Anda di halaman 1dari 4

Contoh Penilaian Buku Teks

PENILAIAN BUKU TEKS INSTRUMEN 1


A. Kelayakan Isi
1. Kesesuaian Uraian Materi dengan SK dan KD
a. Kelengkapan materi
Materi yang disajikan buku teks Bahasa Indonesia kelas XII semester 2 yang ditulis oleh Iis
Wiati, S.Pd. ini sudah sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang ditetapkan
pemerintah. Uraian materi di dalam wacana dirancang sesuai dengan tuntutan untuk pencapaian
SK dan KD berdasarkan ruang lingkup empat aspek keterampilan berbahasa, yakni
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis, mulai dari pengenalan konsep mata pelajaran
Bahasa Indonesia SMA.
Buku yang baik memang harus memenuhi tuntutan SK dan KD, dan buku ini telah mencapai
kelengkapan tersebut berdasarkan kelayakan isinya. Kelayakan buku teks bergantung pada isi
yang dimuat di dalamnya. Maka dari itu, buku teks harus menyesuaikan dengan tuntutan yang
telah ditetapkan.
b. Kedalaman materi
Sebagian besar materi yang ada dalam buku ini belum dijelaskan secara terperinci, kadang hanya
butir-butir pentingnya sehingga kurang mendalami materi. Sedangkan pemilihan bentuk,
kesesuaian, dan variasi wacana mencerminkan kedalaman materi.
Begitu pun dengan tingkat kesulitan dan kekompleksan wacana, harus disesuaikan dengan
tingkat pemahaman peserta didik.
2. Keakuratan Materi
a. Keakuratan dalam pemilihan wacana
Dalam buku ini, wacana yang dipilih sudah sesuai dengan bahasan materi. Sebagian besar
wacana mencantumkan sumber yang menguatkan keakuratan berita dalam wacana tersebut.
Namun, pada wacana bagian informasi masih ada yang tidak mencantumkan sumber wacana
sehingga kurang meyakinkan keakuratannya.
Buku ini juga mengandung uraian materi yang sesuai dengan kenyataan yang ada dan sesuai
dengan tingkat pemahaman peserta didik.
b. Keakuratan dalam konsep dan teori
Konsep dan teori yang disajikan untuk mencapai Kompetensi Dasar sesuai dengan definisi yang
berlaku dalam bidang ilmu bahasa (linguistik) dan ilmu sastra, digunakan secara tepat sesuai
dengan fenomena yang dibahas, dan tidak menimbulkan banyak tafsir.
Dalam buku teks karya Iis Wiati, S.Pd. ini, konsep teori yang disajikan cukup baik, namun masih
ada definisi-definisi yang dapat menimbulkan pemahaman yang lain.
c. Keakuratan dalam pemilihan contoh
Pemilihan contoh dari tiap materi dalam buku teks ini sebagian besar sudah cukup baik. Contoh-
contohnya dapat mudah dibayangkan dan dimengerti peserta didik.
Uraian dan contoh menanamkan keruntutan konsep dari yang mudah ke sukar, dari yang konkret
ke abstrak, dari yang sederhana ke kompleks, dari yang telah dikenal sampai pengembangannya.
Contoh yang disajikan pun mengandung keunggulan nilai-nila moral, seperti keteladanan,
kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinan, kerjasama, dan toleransi.
d. Keakuratan dalam pelatihan
Pelatihan-pelatihan sudah mengukur kemampuan penguasaan materi peserta didik. Pelatihan
yang diberikan dilakukan yaitu dengan cara mengerjakannya secara individu atau diskusi
kelompok.
3. Pendukung Materi Pembelajaran
a. Kesesuaian dengan perkembangan ilmu
Dalam buku ini, pendukung materi sudah sesuai dengan materi pembelajaran, tetapi ada
beberapa hal yang kurang sesuai dengan perkembangan ilmu masa kini.
Sedangkan deskripsi tentang kesesuaian materi dengan perkembangan ilmu, yaitu bahwa materi
yang disajikan bernilai kekinian (up to date) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni (ipteks) yang relevan dengan tingkat pemahaman peserta didik. Itulah yang
menyebabkan kurangnya nilai kelayakan buku teks tersebut.

