Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TENGAH SEMESTER

“Filsafat Pendidkan”

Dibuat

oleh:

Nurdalismawati

18045076

DOSEN PENGAMPU :

Prof, Jamaris, Mpd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
1. Hakikat Manusia menurut agama adalah khalifah dimuka bumi.

a. jelaskan apa maksud khalifah di muka bumi dan imlementasinya dalam


pendidikan keluarga, beserta contohnya.

Jawab: Manusia bertanggung jawab terhadap keberlanjutan ekosistem karena


manusia diciptakan sebagai khalifah (Nahdi, 2008). Dalam konteks Al-Quran
memandang manusia sebagai “wakil” atau “khalifah” Allah di bumi, untuk
memfungsikan kekhalifahannya Tuhan telah melengkapi manusia potensi intelektual
dan spiritual sekaligus (Hafsin, 2007). Karena secara etika manusia berkewajiban dan
bertanggung jawab terbesar terhadap lingkungan dibandingkan dengan makhluk
lainnya. Allah menganugrahi akal kepada manusia, dan dengan akal itulah Allah
menurunkan agama. agama sebagai petunjuk dan pedoman dalam kehidupan,
merupakan dasar untuk mengatur bagaimana berhubungan dengan sang pencipta dan
hubungan dengan alam semesta. Dalam pendidikan keluarga kita semua anggota
keluarga memiliki perannya masing-masing, contohnya : seorang ayah sebagai
pemimpin keluarga atau kepala rumah tangga berhak mengatur rumah tangga yang
baik, mendidik anak- anak mereka denga baik dan mengatur istri dengan sesuai
peranannya masing. Masing. Seorang ayah juga bekerja mencari nafkah dan seorang
ibu yang mengelola uang untuk kebutuhan rumah tangga serta Membentuk rumah
tangga bahagia dan sejahtera atau keluarga sakinah, mawaddah dan wa rahmah / cinta
kasih (Q.S ar-Rum : 21) dengan jalan menyadari akan hak dan kewajibannya sebagai
suami-istri atau ayah-ibu dalam rumah tangga.. (Watsiqotul, 2018 )

b. Jelaskan bagaimana usaha mewujudkan manusia menjadi khalifah di muka


bumi dalam pendidikan sekolah, berikan contohnya.

Jawab: “Allah mengangkat manusia khalifah di muka bumi”, sebagaimana firman-


Nya dalam Q.S Fathir ayat 39, Q.S Al an’am ayat 165. Manusia adalah makhluk yang
termulia di antara mahluk- makhluk yang lain (Q.S Al Isra : 70) dan ia dijadikan oleh
Allah SWT dalam sebaik- baik bentuk/ kejadian, baik fisik maupun psihisnya (Q.S At
Tin : 5), serta dilengkapi dengan berbagai alat potensial dan potensi- potensi dasar
(fitrah) yang dapat dikembangkan dan diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui
proses pendidikan. Karena itulah maka sudah selayaknya manusia menyandang tugas
sebagai khalifah Allah di muka bumi. Tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka
bumi antara lain menyangkut tugas mewujudkan kemakmuran di muka bumi (Q.S
Hud : 61 ), serta mewujudkan keselamatan dan kebahgiaan hidup di muka bumi (Q.S
al-maidah : 16), dengan cara beriamn dan beramal shaleh (Q.S Al-ra’ad : 29),
bekerjasama dalam menegakkan kebenaran dan bekerjasama dalam menegakkan
kesabaran (Q.S Al-Ashr : 1-3). Karena itu tugas kekhalifahan merupakan tugas suci
dan amanah dari Allah sejak manusia pertama hingga manusia akhir zaman yang akan
datang, dan merupakan perwujudan dari pelaksanaan pengabdian kepadaNya
(’abdullah). Contohnya di sekolah kita dapat menuntut ilmu dalam berbagai bidang
baik pada fisik maupun sosial dan juga agama, kita belajar di bidang tersebut agar kita
mengetahui apa saja yang ada di bumi yang dapat di kelola tanpa merusak dan juga
berprilaku layaknya pemimin dan sesuai dengan ajaran agama yang ada. (Syafe'i,
2012)

