Anda di halaman 1dari 7

PERTEMUAN 12.

A. METAFISIKA EKSAKTA MAMPU MENGISI INTELEKTUAL JIWA DALAM


MENJAGA KEUTUHAN BERNEGARA
Kandungan ilmiah dalam Firman Tuhan yang mengandung unsur metafisika yang dimiliki
oleh keyakinan pemhaman ketuhanan jiwa bangsa, hendaknya menjadi tanggung jawab para
ilmuawan muslim untuk menjadikanya sebuah jawaban ilmiah, kepada mereka yang memerlukannya
termasuk seluruh anak bangsa yang berbeda agama dalam kehidupan yang diikat dengan nilai-nilai
luhur Pancasila.
Saat ini kepentingan dakwah dan seminar ilmiah harus mampu menggugah, dan merubah
pola pikir manusia dari yang belum terbuka hijabnya kepada Tuhan, untuk dapat menjadi terbuka
hijabnya kpd Tuhan, bukan untuk menghujat dan menyudutkan orang lain apalagi orang tersebut
menganut yang bukan seagama. Atau dengan kata lain metafisika harus dapat menggeser jiwa orang
beriman menjadi jiwa orang yang bertaqwa secara instan, dengan untaian bahasa yang kekinian,
Dimana dalam bahasa dakwah, kita harus mampu merangkai kata-kata agar kalimatnya menjadi
sebuah bahasa yang mendekatkan bahasa yang gaib yang metafisis menjadi bahasa ilmiah yang dapat
diterima akal logika manusia.
Dalam hal inilah Prof Dr. H. Kadirun Yahya yang merupakan suatu kajian dalam yang
membahas masalah-masalah yang dianggap khilafiah dan metafisik yang bersifat abstrak, transenden
dan gaib keberadaanya melalui pendekatan ilmu aksakta (fisika, kimia, matematika dll) . Sehingga
manfaatnya dapat mengeser kemampuan manusia dari belum sadar akan agama dan etika bernegara
menjadi sadar agama dan sadar beretika negara, dari belum beriman menjadi ber iman, dan dari
beriman menjdi taqwa, dalam waktu yang relatif singkat (Ini mengingat bahwa akhir zaman ini
semuanya serba instan). Maksudnya kira-kira keinstanan timbulnya energi negative harus bisa di
imbangi dengan ke instanaan perbuatan energi positive agar dunia dapat langgeng.
Sayangnya masih ada juga orang yang menolak bidang metafisika, hal ini karena dakwah
Islam, yang mendominasi diseluruh penjuru dunia saat ini merupakan produk si'ar fiqih yang
berkembang di medsos (lihat, sekarang ini, di media sosial, sungguh luar biasa, berbondong-bondong
masyarakat Eropa masuk Islam. Walaupun zaman now ini medsos itu penuh degan berita fitnah.
Hoaks, kezoliman, dan segalahal yang sudah diluar ambang batas kepatutan). Sehingga effeknya
terjadilah perubahan-perubahan perilaku yang tak akan bisa kita tolak yang terus menerus sehingga
alam pun memperoses hukum-hukumnya secara outomatis mendatangkan pula hukum-hukum
negative juga yang sering dikatakan dengan yang merupakan bala dan mala petaka sebagai effek dari
perbuatan manusia itu sendiri. Hal ini dapat dilhat dalam Firman Tuhan Q.S. Asy-syura/42:30. Yang
artinya:
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) .
Untung ditengah-tengah kita ini, masih ada Aulia Allah, yang masih mau menegakkan
Kalimatullahil auliya. yang mampu menolak bala dan mala petaka tersebut.  seperti yang selalu di
ungkapkan Prof. Dr. Kadirun Yahya, Lataqumus sa’atu hatta layabqa ala wajhil ardhi Maiyaqulu
Alla, Allah. Yang artinya; Tiada akan datang kiamat, kecuali tidak ad alai orang yang membaca
Allah, Allah (hadis riwayat Imam Muslim) (Tentu saja dengan metode yang tepat, kalau tak
memenuhi syarat segala sesuatu tentu tak laku, umpama, kalimat Allah yang semberono diucapkan
asal, saja mana laku)
Ungkapan Prof. Dr Kadirun Yahya yang bersayap tersebut pernah terbukti dalam memenuhi
pertanyaan Presiden seperti yang diungkapkan dalam suatu dialog dengan presiden pertama RI
sebagai berikut;
Kutipan Dialog Bung Karno dengan Profesor Kadirun Yahya
Rusman Siregar
Senin, 30 Juli 2018 - 05:00 WIB
Suatu hari Presiden RI pertama Soekarno bertemu dengan seorang ahli fisika yang juga
ulama sufi, Prof Dr H Kadirun Yahya. Ada perbincangan menarik yang sarat hikmah dalam
pertemuan itu. Seperti dikutip dari Arrahmahnews,
Prof. Dr. H. Kadirun Yahya saat itu menjabat Rektor Universitas Panca Budi, Medan. Ia
bersama rombongan diterima di beranda Istana Merdeka (sekitar Juli 1965) bersama Prof Ir
Brojonegoro (alm), Prof dr Syarif Thayib, Bapak Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto Besar,
Kapolri, Duta Besar Belanda.
