A. METAFISIKA EKSAKTA MAMPU MENGISI INTELEKTUAL JIWA DALAM
MENJAGA KEUTUHAN BERNEGARA Kandungan ilmiah dalam Firman Tuhan yang mengandung unsur metafisika yang dimiliki oleh keyakinan pemhaman ketuhanan jiwa bangsa, hendaknya menjadi tanggung jawab para ilmuawan muslim untuk menjadikanya sebuah jawaban ilmiah, kepada mereka yang memerlukannya termasuk seluruh anak bangsa yang berbeda agama dalam kehidupan yang diikat dengan nilai-nilai luhur Pancasila. Saat ini kepentingan dakwah dan seminar ilmiah harus mampu menggugah, dan merubah pola pikir manusia dari yang belum terbuka hijabnya kepada Tuhan, untuk dapat menjadi terbuka hijabnya kpd Tuhan, bukan untuk menghujat dan menyudutkan orang lain apalagi orang tersebut menganut yang bukan seagama. Atau dengan kata lain metafisika harus dapat menggeser jiwa orang beriman menjadi jiwa orang yang bertaqwa secara instan, dengan untaian bahasa yang kekinian, Dimana dalam bahasa dakwah, kita harus mampu merangkai kata-kata agar kalimatnya menjadi sebuah bahasa yang mendekatkan bahasa yang gaib yang metafisis menjadi bahasa ilmiah yang dapat diterima akal logika manusia. Dalam hal inilah Prof Dr. H. Kadirun Yahya yang merupakan suatu kajian dalam yang membahas masalah-masalah yang dianggap khilafiah dan metafisik yang bersifat abstrak, transenden dan gaib keberadaanya melalui pendekatan ilmu aksakta (fisika, kimia, matematika dll) . Sehingga manfaatnya dapat mengeser kemampuan manusia dari belum sadar akan agama dan etika bernegara menjadi sadar agama dan sadar beretika negara, dari belum beriman menjadi ber iman, dan dari beriman menjdi taqwa, dalam waktu yang relatif singkat (Ini mengingat bahwa akhir zaman ini semuanya serba instan). Maksudnya kira-kira keinstanan timbulnya energi negative harus bisa di imbangi dengan ke instanaan perbuatan energi positive agar dunia dapat langgeng. Sayangnya masih ada juga orang yang menolak bidang metafisika, hal ini karena dakwah Islam, yang mendominasi diseluruh penjuru dunia saat ini merupakan produk si'ar fiqih yang berkembang di medsos (lihat, sekarang ini, di media sosial, sungguh luar biasa, berbondong-bondong masyarakat Eropa masuk Islam. Walaupun zaman now ini medsos itu penuh degan berita fitnah. Hoaks, kezoliman, dan segalahal yang sudah diluar ambang batas kepatutan). Sehingga effeknya terjadilah perubahan-perubahan perilaku yang tak akan bisa kita tolak yang terus menerus sehingga alam pun memperoses hukum-hukumnya secara outomatis mendatangkan pula hukum-hukum negative juga yang sering dikatakan dengan yang merupakan bala dan mala petaka sebagai effek dari perbuatan manusia itu sendiri. Hal ini dapat dilhat dalam Firman Tuhan Q.S. Asy-syura/42:30. Yang artinya: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) . Untung ditengah-tengah kita ini, masih ada Aulia Allah, yang masih mau menegakkan Kalimatullahil auliya. yang mampu menolak bala dan mala petaka tersebut. seperti yang selalu di ungkapkan Prof. Dr. Kadirun Yahya, Lataqumus sa’atu hatta layabqa ala wajhil ardhi Maiyaqulu Alla, Allah. Yang artinya; Tiada akan datang kiamat, kecuali tidak ad alai orang yang membaca Allah, Allah (hadis riwayat Imam Muslim) (Tentu saja dengan metode yang tepat, kalau tak memenuhi syarat segala sesuatu tentu tak laku, umpama, kalimat Allah yang semberono diucapkan asal, saja mana laku) Ungkapan Prof. Dr Kadirun Yahya yang bersayap tersebut pernah terbukti dalam memenuhi pertanyaan Presiden seperti yang diungkapkan dalam suatu dialog dengan presiden pertama RI sebagai berikut; Kutipan Dialog Bung Karno dengan Profesor Kadirun Yahya Rusman Siregar Senin, 30 Juli 2018 - 05:00 WIB Suatu hari Presiden RI pertama Soekarno bertemu dengan seorang ahli fisika yang juga ulama sufi, Prof Dr H Kadirun Yahya. Ada perbincangan menarik