c. Jelaskan bagaimana perbedaan manusia sebagai khalifah dengan manusia


sebagai makhluk budaya, beri contoh.
Jawab: manusia sebagai khilafah bertujuan untuk, Pertama, memakmurkan bumi.
Manusia memiliki kewajiban kolektif yang dibebankan Allah kepadanya. Manusia
diberikan keleluasaan untuk mengeksplorasi kekayaan bumi untuk kemanfaatan
sebanyak-banyaknya umat manusia dan makhkuk lain. Hanya saja, tugas eksplorasi
ini harus dilakukan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ketuhanan, dilakukan dan
dinikmati secara adil dan merata. Tentu harus dilakukan dengan tetap menjaga
kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan
eksplorasi itu, tanpa ada kehancuran yang massif akibat nafsu angkara murka.
Kedua, melestarikan bumi. Memelihara atau melestarikan bumi dapat dipahami dalam
arti luas, termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya. Sebagai makhluk
yang dikaruniai akal dan hati maka harus bisa memastikan kenyamanan lingkungan
dengan menjaga keseimbangan hidup, menjunjung tinggi moralitas atas dasar nilai-
nilai ketuhanan.
Sedangkan manusia sebagai makhluk budaya adalah manusia untuk mampu
memahami seluruh aspek kehidupan yang berpedoman pada akal dan budi yang
menjadi sebuah kekayaan manusia, untuk belajar mengenal kehidupan dan tata cara
hidup bermasyarakat. konsep kebudayaan pendidikan humaniora merupakan suatu
pendidikan yang menggambarkan tentang kebutuhan manusia dan menjadi tolok ukur
untuk menjadikan manusia lebih manusiawi yaitu untuk mengajarkan m
anusia lebih menggali lagi makna dari potensi-potensi yang ada, sehingga menjadi
manusia yang seutuhnya dalam arti yang sebenarnya. Contohnya manusia memiliki
akal pikiran bagaimana cara memahami apa saja yang di butuhkan di suatu tempat
contoh pembangunan tempat tambang di daerah yang memiliki potensi bahan
tambang dan masih banyak lagi. (Herina, 2018)

d. Jelaskan bagaimana pengaruh media sosial dalam membentuk manusia sebagai


khalifah dimuka bumi, beri contoh.

Jawab: Media sosial turut mengambil peran dalam membentuk karakter generasi
muda, di tambah dengan dampak yang begitu signifikan di lihat dari sisi positif
maupun negatifnya. Dampak positif yang bisa kita lihat dari menggunakan internet
atau media sosial bagi generasi muda yaitu, mereka dapat belajar meningkatkan dan
mengembangkan keterampilan teknis dan social yang memang sangat di butuhkan
dalam zaman digital sekarang ini. sisi negatif dari menggunakan media sosial yang
cukup transparan dan terbuka ini membuat para remaja Dengan leluasa mengakses
konten-konten Yang berbau pornografi, selain itu juga media sosial akan membuat
anak dan remaja lebih mementingkan diri sendiri. Mereka menjadi tidak sadar akang
lingkungan virtual, karena kebanyakan menghabiskan waktu di internet, hal semacam
ini dapat mengakibatkan anak kurang berempati dengan lingkungan di dunia nyata.
Contohnya anak yang suka bermain game online bersama teman- temannya sehingga
membuat tidak mau lagi belajar dan tidak menghiraukan lagi dunia nyata. (Siregar,
2017)

e. Jelaskan bagaimana hubungan antara manusia sebagai khalifah dengan


manusia yang dapat didik (pandangan filsafat terhadap manusia)
Jawab: Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta
untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan
untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuhanan;
menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan,
menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati manusia.
Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki
fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi.
Oleh karena itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang
sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat
memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia,
disamping juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah
dibanding binatang. Dan sangat berhubungan erat dengan manusia yang dapat didik
Dari berbagai macam hakekat manusia tersebut, kita akan tahu mengapa manusia
dapat dididik dan mendidik. Karena pada dasarnya, menurut Immanual Kent bahwa
satu-satunya cara memanusiakan manusia yaitu dengan pendidikan.