Presiden Sukarno menyambut mereka dengan berkelakar “Wah, pagi-pagi begini saya sudah
dikepung oleh tiga profesor-profesor,” kelakar Bung Karno (panggilan akrab Presiden Soekarno)
ketika menyambut Prof Kadirun Yahya beserta rombongan. Kemudian Presiden Soekarno
mempersilakan rombongan tamunya untuk duduk. “Profesor Kadirun Yahya silakan duduk dekat
saya,” pinta presiden Soekarno kepada Prof KadirunYahya, terkesan khusus.
Foto
/Istimewa
“Professor, ik horde van jou al sinds 4 jaar, maar nu pas onmoet ik jou, ik wou je eigenlijk
iets vragen (saya dengar tentang engkau sudah sejak 4 tahun, tapi baru sekarang aku ketemu engkau,
sebenarnya ada sesuatu yang akan aku tanyakan padamu),” kata presiden Soekarno dengan bahasa
Belanda.
“Ya, tentang apa itu Bapak Presiden?”. “Tentang sesuatu hal yang sudah kira-kira 10 tahun,
saya cari-cari jawabannya, tapi belum ketemu jawaban yang memuaskan. Saya sudah bertanya pada
semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu. Tetapi semua jawabannya tetap tidak
memuaskan saya”. “Lantas soalnya apa bapak Presiden?”.“Saya bertanya terlebih dahulu tentang
yang lain, sebelum saya majukan pertanyaan yang sebenarnya” jawab Presiden Soekarno.
“Baik Presiden,” kata Prof Kadirun Yahya. “Manakah yang lebih tinggi, Presiden atau
Jenderal atau Profesor dibanding dengan surga?” tanya Presiden. “Surga” jawab Prof Kadirun
Yahya. “Accord  (setuju),” jawab Bung Karno. Bung Karno pun bertanya untuk soal berikutnya.
“Lantas manakah yang lebih banyak dan lebih lama pengorbanannya antara pangkat-pangkat dunia
yang tadi dibanding dengan pangkat surga?” tanyanya.
“Untuk presiden, jenderal, profesor harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan mengabdi
pada Negara, nusa dan bangsa atau pada ilmu pengetahuan. Sedangkan untuk mendapatkan surga
harus berkorban untuk Allah segala-galanya. Berpuluh-puluh tahun terus menerus, bahkan menurut
agama Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup dan berabdi, baru barangkali dapat masuk
Nirwana,” jawab Prof Kadirun. “Accord,” kata Bung Karno.
“Nu heb ik je te pakken Professor (sekarang baru dapat kutangkap engkau Profesor),” lanjut
Bung Karno. Tampak mukanya cerah berseri dengan senyumnya yang khas. Dan kelihatannya Bung
Karno belum ingin cepat-cepat bertanya untuk yang pokok masalah. “Saya cerita sedikit dulu” kata
Bung Karno. “Silakan Bapak Presiden”.
“Saya telah melihat teman-teman saya meninggal dunia lebih dahulu dari saya, dan hampir
semuanya matinya jelek karena banyak dosa rupanya. Sayapun banyak dosa dan saya takut mati
jelek. Maka saya selidiki Alquran dan Al-Hadis bagaimana caranya supaya dengan mudah hapus
dosa saya dan dapat ampunan dan bisa mati tersenyum.”
“Lantas saya ketemu dengan satu Hadis yang bagi saya berharga. Bunyinya kira-kira
sebagai berikut: Rasulullah SAW bersabda: Seorang wanita penuh dosa berjalan di padang pasir,
bertemu dengan seekor anjing dan kehausan. Wanita tadi mengambil gayung yang berisikan air dan
memberi minum anjing yang kehausan itu. Rasul lewat dan berkata: Hai para sahabatku. Lihatlah,
dengan memberi minum anjing itu, hapus dosa wanita itu dunia dan akhirat. Ia ahli surga”.
“Nah Profesor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapatkan surga harus berkorban
segala-galanya, berpuluh-puluh tahun untuk Allah baru dapat masuk surga. Itupun barangkali.
