Anda di halaman 1dari 3

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang memberi keleluasaan pada

siswa untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan
profil belajar siswa tersebut.

Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran, tapi


juga fokus pada proses dan konten/materi. Metode ini dapat diterapkan hampir
pada semua mata pelajaran. Sebagai contoh, saya pernah memberikan materi
pelajaran IPS dengan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi.

Saya menugaskan siswa untuk belajar pemanfaatan sumber daya alam di lingkungan
sekitar agar dapat jadi sumber makanan. Tugas ini secara tidak langsung dapat
mengarahkan siswa yang berpotensi dan belajar sesuai dengan minatnya.
Pembelajaran berdiferensiasi berfokus pada tiga hal utama. Apa saja?

Diferensiasi konten/materi

Jika fokus pada konten, maka siswa punya kebebasan untuk menentukan sumber
daya alam di sekitarnya untuk diolah jadi sumber makanan. Guru akan memberikan
lembar kerja (LK) berisi tabel panduan dan contoh langkah-langkah yang harus
dilakukan siswa ketika ingin membuat makanan berdasarkan bahan-bahan yang
mereka pilih.

Diferensiasi proses

Guru dapat memberikan siswa kebebasan untuk mengolah sumber daya alam yang
telah dipilihnya. Siswa dapat menggoreng, mengukus, merebus atau proses lain
untuk mengubahnya menjadi makanan. Setelah itu siswa harus menulis bagaimana ia
menyusun rencana, jadwal pengolahan, dan mengawasi produk yang akan dihasilkan
di dalam LK.

Diferensiasi produk

Diferensiasi produk akan tampak dari produk yang dihasilkan siswa. Produk ini
beragam jenisnya karena bahan dan proses yang digunakan juga beragam. Guru
dapat meminta orangtua atau saudara untuk menilai produk yang dibuat siswa.
Penilaian dapat meliputi rasa, inovasi, dan bentuk.

Penjelasan produk juga tidak harus selalu dalam bentuk laporan tertulis. Siswa dapat
menjelaskan produk dalam bentuk visual seperti video presentasi/foto dokumentasi
ataupun dalam bentuk audio seperti voice note tergantung minat siswa.

Meskipun konten, proses, dan produk yang dihasilkan beragam, namun guru punya
acuan penilaian yang seragam. Acuan penilaian dalam pembelajaran ini meliputi
penilaian sikap yang dilihat dari sikap tanggung jawab, disiplin, dan kerja keras siswa.
Penilaian pengetahuan tergambar dari cara siswa menjelaskan proses menghasilkan
suatu produk sedangkan penilaian keterampilan tergambar dari proses dalam
menghasilkan produk makanan yang bahannya berasal dari lingkungan sekitar siswa.

Mencari tahu karakteristik siswa

Cara pertama untuk mencari tahu karakteristik masing-masing siswa adalah dengan
mengamati gaya belajar mereka. Misalnya ada siswa yang lebih tertarik pada hal
yang sifatnya visual, maka cara pemberian materi dan produk hasil belajar pun
diharapkan akan dalam bentuk visual.

Cara lainnya bisa dengan melihat dan mengamati tugas-tugas yang sudah dikerjakan
siswa. Guru dapat berdiskusi dengan guru mata pelajaran lain tentang kemampuan
siswa tersebut ketika menerima materi pelajaran.

Selain itu, guru juga dapat membuat pertanyaan pemantik untuk mengetahui minat
dan karakteristik siswa. Misalnya pertanyaan tentang kebiasaan belajar siswa, ada
siswa yang lebih senang belajar sambil mendengarkan musik, ada yang lebih senang
dalam kondisi sepi, atau mungkin dan ada yang bisa belajar sambil menonton
televisi, dan masih banyak lagi.

Tantangan pembelajaran berdiferensisasi

Namun menerapkan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang mudah. Guru


harus dapat menyiapkan beberapa materi dan instrumen penilaian sekaligus.

Misalnya saya menggunakan diferensiasi konten/materi, berarti saya harus


menyiapkan materi lebih dari satu. Sama halnya dengan diferensiasi proses dan
produk, berarti harus ada lebih dari satu media pembelajaran dan alat penilaian.

Tapi sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi dapat menguntungkan anak untuk


memaksimalkan potensi mereka, terlebih lagi untuk anak berkebutuhan khusus yang
pembelajarannya berbeda dengan siswa lain.

Saya sendiri memiliki siswa tunarungu dan mereka lebih cepat menyerap materi
dengan pendekatan pembelajaran diferensiasi.

Memancing siswa lebih aktif

Melalui pembelajaran berdiferensiasi, sikap toleransi dapat muncul dengan


pemberian keleluasaan bagi siswa untuk mengembangkan potensi. Guru tidak
membatasi bahan dasar, proses, dan produk yang dihasilkan siswa. Namun, guru
juga tidak membebaskan semuanya sehingga pembelajaran terkesan ambyar. Guru
tetap mengontrol pembelajaran dengan memberikan isian LK yang sama bagi semua
siswa.

Selain itu, siswa juga jadi lebih aktif ketika belajar. Siswa mengalami langsung apa
yang sedang mereka pelajari. Mereka juga jadi lebih sering berinteraksi dengan
orangtua untuk membantu dan mengevaluasi apa yang sudah mereka pelajari
bersama gurunya.

Anda mungkin juga menyukai