“Filsafat Pendidkan”
Dibuat
oleh:
Nurdalismawati
18045076
DOSEN PENGAMPU :
2020
1. Hakikat Manusia menurut agama adalah khalifah dimuka bumi.
Jawab: Media sosial turut mengambil peran dalam membentuk karakter generasi
muda, di tambah dengan dampak yang begitu signifikan di lihat dari sisi positif
maupun negatifnya. Dampak positif yang bisa kita lihat dari menggunakan internet
atau media sosial bagi generasi muda yaitu, mereka dapat belajar meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan teknis dan social yang memang sangat di butuhkan
dalam zaman digital sekarang ini. sisi negatif dari menggunakan media sosial yang
cukup transparan dan terbuka ini membuat para remaja Dengan leluasa mengakses
konten-konten Yang berbau pornografi, selain itu juga media sosial akan membuat
anak dan remaja lebih mementingkan diri sendiri. Mereka menjadi tidak sadar akang
lingkungan virtual, karena kebanyakan menghabiskan waktu di internet, hal semacam
ini dapat mengakibatkan anak kurang berempati dengan lingkungan di dunia nyata.
Contohnya anak yang suka bermain game online bersama teman- temannya sehingga
membuat tidak mau lagi belajar dan tidak menghiraukan lagi dunia nyata. (Siregar,
2017)
Lewat didikan manusia akan menjadi manusia, setelah menjadi manusia ia akan
mendidik yang lainnya. Manusia yang telah lahir belum menjadi manusia, untuk
menjadi manusia ideal ia tidak dengan sendirinya. Manusia sejak kelahirannya belum
menjadi manusia yang ideal. Bayi yang baru lahir tidak dengan sendirinya dapat
berbicara, namun dengan didikan dari ibu dan ayahnya ia jadi mampu berbicara.
Manusia perlu dididik agar menjadi manusia yang ideal.Oleh sebab itu, kehidupan
manusia tidak akan pernah lepas dari pendidikan. Contohnya orang tua yang
mengajarkan anaknya yang masih kecil cara berprilaku terhadap orang banyak hal ini
akan di bawanya kelak kemanapun dan kapanpun. (Ilyas1, 2016)
Sumber :
Herina. (2018). KONSEP PENDIDIKAN HUMANIORA TERHADAP MAKHLUK BERBUDAYA.
PROSIDING SEMINAR NASIONAl, 160-163.
Ilyas1, R. (2016). MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DALAM PERFEKTIF ISLAM. Mawa`izh, 165-
190.
Siregar, E. (2017). HAKIKAT MANUSIA. Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran
Keagamaan Tajdid,, 45.
Syafe'i, I. (2012). HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM. Jurnal Ilmiah Psikologi, 743 - 755.
Watsiqotul, S. L. (2018 ). Peran Manusia Sebagai Khalifah Allah. Jurnal Penelitian, 360-361.
2. Suatu yang benar apabila pernyataan diukur dengan kriteria bahwa pernyataan tersebut
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis (kebenaran pragmatis).
Teori korespondensi adalah teori kebenaran yang didasarkan pada fakta obyektif
sebagai dasar kebenarannya. Teori ini menyatakan bahwa sebuah pernyataan
dianggap benar hanya jika pernyataan tersebut berhubungan dengan fakta obyektif
yang ada.
Perbedaan teori ini dengan teori korespondensi terletak pada dasar pembuktian
kebenaran. Pada teori korespondensi kebenarannya pada ada tidaknya hubungan
antara pernyataan dengan fakta yang ada, sedangkan pada teori koherensi
pembuktiannya terletak pada ada tidaknya konsistensi antara pernyataan dengan
postulat. Contoh lainnya, seseorang memberi pernyataan bahwa di dalam kolam
alun-alun kota terdapat seekor ikan hiu yang masih hidup. Menurut teori
korespondensi, untuk menentukan pernyataan tersebut benar atau tidak, kita harus
menunggu fakta apakah di dalam kolam tersebut terdapat seekor ikan hiu yang
masih hidup atau tidak. Sementara menurut teori koherensi, tanpa menunggu fakta,
kita bisa meentukan pernyataan orang tersebut tidak benar karena bertentangan
dengan aksioma yang sudah ada sebelumnya bahwa ikan hiu adalah jenis ikan air
asin (laut). Tidak logis jika ikan air asin bisa hidup dalam air kolam alun-alun kota
yang merupakan kolam air tawar. (Atabik, 2014), Sedangkan
3. Teori Pragmatis berbeda dengan dua teori sebelumnya dalam menentukan dasar
kebenaran. Jika pada korespondensi dasar kebenarannya adalah fakta obyektif dan
pada teori koherensi adalah konsistensi logis, maka teori pragmatis meletakkan
dasar kebenarannya pada manfaat praktis dalam memecahkan persoalan kehidupan.
