ini
adalah kelahiran kembali dari dunia lain yang telah hancur, ia muncul kembali pada planet baru
setelah melalui proses. Demikian pula pada alam semesta, planet muncul sebagai proses evolusi
antara kehancuran serta kemunculan kembali.

2.2.1. Pandangan Agama Budha pada Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Dari kutipan-kutipan baik dari terjemahan kitab suci Budha dan penjelasan para ahli,
pandangan agama Budha yang berkaitan dengan aqidah agama Budha tentang Ketuhanan Yang
Maha Esa;
a) Yang Tidak Dilahirkan, Yang Tidak Menjelma, Yang Tidak Tercipta, Yang Mutlak
disebut Sang Hyang Adhi Buddha.
b) Sidharta Gautama/Sakyamuni dalam Samadhinya mencapai tingkat Yang Absolut
/derajat Buddha.
Maka secara terkondisi Sakyamuni sebagai Dewa yang diutus kepada manusia, disebut
Sang Buddha.
Sang Buddha ini adalah pemunculan dari Sang Buddha-Sang Buddha yang terdahulu dan
yang akan datang.
Walaupun agama Buddha mempunyai banyak sekte-sekte, terutama Mahayana dan
Hynayana, tetapi secara prinsip adalah sama (Tripitaka).
Menurut pandangan Buddha ada 14 (empatbelas) Pedoman Hidup Manusia:
(1) Musuh terutama manusia adalah dirinya sendiri.
(2) Kegagalan terutama manusia adalah dirinya sendiri,
(3) Kebodohan terutama manusia adalah sifat menipu,
(4) Kesedihan terutama manusia adalah rasa iri hati,
(5) Kesalahan terutama manusia adalah mencampakkan dirinya,
(6) Dosa terutama manusia adalah menipu dirinya dan orang lain,
(7) Sifat manusia yang terkasihan adalah rasa rendah diri,
(8) Sifat manusia yang paling dipuji adalah semangat keuletannya,
(9) Kehancuran terbesar manusia adalah rasa keputus-asaan,
(10) Harta terutama manusia adalah kesehatan,
(11) Hutang terbesar manusia adalah hutang budi,
(12) Hadiah terutama manusia adalah lapang dada dan mau memaafkan,
(13) Kekurangan terbesar manusia adalah berkeluh kesah dan tidak memiliki
kebijaksanaan,
(14) Ketentraman dan kedamaian terutama manusia adalah suka berdana dan beramal.

2.3. Kong Hucu


Agama Khonghucu yang merupakan agama minoritas dari keenam agama yang secara resmi
diakui oleh Negara Republik Indonesia, dalam ajaran agamanya mengajarkan nilai-nilai yang
mengatur hubungan dengan Tuhan, alam semesta dan hubungan dengan sesama manusia. Ajaran ini
juga mendukung adanya kerukunan hidup beragama menjadi modal awal untuk memperkuat tali
persaudaraan antar ummat Beragama.3 Khonghucu masih sangat kuat dalam memegang teguh
kebudayaan luhurnya. Akan tetapi dilihat dari sudut konsep dan ajarannya, kebudayaan leluhur
sangat erat dengan sendi-sendi agamanya. Kriteria sebuah agama secara umum ialah mempunyai
konsep ketuhanan, konsep kenabian (massangers), kitab suci, umat, dan sistem doktrin yang dapat
dijadikan sebagai pedoman perilaku.

3Dian Nur Anna, Khonghucu di Korea Kontenporer dan Sumbangannya terhadap Kerukunan Ummat
Beragama di Indonesia, Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, no. 2, 2013, h. 13.
2.3.1. Pandanag Agama Kong Hucu pada Sila I Pancasila (Ketuhanan Yang Maha
Esa)
Konsep ketuhanan dalam Khonghucu bisa ditemukan dalam kitab Yi Jing (Kitab Peruba-
han). Dalam kitab Yi Jing ini, Tuhan digambarkan dengan istilah Qian yang dapat diartikan Tuhan
sebagai subjek Yang Maha Ada, Maha Sempurna, Khalik Semesta Alam, Maha Positif dan proaktif.
Di dalam Kitab Zhong Yong (Tengah Sempurna) disebut dengan Gui Shen, yang mengandung arti
Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan dalam buku ini digambarkan sebagai Roh yang berkuasa atas segala
sifat Yin dan Yang. Dalam kitab Li Ji (Kitab Kesusilaan) Tuhan sering juga diistilahkan dengan
istilah Da Yi, yang artinya Satu Yang Maha Besar, sejajar dengan istilah yang digunakan di dalam
Yi Jing dengan sebutan Tai Ji (Yang Maha Ada, Maha Puncak/ Kutub), atau dapat juga digambarkan
sebagai titik zero yang dilambangkan dengan sebuah o (lingkaran). Istilah lain sering digunakan
untuk Tuhan ialah Tian.
Istilah Tian sebagai Tuhan di dalam kitab Wu Jing mempunyai enam dimensi, yaitu:
(1) Shang Tian (Tian Yang Maha Tinggi),
(2) Hao Tian (Tian Yang Maha Besar atau Yang Maha Meliputi),
(3) Cang Tian (Tian Yang Maha Suci, Maha Luhur, Maha Tinggi),
(4) Min Tian (Tian Yang Maha Welas Asih, Yang Maha Murah),
(5) Huang Tian (Tian Yang Maha Kuasa, Maha Agung, Maha Pencipta,
(6) Shang Di (Tuhan Khalik Pencipta Semesta Alam), Yang Maha Tinggi atau yang
ditempat kedudukan yang Maha Tinggi.
Meskipun ada enam istilah Tian namun tetap Dia Maha Esa. Dimensi Yin dan Yang
merupakan energi yang saling mendahului dalam alam semesta. Termasuk dalam diri manusia.
Manusia yang didominasi dengan Yin akan tampil lebih feminan dan lebih lembut. Sebaliknya jika
yang dominan adalah Yang maka yang bersangkutan akan tampil lebih maskulin dan lebih jantan.
Konsep ketuhanan seperti ini mengingatkan kita pada agama Tao (Taoisme) yang juga
mengenai simbol Yin dan Yang. Pembagian tugas dan fungsi ini tidak menandakan adanya dua
Tuhan. Tuhan tetap satu bahkan digambarkan Maha Esa walau memiliki dua Sifat dan karakter

Anda mungkin juga menyukai