Sementara sekarang seorang wanita yang berdosa dengan sedikit saja jasa, itupun pada seekor anjing
pula, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli surga. How do you explain it Professor?” tanya Bung
Karno lanjut.
Profesor Kadirun Yahya terlihat tidak langsung menjawab. Ia hening sejenak. Lantas berdiri
dan meminta kertas. “Presiden, U zei, det U in 10 jaren’t antwoord niet hebt kunnen vinden, laten
we zien (Presiden, tadi bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, coba kita lihat),
mudah-mudahan dengan bantuan Allah dalam 2 menit saja saya coba memberikan jawabannya dan
memuaskan,” katanya.
Keduanya adalah sama-sama eksakta, Bung Karno adalah seorang insinyur dan Profesor
Kadirun Yahya adalah ahli kimia/fisika. Di atas kertas Prof Kadirun Yahya mulai menuliskan
penjelasannya.
10/10 = 1 ;
“Ya” kata Presiden.
10/100 = 1/10 ; “Ya” kata sang Presiden.
10/1000` = 1/100 ;
“Ya” kata Presiden.
10/10.000 = 1/1000 ;
“Ya” kata Presiden.
10 / ∞ (tak terhingga) = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
1000.000 … / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
(Berapa saja + Apa saja) /∞ = 0;
“Ya” kata Presiden.
Dosa / ∞ = 0 ;
“Ya” kata Presiden.
Nah…” lanjut Prof,
1x∞=∞;
“Ya” kata Presiden
½x∞=∞;
“Ya” kata Presiden.
1 zarah x ∞ = ∞ ;
“Ya” kata Presiden.
“ini artinya, sang wanita, walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing
sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dengan yang Maha Akbar.”
“Mengikutsertakan yang Maha Besar dalam gerakan-gerakannya, maka hasil dari
gerakannya itu menghasilkan ibadah yang begitu besar, yang langsung dihadapkan pada dosa-
dosanya, yang pada saat itu juga hancur berkeping-keping. Ditorpedo oleh pahala yang Maha Besar
itu.
1 zarah x ∞ = ∞ Dan, Dosa / ∞ = 0.
"Ziedaar hetantwoord, Presiden (Itulah dia jawabannya Presiden),” jawab Kadirun Yahya
meyakinkan. Bung Karno diam sejenak dan kemudian mengatakan “Geweldig (hebat)”.
Bung Karno pun semakin penasaran. Masih ada lagi pertanyaan yang ia ajukan.
“Bagaimana agar dapat hubungan dengan Tuhan?” katanya.
Profesor Kadirun Yahya menjawabnya dengan lugas. “Dengan mendapatkan frekuensi-Nya.
Tanpa mendapatkan frekuensi-Nya tak mungkin ada kontak dengan Tuhan.” Lihat saja, walaupun 1
mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio dengan frekuensi yang tidak sama, maka
radio kita itu tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut.
Begitu juga dengan Tuhan, walaupun Tuhan berada lebih dekat dari kedua urat leher kita,
tak mungkin ada kontak jika frekuensi-Nya tidak kita dapati,” jelasnya. “Bagaimana agar dapat
frekuensi-Nya, sementara kita adalah manusia kecil yang serba kekurangan?” tanya Bung Karno.
“Melalui isi dada Rasulullah SAW,” jawab Prof Kadirun. “Dalam Hadits Qudsi berbunyi yang
artinya: Bahwasanya Alquran ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu lagi di tangan kamu, maka
peganglah kuat-kuat akan dia,” lanjutnya. Kemudian Prof menyambung, “Begitu juga dalam QS Al-
Hijr ayat 29, Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian rohKu,
rebahkanlah dirimu bersujud kepadaNya”. “Nur Ilahi yang terbit dari Allah sendiri adalah tali yang
nyata antara Allah dengan Rasulullah.
Ujung Nur Illahi itu ada dalam dada Rasulullah. Ujungnya itulah yang kita hubungi, maka
jelas kita akan dapat frekuensi dari Allah,” kata Prof melanjutkan. “Lihat saja sunnatullah, hanya
cahaya matahari saja yang satu-satunya sampai pada matahari. Tak ada yang sampai pada matahari
melainkan cahayanya sendiri. Juga gas-gas yang saringan-saringannya tak ada yang sampai matahari,
walaupun ‘edelgassen’ seperti Xenon, Crypton, Argon, Helium, Hydrogen dan lain-lain.
Semua vacuum!