b. Kesesuaian fitur/contoh/latihan/rujukan
Fitur/contoh/latihan mencerminkan peristiwa dan kejadian yang ada. Rujukan yang digunakan
menarik dan sesuai dengan materi yang dibahas. Di dalamnya terdapat peristiwa, kejadian, dan
kondisi yang kontekstual. Hal ini menunjang keberhasilan penuisan dan penyusunan buku teks
tersebut.
c. Pengembangan wawasan kebinekaan
Materi, latihan, atau contoh yang menunjukkan pengembangan wawasan kebinekaan sangat
banyak, terutama terlihat pada wacana yang mempunyai wawasan nusantara yang luas.
Hal tersebut di atas dapat membimbing peserta didik untuk mengenal dan menghargai perbedaan
budaya, pendapat, penampilan, dan peninggalan leluhur budaya bangsa, mengenal persebaran
keanekaragaman alam dan makhluk hidup, serta keunikan daerah.
d. Pengembangan wawasan kebangsaan dan integrasi bangsa
Di dalam buku ini memang banyak wacana yang mendukung materi. Namun, wacana yang dapat
melahirkan kesadaran berpikir dan membangkitkan rasa kebersamaan dalam pembangunan
nasionalisme masih kurang untuk semakin bangga menggunakan bahasa Indonesia dan
memperkuat identitas bangsa.
B. Kelayakan Penyajian
1. Teknik Penyajian
a. Konsistensi sistematika penyajian
Konsistensi sistematika penyajian dalam buku ini cukup baik, mulai dari pendahuluan (berisi
tujuan penulisan buku teks pelajaran, sistematika buku, cara belajar yang harus diikuti, serta hal-
hal lain yang dianggap penting bagi peserta didik), bagian isi (uraian, wacana, pelatihan,
ilustrasi, gambar), dan pendukung lain. Namun, tidak ada bagian penutup yang berisi rangkuman
atau ringkasan yang relevan dalam pembahasan tiap bab.
b. Keruntutan konsep
Buku teks ini memiliki hubungan pengaitan antara uraian, latihan, dan contoh dalam hal
kebahasaan dan kesastraan yang satu dengan yang lain sehingga peserta didik mampu
mengaplikasikan ilmu secara keseluruhan. Mereka akan membayangkan suatu ilmu sebagai
sesuatu yang bulat utuh dan menjadi satu kesatuan.
c. Keseimbangan antarbab
Jumlah halaman disesuaikan dengan materi yang dibahas. Untuk lembar tugas dalam setiap bab
pun seimbang, yaitu masing-masing bab terdiri atas empat halaman.
Contoh dan ilustrasi seimbang sesuai dengan kebutuhan masing-masing pokok bahasan, seperti
deskripsi yang mempertimbangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
2. Penyajian Pembelajaran
a. Keterpusatan pada peserta didik 
Indikator keterpusatan pada peserta didik sudah terlihat, dapat dibuktikan dengan adanya tugas-
tugas mandiri dalam setiap bab. Selain itu, penyajian materi yang interaktif dan partisipatif juga
mendukung fakta keterpusatan peserta didik.
Sebagai contoh, terdapat materi yang membuat proses diskusi dan presentasi. Dalam hal itu,
peserta didik akan menjadi subjek pembelajaran di mana mereka melatih diri dan emosi dalam
menyusun perencanaan sesuatu.
b. Merangsang metakognisi peserta didik 
Penyajian materi dalam buku teks ini telah mampu merangsang peserta didik untuk 
mengembangkan motivasi belajar mereka. Namun, peserta didik kurang untuk berpikir kreatif 
tentang apa, mengapa, dan bagaimana mempelajari materi pelajaran dengan rasa senang karena
penyajiannya yang monoton.
c. Merangsang daya imajinasi, kreasi, dan berpikir kritis peserta didik 
Melalui ilustrasi, analisis kasus, dan latihan, buku teks ini menyajikan materi yang mampu
merangsang daya imajinasi dan kreasi. Namun, kurang menimbulkan pikiran kritis peserta didik.
3. Kelengkapan Penyajian
a. Bagian pendahuluan
Bagian pendahuluan sudah sesuai, terdiri atas prakata dan daftar isi. Di mana prakata adalah
informasi yang mengantarkan pembaca untuk mengetahui tujuan penulis buku, ucapan terima
kasih, dan harapan. Sedangkan daftar isi adalah daftar yang memuat informasi yang
memudahkan peserta didik untuk mencari dan menemukan bab, subbab, serta topik yang ada di
dalamnya.