Lewat didikan manusia akan menjadi manusia, setelah menjadi manusia ia akan
mendidik yang lainnya. Manusia yang telah lahir belum menjadi manusia, untuk
menjadi manusia ideal ia tidak dengan sendirinya. Manusia sejak kelahirannya belum
menjadi manusia yang ideal. Bayi yang baru lahir tidak dengan sendirinya dapat
berbicara, namun dengan didikan dari ibu dan ayahnya ia jadi mampu berbicara.
Manusia perlu dididik agar menjadi manusia yang ideal.Oleh sebab itu, kehidupan
manusia tidak akan pernah lepas dari pendidikan. Contohnya orang tua yang
mengajarkan anaknya yang masih kecil cara berprilaku terhadap orang banyak hal ini
akan di bawanya kelak kemanapun dan kapanpun. (Ilyas1, 2016)

Sumber :
Herina. (2018). KONSEP PENDIDIKAN HUMANIORA TERHADAP MAKHLUK BERBUDAYA.
PROSIDING SEMINAR NASIONAl, 160-163.
Ilyas1, R. (2016). MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH DALAM PERFEKTIF ISLAM. Mawa`izh, 165-
190.
Siregar, E. (2017). HAKIKAT MANUSIA. Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran
Keagamaan Tajdid,, 45.
Syafe'i, I. (2012). HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM. Jurnal Ilmiah Psikologi, 743 - 755.
Watsiqotul, S. L. (2018 ). Peran Manusia Sebagai Khalifah Allah. Jurnal Penelitian, 360-361.

2. Suatu yang benar apabila pernyataan diukur dengan kriteria bahwa pernyataan tersebut
bersifat fungsional dalam kehidupan praktis (kebenaran pragmatis).

a. Jelaskan apa maksud kebenaran pragmatis dan implmentasinya dalam


pendidikan, beri contoh.
Jawab: Teori kebenaran pragmatik mengatakan bahwa kebenaran itu merupakan
suatu proses atau keadaan yang menunjukkan bahwa pikiran seseorang mengenai
objek tertentu tidaklah bersifat tidak memihak begitu saja atau tidak bersifat netral dan
bahkan tidak sekedar menunjukkan keruntutan, sifat masuk akal atau koherensi di
antara gagasan-gagasan yang mendukung pendapat yang bersangkutan. Tetapi pikiran
tersebut haruslah dalam babak terakhir dan dalam kenyataannya dapat menghasilkan
manfaat bagi manusia dalam menyelesaikan masalah-masalah hidupnya (Soejono
Soemargono, 1983a: 1). Implementasi dalam pendidikan contohnya dalam beljara
matematika ilmu hitung- hitungan itu snagat penting dalam kehidupan sehari- hari
karena setipa hari kita selalu melakukan transaksi tentu menggunakan ilmu hitung-
hitungan dimanpaun dan kapanpun di masa modren saat sekarang ini. (Budisutrisna,
2016)

b. Jelaskan bagimana perbedaan antara kebenaran pragmatis dengan kebenaran


korespodensi dan kebenaran koherensi, beri contoh dalam kehidupan sehari-
hari.

Jawab: 1. Teori Korespondensi

Teori korespondensi adalah teori kebenaran yang didasarkan pada fakta obyektif
sebagai dasar kebenarannya. Teori ini menyatakan bahwa sebuah pernyataan
dianggap benar hanya jika pernyataan tersebut berhubungan dengan fakta obyektif
yang ada.

2. Teori Koherensi Pembuktian secara berulang-ulang pada teori korespondensi pada


akhirnya akan melahirkan sebuah aksioma atau postulat yang pada umumnya
berwujud sebagai kebenaran umum (general truth). Karena itulah teori koherensi
dikenal juga sebagai teori konsistensi.17 Sebagai contoh, di dalam disiplin ilmu
matematika terdapat postulat bahwa jumlah sudut semua jenis bangun ruang
segitiga berjumlah 180°.

Perbedaan teori ini dengan teori korespondensi terletak pada dasar pembuktian
kebenaran. Pada teori korespondensi kebenarannya pada ada tidaknya hubungan
antara pernyataan dengan fakta yang ada, sedangkan pada teori koherensi
pembuktiannya terletak pada ada tidaknya konsistensi antara pernyataan dengan
postulat. Contoh lainnya, seseorang memberi pernyataan bahwa di dalam kolam
alun-alun kota terdapat seekor ikan hiu yang masih hidup. Menurut teori
korespondensi, untuk menentukan pernyataan tersebut benar atau tidak, kita harus
menunggu fakta apakah di dalam kolam tersebut terdapat seekor ikan hiu yang
masih hidup atau tidak. Sementara menurut teori koherensi, tanpa menunggu fakta,
kita bisa meentukan pernyataan orang tersebut tidak benar karena bertentangan
dengan aksioma yang sudah ada sebelumnya bahwa ikan hiu adalah jenis ikan air
asin (laut). Tidak logis jika ikan air asin bisa hidup dalam air kolam alun-alun kota
yang merupakan kolam air tawar. (Atabik, 2014), Sedangkan