Yang sampai pada matahari hanya cahayanya karena ia terbit darinya dan tak bercerai siang
dan malamnya dengannya. Kalaulah matahari umurnya 1 (satu) juta tahun, maka cahayanyapun akan
berumur sejuta tahun pula. Kalau matahari hilang maka cahayanyapun akan hilang. Matahari hanya
dapat dilihat melalui cahayanya, tanpa cahaya, mataharipun tak dapat dilihat”.
“Namun cahaya matahari, bukanlah matahari– cahaya matahari adalah
getaran transversal dan longitudinal dari matahari sendiri (Huyangens),” jelas Prof Kadirun.Prof
Kadirun Yahya menyimpulkan, “Dan Rasulullah adalah satu-satunya manusia akhir zaman yang
mendapat Nur Ilahi dalam dadanya. Mutlak jika hendak mendapatkan frekuensi Allah, ujung dari nur
itu yang berada dalam dada Rasulullah harus dihubungi.”
Bagaimana cara menghubungkannya, sementara Rasulullah sudah wafat sekian lama?”
tanya Bung Karno. Prof Kadirun Yahya menjawab, “Memperbanyak shalawat atas Nabi tentu akan
mendapatkan frekuensi Beliau, yang otomatis mendapat frekuensi Allah. Tidak kukabulkan doa
seseorang, tanpa shalawat atas Rasul-Ku. Doanya tergantung di awang-awang (HR. Abu Daud dan
An-Nasay). Jika diterjemahkan secara akademis mungkin kurang lebih: “Tidak engkau mendapat
frekuensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekuensi Rasul-Ku,” jelas Kadirun.
Mendengar itu, sontak Bung Karno berdiri. “You are wonderful” teriaknya. Pada akhir
perbincangan tersebut, Bung Karno merangkul kedua tangan profesor sembari berkata: “Profesor,
doakan saya supaya dapat mati dengan tersenyum di belakang hari nanti"
Dari dialog tersebut Prof. Dr. Kadirun Yahya merupakan sosok yang dapat menyelasaikan
masalah yang pelik yang dirasakan Presiden Sukarno tentang sebuah hadis yang menyangkut hal
yang transenden/ abstrak yang belum dapat diselesaikan dengan jawaban kajian dalam ilmu syariat
atau teori sebagaimana yang berlangsung pada kebanyakan penganut agama sampai sekarang ini.
Konsepsi metafisika pada umumnya dapat menyelesaikan pada hal-hal yang bersifat ghaib
dalam pemikiran manusia pada hal metafisika mempunyai kebenaran yang relatif. Namun kebenaran
relatif ini diperbolehkan sepanjang tidak bertentangan dengan Alquran dan Sunnah Rasul. Selain itu
tujuan pembahasan metafisika dalam filsafat adalah untuk membangun sistem di alam semesta yang
dapat memadukan ajaran agama dengan tuntutan akal. Jika metafisika tidak diturut sertakan dalam
pembahasan yang abstrak atau transenden maka manusia tidak mungkin menemukan pembahasan
tentang Tuhan yang serealitanya.
Revolusi industri telah menggantikan manusia dengan mesin yang bisa diatur dengan
aflikasi, oleh sebab itu lengkapilah kemampuan jiwa yang berinteraksi dengan fisik kita dengan
revolusi tersebut. Namun harus diimbangi dengan kelengkapan kemampuan jiwa yang berinteraksi
dengan rohani agar kehidupan jasmani dan rohaninya dapat berjalan seimbang.
Dengan menciptakan inovasi aflikasi yang selama ini masih dalam bentuk teori menjadi
yang berbentuk aflikatif dalam peraktek kehidupan.
Dala firman Tuhan Q.S. As-sajadah/32:4 yang artinya: Allah lah yang menciptakan langit
dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas
'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang
pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? Alam jagad raya ini diciptakan Allah
Swt. setelah selesai dengan semua undang undang atau dengan hukum sunatullahnya kemudian
Allah bersemayam di Arras.
Hukum sunatullah yang telah di ciptakan Allah Swt, seperti: fisika, kimia, dan lain-lain
yang tersedia dengan sangat sempurna, namun walau Allah menciptakan, mahluknya yang harus
menggerakkan dan menjolok nya agar peroses yang mau dibuat dapat berjalan sesuai dengan
kehendak manusia.
Semua proses fisika, kimia dan lain-lan dibumi ini diserahkan kepada mahluknya untuk
mengelolanya, Allah telah menciptakan dan menyempurnakan ciptaannya sesuai dengan hukum-
hukum sunatullahnya, seperti peroses panas, dingin, udara, angin, hujan cahaya, gelap, bermacam
lapisan energi dan lain-lain, semua itu diserahkannya pada manusia yang mengelolanya.

Anda mungkin juga menyukai