Tidak hanya berlaku pada dunia empiris, teori pragmatisme lebih lanjut juga bisa
diterapkan berkaitan dengan obyek pengetahuan metafisik. (Faradi, 2019)
c. Jelaskan kenapa kebenaran pragmatis lebih banyak digunakan oleh anak muda
mileneal saat ini, beri contoh.
Jawab: Charles Pierce, salah satu tokoh pragmatisme menjelaskan bahwa kriteria
berlaku dan memusaskan sebagai dasar kebenaran dalam pragmatisme digambarkan
secara beragam dalam berbagai sudut pandang.Beragamnya sudut pandang dalam
menentukan hasil yang memuaskan akan berujung pada beragamnya standar
kebenaran. Kebenaran menurut saya belum tentu benar menurut orang lain karena apa
yang memuaskan bagi saya belum tentu memuaskan bagi orang lain. (Faradi, 2019)
karena Generasi milenial adalah generasi yang sangat mahir dalam teknologi.
Dengan kemampuannya di dunia teknologi dan sarana yang ada, enerasi masa kini
harus berusaha dan mampu menjadi bijak terutama dalam penggunaan media sosial.
Media sosial ini mirip dengan politik, tergantung bagaimana kita menggunakannya.
Dan yang menurut kita benar itu belum tentu benar juga di mata orang lain, oleh
karena itu Kita bisa menggunakan media sosial dengan benar, tapi kita juga bisa
menjadi penyebar hoax. (Wiranggaleng, 2013)
Sumber:
Sumber:
Atabik, A. (2014). TEORI KEBENARAN PERSPEKTIF ILMU. Fikrah, 257-259.
Budisutrisna. ( 2016). KOMPARASI TEORI KEBENARAN. Jurnal Filsafat, 5-6.
Faradi, A. A. ( 2019). TEORI-TEORI KEBENARAN DALAM FILSAFAT . Jurnal Ilmu–Ilmu
Ushuluddin , 106-107.
Indarti, N. (2020). Hakikat Ilmu Pengetahuan. Jurnal Al-Makrifat, 5.
Wiranggaleng, S. (2013). Rorty Tentang Kebenaran dan Pendasaran Pengetahuan . Ilmu
Ushuluddin,, 518.
3. Mempelajari filsafat pendidikan dapat melatih daya berfikir kritis terhadap pendidikan.
Jawab: Berpikir kritis itu adalah sebuah kebiasaan untuk bisa membuka diri untuk
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi untuk memecahkan sebuah
permasalahan mengembangkan berpikir kritis ke dalam dua aspek besar yaitu aspek
pembentukan watak (disposition) dan aspek kemampuan (abilities). (Nugraha, 2018)
Dalam mempelajari filsafat pendidikan yaitu Contoh berpikir kritis
misalnya mengidentifikasikan masalah yang ada, membandingan setiap pendapat
yang satu dengan pendapat lain, menentuan informasi mana yang saling berkaitan,
dan membedakan mana informasi yang berupa opini, fakta, dan keputusan
logis. Seperti ketika mendapatkan informasi di media sosial, jangan langsung percaya
karena bisa jadi hoaks. Hal tersebut merupakan contoh sederhana dari melatih
kemampuan berpikir kritis.
Jawab: Hubungan antara filsafat dan ilmu pendidikan tidak hanya sekedar bersifat
insidental, tetapi merupakan suatu keharusan. Dewey (1946:38) menyatakan bahwa
filsafat itu adalah teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran
mengenai pendidikan. Lebih dari itu, memang filsafat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang banyak
terdapat dalam lapangan pendidikan. Brubacher (1950:35-40) berpendapat bahwa
filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang erat satu sama lain, karena
problema-problema tersebut berada dalam lingkungan dua disiplin ini. Pendidikan
dalam pengembangan konsep-konsepnya antara lain menggunakan dasar-dasar dari
kedua konsep tersebut yaitu filsafat dan pendidikan. Dalam menyelenggarakan
pendidikan diperlukan pendirian mengenai pandangan dunia yang bagaimanakah
yang kita perlukan saat sekarang ini. Epistemologi dalam pendidikan diperlukan
karena berkaitan dengan penyusunan dasar-dasar kurikulum. Kurikulum ini lazimnya
diartikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan dapat diibaratkan
sebagai jalan raya yang perlu dilewati oleh siswa dalam usahanya untuk memahami
dan mengenal ilmu pengetahuan. Aksiologi sebagai cabang filsafat yang mempelajari
nilai-nilai dekat pula dengan lmu pendidikan, karena dunia nilai sebagai dasar bagi
pendidikan, oleh karena itu perlu dipertimbangkan dalam penentuan tujuan
pendidikan. Disisi lain pendidikan sebagai fenomena kehidupan sosial, kultural, dan
keagamaan tidak dapat dipisahkan dari sistem nilai. Logika sebagai cabang filsafat
yang meletakkan dasar ajaran berpikir diperlukan oleh pendidikan kecerdasan.