3. Teori Pragmatis berbeda dengan dua teori sebelumnya dalam menentukan dasar
kebenaran. Jika pada korespondensi dasar kebenarannya adalah fakta obyektif dan
pada teori koherensi adalah konsistensi logis, maka teori pragmatis meletakkan
dasar kebenarannya pada manfaat praktis dalam memecahkan persoalan kehidupan.
Tidak hanya berlaku pada dunia empiris, teori pragmatisme lebih lanjut juga bisa
diterapkan berkaitan dengan obyek pengetahuan metafisik. (Faradi, 2019)

c. Jelaskan kenapa kebenaran pragmatis lebih banyak digunakan oleh anak muda
mileneal saat ini, beri contoh.

Jawab: Charles Pierce, salah satu tokoh pragmatisme menjelaskan bahwa kriteria
berlaku dan memusaskan sebagai dasar kebenaran dalam pragmatisme digambarkan
secara beragam dalam berbagai sudut pandang.Beragamnya sudut pandang dalam
menentukan hasil yang memuaskan akan berujung pada beragamnya standar
kebenaran. Kebenaran menurut saya belum tentu benar menurut orang lain karena apa
yang memuaskan bagi saya belum tentu memuaskan bagi orang lain. (Faradi, 2019)
karena Generasi milenial adalah generasi yang sangat mahir dalam teknologi.
Dengan kemampuannya di dunia teknologi dan sarana yang ada, enerasi masa kini
harus berusaha dan mampu menjadi bijak terutama dalam penggunaan media sosial.
Media sosial ini mirip dengan politik, tergantung bagaimana kita menggunakannya.
Dan yang menurut kita benar itu belum tentu benar juga di mata orang lain, oleh
karena itu Kita bisa menggunakan media sosial dengan benar, tapi kita juga bisa
menjadi penyebar hoax. (Wiranggaleng, 2013)

Sumber:

d. Jelaskan apakah kebenaran kohenrensi berkembang dalam pergaulan siswa di


sekolah ? beri alasan dan contoh

Jawab: Teori kebenaran koherensi lebih menekankan kebenaran rasional-logis dan


juga cara kerja deduktif. Pengetahuan yang benar hanya dideduksikan atau
diturunkan sebagai konsekuensi logis dari pernyataan-pernyataan lain yang sudah
ada, dan yang sudah dianggap benar. (Indarti, 2020) contohnya saja dalam
pembeljaran kita selalu mengikuti teori teori yang sudahh ada seperti teoi matahari
sebagai pusat tata surya, dan telah banyak pernyataan yang membenarkan hal
tersebut. Nah dari sanlahlah kita mengikuti teori itu sampai sekarang.

Sumber:
Atabik, A. (2014). TEORI KEBENARAN PERSPEKTIF ILMU. Fikrah, 257-259.
Budisutrisna. ( 2016). KOMPARASI TEORI KEBENARAN. Jurnal Filsafat, 5-6.
Faradi, A. A. ( 2019). TEORI-TEORI KEBENARAN DALAM FILSAFAT . Jurnal Ilmu–Ilmu
Ushuluddin , 106-107.
Indarti, N. (2020). Hakikat Ilmu Pengetahuan. Jurnal Al-Makrifat, 5.
Wiranggaleng, S. (2013). Rorty Tentang Kebenaran dan Pendasaran Pengetahuan . Ilmu
Ushuluddin,, 518.

3. Mempelajari filsafat pendidikan dapat melatih daya berfikir kritis terhadap pendidikan.

a. Jelaskan bagaimana mengembangkan berfikir kritis dalam mempelajari filsafat


pendidikan, beri contoh.