yang sarat hikmah dalam pertemuan itu. Seperti dikutip dari Arrahmahnews, Prof. Dr. H. Kadirun Yahya saat itu menjabat Rektor Universitas Panca Budi, Medan. Ia bersama rombongan diterima di beranda Istana Merdeka (sekitar Juli 1965) bersama Prof Ir Brojonegoro (alm), Prof dr Syarif Thayib, Bapak Suprayogi, Admiral John Lie, Pak Sucipto Besar, Kapolri, Duta Besar Belanda. Presiden Sukarno menyambut mereka dengan berkelakar “Wah, pagi-pagi begini saya sudah dikepung oleh tiga profesor-profesor,” kelakar Bung Karno (panggilan akrab Presiden Soekarno) ketika menyambut Prof Kadirun Yahya beserta rombongan. Kemudian Presiden Soekarno mempersilakan rombongan tamunya untuk duduk. “Profesor Kadirun Yahya silakan duduk dekat saya,” pinta presiden Soekarno kepada Prof KadirunYahya, terkesan khusus. Foto /Istimewa “Professor, ik horde van jou al sinds 4 jaar, maar nu pas onmoet ik jou, ik wou je eigenlijk iets vragen (saya dengar tentang engkau sudah sejak 4 tahun, tapi baru sekarang aku ketemu engkau, sebenarnya ada sesuatu yang akan aku tanyakan padamu),” kata presiden Soekarno dengan bahasa Belanda. “Ya, tentang apa itu Bapak Presiden?”. “Tentang sesuatu hal yang sudah kira-kira 10 tahun, saya cari-cari jawabannya, tapi belum ketemu jawaban yang memuaskan. Saya sudah bertanya pada semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu. Tetapi semua jawabannya tetap tidak memuaskan saya”. “Lantas soalnya apa bapak Presiden?”.“Saya bertanya terlebih dahulu tentang yang lain, sebelum saya majukan pertanyaan yang sebenarnya” jawab Presiden Soekarno. “Baik Presiden,” kata Prof Kadirun Yahya. “Manakah yang lebih tinggi, Presiden atau Jenderal atau Profesor dibanding dengan surga?” tanya Presiden. “Surga” jawab Prof Kadirun Yahya. “Accord (setuju),” jawab Bung Karno. Bung Karno pun bertanya untuk soal berikutnya. “Lantas manakah yang lebih banyak dan lebih lama pengorbanannya antara pangkat-pangkat dunia yang tadi dibanding dengan pangkat surga?” tanyanya. “Untuk presiden, jenderal, profesor harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan mengabdi pada Negara, nusa dan bangsa atau pada ilmu pengetahuan. Sedangkan untuk mendapatkan surga harus berkorban untuk Allah segala-galanya. Berpuluh-puluh tahun terus menerus, bahkan menurut agama Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup dan berabdi, baru barangkali dapat masuk Nirwana,” jawab Prof Kadirun. “Accord,” kata Bung Karno. “Nu heb ik je te pakken Professor (sekarang baru dapat kutangkap engkau Profesor),” lanjut Bung Karno. Tampak mukanya cerah berseri dengan senyumnya yang khas. Dan kelihatannya Bung Karno belum ingin cepat-cepat bertanya untuk yang pokok masalah. “Saya cerita sedikit dulu” kata Bung Karno. “Silakan Bapak Presiden”. “Saya telah melihat teman-teman saya meninggal dunia lebih dahulu dari saya, dan hampir semuanya matinya jelek karena banyak dosa rupanya. Sayapun banyak dosa dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Alquran dan Al-Hadis bagaimana caranya supaya dengan mudah hapus dosa saya dan dapat ampunan dan bisa mati tersenyum.” “Lantas saya ketemu dengan satu Hadis yang bagi saya berharga. Bunyinya kira-kira sebagai berikut: Rasulullah SAW bersabda: Seorang wanita penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu dengan seekor anjing dan kehausan. Wanita tadi mengambil gayung yang berisikan air dan memberi minum anjing yang kehausan itu. Rasul lewat dan berkata: Hai para sahabatku. Lihatlah, dengan memberi minum anjing itu, hapus dosa wanita itu dunia dan akhirat. Ia ahli surga”. “Nah Profesor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapatkan surga harus berkorban segala-galanya, berpuluh-puluh tahun untuk Allah baru dapat masuk surga. Itupun barangkali. Sementara sekarang seorang wanita yang