Pendidikan kecerdasan menghendaki seseorang mampu mengutarakan pendapat
dengan benar dan tepat. Untuk itu diperlukan penguasaan logika dengan baik.
(Budiwibowo, 2018) contohnya filsfat menegaskan bahwa pendidikan berlangusng
sepanjang hidup, menerapkan bahwa pendidikan tidak hanya di sekolah saja
melainkan di lingkungan masyarkat.
Jawab: konsep pendidikan perlu dikaitkan dengan ilmu pendidikan karena keduanya
menyangkut masalah hakikat manusia yang menjelaskan kedudukan peserta didik
dan pendidik dalam interaksi pendidikan. Teori pendidikan merupakan pengetahuan
tentang apa dan bagaimana seyogyanya pendidikan dilaksanakan. Sedangkan
pendidikan praktis merupakan pelaksanaan pendidikan secara konkret. Keduanya
tidak dapat dipisahkan. O’Connor menyatakan bahwa teori pendidikan memiliki
syarat-syarat berpikir lurus dan benar (logis), deskriptif, dan menjelaskan (Barnadib,
1996:8-9). Teori pendidikan disusun sebagai latar belakang yang hakiki dan rasional.
Teori pendidikan dalam ilmu pendidikan atau pedagogik adalah ilmu yang
membicarakan masalah-masalah umum pendidikan, secara menyeluruh dan abstrak.
Pedagogik sebagai ilmu pokok dalam lapangan pendidikan sesuai jiwa dan isinya agar
dapat memenuhi persyaratan landasan konsep dan fungsinya, sudah barang tentu
memerlukan landasan-landasan yang berasal dari filsafat atau setidak-tidaknya
mempunyai hubungan bila berbagai pemikiran mengenai pendidikan memerlukan
ilumiasi dan bantuan penyelesaiannya dari filsafat. (Budiwibowo, 2018)
Apabila dibandingkan defenisi kebudayaan dan defenisi filsafat, dalam hal berfikir. Filsafat
ialah cara atau metode berfikir yang teratur dan logis (sistematik) dan universal yang
berujung pada setiap jiwa, sedangkaan kebudayaan adalah salah satu hasil berfilsafat yang
terwujud (termanifestasi) pada cipta, rasa, dan karsa sikap hidup dan pandangan hidup
(Gazalba). Dengan demikian, jelaslah filsafat mengendalikan cara berfikir kebudayaan. Di
balik kebudayaan ditemukan filsafat. Perbedaan kebudayaan dikembalikan kepada perbedaan
filsafat. Karena setiap manusia memiliki filsafat yang berbeda, apalagi kelompok atau
masyarakat, tentunya akan berbeda filsafatnya. (Asy’arie, 1988) contohnya adanya
perbedaan kebudayan di setiap daerah contonya kebudayaan adat minang dengan jawa.
Sumber:
Asy’arie, M. d. (1988). Agama, Kebudayaan dan Pembangunan. Yokyakarta: graha.
Budiwibowo, S. (2018). KAJIAN FILSAFAT ILMU DAN FILSAFAT PENDIDIKAN.
jurnal filsafat, 15-17.
Herina. (2018). KONSEP PENDIDIKAN HUMANIORA TERHADAP MAKHLUK
BERBUDAYA. PROSIDING SEMINAR NASIONAl, 160-163.
Indarti, N. (2020). Hakikat Ilmu Pengetahuan. Jurnal Al-Makrifat, 5.
Siregar, E. (2017). HAKIKAT MANUSIA. Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran
Keagamaan Tajdid,, 45.
Tola, B. (2014). FUNGSI FILSAFAT PENDIDIKAN. Jurnal Irfani, 56-59.