Jawab: Berpikir kritis itu adalah sebuah kebiasaan untuk bisa membuka diri untuk
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi untuk memecahkan sebuah
permasalahan mengembangkan berpikir kritis ke dalam dua aspek besar yaitu aspek
pembentukan watak (disposition) dan aspek kemampuan (abilities). (Nugraha, 2018)
Dalam mempelajari filsafat pendidikan yaitu Contoh berpikir kritis
misalnya mengidentifikasikan masalah yang ada, membandingan setiap pendapat
yang satu dengan pendapat lain, menentuan informasi mana yang saling berkaitan,
dan membedakan mana informasi yang berupa opini, fakta, dan keputusan
logis. Seperti ketika mendapatkan informasi di media sosial, jangan langsung percaya
karena bisa jadi hoaks. Hal tersebut merupakan contoh sederhana dari melatih
kemampuan berpikir kritis.

b. Jelaskan bagaimana hubungan filsafat pendidikan dengan pelaksanaan


pendidikan ? Beri alasan dan contoh.

Jawab: Hubungan antara filsafat dan ilmu pendidikan tidak hanya sekedar bersifat
insidental, tetapi merupakan suatu keharusan. Dewey (1946:38) menyatakan bahwa
filsafat itu adalah teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran
mengenai pendidikan. Lebih dari itu, memang filsafat mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan pengalaman yang banyak
terdapat dalam lapangan pendidikan. Brubacher (1950:35-40) berpendapat bahwa
filsafat dan pendidikan mempunyai hubungan yang erat satu sama lain, karena
problema-problema tersebut berada dalam lingkungan dua disiplin ini. Pendidikan
dalam pengembangan konsep-konsepnya antara lain menggunakan dasar-dasar dari
kedua konsep tersebut yaitu filsafat dan pendidikan. Dalam menyelenggarakan
pendidikan diperlukan pendirian mengenai pandangan dunia yang bagaimanakah
yang kita perlukan saat sekarang ini. Epistemologi dalam pendidikan diperlukan
karena berkaitan dengan penyusunan dasar-dasar kurikulum. Kurikulum ini lazimnya
diartikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan dapat diibaratkan
sebagai jalan raya yang perlu dilewati oleh siswa dalam usahanya untuk memahami
dan mengenal ilmu pengetahuan. Aksiologi sebagai cabang filsafat yang mempelajari
nilai-nilai dekat pula dengan lmu pendidikan, karena dunia nilai sebagai dasar bagi
pendidikan, oleh karena itu perlu dipertimbangkan dalam penentuan tujuan
pendidikan. Disisi lain pendidikan sebagai fenomena kehidupan sosial, kultural, dan
keagamaan tidak dapat dipisahkan dari sistem nilai. Logika sebagai cabang filsafat
yang meletakkan dasar ajaran berpikir diperlukan oleh pendidikan kecerdasan.
Pendidikan kecerdasan menghendaki seseorang mampu mengutarakan pendapat
dengan benar dan tepat. Untuk itu diperlukan penguasaan logika dengan baik.
(Budiwibowo, 2018) contohnya filsfat menegaskan bahwa pendidikan berlangusng
sepanjang hidup, menerapkan bahwa pendidikan tidak hanya di sekolah saja
melainkan di lingkungan masyarkat.

c. Jelaskan mengapa filsafat pendidikan harus dipelajari oleh mahasiswa program


studi kependidikan.

Jawab: konsep pendidikan perlu dikaitkan dengan ilmu pendidikan karena keduanya
menyangkut masalah hakikat manusia yang menjelaskan kedudukan peserta didik
dan pendidik dalam interaksi pendidikan. Teori pendidikan merupakan pengetahuan
tentang apa dan bagaimana seyogyanya pendidikan dilaksanakan. Sedangkan
pendidikan praktis merupakan pelaksanaan pendidikan secara konkret. Keduanya
tidak dapat dipisahkan. O’Connor menyatakan bahwa teori pendidikan memiliki
syarat-syarat berpikir lurus dan benar (logis), deskriptif, dan menjelaskan (Barnadib,
1996:8-9). Teori pendidikan disusun sebagai latar belakang yang hakiki dan rasional.
Teori pendidikan dalam ilmu pendidikan atau pedagogik adalah ilmu yang
membicarakan masalah-masalah umum pendidikan, secara menyeluruh dan abstrak.
Pedagogik sebagai ilmu pokok dalam lapangan pendidikan sesuai jiwa dan isinya agar
dapat memenuhi persyaratan landasan konsep dan fungsinya, sudah barang tentu
memerlukan landasan-landasan yang berasal dari filsafat atau setidak-tidaknya
mempunyai hubungan bila berbagai pemikiran mengenai pendidikan memerlukan
ilumiasi dan bantuan penyelesaiannya dari filsafat. (Budiwibowo, 2018)