berdosa dengan sedikit saja jasa, itupun pada seekor anjing pula, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli surga. How do you explain it Professor?” tanya Bung Karno lanjut. Profesor Kadirun Yahya terlihat tidak langsung menjawab. Ia hening sejenak. Lantas berdiri dan meminta kertas. “Presiden, U zei, det U in 10 jaren’t antwoord niet hebt kunnen vinden, laten we zien (Presiden, tadi bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, coba kita lihat), mudah-mudahan dengan bantuan Allah dalam 2 menit saja saya coba memberikan jawabannya dan memuaskan,” katanya. Keduanya adalah sama-sama eksakta, Bung Karno adalah seorang insinyur dan Profesor Kadirun Yahya adalah ahli kimia/fisika. Di atas kertas Prof Kadirun Yahya mulai menuliskan penjelasannya. 10/10 = 1 ; “Ya” kata Presiden. 10/100 = 1/10 ; “Ya” kata sang Presiden. 10/1000` = 1/100 ; “Ya” kata Presiden. 10/10.000 = 1/1000 ; “Ya” kata Presiden. 10 / ∞ (tak terhingga) = 0 ; “Ya” kata Presiden. 1000.000 … / ∞ = 0 ; “Ya” kata Presiden. (Berapa saja + Apa saja) /∞ = 0; “Ya” kata Presiden. Dosa / ∞ = 0 ; “Ya” kata Presiden. Nah…” lanjut Prof, 1x∞=∞; “Ya” kata Presiden ½x∞=∞; “Ya” kata Presiden. 1 zarah x ∞ = ∞ ; “Ya” kata Presiden. “ini artinya, sang wanita, walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekalipun, mengkaitkan, menggandengkan gerakannya dengan yang Maha Akbar.” “Mengikutsertakan yang Maha Besar dalam gerakan-gerakannya, maka hasil dari gerakannya itu menghasilkan ibadah yang begitu besar, yang langsung dihadapkan pada dosa- dosanya, yang pada saat itu juga hancur berkeping-keping. Ditorpedo oleh pahala yang Maha Besar itu. 1 zarah x ∞ = ∞ Dan, Dosa / ∞ = 0. "Ziedaar hetantwoord, Presiden (Itulah dia jawabannya Presiden),” jawab Kadirun Yahya meyakinkan. Bung Karno diam sejenak dan kemudian mengatakan “Geweldig (hebat)”. Bung Karno pun semakin penasaran. Masih ada lagi pertanyaan yang ia ajukan. “Bagaimana agar dapat hubungan dengan Tuhan?” katanya. Profesor Kadirun Yahya menjawabnya dengan lugas. “Dengan mendapatkan frekuensi-Nya. Tanpa mendapatkan frekuensi-Nya tak mungkin ada kontak dengan Tuhan.” Lihat saja, walaupun 1 mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio dengan frekuensi yang tidak sama, maka radio kita itu tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut. Begitu juga dengan Tuhan, walaupun Tuhan berada lebih dekat dari kedua urat leher kita, tak mungkin ada kontak jika frekuensi-Nya tidak kita dapati,” jelasnya. “Bagaimana agar dapat frekuensi-Nya, sementara kita adalah manusia kecil yang serba kekurangan?” tanya Bung Karno. “Melalui isi dada Rasulullah SAW,” jawab Prof Kadirun. “Dalam Hadits Qudsi berbunyi yang artinya: Bahwasanya Alquran ini satu ujungnya di tangan Allah dan satu lagi di tangan kamu, maka peganglah kuat-kuat akan dia,” lanjutnya. Kemudian Prof menyambung, “Begitu juga dalam QS Al- Hijr ayat 29, Maka setelah Aku sempurnakan dia dan Aku tiupkan di dalamnya sebagian rohKu, rebahkanlah dirimu bersujud kepadaNya”. “Nur Ilahi yang terbit dari Allah sendiri adalah tali yang nyata antara Allah dengan Rasulullah. Ujung Nur Illahi itu ada dalam dada Rasulullah. Ujungnya itulah yang kita hubungi, maka jelas kita akan dapat frekuensi dari Allah,” kata Prof melanjutkan. “Lihat saja sunnatullah, hanya cahaya matahari saja yang satu-satunya sampai pada matahari. Tak ada yang sampai pada matahari melainkan cahayanya sendiri. Juga gas-gas yang saringan-saringannya tak ada yang sampai matahari, walaupun ‘edelgassen’ seperti Xenon, Crypton, Argon, Helium, Hydrogen dan lain-lain. Semua vacuum! Yang sampai pada matahari hanya cahayanya karena ia terbit darinya dan tak bercerai siang dan malamnya dengannya. Kalaulah matahari umurnya 1 (satu) juta tahun, maka cahayanyapun akan berumur