b. Bagian isi
Bagian isi kurang baik, karena tidak memuat rangkuman dan refleksi. Di dalam isinya hanya
terdapat pendahuluan, rujukan, dan pelatihan.
Pendahuluan pada bagian isi berisi tujuan penulisan buku teks pelajaran, sistematika buku, cara
belajar yang harus diikuti, dll. Rujukan berisi teks, tabel, dan gambar yang merupakan identitas
berupa judul, nomor urut gambar/tabel, dan rujukan. Sedangkan pelatihan berisi kegiatan mandiri
dan evaluasi untuk pencapaian kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar.
c. Bagian penyudah
Seharusnya pada bagian penyudah terdapat glosarium yang berisi istilah-istilah penting dalam
teks dengan penjelasan arti istilah tersebut, daftar pustaka yang berisi rujukan dalam penulisan
buku tersebut, serta indeks subjek dan pengarang.
Buku teks Bahasa Indonesia ini hanya mencantumkan daftar pustaka, sedangkan glosarium dan
indeks (subjek dan pengarang) tidak ada sehingga pembaca akan kebingungan mengenai istilah-
istilah yang tidak mereka mengerti.
buku, tidak ada nama penerbit, hanya ada logo ISBN.
c. Menampilkan pusat pandang (point center) yang baik 
Pusat pandang yang ditampilkan buku teks ini yaitu pada tulisan judul mata pelajaran yang
ditulis dengan huruf besar dan gambar lakon teater yang disajikan. Tetapi, pemilihan gambar
kurang sesuai karena mengandung nilai ambigu. Mungkin orang akan menafsirkannya sebagai
buku seni.
Drama memang termasuk salah satu kajian sastra yang dimuat dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia, tetapi drama lebih cenderung ke dunia seni. Sedangkan dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia masih banyak cakupan materi yang dapat dijadikan sebagai gambar di muka buku teks,
contohnya gambar pensil dan buku. Gambar tersebut menandakan salah satu aspek keterampilan
berbahasa, yaitu menulis.
d. Penampilan unsur tata letak konsisten (sesuai pola)
Tata letak tulisan, gambar, dan penyusunannya sudah baik dan sesuai pola. Di sudut kiri atas
terdapat nama pengarang, di sudut kanan atas terdapat kurikulum KTSP, di bawah nama
pengarang terdapat nama mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan huruf besar, dan di bawahnya
terdapat jenjang sekolah dengan kelas.
Di bawah tulisan jenjang sekolah dan semester tersebut, terdapat gambar yang menyiratkan salah
satu kajian sastra. Di sudut kiri bawah terdapat nama penerbit dan di sudut kanan bawah terdapat
angka tiga yang menandakan sebagai kelas yang dituju sesuai dengan materi.
e. Ukuran unsur tata letak proporsional
Ukuran dan tata letak huruf maupun unsur lainnya sudah sesuai dan proporsional.
f. Warna unsur tata letak harmonis dan memperjelas fungsi
Buku teks ini menggunakan warna merah sebagai warna dominan untuk penyajian dan sebagai
warna dasarnya, sedangkan tulisan nama mata pelajaran menggunakan warna putih, sehingga
nama mata pelajaran terbaca jelas.
Nama pengarang, nama jenjang sekolah, kelas, dan semester memakai warna kuning.
Keterpaduan warna tersebut terlihat harmonis dan dapat memperjelas fungsi.
g. Memiliki kekontrasan yang baik 
Dari segi pemilihan warna, buku teks ini kurang tepat dan kurang menimbulkan kekontrasan
yang baik. Warna merah tua tidak menimbulkan efek kontras kepada pembaca. Pembaca
biasanya melihat tampilan depan dan kesan pertama yang didapatnya. Jika kurang tepat dalam
pemilihan warna untuk tampilan pertama, akan mengurangi rasa ketertarikan pembaca.
h. Komposisi unsur tata letak (judul, pengarang, ilustrasi, logo, dll) seimbang dan seirama
dengan tata letak isi
Komposisi unsur tata letak yang terdiri atas judul, pengarang, iliustrasi, logo, dll. sudah
seimbang dan seirama dengan tata letak isi.
i. Menempatkan unsur tata letak konsisten dalam satu seri
Penempatan unsur tata letak yang ditampilkan buku ini sudah baik dan konsisten dalam satu seri.

Anda mungkin juga menyukai