d. Jelaskan mengapa filsafat pendidikan sebagai dasar pengembangan


pembelajaran oleh guru, beri contoh.
Jawab: Filsafat Pendidikan bertanya mengenai pembelajaran yang efektif dan
dikemukakanlah filsafat yang dianggap pro-perubahan dan lawannya, yakni filsafat
anti-perubahan. Yang termasuk Filsafat Pendidikan pro-perubahan adalah Filsafat
Pragmatisme, Eksistensialisme, dan Rekonstruktivisme. Filsafat model ini
menyatakan bahwa pendidikan yang efektif menempatkan siswa atau pembelajar
sebagai subjek. Pelajar harus mengkonstruksi pengetahuan melalui aktivitasnya dan
mereka tidak boleh pasif.
Aliran filsafat pro-perubahan ini mengatakan bahwa pengetahuan itu berubah dan
tergantung konteks. Karena itu, siswa belajar dengan merespon konteks hidupnya agar
bisa hidup lebih baik. Dalam pragmatisme, belajar adalah upaya untuk memperoleh
ketrampilan tentang bagaimana menjalani hidup sekarang. Eksistensialisme juga
menyatakan hal yang hampir sama, contohnya belajar adalah upaya untuk
memperoleh ketrampilan tentang cara membuat pilihan-pilihan sebagai manusia bebas
pada saat sekarang ini. (Tola, 2014)

e. Bagaimana hubungan filsafat pendidikan dengan kebudayaan, beri alasan dan


contoh.
Jawab: Dengan adanya filsafat, kita dapat mengetahui tentang hasil karya manusia
yang akan menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam
melindungi manusia terhadap alam lingkungannya. Sehingga kebudayaan memiliki
peran :
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya.
2. Wadah untuk menyalurkan perasan dan kemampuan
3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusiapembeda manusia
dengan binatang.
4. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku dalam
pergaulan.
5. Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimnaa seharusnya bertindak,
berbuat, menentukan sikapnya jikga berhubungan dengan orang lain.
6. Sebagai modal dasar pembangunan

Apabila dibandingkan defenisi kebudayaan dan defenisi filsafat, dalam hal berfikir. Filsafat
ialah cara atau metode berfikir yang teratur dan logis (sistematik) dan universal yang
berujung pada setiap jiwa, sedangkaan kebudayaan adalah salah satu hasil berfilsafat yang
terwujud (termanifestasi) pada cipta, rasa, dan karsa sikap hidup dan pandangan hidup
(Gazalba). Dengan demikian, jelaslah filsafat mengendalikan cara berfikir kebudayaan. Di
balik kebudayaan ditemukan filsafat. Perbedaan kebudayaan dikembalikan kepada perbedaan
filsafat. Karena setiap manusia memiliki filsafat yang berbeda, apalagi kelompok atau
masyarakat, tentunya akan berbeda filsafatnya. (Asy’arie, 1988) contohnya adanya
perbedaan kebudayan di setiap daerah contonya kebudayaan adat minang dengan jawa.

Sumber:
Asy’arie, M. d. (1988). Agama, Kebudayaan dan Pembangunan. Yokyakarta: graha.
Budiwibowo, S. (2018). KAJIAN FILSAFAT ILMU DAN FILSAFAT PENDIDIKAN.
jurnal filsafat, 15-17.
Herina. (2018). KONSEP PENDIDIKAN HUMANIORA TERHADAP MAKHLUK
BERBUDAYA. PROSIDING SEMINAR NASIONAl, 160-163.
Indarti, N. (2020). Hakikat Ilmu Pengetahuan. Jurnal Al-Makrifat, 5.
Siregar, E. (2017). HAKIKAT MANUSIA. Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran
Keagamaan Tajdid,, 45.
Tola, B. (2014). FUNGSI FILSAFAT PENDIDIKAN. Jurnal Irfani, 56-59.

Anda mungkin juga menyukai