sejuta tahun pula. Kalau matahari hilang maka cahayanyapun akan hilang. Matahari hanya dapat dilihat melalui cahayanya, tanpa cahaya, mataharipun tak dapat dilihat”. “Namun cahaya matahari, bukanlah matahari– cahaya matahari adalah getaran transversal dan longitudinal dari matahari sendiri (Huyangens),” jelas Prof Kadirun.Prof Kadirun Yahya menyimpulkan, “Dan Rasulullah adalah satu-satunya manusia akhir zaman yang mendapat Nur Ilahi dalam dadanya. Mutlak jika hendak mendapatkan frekuensi Allah, ujung dari nur itu yang berada dalam dada Rasulullah harus dihubungi.” Bagaimana cara menghubungkannya, sementara Rasulullah sudah wafat sekian lama?” tanya Bung Karno. Prof Kadirun Yahya menjawab, “Memperbanyak shalawat atas Nabi tentu akan mendapatkan frekuensi Beliau, yang otomatis mendapat frekuensi Allah. Tidak kukabulkan doa seseorang, tanpa shalawat atas Rasul-Ku. Doanya tergantung di awang-awang (HR. Abu Daud dan An-Nasay). Jika diterjemahkan secara akademis mungkin kurang lebih: “Tidak engkau mendapat frekuensi-Ku tanpa lebih dahulu mendapat frekuensi Rasul-Ku,” jelas Kadirun. Mendengar itu, sontak Bung Karno berdiri. “You are wonderful” teriaknya. Pada akhir perbincangan tersebut, Bung Karno merangkul kedua tangan profesor sembari berkata: “Profesor, doakan saya supaya dapat mati dengan tersenyum di belakang hari nanti" Dari dialog tersebut Prof. Dr. Kadirun Yahya merupakan sosok yang dapat menyelasaikan masalah yang pelik yang dirasakan Presiden Sukarno tentang sebuah hadis yang menyangkut hal yang transenden/ abstrak yang belum dapat diselesaikan dengan jawaban kajian dalam ilmu syariat atau teori sebagaimana yang berlangsung pada kebanyakan penganut agama sampai sekarang ini. Konsepsi metafisika pada umumnya dapat menyelesaikan pada hal-hal yang bersifat ghaib dalam pemikiran manusia pada hal metafisika mempunyai kebenaran yang relatif. Namun kebenaran relatif ini diperbolehkan sepanjang tidak bertentangan dengan Alquran dan Sunnah Rasul. Selain itu tujuan pembahasan metafisika dalam filsafat adalah untuk membangun sistem di alam semesta yang dapat memadukan ajaran agama dengan tuntutan akal. Jika metafisika tidak diturut sertakan dalam pembahasan yang abstrak atau transenden maka manusia tidak mungkin menemukan pembahasan tentang Tuhan yang serealitanya. Revolusi industri telah menggantikan manusia dengan mesin yang bisa diatur dengan aflikasi, oleh sebab itu lengkapilah kemampuan jiwa yang berinteraksi dengan fisik kita dengan revolusi tersebut. Namun harus diimbangi dengan kelengkapan kemampuan jiwa yang berinteraksi dengan rohani agar kehidupan jasmani dan rohaninya dapat berjalan seimbang. Dengan menciptakan inovasi aflikasi yang selama ini masih dalam bentuk teori menjadi yang berbentuk aflikatif dalam peraktek kehidupan. Dala firman Tuhan Q.S. As-sajadah/32:4 yang artinya: Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. Tidak ada bagi kamu selain dari pada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? Alam jagad raya ini diciptakan Allah Swt. setelah selesai dengan semua undang undang atau dengan hukum sunatullahnya kemudian Allah bersemayam di Arras. Hukum sunatullah yang telah di ciptakan Allah Swt, seperti: fisika, kimia, dan lain-lain yang tersedia dengan sangat sempurna, namun walau Allah menciptakan, mahluknya yang harus menggerakkan dan menjolok nya agar peroses yang mau dibuat dapat berjalan sesuai dengan kehendak manusia. Semua proses fisika, kimia dan lain-lan dibumi ini diserahkan kepada mahluknya untuk mengelolanya, Allah telah menciptakan dan menyempurnakan ciptaannya sesuai dengan hukum- hukum sunatullahnya, seperti peroses panas, dingin, udara, angin, hujan cahaya, gelap, bermacam lapisan energi dan lain-lain, semua itu diserahkannya pada manusia yang mengelolanya.